Kamis, 05 September 2013

Back To You [FF-oneshot]


-terkadang, mimpimu menjadi nyata. setidaknya kau bisa membacanya jika kau rindu. cukup katakan padaku. aku akan mewujudkannya, untukmu,-


.......

Tittle : Back To You
Cast : Ken & Leo (VIXX) – Jung Ema (OC) – Moonie (OC)
Rated : 15+
Theme song : Ailee - Heaven
Genre : Love / Romance
Author : Ravla Lavender

------------------------------------------


Aku tidak pernah tahu, kenapa aku dulu menyukainya. Kini semuanya terasa  begitu hambar. Tidak ada orang yang ingin merasakannya, namun aku masih sedikit iba padanya. Tapi aku tidak tahu, aku masih ingin memperbaiki semuanya. Sungguh terasa sulit,...bahkan aku dapat merasakannya setiap kali aku bernafas. Hhhh~...Oppa, mianhae.

-BACK TO YOU-

Jung Ema; ia memperhatikan lelaki tinggi berambut hitam itu dari balik kaca laboratorium. Ia ingin berbicaranya padanya, namun ia memilih menghindar beberapa hari belakangan ini.

“Mau sampai kapan kau akan memperlakukan dia seperti ini? Jung-nim! Sadarlah, tindakanmu ini salah!”

Raut wajah itu panik, “Aku tahu! Diamlah, biarkan aku berpikir!”

“Apa lagi yang mau kau pikirkan? YA~ dia kekasihmu! Tidak ingatkah dirimu 4 bulan yang lalu begitu mengagungkannya? Bahkan kau rela absen dari kelas demi hanya untuk menonton dirinya bermain bola!”

Jung Ema menatap Moonie tajam, namun ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tentu saja hal itu masih tergambar jelas di benaknya. Selama ini, Moonie yang selalu setia membantunya. Bahkan sampai saat ini, Moonie berbohong kepada Leo. Sebenarnya ia sama sekali tidak mau melakukan hal itu. Posisinya membuatnya menjadi serba salah.

“Oetteokhaji?” desah Jung Ema pelan. Ia masih menatap pria itu, sibuk dengan teman sekampusnya. Tiada lain membicarakan tentang olah raga favoritnya, sepak bola.

“Temuilah dia. Jujurlah, jangan membuat masalah baru saat masalahmu yang lain belum selesai.”

“Aku tahu.” Ucapnya pelan, Jung Ema berada di posisi yang sulit.

***

/FLASHBACK/
Dua bulan yang lalu.....
“Hei! Jung  Ema! Jung-nim! Ya~ Ya~....kau masih ingat denganku kan?”

Jung Ema memandangi lelaki dengan hidung mancung itu, dia kebingungan. “Nuguseyo?”

Lelaki itu menepuk jidatnya, lalu sumringah, tertawa tidak jelas. “Ken! Ken! Keken~...~” ucapnya kemudian memajukan bibirnya dan tersenyum.

Ekspresi Jung Ema berubah seketika itu, “OMO! Jaewhany! Benarkah ini dirimu? Kemana kacamatamu? Apa yang kau perbuat dengan rambutmu? Sungguh, aku tidak mengenalimu! Aigo!”

Ken hanya tertawa dan tersipu malu, lelaki penyuka aegyo itu memukul ringan lengan Jung Ema, “Jinjjayo? Ah~ tidak...aku masih tetap Ken yang dulu! Aku tidak berubah sama sekali!”

Leo mendapati gadis yang ia sukai berbicara begitu akrab dengan seorang lelaki penghuni baru asrama bagian F. Ia memandang mereka tanpa ekspresi, namun pedih. Itu yang Leo rasakan. Ia begitu pencemburu dan cenderung diam jika sudah ada sesuatu mengganggu harinya. Seperti saat ini.


“Jadi, kau masuk asrama F? Bagaimana bisa, aku kira kau sudah masuk universitas yang lain?!”

“Iya, aku pindah! Alasannya cukup tidak masuk akal sebenarnya...tapi, ah sudahlah! Aku akan ceritakan ketika kita ada waktu luang di kemudian hari! Aku harus mengurusi barang-barangku dulu! Aku tidak mau teman sekamarku mengoceh terlalu banyak. Sampai berjumpa nanti! Bye!”

Ken melambaikan tangannya dan tersenyum seperti biasanya. Tentu saja, hal ini membuat Jung Ema semakin bersemangat, Ken. Sahabat baiknya semenjak SMP, kini datang lagi mengisi harinya.

Jung Ema berlalu dan tidak sengaja menabrak Leo yang masih belum beranjak dari tempat ia berpijak.

‘BRRUKK’

“Oppa? Kau mengejutkanku!” seru Jung Ema sembari mengambil map milik Leo yang terjatuh. “Sedang apa sendirian di sini? Bukankah seharusnya kau ada kelas sekarang?”

Leo tampak menggeleng sambil memejamkan matanya, “Tidak. Aku kesini untuk membeli coffee latte.” Ia mengatakan itu, namun ia tidak menggenggam apapun.

Jung Ema menaikkan bahu, “Aku tidak melihatmu dengan coffee latte..?”

Leo menggeleng lagi, kali ini lebih kencang. “Aku ingin meminumnya bersamamu.”

Jung Nim kemudian terlihat malu dan mereka bersama-sama membeli coffee latte.

*

Pasangan itu tampak serasi, gadis yang bersama Leo begitu nampak berseri. Ia terkadang membuat lelaki itu tersenyum, ia membuat lelaki itu tidak mengalihkan pandangan ke arah lain.

“Oppa, sesuka apa kau padaku? Beritahu aku..!”

Leo tidak langsung menjawabnya, ia nampak tertunduk dan tersenyum. Ia menyembunyikannya, membuat gadis bernama Jung Ema itu ikut tertawa ringan. Ia begitu berdebar, baru satu bulan yang lalu mereka meresmikan hubungan menjadi sepasang kekasih. “Aku menyukaimu.”

Jung Ema memainkan bibirnya, terkadang menggigitnya, terkadang membasahi dengan lidahnya, “Seberapa suka? Ayolah, beritahu aku, biar aku bisa membalas perasaan itu lebih banyak dari yang kau rasakan!”

Leo tertunduk lagi, kali ini ia nampak tertawa. Deretan gigi putihnya yang rapih terlihat jelas, otot pipinya mengembung alami, memerah seperti menggunakan blush on. “Neomu, neomu joh-ahaeyo.” Ucapnya pelan sambil tersenyum senang. Amat senang.

Jung Ema melayang, ia begitu mencintai lelaki yang ada di hadapannya. Amat suka. Berdebar merona.

***

Waktu tetap berjalan, dua minggu, tiga minggu, sebulan, tiga bulan pun berlalu. Gadis itu makin sibuk dengan tugas-tugas kampusnya. Mereka; Jung Ema dan Leo tinggal di asrama terpisah dalam satu lingkungan kampus.

“Jung-nim. Tadi Leo mencarimu. Temuilah dia, dia terlihat begitu mengkhawatirkanmu.” Terang Moonie, teman sekamar Jung Ema.

“Iya...aku nanti akan menemuinya....aku benar-benar sibuk...bahkan aku tidak tahu kapan tugas ini akan selesai....” jawabnya dengan tidak mengalihkan pandangan dari layar notebooknya.

Moonie menyilangkan tangan di depan dada, “Leo menunggumu, setiap hari di kantin kampus lantai 2. Aku melihatnya setiap kali kelasku usai. Bagaimana bisa kau mengabaikan kekasihmu?”

Akhirnya Jung Ema memandang Moonie setengah kesal, “Pergilah, itu urusanku. Kau tidak lihat aku begitu stress dengan tugas ini?”

Moonie sudah terbiasa menghadapi orang semacam Jung Ema, “Baiklah. Aku hanya menyampaikan pesan dari kekasihmu. Dari orang yang kau puja.” Ucapnya sambil menekankan kalimat terakhirnya. Kemudian Moonie pergi meninggalkan gadis keras kepala itu seorang diri.

Jung Ema merasa kesal, berulang kali Moonie selalu menekankan kalimat itu belakangan ini.

“DDRRTTT, DDRRTT.”

Ponsel miliknya bergetar, sebuah pesan masuk dari Ken.

``Hey Jung-nim! Bagaimana jika sore ini kita jogging sebentar mengelilingi kampus? Aku kira kau membutuhkan oksigen baru setelah aku melihatmu begitu fokus dengan tugas kuliahmu. Oke? Aku tunggu jam 4 sore! Bye!``

“Ken? Kurasa ia selalu muncul disaat aku benar-benar membutuhkan pertolongan! Ken.....~”

***

‘HOSH..HOSH..HOSH’

“Tunggu...tunggu...aku tidak kuat lari lagi!” seru Jung  Ema sambil menarik baju Ken. “Istirahat dulu! Aku haus sekali!”

Ken terlihat tertawa, ia bahkan tidak berkeringat. “Baru satu putaran...mengapa staminamu payah sekali?”

“YA~ aku sudah lama tidak melakukan ini! Lagi pula, mengapa kau tidak mengajakku makan ice cream saja!”

Ken tampak kebingungan, “Bukankah aku sudah ceritakan padamu jika aku tidak suka ice cream? Kau melupakannya?”

Jung Ema tertegun, rupanya ia salah mengingat orang. “Ah~ benarkah? Mungkin saja aku lupa...kita sudah lama sekali tidak bertemu kan?”

Ken mengambil posisi bersila dan duduk berhadapan dengan Jung Ema, “Maaf ya, selama ini aku tidak pernah memberi kabar apapun. Aku tidak yakin apakah kau mengganti nomor ponselmu atau tidak. Aku juga tidak enak jika menghubungimu, aku takut kau bertengkar dengan kekasihmu...”

Seketika itu air yang Jung Ema teguk membuatnya tersedak. “Mwoya? Apa  yang kau bicarakan?”

Kemudian, seperti biasanya Ken langsung tertawa dan bertingkah konyol, “Aniya...aniya! Aku hanya asal bicara, jangan seserius itu! Kau tidak pernah berubah...tidak selalu orang-orang di sekelilingmu berwajah serius!”

“Apa yang kau bicarakan...!”

Jung Ema tiba-tiba teringat akan Leo, ia berharap Leo tidak salah paham dengannya. Tapi dalam hati kecilnya, ia masih menyukai Ken. Bagaimana pun, Ken adalah cinta pertamanya, dan begitu susah untuk melepaskan Ken saat itu. Jung Ema pernah berjanji tidak akan melepaskan Ken lagi ketika ada kesempatan kedua. Namun, kini, ia bertemu dengan kesempatan kedua namun dirinya sudah berdua.

“Ken....,sse-..”

Kalimat Jung Ema terpotong, lelaki itu bercerita sesuatu sore itu. Jung Ema mendengarkannya setengah sadar, ia terpana dengan wajah tampan yang selalu ceria itu, sampai sebuah kalimat mengubah semuanya....

“Aku tidak tahu...aku harap masih ada kesempatan untuk menyatakan perasaan ini padanya. Aku begitu menyesal mengabaikannya..seandainya ia tahu aku  masih menyukainya....oh~ Sora....”

“YE~?” ucap Jung Ema setengah berteriak, ia mengucapkan sebelum sadar sepenuhnya.

“Kau kenapa?” tanya Ken kemudian, “Hei mau kemana?” tanya Ken kepada Jung Ema yang langsung berdiri dan lari sekencang-kencangnya. Ia menangis, namun ia rasa tangisannya tak berarti jika itu ditujukan untuk Ken.

*

Ia selalu ada di sekitar Jung Ema, Leo melihat semuanya. Ia begitu kecewa, namun ia tidak mau menghakimi terlalu cepat. Ia menunggu keadaan, ia menunggu Jung Ema untuk menemuinya.
/FLASHBACK END/

***

Moonie tidak tahan lagi dengan kebimbangan teman sekamarnya. Ia meninggalkan gadis itu seorang diri di dalam laboratorium. “Merenunglah sepuasmu, merenunglah sampai Leo menyukai gadis lain dan kau hanya  bisa menyesalinya!” ucapnya pedas.

Moonie terlihat oleh Leo dan juga Ken melangkah keluar dari laboratorium.

“Kau melihat Jung Ema?” tanya Ken mendahului Leo yang juga menghampiri Moonie.

Moonie hanya memandang kedua lelaki tinggi yang menjadi pokok permasalahan Jung Ema.

*

Jung Ema berbaring di tempat tidurnya, ia berada di dalam asrama. Ia memutar kenangan dimana ia mengenal Ken, dan saat-saat dimana ia begitu menyukai Leo melebihi perasaan yang pernah ia berikan kepada Ken walaupun itu hanya cinta sepihak.

“Aku bodoh?” tanyanya kepada dirinya sendiri. “Bahkan aku tidak pernah menyadari jika Ken tidak pernah menyukaiku....kemana saja aku selama ini? Aku menyiakan pria yang begitu peduli terhadapku...namun aku masih tidak bisa...aku...aku....aku tidak menyukai Leo Oppa lagi...”

Jung Ema terlihat begitu risau, ia bahkan melupakan makan siangnya. Sampai sebuah ketukan dari luar kamarnya membuatnya bangkit dan membuka pintu.

“Hm..” suara itu begitu pelan dan sosok itu tampak tidak memandang Jung Ema.

“Oppa? Apa yang kau lakukan di asrama wanita?”

Mata dingin itu menangkap kebimbangan, “Aku tidak mau kau sakit lagi. Makanlah, sebelum kau sakit lagi. Aku tidak suka menungguimu di rumah sakit.” Leo memberikan sebuah sandwich daging sapi kualitas nomor 1.

“Ah~...gomawo...” hanya itu yang bisa Jung Ema ucapkan. Ia juga tidak tahu jika Leo akan nekad mendatanginya di asrama wanita.

*

Ken memainkan pipet di gelasnya, ia tampak merasa bersalah mendengar penjelasan dari Moonie. “Aku jadi tidak enak dengan Leo jika keadaannya memang seperti itu...”

“Sudahlah, kau tidak perlu merasa bersalah kepada orang itu.... Semenjak kau muncul lagi di hadapannya, ia selalu meng-iya-kan ajakanmu. Ia mengabaikan kekasihnya! Aku tidak tahan melihat Leo selalu mendatangiku dan menanyakan Jung Ema. Aku bosan dengan keadaan seperti itu selama berbulan-bulan.”

Ken tampak mengerti dan mengangguk-angguk, “Baiklah, aku mengerti. Tapi jika dia terus menerus menyukaiku? Bagaimana?”

Moonie menggeleng, “Tidak. Ia sudah tahu kau tidak menyukainya, belakangan ini ia terlihat ingin berbicara kepada Leo, namun sesuatu masih menahannya. Apakah dia sudah pernah mengatakan langsung padamu jika dia menyukaimu?”

“Tidak pernah...tapi aku tahu dia menyukaiku. Sejujurnya aku tidak heran kau menceritakan hal ini padaku. Beberapa hari yang lalu ada yang menegurku, aku tidak tahu mereka siapa, hanya saja mereka mengatakan agar aku tidak terlalu dekat dengan Jung Ema.”

*

Mereka duduk bersebelahan namun tak banyak percakapan yang mereka bahas.

“Kembalilah, sebelum kepala asrama memergokimu datang ke sini.” Ucap Jung Ema setelah ia selesai memakan semuanya. “Aku tidak mau membuat berita heboh di kampus.”

Leo memandangi gadis manis itu, dia tidak cantik. Dia sederhana, dia telah mencuri hati Leo, sudah lama. “Seberapa suka kau padaku, Jung Ema?”

Pertanyaan itu seperti menampar keras hatinya, tenggorokannya tercekat. Ia tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan bagaimana.

“Benarkah kau menyukaiku?..... Aku merindukanmu, Ema. Aku sudah lama tidak melihat wajahmu saat tersenyum juga saat tersipu malu. Apa kau merindukanku juga?”

Rasanya seperti di sambar kilat di siang hari. Dia memang jarang berbicara, dia memang jarang menunjukkan ekspresi wajah seperti orang kebanyakan. Namun Jung Ema baru merasakannya sekarang; hati itu menunggu, hati itu berbicara, hati itu merindu, hati lelaki tersebut berekspresi begitu baik.

Jung Ema memandang lelaki itu, tanpa ia sadari, ia menangis. Tanpa sebab. Mungkin ia benar-benar merasa bersalah. Begitu bersalah.

“Aku tidak mau menuntut apa-apa. Mungkin kau memerlukan waktu untuk menyendiri lebih lama, aku akan menunggu. Tidak apa-apa, aku mengerti....” ucap pria itu setengah menggantung. Ia terlihat begitu lemah di hadapan gadis yang ia cintai.

“Oppa.....” ucap Jung Ema tertatih dan begitu rapuh.

Leo tampak tersenyum getir, seolah ia mengetaui semuanya selama ini. Iya, ia tahu semuanya, namun ia berakting seolah tidak terjadi apa-apa.

Derai airmata itu semakin deras, lelaki itu hanya membuang pandangan. Ia tidak mau melihat gadis yang ia sayangi menangis di hadapannya. “Menangislah, jika itu memang membuatmu lega..., aku pergi sekarang. Senang bisa melihatmu lagi, aku sudah tidak sabar ingin makan ice cream denganmu lagi. Secepatnya.” Ucapnya sambil bangkit dari duduknya dan membelai lembut kepala gadisnya itu.

``Mengapa aku begitu bodoh?!! Oppa, jeongmal....mianhaeyo....``

***

Moonie berakhir di meja belajar, ia mengerjakan tugas milik Jung Ema. Ia melakukannya tanpa pamrih, ia begitu prihatin melihat kondisi partnernya yang menangis tiada henti dari sore tadi. Isakannya begitu kencang, beberapa teman sampai mengetuk kamar mereka menyuruhnya agar tenang karena hari semakin gelap.

“YA~ babo girl~ pelankan suaramu! Aku tidak mau yang lain terganggu....”

‘HIKS~ HIKS~ HIKS~’

“Aku bodoh! Aku terlalu bodoh! Aku tidak pantas bersamanya! Aku tidak  pantas di sukai oleh orang sepertinya!”

Moonie memutar bola matanya, “Sudahlah, aku tidak tahu lagi. Tugasmu sudah ku selesaikan, semuanya sudah tersimpan di flashdiskmu. Aku akan mematikan lampu.”

‘GREB’ Jung Ema menahan tangan itu.

“Apa aku masih pantas bersamanya?” tanya Jung Ema sesaat sebelum Moonie mematikan lampu kamar. Mata itu memerah, membengkak. Begitu terlihat buruk.

“Tentu saja, jika kau jadi dia, kau akan mengerti bagaimana sakit hatinya melihatmu selalu bersama Ken. Selalu tertawa riang bersama lelaki lain, dan bukan bersama dirinya. Tidakkah kau pernah membayangkan itu? Begitu menyakitkan.”

“Aku juga sakit. Aku merasakannya.”

Moonie menghela napas, “Kurang lebih seperti itu. Kau dulu memang menyukai Ken, lalu kau melangkah dan menemukan pria yang tepat untukmu dan kau begitu memujanya. Lalu Ken datang kembali, dan kau mengabaikan pria yang sudah menjadi kekasihmu. Seharusnya itu bukan masalah yang rumit! Jika kau bisa dengan mudah menjalin hubungan dengan Leo, kenapa kau tidak bisa melepaskan Ken yang sudah lama menghilang itu dengan mudah? Berpikirlah sesederhana penampilanmu!”

``Moonie benar. Jika terlalu rumit seperti itu, maka kesederhanaanku hanya tipuan belaka.``

***

Beberapa minggu setelah itu, semuanya kembali normal. Jung Ema menemui Leo seperti biasanya, namun ia sesekali masih melihat Ken dari kejauhan dan melambaikan tangan kearahnya. Ia hanya membalasnya dengan senyuman pahit. Ia berusaha mengontrol dirinya agar tidak terlalu jauh jatuh dalam dilema ini.

Terkadang terlihat Ken menemui Moonie untuk hanya sekedar bertanya tentang keadaan sahabatnya itu. Jung Ema memang sudah menyatakan perasaannya kepada Ken, semata-mata ia lakukan itu agar dirinya merasa lega. Namun sepertinya setelah ia mengutarakan semuanya pada Ken, lelaki itu tampak lebih ceria dari biasanya. Yah, Ken hanya ingin menunjukkan pada Jung Ema bahwa dirinya bahagia karena bisa bersama kembali dengan Sora. Namun Jung Ema masih juga salah paham.

Sampai pada saat hari ulang tahunnya tiba......
“Ema...maaf...aku tidak pintar dalam memberi sebuah kejutan...” ucap Leo kepada kekasihnya sambil membawa sebuah kue kecil cantik. “Aku juga tidak memilih kuenya. Jadi aku minta....”

“Kenapa kau terus meminta maaf Oppa? Aku sudah sangat senang kau ingat dengan hari ulang tahunku...gomawoyo~...” ucapnya sambil membuka bungkus kue yang ternyata berhiaskan bunga mawar merah yang terbuat dari icing sugar. “OMO! Kue ini indah sekali! Jeongmal gomawoyo Leo Oppa! Aku menyukainya!” ucap Jung Ema, Leo menyadari senyum itu; seperti dulu, seperti beberapa bulan yang lalu.

“Kau menyukainya?”

Jung Ema menggangguk kencang, “Tentu saja! Ah~ aku jadi tidak enak...kau selama ini sudah memberiku banyak, tapi aku hanya memberimu pesakitan....”

Lelaki itu tersenyum kemudian meraih tubuh gadisnya, ia memeluknya dan membelai lembut kepalanya. “Kurasa itu bagian dari pendewasaan hubungan kita. Aku senang kau kembali tersenyum. Aku rindu itu.”

Jung Ema membalas pelukan itu tidak kalah eratnya, “Oppa!~... mianhaeyo..aku akan berusaha lebih baik setelah ini...aku tidak mau membuatmu sedih lagi...aku menyayangimu...aku menyukaimu....”

Leo juga tersenyum sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ema, “Saranghaeyo, Jung Ema.”

Disaat Jung Ema terhanyut oleh suasana, dengan cepat Leo meraih wajahnya dan menghadiahi sebuah ciuman di bibirnya. Ciuman yang meluap, tulus dan penuh rasa kasih sayang. Mereka menikmatinya perlahan.

..........

``Senang melihatmu bahagia, Jung-nim.``

Ia menghapus setitik air yang turun di ujung matanya dengan ibu jarinya. Ia tersenyum lega dan bahagia melihat pasangan itu kembali harmonis. –KEN.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar