Selasa, 16 Oktober 2012

[FF-oneshot] ``In Your Eyes``


Tittle : IN YOUR EYES
[one shot]

Author:
Ravla - @geishacrying

Cast : 
Zelo B.A.P as Exsyv
Farasia (original character)
No Min Woo (ex-Trax) as Hojo
Sota (original character)

Rated :
10+ (?)

Song theme : Bigbang - Blue

Enjoy !

---------------------------------------------------------


“Hey Ara!” salah seorang teman dekat Arasia, menepuk pundaknya. “Tumben tidak bersama Exsyv? Kemana dia? Sudah beberapa hari ku lihat kamu seorang diri ke perpustakaan.”

Ara membenarkan posisi duduknya sambil menunjukkan wajah yang tidak seperti biasanya, ia tampak seperti ingin menyampaikan sesuatu. “Aku tidak tahu dimana Exsyv sekarang...Maksudku, lebih tepatnya dia menghilang.”

Hojo cukup terkejut mendengarnya, “Menghilang? Kalau tidak salah sudah 4 hari kan? Sudah mencoba menghubungi ponsel atau mendatangi rumahnya?”

Ara mengangguk, “Aku sudah ke rumahnya, kemarin malam. Tapi tidak ada siapa pun disana. Pintunya tidak terkunci, lalu aku menguncinya dengan kunci duplikat yang aku punya. Aku...aku tidak berani lapor ke polisi..” ia mengusap tengkuknya, ia letih karena beberapa hari ini kurang tidur.

“Ara, kamu harus lapor ke polisi.”

“Tidak, jangan! Maksudku....ini sama sekali tidak perlu...” Ara terlihat menyembunyikan sesuatu penting, namun ia masih ragu membaginya dengan Hojo, orang yang lumayan dekat dengannya setelah Exsyv.

“Tapi...kenapa? Baiklah, aku yang akan melaporkannya.” Kemudian Ara menarik Hojo begitu cepat sampai ia terduduk kembali. “Ara! Exsyv menghilang!”

“Iya, aku tahu...tapi tidak perlu lapor polisi...dengar...aku tidak bisa membahas hal ini di tempat umum. Kita bicarakan dirumahmu saja.”

Mereka berlalu....

@

~` Tidak ada yang bisa membantumu kini. Jadi berjuanglah seorang diri...kembalilah jika egomu sudah stabil. `~

Hanya itu yang terngiang di telinganya, kata-kata terakhir sebelum ia menghilang. Ara, begitulah Exsyv mengejanya. Gadis 23 tahun itu adalah mata bagi Exsyv selama ini, kebutaan yang ia derita karena seseorang yang menabraknya beberapa bulan yang lalu membuatnya dekat dengan Ara tanpa disengaja.

#Flashback#
“Kami harus memberitahukan kondisinya, ia mengalami kebutaan untuk beberapa saat. Dan kami tidak tahu sampai kapan ini akan berlangsung... namun ada 2 opsi...jika ia rutin mengkonsumsi herbal kemungkinan kebutaan akan hilang.”

“Sampai berapa lama?”

“Hm...,” Dokter itu merasa bingung menjawab pertanyaan Hojo. “Kami tidak bisa memastikan sampai kapan ini berlangsung, namun Anda bisa membantunya agar ia mengkonsumsi herbal terlebih dahulu. Nanti akan kami berikan resep herbalnya.”

Sosok itu penuh dengan luka. Kedua matanya terbalut perban putih, pemuda bernama Exsyv itu tergolek tidak berdaya dengan infus dan alat bantu pernapasan di wajahnya.

“Exsyv....” gumamnya pelan. Hojo, sahabat karib Exsyv sungguh terpukul melihat seseorang yang ia lindungi selama ini menjadi seperti itu. Ia merasa kecil, ia merasa gagal melindungi Exsyv.


@

“Hai aku benar-benar minta tolong, aku tidak bisa meninggalkan test hari ini...jadi tolong gantikan aku untuk menjaga Exsyv malam ini. Kumohon Ara.”

“Hojo! Tapi aku tidak mengenalnya!”

Hojo sudah hampir terlambat, ia berlari menuju kelasnya sembari berteriak, “Kamar 23A~! Jangan lupa katakan maaf padanya!”

Farasia, atau yang lebih akrab di panggil Ara dengan segala ketidaktahuannya pergi kerumah sakit dan menemui pemuda yang selama ini selalu di ceritakan oleh Hojo.

‘Ia pemuda yang tampan!’ ‘Rambutnya keriting! Jika aku jadi perempuan pasti ia sudah menjadi pacarku!’ ‘Ia benar-benar menyukai angkasa! Bahkan ia mengajakku naik jet pribadinya suatu saat nanti!’

Begitulah Hojo, menceritakan Exsyv dengan begitu semangat, membara. Ara merasakan ada sesuatu yang beda ketika Hojo menceritakan sahabatnya itu, mungkin saja Hojo memiliki ‘perasaan’ lebih terhadap pemuda berambut blonde keriting itu.

“Hi...” sapa Ara pertama kali saat bertemu dengannya.

“Iya? Apakah perawat lagi?” tanyanya.

“Hmm, bukan...aku teman Hojo di kampus...aku kesini karena...” namun kalimat Ara terputus begitu saja saat ia berjalan mendekati Exsyv.

“Iya? Hojo kemana? Apakah ia sedang menjalani test di kampus? Ah...aku bisa mengerti...kemarilah~ apakah ia menitipkan sesuatu untukku?”

‘KRESEK.’

Ara menyerahkan sebungkus panganan herbal untuk Exsyv, ia merasa benar-benar tersentuh ketika melihat pemuda itu. “Apakah aku menganggumu? Maaf, aku belum memperkenalkan diri....aku...”

Pemuda itu sedikit mengembangkan senyumnya, “Farasia, bukan? Hojo sering bercerita tentangmu. Ia bilang jika kamu amat senang berkunjung ke perpustakaan. Kamu suka cerita dongeng dan sejenisnya ya?”

“Oh?” Ara nampak bingung, ia tidak menyangka jika Hojo menceritakan dirinya sebanyak itu kepada Exsyv. “I...iya, aku sering membaca kisah fantasi....apakah Hojo terlalu banyak bercerita tentangku?”

Exsyv tersenyum lagi, “Lumayan...awalnya aku sempat mengira kamu pacarnya. Habisnya, dia begitu semangat kalau bercerita tentangmu. Tidak apa, aku jadi mengenal orang baru lagi...siapa tahu ke depannya kita bisa berteman, seperti kamu dan Hojo.”

“Ah~..” Ara tersipu malu, yah Exsyv tidak pernah akan tahu ekspres itu. Sayang sekali. “Baiklah, aku akan menemanimu sampai Hojo datang...”
#Flashback End

Mereka terlibat pertengkaran sebelumnya, hal ini juga terjadi karena Hojo beberapa bulan kebelakang sering marah tanpa sebab kepada dirinya. Lalu Ara menengahi, dan rupanya kebutaan itu sudah menutupi hatinya juga. Ia mencekik Ara seperti itu; Ara tidak melawan atau memang ia tidak ingin membalas perbuatan tersebut.

Hojo mencampakkan Exsyv lama kelamaan, ia tidak peduli lagi dengan dirinya. Hanya Ara seorang yang selalu ada untuknya. Namun yang Exsyv mau hanyalah Hojo, namun Hojo tidak pernah mau mengerti.

Sampai akhirnya Ara mengucapkan hal itu, membuatnya benar-benar harus memperbaiki dirinya. Exsyv pergi seorang diri, dengan mata yang tidak bisa melihat disertai emosi yang meletup-letup ia pergi menjauh. Sampai sebuah insiden terjadi lagi dengan dirinya.

#Flashback
~` Emosiku membawaku kesini, aku tidak tahu dimana aku sekarang...yang terdengar hanya keheningan dan sebuah suara kicauan burung....begitu indah dan menenangkan.... `~

‘GAAAAKKKKK~’

Seekor burung gagak mematuknya, menyerangnya berkali-kali. Di susul dengan yang lainnya, begitu banyak burung gagak yang menyerangnya.

“Pergilah!!! Jangan ganggu aku!!!” teriaknya dengan penuh emosi. Kebutaan menjadi hal yang ia paling benci sekarang.

“Pergilah!” sebuah suara memekik dari kejauhan, membuat burung gagak berpergian. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya.

“Apakah kamu melihatku baik-baik saja??!!” bentak Exsyv. “Bunuh aku! Bunuh saja! Aku tidak berguna lagi di dunia ini!”

“Ikutlah denganku. Hitammu membuatmu hanya menjadi bayang-bayang kegelapan.”
#Flashback End

Seorang bongkok, berbicara. Mengajak Exsyv ke sebuah tempat luas dan tenang. Ia membuat Exsyv berharga disana, orang itu menjadikan Exsyv anak angkatnya. Dan menempatkan Exsyv di sebuah tempat gelap gulita.

“Exsyv....makanlah sesuatu...sudah 2 hari kamu tidak memasukkan apapun ke dalam mulutmu.” Ucap si bongkok bernama Mutha itu.

“Aku ingin kembali. Sekarang.”

Mutha meletakkan piring itu di dekat Exsyv, “Percayalah, mereka pasti akan ke sini. Percayalah.”

“Mereka sudah tidak peduli lagi denganku. Lebih baik aku mati saja! Percuma saja aku hidup seperti ini! Aku tidak ingin menjadi kegelapan selamanya! Aku...aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini...”

Ia menangis, terisak di dalam kegelapan.

“Bagaimana bisa? Hati-hati dengan ucapanmu Nak.”

@

“Tidak mungkin! Aku tidak percaya!” bentak Hojo kepada Ara. Ia mulai lagi, labil seperti waktu itu. “Exsyv bukan orang yang seperti itu!!” Hojo mengatakannya dengan nada tinggi.

Ara menceritakan ia melihat Exsyv di pinggir tebing, dengan wajah yang kurang akan harapan hidup.


“Aku tidak memaksamu untuk mempercayaiku, aku hanya menyampaikan apa yang aku lihat. Jika memang kamu sudah tidak peduli dengannya, maka lepaskanlah. Jangan jadikan ia pelampiasanmu.” Ucap Ara, namun ia sama sekali tidak terketuk.

“Aku tidak menjadikannya pelampiasan! Aku...aku hanya kesal dengannya! Dan, dan kenapa kamu tidak mencegahnya,...atau menemuinya!!?”

Ara berlalu, “Kekesalanmu itu tidak beralasan. Hhh~ lepaskan saja Exsyv, aku rasa sekarang kamu lebih peduli kepada orang lain selain kami. Kamu tidak perlu membohongi kami semua, termasuk dirimu. Aku dan Exsyv akan baik-baik saja tanpamu.”

‘KLEK.’ Ara menutup pintu, kemudian ia segera menuju tempat itu; tempat dimana ia melihat Exsyv berdiri gontai di pinggir tebing curam.

@

Beberapa hari kemudian, seseorang datang. Melangkah dengan pasti dan yakin, ia akan bisa berbicara baik-baik dengan Exsyv.

“Ku mohon Ara, kondisinya semakin memburuk. Aku tidak mendengar suaranya lagi dari semalam.” Ucap Mutha kepada gadis berambut ikal panjang itu. “Ia hanya membicarakan kematian, bunuh saja aku, aku tidak berguna lagi di dunia ini...”

“Mutha....aku harus...”

Mutha membuka pintu itu, “Namun kamu tidak akan bisa melihat apapun di dalam. Kamar ini gelap gulita seperti apa yang dilihat Exsyv.”

Ara mengangguk mengerti dan masuk. Begitu segar, lembut dan sejuk namun semuanya gelap, begitu gelap.

“Exsyv? Kamu disana...? Aku datang....”

Ia membuka matanya, tampak sebuah padang luas dengan rumput yang hijau dan bunga-bunga yang bermekaran indah. “Siapa kamu?” jawabnya. “Farasia?”

“Exsyv...maafkan aku...aku tidak pernah sekalipun ingin meninggalkanmu... aku hanya ingin...aku hanya ingin kamu menjadi lebih dewasa dengan kondisimu yang seperti itu..”

“Pergilah...aku memilih sendiri di dalam kegelapan. Selamanya.”

Ara mendesak letih, “Hhh~ tidak kah kamu tahu Exsyv...pilihanmu membuatku, sakit. Disini.” Ia memegang dadanya, walaupun Ara tahu Exsyv tidak akan bisa melihatnya.

Exsyv terbangun, ia berkeringat dan detak jantungnya berdetak cepat. “Ara!”

Langkah itu terhenti, ia sempat tertegun sesaat namun ia sudah terlanjur ‘sakit’. “Kalau begitu pergilah, ku harap kamu melupakanku.”

‘GREEBB!’

Sebuah keajaiban terjadi....

Sebuah pelukan hangat menangkap tubuh itu, “Jangan tinggalkan aku...maaf. Aku kembali.”

Ara terdiam, ia sempat tidak percaya jika Exsyv dapat menangkap tubuhnya di kegelapan. “Exsyv...?”

Perlahan namun pasti, mata itu kini dapat melihat kembali.

@

“Dan aku tidak pernah membayangkan jika aku akan bisa melihat lagi, sekarang.”

Ara terdiam, ia hanya memainkan pipet minumannya. Ia ingin menyampaikan berita tentang Hojo, namun ia tidak bisa mengatakannya begitu saja. “Aku....tidak, lupakan saja.”

Exsyv meraba wajahnya perempuan itu dengan lembut, “Awalnya aku sama sekali tidak percaya dengan perkataan Mutha, namun aku memikirkannya terus. Aku tahu, Hojo sama sekali tidak ada lagi di dalam hidupku. Namun yang aku tahu, kamu selalu ada.”

Pandangan itu begitu dalam, begitu menusuk. Mata indah itu melihat kini, melihat betapa indahnya Farasia.

#Flashback
“Seharusnya aku tidak berada di sini sekarang.”

Ia memutar mobilnya ke berlawanan arah, dan benar-benar menghilang.

“Exsyv!!” seorang pemuda berponi panik melihat kawannya berlumuran darah di sana dan sini. “Exsyv bangun!”

*

“Sial, aku menabrak orang malam ini!”
“Serius? Trus gimana sekarang, kamu bawa kerumah sakit?”
“Enggak lah! Aku tinggalin dia di pinggir jalan! Aku ga mau berurusan sama polisi! Kamu tahu kan aku tidak punya SIM!?”

Tanpa sengaja obrolan anak-anak SMA itu terdengar oleh Ara yang berada tidak jauh darinya, tentu saja Ara mengenal anak SMA itu, ia Sota, adik kandungnya.

“Wah, itu orang mati apa engga?”
“Ga tau deh, aku langsung kabur tadi! Untung mobilku ga kenapa-kenapa! Kalo ada bisa mati aku!”

“Sota, masuk. Suruh teman-temanmu pulang.”

*

Hojo panik, ia belingsatan menunggu hasil pemeriksaan dokter malam ini. Hari sudah begitu larut dan ia benar-benar lelah hari ini. Tidak seharusnya ia meninggalkan Exsyv di pinggir jalan seorang diri hanya demi sebuah buket bunga yang tertinggal di apartemennya.

Ia tidak sadarkan diri, Dokter mengatakan kepalanya terbentur benda tumpul begitu keras. Itu yang mengakibatkan ia mengalami kebutaan.
#Flashback End

“Tidak, ini tidak benar. Lebih baik aku pulang sekarang.” Ara pamit, namun Exsyv tidak membiarkannya begitu saja.

“Apa kamu tidak senang aku bisa melihat kembali? Kenapa kamu perlahan berubah? Aku tidak melihat Farasia yang lama. Yang selalu terbuka dengan semua hal.”

“Hhhh~...” Ara kesal dengan dirinya sendiri. “Aku tidak mau kamu membenciku karena hal bodoh itu..” Ara mengurungkan niatnya untuk pergi, ia berbalik dan memeluk Exsyv. “Aku tahu Hojo sudah tidak bersama kita lagi, dan aku tidak mau kamu membenciku setelah ini...”

“A...ada apa Ara?”

Ia melepaskan pelukan itu, “Aku minta maaf. Aku yang menabrakmu malam itu.”

Benar-benar sebuah tamparan bagi Exsyv, ia tidak menyangka selama ini, orang yang membuatnya menderita adalah Farasia. Gadis yang ia sukai sejak sebelum ia mengenalnya.

“Jadi, aku...aku lebih baik tidak muncul di dalam hidupmu lagi.”

Ara menangis, ia melepas semuanya malam ini. Ia melakukan sebuah kebohongan putih demi menyelamatkan adiknya dari jerat hukum. Ia membohongi orang yang sayangi.

Ara berlari meninggalkan rumah Exsyv di malam yang dingin, salju mulai turun perlahan. Menutupi semua fantasi yang sudah di rangkai selama ini.

@

Ara menangis tiada henti di kamarnya, membuat Sota bingung dengan isakan kakaknya. Ia bertanya berkali-kali, yang terdengar hanya isakan yang makin keras.

“Kakak! Katakan! Siapa yang menyakitimu! Akan ku hajar dia!”

Isakan Ara berhenti, “Kamu tahu, kamu telah menyakiti aku.” Ia menyeka wajah yang basah menggunakan punggung tangannya. “Kecelakaan itu, membuatku sakit.”

“EH? Kenapa Kakak membahasnya lagi? Aku dengar orang yang aku tabrak memang tidak meninggal! Aku tidak suka Kakak membahas itu lagi!”

“Aku juga tidak suka kamu meninggalkan orang itu di jalan tanpa bertanggung jawab sedikitpun.” Jawaban Ara begitu ‘menusuk’ Sota. “Selama ini aku yang menanggungnya, aku bertemu dan merawatnya selama ini.”

“Ka...kak..!?” Sota terlihat begitu ketakutan.

“Aku tidak mengatakan apapun, aku menghapus...semuanya.” Ucap Ara begitu tenang dan dingin, ia kemudian pergi entah ke mana.

@

Kampus menjadi gaduh dan suasana menjadi ‘panas’.

“KAMU!!!” teriak Hojo seperti orang yang kerasukan. “KAMU!!!!” hanya kata-kata itu yang keluar setiap kali Hojo hendak memukuli bocah SMA itu.

“Maafkan aku Kak! MAAFKAN AKU!! Aku akan bertanggung jawab!” katanya sambil bersujud memohon.

Namun di suatu kesempatan saat kawan-kawan Hojo lengah, ia mendaratkan sebuah pukulan keras yang tepat mengenai pipi bocah itu.

“.......................”

‘BAGG, DUG!’

Kepala itu mendarat langsung di tanah dan membentur lantai begitu keras, semua orang bisa mendengarnya termasuk Sota. “KAKAK!!!”

*

Sota datang menemui Exsyv, ia menjelaskan semua yang terjadi dan mengapa ia melakukan itu. Namun bukan ekspresi kemarahan yang ia dapati, melainkan ekspresi kesedihan dan ketidakpercayaan.

Exsyv tidak percaya seorang Farasia menjadi seperti itu karena ingin melindungi adik semata wayangnya. Begitu besar pengorbanan yang Ara lakukan selama ini. Ia melindungi adiknya dari hukum dan juga dari amukan Exsyv. Jikalau Ara mengatakan hal ini sejak lama, kemungkinan ia akan kehilangan Sota sekarang.

“Kak Exsyv, bisakah ikut denganku?  Kakakku memerlukanmu. Sungguh-sungguh memerlukanmu...” ucapnya.

“Ara kenapa? Apakah dia sakit? Apakah dia tidak mau makan?”

Sota mengajak Exsyv ke rumah sakit. Ya, akibat melindungi adiknya dari keganasan pukulan Hojo, Ara kini menanggung semuanya.

Dari kejauhan nampak Hojo yang sedang berbincang dengan dokter, namun setelah Dokter pergi, Hojo lemas dan terduduk di lorong rumah sakit.

“Hojo!” teriak Exsyv kemudian menghampiri. Sota menjaga jarak dengan orang itu.

Pemuda jangkung itu menangis, baru kali ini ia melihat Hojo menangis terisak seperti itu.

“Ada apa Hojo? Ada apa?” perasaan Exsyv sudah diliputi berbagai fantasi negatif. “HOJO!” ‘PLAAK!’ Exsyv menamparnya keras, “ADA APA!?”

“MAAFKAN AKU!!! AKU PANTAS MATI!”

Seorang perawat lewat dan membantu Hojo untuk duduk di kursi dekat mereka, lalu ia masuk ke dalam suatu kamar, tanpa sengaja Exsyv melihat Ara. Ia pingsan di dalam sana, dengan mata yang terbalut perban putih. Sama seperti dirinya beberapa bulan yang lalu.

“Kakak!” Sota menyerobot masuk mengikuti perawat itu. Ia tampak menahan air matanya yang sudah menggenang.

“Maafkan aku!”

@

5 hari berlalu, Hojo benar-benar menghilang dari kehidupan mereka; Exsyv dan Ara. Namun semuanya telah terjadi, tidak ada yang bisa mengembalikan waktu.

“Ara...” sebut Exsyv, namun Ara selalu menoleh ke arah berlawanan dari sumber suara itu. Ia masih menggunakan piyama rumah sakit dan terduduk diam.

“Kakak...kakak harus makan sesuatu...” Sota menyendok bubur, namun sejak sadar Ara tidak ingin menelan apapun. Sota melirik Exsyv, kemudian Exsyv menyuruhnya keluar mencari udara segar.

“Ara...Ara...kamu harus makan sesuatu...”

Mata itu menatap kosong keluar jendela, tanpa harapan, tanpa hasrat. “Aku makan atau tidak, bukan suatu perbedaan lagi. Pergilah....”

Exsyv tampak sedikit stress. Namun ia berusaha membujuk Ara supaya makan sesuatu, “Ara...ku mohon.” Tanpa sadar matanya bocor, setetes cairan bening jatuh.

Ara terdiam, mentari sudah menghilang dari 3 menit yang lalu. Namun ia masih menatap jendela itu. “Setidaknya aku begitu senang pernah menjadi ‘mata’ untukmu. Setidaknya, aku berguna pada saat itu.”

“KALAU BEGITU BIARKAN AKU YANG MENJADI ‘MATA’MU SEKARANG!” bentak Exsyv sambil berdiri. Ia gregetan dengan situasi ini. Jika ia bisa menukar waktu, ia memilih untuk tidak bisa melihat selamanya, di bandingkan harus menukarnya dengan penglihatan Ara.

~` Ia akan buta permanen. Benturan di kepalanya jauh lebih parah dari pada temanmu pada waktu itu. `~

Itu yang di katakan Dokter kepada Hojo.

“Jadi, aku tidak mau merepotkanmu. Pergilah....ku mohon.”

Exsyv memeluk Ara, tampaknya Ara sudah kehilangan sebagian dari dirinya. Ia mungkin sudah pergi sepenuhnya.

“Tidak, aku akan selalu ada untukmu. Kapan pun..Farasia...”

Suasana menghening untuk beberapa saat. Farasia yang Exsyv kenal sudah lama ‘mati’.

@

Aku tidak akan bisa melihat wajah itu selamanya.
Aku tidak akan bisa melihat padang rumput yang hijau dan dipenuhi bunga-bunga lagi.
Mungkin aku tidak bisa tahu lagi tentang burung-burung yang sering aku lihat di langit senja,.... ya aku memang tidak bisa.
Tapi bagaimana aku bisa meneruskan hidup?
Apakah aku bisa bertahan?
Ku fikir, ini adalah akhir dari hidupku.
Namun aku salah, aku salah.
Ia menjadi mataku, bukan hanya sekedar alat penglihatan.
Namun ia adalah jiwaku, ia menyimpannya ketika aku kehilangan itu.
...
Di suatu saat aku terbangun dan aku fikir aku bermimpi bisa melihat semuaya lagi. Tapi...

*

[Ara’s POF]
“Ayo, Kak!” Sota memanggilku. Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu.

Buket bunga yang ku pegang adalah pemberian dari Hojo. Aku....menolak cintanya. Tepat sebelum Exsyv tertabrak oleh adikku, Hojo mengambilnya dan meninggalkan Exsyv seorang diri. Semua ini terjadi karena aku, jika....ya, hanya JIKA. Namun faktanya waktu terus berjalan. Sudah tidak ada kata ‘andai’, ‘umpama’, atau ‘jika’.

Dan ternyata aku tidak bermimpi, aku memang bisa melihat lagi dan sepertinya yang aku katakan, aku tidak akan bisa melihatnya lagi. Tidak akan pernah bisa.

“KAKAK!” entahlah, Sota sudah memanggilku berapa kali, mungkin ratusan.

Aku letakkan buket bunga kering itu disana, di atas rumput hijau yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah. Tanpa ucapan apa pun, aku hanya berlalu begitu saja.

Berlalu dengan jiwa dan hati yang sakit....


TAMAT


5 komentar:

  1. ung~ ceritany sempit.. Drama bgt.. Bikin guw stress.. *personally i dont like drama story kkk~* ceritany agak bkin guw bingung.. Jd conclude ny th si ara udh ga buta lg? Trus si exsyv ny ngilang gt? Ada 1 part yg bikin rancu.. Part yg ara ny mau ke rumah sakit ada 'kalo aku cewe mungkin ak udh pcran ama dy' nah seharusny sblm kalimat ny hojo ini lw tulis 'ara teringat akan ucapan hojo' jd ga rancu.. Tdny gra2 ini guw ngira si ara-ny cowo.. Lol
    1lg ada typo di kalimat diatas ara POV bkan POF.. Ada kata yg kurang huruf 'N' check sndiri deh.. Overall good.. Ceritany ga gampang d tebak wlw ngebingungin.. *maklum guw kurang cerdas* xp

    keep going'

    BalasHapus
  2. exsif nya kemana neng?
    lumayan, tp ceritanya agak muter-muter *menurutku* karena cukup banyaknya flashback yang d pake
    tp boleh lah penggambaran kecelakaannya dan kekerasannya, lebih bagus dari gw! haha

    keep writting~!^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahahhaa exsyv mati , ara liat pake matanya exsyv gitu... masa pembaca gada yg ngeh ini yah

      Hapus
    2. ahhh.. *baru ngeh*
      mungkin karna kamu ngegambarinya terlalu klise~ jadi ga semuanya bisa langsung ngerti kali eksif mati dan nyumbangin matanya ke ara..
      hahaha..

      Hapus