Kamis, 11 September 2014

Crystal Cat [FF-oneshot-Rated R]



Tittle : Crystal Cat
Cast : Young Jae (B.A.P) – Rae In (OC) – So Young (OC) – Junhong (B.A.P)
Genre : Fantasy Romance
Rated : 19+ (Dewasa) [R]
Theme song : Ayumi Hamasaki
Author : Ravla

----------

“Hhh....hh....hhhh....”

Apa? Apa yang ku lihat barusan?!

Dengan wajah yang terkejut dan nafas yang berderu kencang, Rae In terduduk di aspal dengan lutut dan tangan yang gemetar. Malam ini, ia baru saja melihat sosok yang aneh menabraknya dan mengambil beberapa makanan yang baru ia beli dari mini market.

Rae In menelan ludahnya, ia berusaha mengambil satu per satu barang yang berserakan di bawah dan memasukkannya kembali ke dalam kantong plastik, ia berdiri perlahan masih dengan lutut yang gemetar, ia segera berbalik dan berjalan cepat menuju mobilnya.

-----

“Arrghh!!” teriakan ini begitu kencang dari dalam sebuah gua di tengah hutan, perutnya terluka akibat ia menabrak sebuah besi tajam saat mencuri makanan tersebut.

“Oppa~ kau mencuri ini lagi? Oppa...kau terluka...”

“Aku sudah tahu! Diamlah!! Arrghhh!”

Seorang gadis manis dan cantik, namun sayang gadis ini bukan manusia, dia hanya setengah manusia. “Oppa...jangan lakukan itu lagi..aku masih bisa berburu dan kau tetap bisa makan apa yang kau mau..”

Lelaki itu mengerang kesal dan juga kesakitan, “Errghhh! Jika kau tidak ingin ini, jangan makan ini!!” teriaknya begitu kencang.

“Youngjae Oppa...mengapa kau begitu keras kepala...ku harap suatu hari aku bisa menemukan seseorang yang bisa mengendalikanmu!” gadis itu kemudian keluar dari gua dan pergi entah ke suatu tempat.

-----

Rae In memeluk erat kantong plastik yang ia bawa dan selalu memperhatikan sekitarnya, ia masih merasa was-was setelah kejadian tadi, ini sudah menjelang tengah malam dan ia baru pulang dari kota.

Perlahan ia membuka pintu rumahnya namun seseorang terlanjur membuka pintu itu terlebih dahulu, dan Rae In begitu terkejut dan menjatuhkan kembali barang-barangnya.

“Kyaaa! Ah! Aaah!”

Seseorang menangkap bahunya dan menggoyangkan keras tubuh Rae In. “Nuna! Nuna! Hei Nuna! Rae In Nuna!”

Masih dengan tubuh yang gemetar ia perlahan membuka matanya dan menemukan sosok tinggi adiknya tengah kebingungan melihatnya.

“Ah? ...Oh... Junhong-a...kau mengejutkanku!!” Rae In memukul keras dada Junhong. “Kenapa kau selalu mengejutkan aku!!?”

Junhong mengambil kantong plastik yang terjatuh, “Ah Nuna...aku hanya ingin memastikan kau sudah datang...kenapa begitu lama? Aku mengkhawatirkanmu!”

“Hh...aku tidak apa-apa...jangan mengkhawatirkan aku! Eum...orang tua kita belum pulang?” Rae In berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan orang tua mereka dan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

“Mereka...baru akan pulang 5 hari lagi...jadi...jangan pergi-pergi lagi Nuna...” Junhong menyusul Rae In setelah mengunci pintu. “Aku kira kau akan belanja banyak barang Nuna?”

“...Banyak...tapi...sesuatu..merampasnya...” Rae In berbicara perlahan dan ia hanya terduduk di sofa untuk menenangkan dirinya.

“Hmm? Nuna, kau bertemu orang jahat tadi??”

“Bukan...tapi berjanji jangan beritahu siapa pun...hanya kita berdua yang tahu..”

Junhong mengangguk, duduk di samping Rae In dan menunggu kakaknya mengatakan hal itu.

“Sesuatu....seperti manusia...tapi dia memiliki 2 telinga seperti kucing, ekornya lebat, dan cakarnya panjang...tajam...”

Junhong tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh kakaknya. “Nuna...kau...ini ide barumu untuk TV drama musim gugur ini?”

Rae In merubah ekspresinya menjadi serius, “Jun-a...aku sedang tidak bercanda,...aku bertemu dengan makhluk aneh itu tadi! Ia mengambil...daging...susu...telur...iya dia mengambil itu dari kantong belanjaanku! Kau tidak percaya padaku?”

Junhong menggaruk kepalanya, “Nuna...aku rasa kau perlu istirahat..jadi seorang penulis ide cerita untuk TV drama itu memang melelahkan..” Junhong berdiri dan menggandeng Rae In untuk mengantarkannya ke kamarnya.

“Tapi Junhong! Itu benar! Aku  tidak bohong! Dia melompat ke arahku, merampasnya kemudian mendorongku hingga aku jatuh ke aspal dan ia lari, wuzzz begitu saja seperti rubah! Ekornya! Ekornya berwarna merah,..tidak mungkin jingga...aku tidak tahu yang jelas warnanya seperti itu!” Rae In besikeras menjelaskan hal itu pada Junhong tetapi adiknya itu tetap membawanya ke kamar.

“Nuna...kau harus minum obat tidurmu kali ini, oke? Aku benar-benar ingin kau beristirahat, hari liburmu terbatas hanya 3 hari..” Junhong mengambilkan sebuah obat dan segelas air putih kemudian memberikannya kepada Rae In.

“Tapi Junhong...Junhong...aku mengatakan yang sebenarnya!” kemudian Rae In menunjukkan sesuatu di lengannya, “Lihat! Lihat lenganku terluka! Dia menggoresku dengan cakarnya...lihat ini!” Rae In menunjukkan lengan atasnya yang terluka, berdarah akibat cakaran makhluk tersebut.

Junhong melihatnya, namun ia hanya mengusap luka tersebut dengan tisu. “Ini hanya luka biasa Nuna...mungkin saja kau kurang berhati-hati tadi...minum obatmu, aku akan disini sampai kau tidur.” Ucap Junhong sambil membukakan sepatu Rae In.

Junhong menunggui Rae In sampai kakaknya itu terlelap dengan begitu pulas.

---

Gadis dengan mata biru terang itu duduk di sebuah pohon yang tinggi, melihat lurus ke arah sebuah ruangan yang redup, melihat seseorang yang tengah duduk tenang.

“Hhh...h....” nafasnya terdengar begitu jelas, dia perlahan turun dari pohon dan berjalan pelan ke arah rumah yang cukup besar itu dan mengetuk pintu.

Ia menunggu beberapa saat, sampai akhirnya pintu itu terbuka. Gadis itu tersenyum dan terlihat begitu menawan. “Seperti janjiku, aku datang.”

“Masuklah, aku sudah menunggumu..maaf, kita berbicara begitu pelan, kakakku baru saja tertidur..”

“Iya...aku mengerti..”

Gadis itu masuk dan duduk manis di sofa, melihat sekeliling dengan mata birunya.

“Aku merindukanmu So Young..” Junhong duduk di sebelah gadis itu dan memeluknya begitu erat. Junhong menciumi leher So Young dan menghirup aroma hutan yang begitu melekat di tubuh So Young.

“Junhong Oppa.....” So Young membalas pelukan itu, “Oppa...sampai kapan kita seperti ini? Aku...aku ingin menjadi manusia juga...aku ingin berbicara dengan kakakmu...aku ingin....”

“Sabar So Young...aku juga ingin Rae In Nuna mengenalmu...tapi aku khawatir dia akan begitu panik setelah melihatmu..” Junhong melepaskan pelukannya dan menatap wajah gadis kucing itu, ia membelainya dengan penuh kerinduan.

“Oppa...aku bosan tinggal di hutan....kakakku selalu saja bertingkah kasar kepadaku..malam ini...dia membawakanku makanan...dia mencuri lagi..” So Young mulai berkaca-kaca. Dia lelah hidup sebagai manusia setengah siluman seperti ini.

Junhong mengusap air mata gadis itu kemudian menenangkannya, “Aku akan berusaha mengatakan hal ini pada kakakku, aku juga tidak tega kau selalu datang menemuiku dengan keadaan yang seperti ini...tapi..tunggu...kakakmu...mencuri lagi malam ini?”

So Young mengangguk, “Dia pulang dengan membawa daging begitu banyak...daging yang seperti kau berikan padaku 3 hari yang lalu...”

“Malam ini...kakakku...dia bercerita kepadaku, melihat sesuatu yang seperti dirimu...apa kakakku dan kakakmu sudah bertemu??” Junhong curiga jika Rae In telah mendapat serangan dari kakak laki-laki So Young.

“...aku tidak tahu Oppa...dia pulang dengan keadaan terluka...aku tidak biasa melihatnya begitu kacau dan wajahnya seperti menyesal akan sesuatu...”

“Hhh....katakan padanya,..jangan mencuri lagi...jika dia tertangkap...kau tahu kan apa akibatnya? Saat ini kalian....benar-benar sedang diburu...”

“Aku tahu, Oppa....” So Young tampak begitu sedih.

Junhong mengajak So Young bermalam di kamarnya, dia khawatir jika Rae In terbangun dan melihat dia bersama seorang gadis setengah kucing di rumahnya.

~-------~

‘KRIINNGGG...KRRIIINGGGG~~~~’

Alarm yang begitu keras berbunyi tepat di samping telinga Rae In.

“Ah Ah...sial.....hh..hh...”

Perlahan ia membuka mata dan mematikan alarmnya, duduk perlahan dan mengusap matanya, melihat sekeliling dan berpikir sejenak.

“Ah semalam..ah....apa yang ku lihat semalam...siluman rubah?”

Dia mencoba mengingat benar apa yang ia lihat semalam, ia terus mengingatnya sambil mengganti bajunya dan ia berniat untuk jogging pagi ini, dia mengingat, mengingat, mengingatnya secara terus menerus.

---

Sementara Rae In pergi untuk jogging, So Young dan Junhong tengah sibuk satu sama lain.

“So Young...Kim So Young...” sebut Junhong yang tengah sibuk menciumi leher gadis kucing tersebut. “So..so...mmhh...”

“Oppa...nggh...” So Young memeluk erat Junhong dan merasakan apa yang laki-laki itu perbuat dengan tubuhnya. “Oppa...Junhong oppa...”

So Young merasakan tangan Junhong meraba punggungnya dan berusaha melepaskan kaitan bra milik So Young.

“Oppa...mmhh....Junhong Oppa...” ekor panjang milik So Young melilit tangan nakal itu dan ia tidak ingin Junhong melepaskan bra miliknya.

Junhong perlahan menghentikan apa yang ia lakukan dan menatap So Young, “Kenapa? Kau tidak ingin melakukannya denganku?”

“Aku hanya takut...kau akan berubah sepertiku...aku tidak ingin kau berubah menjadi setengah siluman seperti aku...” jawab So Young sambil mengusap pipi Junhong.

Junhong tidak menjawabnya dan mulai mencium perlahan bibir tipis So Young, perlahan dan lama kelamaan begitu dalam dan penuh hasrat.

“Mhh...” So Young tidak bisa melawan, Junhong mendorong tubuh So Young ke arah tempat tidur dan lelaki itu tetap mencium bibir So Young begitu menggebu.

So Young melingkarkan tangannya di pundak Junhong, dia membiarkan Junhong menciumnya begitu dalam. Dan tangan nakal milik Junhong berhasil melepas kaitan bra milik So Young.

“Nghh...” Junhong tetap mencium gadis kucing itu dengan hasrat yang begitu tinggi.

---

1 jam berlalu, Rae In sudah kembali ke kamarnya dan mendengar suara-suara aneh dari kamar Junhong namun dia membiarkannya. Dia tengah sibuk memikirkan sesuatu, berkaitan tentang kejadian aneh semalam.

Rae In duduk di sofa kecil di dalam kamarnya dan mengingat sebuah kejadian serupa saat ia masih berusia 8 tahun...

`Flashback`
Rae In kecil begitu hiper aktif. Sampai pada suatu ketika ia masuk hutan seorang diri dan tersesat, semalam suntuk Rae In tidak bisa menemukan jalan keluar, orang tuanya, dan sanak family mencarinya namun tidak bisa menemukan Rae In. Ia menemukan gua dan bersembunyi disana.
Ia bertemu dengan sesosok makhluk setengah manusia yang memiliki ekor kemerahan dan bertaring, kupingnya seperti kucing, matanya coklat kekuningan dan begitu tajam melihat ke arah Rae In. Sosok itu menggeram, Rae In ketakutan dan tidak berani mendekat, namun makhluk itu mendekat dan menghirup aroma Rae in.
Rae In melihat makhluk itu tersenyum menyeramkan lalu ia pergi meninggalkan gua itu. Makhluk itu merampas sebuah kalung milik Rae In.
“Kembalikan kalungku!!” teriak Rae In dari dalam gua, namun makhluk aneh itu sudah menghilang begitu cepat.

....

“Tidak mungkin....makhluk seperti itu masih eksis? Aku pasti kelelahan...”

Kemudian Rae In bersiap untuk pemotretan hari ini, dia mendapat tawaran untuk menggunakan kostum pernikahan ala tradisional Jepang.

Setelah bersiap kurang lebih 1 jam, Rae In pergi dengan mobilnya ke lokasi yang sedikit lebih jauh dari jarak tempuh biasanya.

---

“Ah...ah...Oppa..Oppa......arrghh...”

Junhong sibuk dengan tubuh So Young, ia menciumi seluruh badan gadis itu, sampai ada satu hal yang membuat Junhong menghentikannya.

Junhong menarik selimut dan menutupi tubuh polos mereka, “So Young...hh..hh...” deru nafas mereka berdua begitu kencang, Junhong memeluk So Young dari belakang, mereka merasa kelelahan juga merasa terpuaskan satu sama lain.

“Oppa....kau..melakukan ini padaku....kau harus...bertanggung jawab..”

“Soso...So Young...ekormu...telinga kucingmu...menghilang....”

So Young kemudian duduk dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, ia meraba tubuhnya secara keseluruhan dan tidak percaya, tidak ada bagian di tubuhnya yang menyerupai kucing lagi. “Oppa...” So Young melihat ke arah Junhong kemudian memeluknya dengan perasaan bahagia tiada tara.

“Oppa~ Oppa! Kau menghilangkan kutukan ku!!!” So Young memeluk erat tubuh kekasihnya.

“Ah...So Young, my Soso..” Junhong membelai mesra kepala gadis itu dan bersyukur karena ia dapat menghilangkan kutukan milik So Young. “Berarti...kakakmu...harus melakukan hal yang sama seperti kita?”

“Eum?” So Young menatap Junhong, “..aku tidak tahu...mungkin iya..mungkin juga tidak...aku..aku kira setelah kita melakukan ini...kau akan berubah sepertiku...” So Young mengusap lembut kepala Junhong dan beberapa kali mencium kening lelaki itu. “Oppa...kalau begitu..aku sudah bisa bertemu dengan kakakmu?”

Junhong mengusap lembut tangannya di punggung So Young, “Tentu saja....ku harap kutukan mu benar-benar hilang...”

~-------~

“One more, Rae In!” teriak pengarah gaya yang siap membidik tubuh Rae In dengan kamera profesionalnya.

“Rae In-ssi jjang!!” teriak salah satu teman yang ikut mengantarkan Rae In siang ini.

“Ok! Good job Rae In!”

“Thank you, thank you!” Rae In membungkuk kepada fotografer asing itu dan kemudian mengambil jeans dan baju hangatnya kemudian ia mengganti kostum di ruang ganti.

Beberapa saat kemudian ia bersama temannya masuk ke dalam hutan dekat lokasi permotretan untuk mencari bola golf yang mereka mainkan beberapa saat yang lalu.

“Kenapa kau melemparnya begitu kencang Rae-ya!? Hhh...itu milik Kevin, dan jika dia tahu bola itu hilang, aku akan kena marah!”

“Kau bisa cari yang baru lagi kan?”

Alice menggeleng, “Itu kenang-kenangan dari almarhum ayahnya! Ah...kita harus menemukannya!”

Alice dan Rae In mencari sebuah bola golf sampai mereka masuk ke bagian hutan yang lebih dalam.

“Rae-ya...kurasa bolanya tidak terlempar sampai sejauh ini...” Alice melihat sekeliling dan suasana menjadi agak gelap dan menjadi lebih dingin. “Kita kembali saja...aku rasa kita berjalan ke arah yang salah...”

Rae In tetap melihat ke bawah, “Eh...ini bukan bola yang kita cari?” Rae In mengambil bola itu dan memberikannya kepada Alice.

“Omo! Omo!” Alice mengambil bola golfnya dan menyimpannya ke dalam tas, “Ayo segera turun Rae-ya!” Alice menarik keras baju hangat Rae In, namun tampaknya tali sepatu Rae In benar-benar perlu di perbaiki.

“Ah...iya..iya..tunggu Alice..tali sepatuku...perlu aku perbaiki...” Rae In berlutut dan perlahan menyusun kembali tali sepatu yang berantakan itu.

“Euh...baiklah aku menunggumu di bawah! Jangan terlalu lama!” Alice turun terlebih dahulu.

3 menit, 5 menit, 10, 15, 20 menit waktu yang dibutuhkan Rae In untuk memperbaiki total tali sepatunya.

“Ah....aku benci menggunakan sepatu bertali!” ketika ia melihat sekeliling, angin berhembus kencang dan akhirnya ia berdiri dan berjalan menuruni bukit, namun sebuah suara aneh membuatnya menoleh kebelakang. “Siapa disana?!” teriaknya.

Suara seperti derap langkah yang cepat menuju ke arahnya, Rae In masih menunggu hal itu, namun ia segera berlari turun dan karena tidak hati-hati, ia terperosok ke dalam lubang yang tersembunyi di balik semak-semak.

“AAAAAKKKHHH!”

Rae In hanya berpegangan pada akar pohon, dan tubuhnya menggantung tanpa bisa berpijak pada apapun. Dia melihat ke bawah, lubang ini begitu dalam dan gelap.

“SIAPA PUN!! TOLONG AKU!” tak ada seorang pun yang mendengar teriakan Rae In. Karena angin yang berhembus semakin kencang, bunyi dari gesekan dedaunan membuat suara teriakan itu menjadi sungguh kecil.

“TOLONG!!! SIAPA PUN! TOLONG!!!”


Rae In masih berpegangan pada akar pohon dengan kedua tangannya, dia berusaha melompat ke atas, berkali kali kakinya menginjak tanah yang basah dan ia tetap pada posisinya yang semula.

---

Dia berdiri tegap di dekat gadis yang terperosok itu, berpikir berulang kali, akan menolong manusia itu atau membiarkannya seperti itu.

Menolongnya atau tidak? Jika aku menolongnya dan ternyata dia salah satu dari pemburu itu...bagaimana? Aku tidak bisa ceroboh seperti itu...

“TOLONG!!! TOLONG!”

Tangan gadis itu berpegangan kuat dan tampak ia mengangkat badannya namun tak cukup kuat untuk mengangkatnya untuk sampai di atas.

‘GREB’

Dia memutuskan untuk menolong dan menarik gadis itu, “Jangan berteriak lagi! Tidak ada seorang pun yang bisa mendengarmu!”

Gadis itu merasa lega juga sekaligus bingung, ia merasakan genggaman tangan yang hangat dan lembut.

“Pulanglah!” kata orang orang itu melepaskan genggaman tangannya perlahan dan membuat gadis itu duduk menjauhi lubang. “Jangan lihat aku! Segeralah pulang!”

Gadis itu melihat sepatu yang begitu kotor dan sebuah ekor yang berbulu keemasan meliuk-liuk di belakang sepasang kaki orang yang sudah menolongnya.

“Lihat apa?! Pulanglah!” teriaknya itu begitu kencang. “Aku bilang, pulang!!”

Rae In membungkam mulutnya dan tubuhnya mulai bergemetar, ia merasa ketakutan sehingga ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Hal ini membuat orang itu kesal, dia berlutut dan menatap tajam Rae In, “Hei Nona, kamu mengerti bahasaku kan? Aku menyuruhmu pulang...!”

Rae In menatap mata coklat itu, ia gugup, ia ketakutan, ia merasa―kagum melihat wajah dari makhluk aneh ini.

Lelaki itu menjetikkan jarinya di samping telinga Rae In, “Pulanglah, dan jangan beritahu hal ini kepada siapapun!” Makhluk ini membantu Rae In berdiri dan sedikit mendorongnya untuk menuruni bukit.

Sebelum Rae In pergi, makhluk itu berbisik, “Jangan beritahu siapa pun, atau aku akan membuat perhitungan denganmu!” kemudian dia mundur dan berlari untuk memasuki hutan yang paling dalam.

Rae In berbalik untuk mengucapkan terima kasih, namun dia sudah menghilang.

“Ah.......”

~-------~

Satu minggu semenjak kejadian itu, Rae In benar-benar tidak menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Namun ia masih sering di hantui oleh perasaan ketakutan, terutama saat ia pergi seorang diri.

Namun pada suatu hari, ia mendengar percakapan antara Junhong dan juga So Young, mereka membahas tentang makhluk itu. Dan betapa terkejutnya ketika ia mengetahui jika So Young adalah jelmaan dari mahkluk aneh itu, hanya saja, kini So Young telah berubah sepenuhnya menjadi manusia dan tidak ada alasan bagi Rae In untuk menuduh So Young. Apalagi, ia mengerti benar, Junhong akan begitu membenci dirinya jika ia melakukan hal buruk kepada So Young.

Lalu, terdengar So Young membicarakan tentang kakaknya, Rae In begitu mendengarkan dengan hati-hati dan ia kini tahu siapa sosok yang menolongnya saat ia terperosok, namun sayangnya Junhong mengakhiri perbincangan itu dan memilih pergi bersama So Young.

---

Junhong mengendarai mobil dengan lumayan cepat, karena So Young mengatakan ingin melihat kakaknya.

“Aku ingin Youngjae Oppa menjadi manusia...aku ingin dia tinggal bersamaku..Oppa...tolong bantu aku..”

“Dia....tidak...memakan manusia kan?”

So Young memukul pelan lengan Junhong, “Tidak...dia sama seperti kita...hanya saja..dia kurang ramah dengan kaum manusia..”

“Kau...kau masih ingat dimana ia tinggal? Kau waktu itu mengatakan, dia tinggal di hutan kan? Sekarang kau bukan gadis kucing lagi..bagaimana bisa kau masuk ke hutan tanpa tersesat?”

“Aku rasa gua itu tidak terlalu jauh berada di dalam hutan....tapi jika kakakku menolak kita, bagaimana? Bagaimana jika kakakku, memilih menjadi siluman sepenuhnya?”

---

Rae In menyadari sesuatu, Rae In mengingat sesuatu, makhluk yang ia temui di hutan, makhluk yang menolongnya adalah orang yang sama dengan yang mencuri kalungnya sewaktu ia kecil. Rae In nekat kembali ke hutan itu seorang diri dan mendaki lebih jauh masuk ke dalam hutan. Dia hanya tiba lebih cepat daripada Junhong.

Rae In melihat kalung itu ada di pergelangan tangan makhluk itu, ia melihatnya sewaktu makhluk itu menolongnya satu minggu yang lalu.

“Itu pasti dia!!”

Teriak Rae In ketika ia mendaki ke atas hutan, namun ternyata ia tidak sendiri, ia mendengar beberapa orang mengobrol di bawah sana. Rae In menghentikan langkahnya dan mencoba mendengarkan suara yang berkumandang tersebut.

“Jika kita bisa dapatkan dia, aku akan membuka pertunjukkan dan akan memamerkan makhluk setengah siluman itu!”
“Aku akan membunuhnya dan mengawetkannya dan akan ku berikan pada presiden!”
“Kalian bodoh! Jual saja ke kelompok sirkus, dan kita akan mendapatkan upah yang besar! HAHAHAHAHAH!!!!”

Jadi,....dia....makhluk buruan? Mereka akan membunuhnya? Mereka akan menangkapnya?

Rae In kembali melanjutkan langkahnya dan mulai berjalan cepat agar bisa menemukan makhluk itu, sepertinya, segerombolan pemburu itu mendengar langkah Rae In dan mereka pun ikut menyusul Rae In.

Menyadari hal itu, Rae In panik dan bersembunyi di sebuah gua yang tak jauh dari tempatnya mendaki.

“Hhh..hh...” Rae In masuk lebih dalam lagi, ia duduk dan mundur, mundur menjauhi mulut gua.

Terdengar pemburu itu mendekati gua dan berusaha memeriksa gua, namun salah satu dari mereka memberi perintah agar terus mendaki.
“Hei! Ayolah! Mungkin itu hanya rusa! Makhluk setengah siluman itu hanya keluar di malam hari! Kita akan pancing mereka dengan daging babi mentah ini!”

Sebuah deru nafas terdengar oleh Rae In dari belakangnya, ia perlahan menengok ke belakang dan ia menutup mulutnya.

“Apa yang kau lakukan disini...? Kau datang bersama pemburu itu kan?!” siluman itu setengah berteriak.

“Psst! Psst!!! Ku mohon jangan....ber...te...riak....atau mereka...akan...menemukanmu..mereka ingin menjualmu...”

Makhluk itu terlihat marah, namun Rae In memberanikan diri untuk menahannya dengan cara memegang erat bahu siluman itu. “Tenanglah! Aku ke sini untuk membantumu!”

Siluman itu menatap tajam Rae In dengan mata coklat kekuningan yang menyala, “Membantuku? Atau menjebakku?” Lalu ia mencengkram erat bahu Rae In dengan cakarnya yang tajam.

“Jangan lakukan itu! Kau menyakitiku! Aku datang ke sini untuk membantumu! Dan juga mengucapkan terima kasih karena kau sudah menolongku waktu aku terperosok ke dalam lubang!”

Siluman itu menarik tangannya dan berhenti menyakiti Rae In. “Bagaimana bisa aku mempercayaimu?”

Rae In menatap makhluk itu, “Jika kau tidak bisa percaya, jangan berusaha mempercayainya! Yang jelas, aku kesini untuk membantumu! Kau tidak mengingat aku?”

Siluman itu menatap Rae In, “Aku...aku...pernah bertemu denganmu...aku yang mencuri daging dan telurmu! Aku yang menyerangmu malam itu!”

“Tsk! Sudah ku duga itu kau! Sudahlah, aku tidak mempermasalahkannya, yang aku maksud, apa kau mengingat pernah mengambil kalung ini dari seseorang di masa lampau?” tunjuk Rae In ke pergelangan tangan siluman itu, “Ini, kalung ini dulu milikku! Kau mengingatnya bukan?”

“Oh...kalau begitu, kita bertemu lagi...manusia...” lalu dia melepaskan pandangannya dari gadis itu. “Dengan cara apa kau akan menolongku? Menghilangkan kutukanku?”

“Kutukan? Jadi ini bisa dihilangkan? Bagaimana caranya?”

“Huh~ aku meragukanmu! Manusia itu licik, aku tidak percaya manusia!”

Rae In merasa tersinggung, ia merangkak untuk keluar gua. “Aku tidak akan datang ke sini untuk yang kedua kalinya!”

Siluman itu menangkap kaki Rae In, “Baiklah...baiklah...jangan pergi dulu...aku akan menceritakannya padamu!”

Rae In kembali dan duduk berhadapan dengan siluman itu.

“Keluargaku di kutuk, menjadi setengah kucing. Semua keluargaku! Ayah, Ibu, Paman, Bibi, adik, dan aku. Orang tuaku tewas karena di tangkap oleh pemburu, sudah 10 tahun yang lalu..aku dan adikku hidup di gua di hutan ini. Kami berpindah pindah. Adikku, adikku, bukan adik kandung, dia sepupuku....”

“Tunggu, adikmu, So Young bukan?”

Siluman ini sedikit terkejut, “Kau...mengenal So Young?” ekspresinya berubah menyeramkan lagi.

“So Young...dia sudah menjadi manusia sekarang...dia ber....ber....berpacaran dengan adik laki-laki ku...aku sering melihatnya dirumahku seminggu belakangan ini.”

“So Young!!! Kalian manusia, menangkap adikku kan?!” ia kembali berteriak.

“Pelankan suaramu!! Teriakanmu bisa di dengar jelas di hutan ini! Berbicaralah pelan...aku tidak tuli!”

“Dengan cara apa adikku bisa menghilangkan kutukan ini?”

Rae In sedikit sebal, “Aku tidak begitu yakin,...maksudku aku tidak tahu...kau bisa menanyakannya langsung kepadanya setelah tiba dirumahku..ngomong-ngomong, kenapa keluargamu bisa dikutuk seperti ini?”

“Ibuku mengatakan jika Ayahku selalu menyiksa kucing semasa hidupnya, dan Ibuku, selalu memakan daging kucing. Dewa kucing murka, dan mengutuk keluargaku.”

Rae In sedikit bergidik membayangkan seseorang menyiksa hewan lucu seperti itu. “Aku berjanji akan membantumu mematahkan kutukan ini..terserah kau mau percaya atau tidak, selama kau bersamaku, aku yang menjamin keselamatanmu..”

“Bagaimana jika ini hanya tipuan?”

“Kau bisa membunuhku jika aku memang menipumu pada akhirnya. Cukup adil kan?”

“Bagaimana kau akan membawaku keluar  dari sini dengan wujudku yang seperti ini? Semakin malam, semakin banyak pemburu yang datang ke sini...”

Pada beberapa saat Rae In menatap wajah siluman ini, ia mengingat benar ketika pertama kali bertemu dengan makhluk ini. “Anggap saja kita memiliki perjanjian. Kau sudah merampas kalungku, dan kini, kau harus menurutiku...jika tidak...akan sulit bagiku untuk membantumu lepas dari kutukan ini..”

Siluman ini memandang Rae In dengan tatapan yang menghakimi, “Menurutimu? Kau membuat lelucon Nona?”

“Kau mau aku bantu atau tidak? Aku berjanji akan membantumu sampai masalahmu selesai...”

“Hh...baiklah, aku akan menurutimu, tetapi jika itu tidak sesuai dengan hati nuraniku...aku tidak akan menjalankannya.”

“OK, Deal!” Rae In membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah jaket panjang dan topi. “Gunakan ini, dan topi ini juga. Agar yang lain tidak bisa melihat telinga kucingmu itu.”

“Tapi ekorku akan bergerak terus!”

Rae In mencopot sabuknya dan memakaikannya di tubuh siluman itu. “Maaf, aku akan mengikat ekormu  di badanmu, beritahu aku jika ini menyakitkan.” Rae In melingkarkan sabuk itu dan mengencangkannya. “Aku harus memanggilmu apa? Kau punya nama kan?” Rae In membantu memakaikan jaket itu.

“Young Jae.”

“Namaku Rae In.”

Rae In mengancingkan jaket itu ke tubuh Youngjae, dan memakaikan topi perlahan ke kepala lelaki siluman tersebut. “Youngjae-ssi, jangan menatap orang lain yang berpapasan dengan kita. Atau kau akan ketahuan. Lihat kebawah saja, jangan mengerang, jangan mengeluarkan suara yang aneh. Mengerti?” ucap Rae In sambil merapikan topi itu.

“Hmm..baiklah..”

Rae In melangkah terlebih dahulu untuk memastikan keadaan aman, kemudian ia memanggil Youngjae.

“Hei, aku tidak bisa keluar...aku memiliki kumis kucing...”

Rae In yang menyadari itu segera memberikan maskernya kepada Youngjae, “Maaf,...pakai saja milikku. Ini ... cukup bersih...”

Setelah Youngjae memakai penutup wajah atau masker, mereka berdua berjalan menuruni bukit, beberapa kali mereka berpapasan dengan sejumlah pemburu satu atau dua orang melihat aneh ke arah Youngjae dan juga Rae In.

Ku harap tiada satu pun yang tahu.....

“Ah? Junhong-a? Apa yang kau lakukan disini?” Rae In terkejut ketika menemukan Junhong dan So Young mendaki.

“Youngjae Oppa!” sahut So Young pelan, “Oppa...apa yang...”

“Di sini tidak aman...bisa kau tolong kami untuk turun ke bawah? Aku khawatir...ekornya.....” Rae In selalu menengok ke arah belakang untuk memastikan ekor Youngjae tidak menyembul keluar.

“Ah Nuna, aku akan berjalan di belakangmu,  aku ke sini mengantarkan So Young, dia mengatakan ingin bertemu dengan Youngjae...Hyung.” Junhong membungkuk kepada Youngjae kemudian bersama sama mengantarkan mereka turun.

---

“Nuna...bagaimana kau bisa menemukannya?” sambil berkonsentrasi menyetir, Junhong mengobrol dengan kakaknya yang duduk di belakang bersama Youngjae.

“Tidak sengaja...” Rae In berusaha menghindari kontak mata dengan Youngjae, karena kini ia merasa gugup.

“Untuk apa kau mendaki? Kau..tidak suka mendaki, kan? Tapi aku sungguh berterima kasih, dengan begini, So Young bisa bertemu denganmu, Youngjae Hyung.”

“Kau....kekasih adikku?”

Suasana menjadi begitu canggung, terutama bagi Rae In dan Youngjae.

So Young dan Junhong saling bertatapan, “Ah Youngjae Oppa...maafkan aku,...selama ini aku tidak pernah menceritakan tentang dia kepadamu...aku takut kau akan melarangku bertemu dengannya...”

“Bagaimana bisa kau berubah menjadi manusia? Apa dia yang sudah mengubahmu?” Youngjae melirik tajam ke arah Junhong yang berada di depannya.

Rae In hanya mendengarkan mereka tanpa mau mencampuri urusan mereka.

“Iya, dia yang melepaskan kutukanku.” Ucap So Young tanpa mau menatap Youngjae.

“Dengan cara apa?!” Youngjae tampak begitu emosi, karena dia mencium gelagat yang aneh dari So Young. “Jawab aku So Young, dengan cara apa dia bisa mengubahmu?!”

Hentakan Youngjae menganggu Rae In, “Jangan berteriak..ku mohon Youngjae-ssi. Jika So Young tidak mau menjawabnya sekarang, kau bisa bertanya dengannya nanti...”

“So Young jawab aku!!!” hentakan Youngjae begitu keras dan So Young tampak ketakutan, Rae In merasa gerah dan ia menarik keras jaket Youngjae.

“Aku sudah katakan padamu, jangan berteriak!!!” Rae In berteriak mengatakan hal itu membuat Youngjae tertegun.

“Ma...maaf....” baru kali ini ia melihat seorang manusia berteriak  dan menegurnya langsung di hadapannya.

So Young yang melihat itu merasa heran karena baru kali ini ia melihat sang kakak dengan ekspresi yang seperti itu.

“Soso, dengan cara apa dia mengubahmu? Kau tidak mau mengatakannya padanya, kau bisa mengatakannya padaku.” Ucap Rae In dengan nada yang tenang dan rendah. Tapi So Young hanya menunduk malu. “Berbisiklah padaku.”

So Young berbisik sesuatu kepada Rae In, “Maaf Eonni, aku tidur bersama Junhong...kami...kami...melakukan....seks....”

Hal itu membuat Rae In terbelalak tidak percaya, ekspresinya bercampur aduk. Rae In ingin memarahi mereka berdua namun semuanya sudah terjadi.

“Hhh.....” Rae In hanya menggelengkan kepalanya, So Young tertunduk malu dan bersalah, namun Junhong menggenggam tangannya berusaha menenangkannya.

Youngjae mendekati dan berbisik kepada Rae In, “Apa yang dia katakan?”

“Hm..yeah....aku akan memberitahumu setibanya dirumah...”

~-------~

Junhong dan Rae In menyulap gudang bawah tanah menjadi kamar sementara untuk So Young dan Youngjae. Mereka menyelesaikannya hanya dalam waktu beberapa jam.

“Maaf, aku tidak bisa memberikan ruangan yang lain buat kalian...aku akan memindahkannya setelah orang tuaku kembali pergi ke luar daerah.”

So Young berlari ke arah Rae In dan memeluknya, “Terima kasih banyak, Eonni..kau sudah membantuku begitu banyak...”

“Ah iya, tidak masalah..bisa kau ambilkan makanan yang ada di dapur? Junhong akan mengantarkanmu.”

“Iya Eonni!”

Akhirnya Rae In memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada So Young sehingga ia  bisa berubah menjadi manusia.

Mendengar hal itu, Youngjae tampak marah dan tidak percaya. Lalu ia memandang ke arah Rae In.

“Kenapa? Kenapa kau memandangiku dengan tatapan seperti itu? Aku tidak akan tidur denganmu! Pasti ada cara lain agar kau bisa menjadi manusia!” wajah Rae In memerah dan dia segera melakukan hal lain dengan mencuci mukanya.

“Aku tidak mengatakan hal seperti itu! Mungkin memang....cara untuk menjadi manusia untuk kami berbeda-beda....dan mungkin saja jika aku tidur denganmu...kau yang akan berubah menjadi sepertiku..”

Rae In pura-pura tidak mendengarkan Youngjae, wajahnya terlalu merah untuk menatap lelaki itu.

Setelah Junhong dan So Young datang, Rae In pergi dan ia menuju ke kamarnya. Ada banyak hal yang ia perlu selesaikan. Script sudah menumpuk di atas mejanya, dia butuh ide baru untuk melanjutkan TV drama yang ia garap.

---

Junhong, So Young dan Youngjae cukup lama mengobrol di gudang bawah tanah sampai akhirnya Rae In menelpon Junhong untuk kembali ke rumah utama.

“Ah...Soso, aku harus kembali ... Nuna sudah menelponku,...kita bertemu lagi besok ya!! Aku permisi, Youngjae Hyung. Semoga kalian istirahat baik malam ini.” Junhong membungkuk kepada Youngjae dan melambaikan tangan kepada So Young, kemudian ia pergi.

“Jadi kau dan dia...sudah berani tidur bersama dan melakukan seks?” tanya Youngjae langsung kepada So Young. “Berapa kali kau melakukan hal itu dengannya?”

“Youngjae Oppa...jangan marah padaku....kami hanya melakukannya sekali saja....hanya sekali...benar aku tidak berbohong...awalnya aku sudah mencegahnya, aku takut dia berubah menjadi sepertiku...namun dia tetap melanjutkan itu...”

“Ha! Kau tidak melawannya kan? Kau hanya pasrah saja kan? Hhh, sudahku duga! Sejak kapan kau mengenalnya, sejak kapan kau sering datang ke sini?”

So Young mengatakan semuanya kepada Youngjae, dari awal ia bertemu dengan Junhong sampai saat ini.

---

“Nuna, apa aku boleh masuk?” tanya Junhong dari luar kamar Rae In.

“Hmm ~ masuk saja tidak ku kunci.”

Junhong masuk dan menemukan kakaknya begitu sibuk di depan laptop sedang menyusun sebuah drama percakapan, begitu banyak kertas yang berserakan di lantai.

“Nuna....kau akan kembali sibuk...kau akan jarang pulang kerumah... bagaimana dengan mereka? Aku tidak bisa mengatasi mereka seorang diri..”

“Aku akan sering pulang, jangan khawatir. Hm...apa benar kau tidur dengannya, Junhong? Bagaimana rasanya?” apa yang sedang aku tanyakan????!

“Hngg? Nuna...kenapa kau menanyakan soal itu? Aku hanya sekali melakukan itu padanya..begitu selesai...dia kehilangan atribut kucingnya...apa kau...berencana...”

“Aku bertanya untuk kepentingan naskah yang ku buat! Jangan berpikir yang macam-macam! Lalu, Youngjae-ssi mengatakan padaku...banyak cara untuk mengubahnya menjadi manusia...apa itu benar?”

Junhong mengangguk, “Iya itu benar...tapi aku tidak tahu bagaimana saja cara-cara itu...aku dan Soso hanya...mencobanya...”

“Bohong, aku tahu, kau memang ingin melakukan itu padanya kan? Sudah berapa lama kalian....bertemu diam-diam di belakangku?” dengan sibuknya Rae In mengetik ulang naskah yang ia tulis, ia juga membagi perhatiannya kepada Junhong.

“Ehh...Nuna....eung....dia kan pacarku...jadi...tidak salah kan jika aku....aku...sudah ..... setahun ini dengan So Young...”

Rae In hanya menggeleng, “Aku peringatkan kau...kau sudah tidur dengannya, kau tidak boleh meninggalkannya! Aku akan sangat marah jika kalian saling meninggalkan satu sama lain. Kau harus bertanggung jawab padanya....apa kau membuatnya hamil?!” tanya Rae In yang kemudian memutar kursinya dan melihat ke arah Junhong.

“Hamil?! Apa So Young mengatakan itu padamu?” Junhong merasa sangat berdebar mendengar kata itu.

“Tidak..tidak..aku hanya bertanya padamu...jangan terkejut seperti itu...”

“Aku tidak memberinya spermaku di dalam tubuhnya......aku hanya mendapatkan bercak darah dari selaput daranya...”

Rae In mengangguk-angguk mendengar penjelasan Junhong, “Ah..oke...aku mengerti Junhongie.....oke...kau bisa pergi sekarang..aku sibuk.” Rae In kembali menatap layar laptopnya.

“Apa kau berencana melakukan itu pada Youngjae Hyung, Nuna?”

“Jangan bercanda, bahkan aku baru mengenalnya, dia monster...bagaimana bisa...kau mengerti kan, jika memang itu satu-satunya jalan, aku akan ratusan, ribuan kali memikirkannya.”

“Tapi kau sudah berjanji padanya kan? Kau akan menolongnya kan?”

“Dengarkan, jadi begini...jika memang itu jalan satu-satunya, dia bisa saja tidur dengan wanita mana pun, selain aku..masalah akan beres kan?”

“Bukan hanya semata-mata dia melakukan itu dengan sembarang perempuan, Nuna. Jika aku melakukan itu dengan So Young, jika aku tidak melakukannya dengan kasih sayang, mungkin saat ini So Young masih akan menjadi setengah siluman.”

Rae In menghelas napas, “Begini, Junhong, aku dan kakak So Young, kami masih orang asing...jadi aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa. Mengerti? Aku hanya ingin berterima kasih, aku...aku...aku hanya ingin membantu So Young!”

“Tunggu, berterima kasih apa? Apa kau menyembunyikan sesuatu dari ku?” Junhong terlihat serius kali ini.

Rae In berdiri dan mendorong Junhong, “Sudahlah, aku perlu waktu untuk bekerja malam ini...kau bisa menanyakan hal itu kepada Youngjae-ssi esok!”

~-------~

Di hari-hari berikutnya, Youngjae dan Rae In bersama-sama mencari jalan keluar untuk mengubah Youngjae menjadi manusia.

“Rae In-ssi, mungkin kau harus ke kuil dan tanyakan pada pendeta...mereka pasti tahu...atau mungkin aku harus mencari seseorang yang mau menerimaku apa adanya dan mengangkatku menjadi seorang anak atau suami....”

Rae In tetap sibuk membaca buku yang ia pinjam dari seseorang, “Lakukan saja jika memang kau bisa melakukan usul yang kedua...tapi jika aku ke kuil, dan pendeta membocorkan hal ini ke publik..itu bisa jadi hal yang sangat bodoh yang aku lakukan di dunia ini....”

Youngjae merebahkan diri di atas tempat tidur dan melihat Rae In di meja kecil di hadapannya, gadis itu tampak begitu serius membaca sebuah buku. Membuka halaman per halaman, berusaha menemukan sesuatu yang berarti.

Sudah hampir 1 bulan aku tinggal di sini...dan dia...begitu serius membantuku...dia tidak menipuku, kan? Kenapa dia mau menolongku?

“Aku..boleh bertanya satu hal padamu, Rae In-ssi?”

Dengan tetap membaca, Rae In menjawabnya, “Tanyakan saja.”

“Kenapa kau menolongku? Aku ini hanya setengah manusia, aku bisa saja mencelakaimu..aku bisa saja membunuhmu..”

Dengan santainya Rae In menjawab, “Hanya karena aku ingin. Mungkin karena So Young. Kau tahu kan, Junhong begitu peduli kepada adikmu, aku rasa membantu So Young...tidak ada salahnya.”

Jawaban Rae In membuat Youngjae bingung, “Jadi, karena kau ingin atau karena So Young? Lalu, mengapa kau tidak ketakutan saat bertemu aku di gua?”

“Karena aku ingin, dan karena So Young. Aku ketakutan, aku benar-benar ketakutan. Lagipula, setelah kau menolongku, aku pikir....kau tidak sebegitu menakutkan...kecuali jika kau siluman singa atau harimau, aku akan berpikir 2 kali untuk membawamu kerumahku. Dan, di malam kau mencuri makananku, kau begitu mengejutkanku, terima kasih karena memberiku shock therapy.” Ujar Rae in, kemudian ia bangkit dan menuangkan air di dalam gelas di genggamannya. Meminum air itu dengan perlahan.

Youngjae masih melihat ke arah Rae In, ia melihat dan mencermati saat gadis itu minum air, meletakkan gelas dan tiba-tiba lampu mati.

“Ah...ah lampunya mati....” ucap Rae In sambil meraba-raba sekitarnya, ia turun dan meraba-bara lantai keramik tersebut. “Youngjae-ssi...apa kau bisa melihatku?”

Tentu saja....begitu jelas...
“Iya, aku bisa melihatmu.”

Rae In masih meraba-bara untuk mencapai meja, ia bergerak ke sana kemari sampai akhirnya tanpa sengaja lehernya tergores benda tajam. “Aw..ah..sepertinya leherku tergores sesuatu...”

Youngjae akhirnya berdiri dan membantu Rae In berdiri, “Pegang tanganku, kau tergores pinggir meja yang tajam.”

Youngjae menggenggam tangan Rae In dan menggiring gadis tersebut ke sofa, mereka duduk disana dalam kegelapan.

“Bagaimana benda-benda di sekitarmu saat gelap seperti ini? Apa yang kau lihat?” tanya Rae In sambil meraba-raba lehernya.

“Tanganmu kotor, jangan pegang lukanya nanti bisa infeksi. Seperti biasa saja, gelap...tapi aku bisa melihat semuanya...tidak black out..”

Aku merasa gerah....atau ini hanya perasaanku saja? Aku begitu jelas bisa melihat Rae In....ku rasa..dia tidak seburuk apa yang aku pikirkan selama ini...

“Pasti menyenangkan bisa melihat dalam gelap...bukan begitu? Atau aku salah?” Rae In berusaha melihat Youngjae dalam gelap, “Tapi tidak adil ketika hanya kau yang bisa melihatku di dalam gelap...” apa yang sedang aku bahas....

Tangan Rae In terus saja meraba lehernya, sampai suatu tindakan Youngjae membuatnya terkejut.

---

Melihat tangan Rae In yang tidak berhenti meraba lehernya, Youngjae dengan tiba-tiba menjilat luka di leher gadis itu perlahan-lahan. Rae In meremas pundak Youngjae tanpa bisa berkata-kata, ia merasakan perih dan juga sensasi yang berbeda ketika Youngjae melakukan hal itu padanya.

“Apa...yang...kau....lakukan...?! Youngjae-ssi....tolong hentikan....” dengan terbata-bata Rae In mengutarakan hal itu, ia berusaha mendorong tubuh Youngjae namun lelaki itu mendekap erat tubuh Rae In.

Youngjae tidak berkata-kata, sepertinya ia tenggelam dan tidak berhenti menjilati leher Rae In. Insting kucingnya muncul, kucing sering melakukan hal itu terhadap satu sama lain.

“Youngjae-ssi...ku mohon...jangan lakukan....” Rae In mendorong keras tubuh Youngjae, namun semakin berusaha melepaskan diri, Youngjae semakin erat memeluk Rae In. Ia menjilati seluruh leher gadis itu, dan lama-kelamaan Youngjae menghisapnya dan sesekali ia menggigitnya pelan dengan taringnya.

Rae In seperti terhipnotis, namun ia masih berusaha melepaskan diri. Setengah dari dirinya menikmati apa yang Youngjae lakukan kepadanya, namun ia masih mendorong keras tubuh Youngjae.

“Mpphh....Youngjae-ssi....hhh...hh...hentikan...kita..tidak boleh melakukan ini....” Rae In tetap mendorong keras tubuh Youngjae, namun dia membawa tubuh Rae In ke tempat tidurnya dan kini ia membungkam mulut Rae In dengan menciumnya.

Youngjae perlahan menicium bibir Rae In, dia meraih tangan Rae In yang terus mendorongnya dan meletakkannya di atas kepalanya, Youngjae tetap memeluk Rae In erat dan tidak berhenti menciumi gadis itu dalam kegelapan.

Perlahan, perlahan, Rae In tenggelam bersama Youngjae. Ia mengusap lembut kepala Youngjae dan sesekali memainkan kuping kucing milik Youngjae. Sesekali terdengar desahan dari Rae In dan juga Youngjae, hal ini membuat keduanya semakin tenggelam dalam kegelapan.

“Ah.....a.....mmh.....” desah Rae In sembari memainkan bibir basahnya dan membiarkan Youngjae melakukan apa yang ia mau kali ini.

Rae In merasakan deru napas Youngjae di wajahnya begitu hangat, sesekali Rae In membelai lembut ekor tebal milik Youngjae yang terus bergerak tanpa arah.

Sampai pada akhirnya lampu kembali menyala dan Youngjae menghentikan ciuman yang dalam itu. Ia memandangi Rae In, gadis itu tampak kebingungan.

Rae In membuka matanya, menyeka bibirnya yang basah dan mengusap lehernya. Dia duduk dengan perasaan yang gugup, “Kau...menciumku...di leher dan bibirku....” Rae In berusaha untuk tetap tenang.

“Maaf....aku tidak bermaksud...aku....”

Rae In melihat Youngjae secara seksama, “Tidak ada yang menghilang, maksudku...kumis, telinga, dan ekor kucingmu masih ada....berarti bukan ini...jalan keluarnya...”

Youngjae menjauh dan mengusap rambutnya, “Yeah...mungkin bukan itu...maaf...”

Rae In mendengar seseorang datang, “Uh? Rae Eonni ~ aku membawakanmu sekotak pizza..” Ucap So Young yang baru kembali dari kota bersama Junhong.

“Terima kasih.” Ucap Rae In kemudian ia pergi kembali ke kamarnya. Melihat kakaknya yang tertunduk dengan wajah yang memerah Junhong merasa curiga.

Sesuatu terjadi pada mereka...?

~-------~

Beberapa hari setelah kejadian itu, Rae In merasa begitu canggung ketika bertemu dengan Youngjae, namun ia tetap menggali informasi tentang bagaimana membuat Youngjae berubah menjadi manusia.

“Nuna, kenapa kau tidak mencoba menciumnya? Mungkin dengan sebuah ciuman, kutukannya bisa lenyap?”

Rae In menggeleng, ia menggigit bibirnya, ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

“Kau sudah pernah mencobanya, Eonni?” tanya So Young yang begitu penasaran.

Rae In menggeleng, dia hanya ingin menyimpannya berdua dengan Youngjae. Dia tidak ingin bocah-bocah ini mengetahui hal yang seperti ini.

“Cobalah Nuna...tapi...ah...kau tidak menyukainya kan? Aku rasa itu akan percuma saja...” Junhong merebahkan dirinya di tempat tidur Rae In. “Kau menyukai pria kekar kan, hahahha....”

“Eonni, tolong bantu Youngjae Oppa...aku percaya kepadamu...”

Karena merasa terusik, Rae In meninggalkan mereka berdua dan mencari udara segar di luar.

So Young melihat Rae In pergi keluar, So Young hendak mengikutinya namun Junhong menarik tubuhnya. “Jangan...dia perlu waktu seorang diri..,” Junhong menarik So Young menuju ke kamarnya dan hanya menghabiskan waktu bersama So Young dan membahas mengenai Rae In dan Youngjae belakangan ini.

“Tidakkah kau merasa janggal? Beberapa hari ini, dia hanya menghabiskan waktu di kamarnya, mengarang berbagai macam cerita, namun tidak satupun yang terselesaikan...”

So Young membelai perlahan kepala Junhong, dia juga menyampaikan perasaannya terhadap dua orang tersebut. “Sepertinya sesuatu terjadi pada mereka...apa mereka berselisih paham? Mereka masih canggung satu sama lain...apakah mereka melakukan sesuatu yang terlarang?”

“Sesuatu yang terlarang? Melakukan seks yang kau maksud? Tidak...tidak mungkin..kakakku tidak akan mau menyentuh atau di sentuh oleh orang yang asing baginya...ah yeah...tunggu...aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu...” Junhong merasa penasaran akan satu hal.

“Apa itu, Junghong Oppa?”

“Youngjae Hyung mengatakan bahwa ia pernah bertemu beberapa kali dengan Rae In Nuna...disaat dia berusia 6 tahun, kemudian dia juga menolong kakakku saat kakakku terperosok jatuh ke dalam lubang di hutan, dan yang mengejutkan...kakakmu pernah menyerang Rae In Nuna di malam saat kau datang kerumahku...”

So Young merasa terkejut ketika mendengar hal ini, “Kenapa aku tidak tahu hal ini sebelumnya? Tunggu,....malam itu...jadi dia menyerang Rae In Eonni...? Youngjae Oppa mencari makanan sampai kota? Itu sungguh berbahaya..” So Young merasa bersalah karena malam itu dia memarahi sang kakak yang mencari makan sampai kota.

“Ah Soso....jangan menangis...itu sudah berlalu....”

So Young menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.

---

Youngjae hanya diam di gudang bawah tanah dan menunggu seseorang datang mengunjunginya, dia merasa kesepian, dia perlahan merasa dia adalah hewan peliharaan sekarang, dan dia selalu merasa senang ketika Rae In mengunjungi, namun 5 hari setelah dia mencium Rae In seperti itu, Rae In menjadi sangat jarang menengok Youngjae.

Kemana Rae In-ssi? Apa dia melupakanku? Atau dia begitu sibuk bertemu dengan manusia lain? Dia tidak menjualku ke rombongan sirkus kan? Aku masih belum puas dan belum mengerti, kenapa dia begitu niat menolongku? Atau dia hanya ingin aku mengembalikan kalung ini?

Youngjae melepas kalung yang ia jadikan gelang, dan memandangi kalung itu beberapa saat. Ia tidak bisa membohongi dirinya jika dia perlahan mulai menyukai gadis manusia itu. Namun, ia takut, jika ia tidak bisa mengontrol dirinya dan melakukan hal yang lebih dari sebuah ciuman dan mengubah Rae In menjadi seperti dirinya, ia akan begitu menyesal.

‘KRIEEK’

“Aku boleh masuk, Youngjae-ssi?” suara Rae In mengejutkan Youngjae yang tengah berkonsentrasi dengan lamunannya.

“Rae In-ssi!” panggil gembira Youngjae, namun ia menahan dirinya. “Tentu saja, kau boleh masuk..”

Rae In menutup pintu dan menguncinya tanpa sepengetahuan Youngjae. “Maaf aku...baru kesini sekarang..” Rae In duduk di sebelah Youngjae, berusaha rileks dan menyandarkan diri di sofa.

“Kau..begitu sibuk, Rae In-ssi?” tatapan Youngjae berubah, seperti kucing yang rindu akan belaian pemiliknya. “Apa kau sudah makan hari ini?”

“Hmm...aku sudah makan..iya, aku benar-benar sibuk belakangan ini...aku juga ingin minta maaf  karena aku belum bisa menepati janjiku...”

Youngjae meraih tangan Rae In dan meletakkannya di atas kepalanya. “Belai aku sekali saja..ku mohon..”

Rae In kebingungan, namun ia dengan cepat menyadari, inilah sifat kucing yang sesungguhnya. Ia mengelus kepala Youngjae dan memainkan telinga kucing itu, Rae In merasa sayang kepada Youngjae namun hanya saja ia belum bisa meyakinkan dirinya sendiri.

“Kau...menungguku untuk datang?”

Youngjae menatap Rae In dengan tatapan yang bahagia dan senang. Dia mengangguk-angguk menjawab pertanyaan itu.

“Kau,...kenapa kau menungguku?”

“Karena dengan hanya melihatmu saja, perasaanku begitu senang...mungkin aku sekarang peliharaanmu?” ujar Youngjae membuatnya berpikir sejenak.

Peliharaan? Itu artinya dia benar-benar menurut padaku?

“Tapi kau bukan kucing sepenuhnya...bagaimana bisa...kau merasakan itu?”

“Aku tidak tahu, aku hanya senang kau disini sekarang...” Youngjae merebahkan dirinya di paha Rae In dan bermanja-manja dengan menciumi aroma tubuh gadis manusia itu.

Rae In melihat ekor keemasan itu bergerak ke sana kemari, dari gesturnya Youngjae sedang merasa amat senang sekarang.

“Youngjae...ya?”

“Iya Rae In-ssi?”

“Youngjae-ya??”

“Ada apa memanggilku, Rae In-ssi?”

Tunggu ini tidak benar.... Rae In membuat Youngjae diam di posisi duduk, “Dengarkan aku, aku sedang berbicara serius...”

Youngjae menatap serius Rae In, “Oke...maaf...”

“Kau mau aku membantu melepas kutukanmu kan? Kau tidak bisa seperti ini...jika kau merasa kau adalah peliharaanku sekarang, kita akan bergerak mundur...begini saja...kita membuat perjanjian baru...”

Youngjae merasa berdebar melihat wajah Rae In yang cantik dan bermata indah. Kenapa baru sekarang aku menyadari jika dia adalah ‘sesuatu’ bagiku...

“Aku berjanji, setelah kau menjadi manusia seutuhnya....aku akan tetap menemuimu...kau akan tetap bisa menemui aku..” apa yang kukatakan...apa aku tidak ingin kehilangan dia?

“Kau menyukaiku, Rae In-a?” pertanyaan ini membuat Rae In terkejut. “Kau...merasakan hal yang sama denganku?”

Rae In nampak bingung, namun ia sejujurnya belum memikirkan hal ini lebih jauh lagi. Karena ia masih bertanya-tanya dengan dirinya sendiri.

“Jawab aku...Rae In...”

“Aku pernah bilang...ciuman kita bukan jalan keluar yang kau cari....tapi setelah itu aku terus berpikir...jika aku lebih tulus lagi, mungkin, dan bisa saja itu merubahmu menjadi manusia seutuhnya...”

Youngjae kembali mengingatnya, “Kau mendorongku, namun aku terus memaksamu. Aku melakukannya dengan pemaksaan....ya...kita tidak tulus melakukan hal itu...niatku saat itu hanya mengobati lukamu...kau tahu kan, kucing biasa mengobati luka dengan air liurnya?”

Rae In sedikit tertawa, “Tapi aku bukan kucing, Youngjae-ya...aku berpikir, aku mau melakukannya lagi...tapi aku butuh waktu untuk lebih menyukaimu lagi, aku butuh beberapa saat agar aku bisa merasakanmu...kau mau menungguku?”

Youngjae memegang kepala gadis itu dan mengelusnya, “Lakukan ciuman itu dengan perasaanmu...aku akan menunggu semoga itu tidak terlalu lama...”

-----

Makan malam berempat di gudang bawah tanah kini terasa berbeda. So Young dan Junhong menangkap aura yang hangat dari interaksi Rae In dan juga Youngjae. Mereka berdua tampak akrab dan sesekali melupakan jika So Young dan Junhong ada di hadapan mereka.

“So Young-a...bisa ikut aku sebentar?” tanya Junhong yang berdiri terlebih dahulu dan menunggu So Young di luar.

So Young menyusul Junhong dan mengikuti langkah pemuda tinggi tersebut. “Oppa, tunggu aku..~” So Young melangkah cepat dan Junhong berbalik cepat mengejutkan So Young. “Oh, Oppa. Jangan mengejutkan aku! Ada apa...?”

“Aku merasa kesal, mereka tidak mempedulikan kita..mereka sepertinya menyukai satu sama lain...?”

“Ah...masalah itu...aku ikut senang jika mereka menyukai satu sama lain....bukankah itu hal yang wajar jika dua orang sedang jatuh cinta dan mengabaikan hal-hal yang ada di sekitar mereka?”

Junhong mendekati So Young dan meraih tangannya dan menggenggamnya. “Apa kita pernah seperti itu, So Young-a?”

So Young merasa ada sesuatu di tangannya.

---

“Ah Rae In...aku rasa aku perlu mengembalikan kalung ini padamu...” Youngjae memberikan kalung yang pernah ia rampas dari Rae In.

Rae In memandangi kalung itu sebentar, “Tidak, simpan saja...ini sudah menjadi milikmu...”

“Kenapa? Aku merasa ti.....”

“Sudah, simpan saja...simpan ini untukku..jadi kau tidak boleh menghilangkannya...” Rae In melihat sesuatu yang berbeda dari wajah Youngjae... “Sepertinya ada yang berbeda dari wajahmu...”

“Benarkah?” Youngjae meraba wajahnya, “Kumis kucingnya....sudah tidak ada,....”

“Ah iya! Kau benar! Dan gigi taringnya sudah tidak ada! Kumis dan taringnya sudah menghilang! Youngjae-ya!!!” saking senangnya, Rae In meremas gemas pipi Youngjae. “Tapi aku tidak melakukan apa-apa padamu.....kenapa itu bisa hilang dengan sendirinya..?”

“Mungkin karena aku tidak berhenti memikirkanmu beberapa hari ini...”

---

“Junhong Oppa....kau memberikan aku cincin? Cincin?”

Junhong mengangkat tubuh So Young dan berputar untuk beberapa saat. “Aku akan bertanggung jawab dengan semua apa yang aku lakukan terhadapmu!” Junhong mengembalikan So Young ke tanah dan menatap gadis mungil yang berwajah seperti boneka itu. “Kau mau kan, bertunangan denganku, Kim So Young?”

So Young mulai menangis, ia merasa begitu bahagia saat ini. Ia tidak pernah menyangka jika Junhong adalah orang yang tepat untuknya, orang yang melepaskan kutukannya, lelaki yang benar-benar selalu ada untuknya. Junhong memeluknya dengan hangat dan membuat So Young menangis lebih keras lagi.

~-------~

2 bulan sudah berlalu, sejauh ini hanya kumis, taring dan cakar yang menghilang dari tubuh Youngjae.

Suatu saat setelah Rae In kembali dari kota untuk menyerahkan naskah drama TV, ia membawa daging lezat dan menemui Youngjae. Namun sepertinya belakangan ini Youngjae tidak terlihat bugar seperti biasanya.

“Youngjae-ya, aku pulang!” dengan perasaan yang gembira, Rae In menemui Youngjae, tetapi Youngjae hanya berbaring di tempat tidur.

“Rae In-a...”

“Eum? Kenapa? Kau kelihatan tidak sehat?” Rae In mengusap lembut kepala kekasihnya itu, “Kau sakit?”

“Bulu ekorku...rontok...aku sakit....”

Rae In melepas alas kakinya dan berbaring di sebelah Youngjae, ia mengusap dada lelaki tersebut dan melihat banyak bulu keemasan yang berserakan di tempat tidur. “Lalu aku harus bagaimana? Haruskah aku bertanya pada So Young? Apa kau pernah sakit sebelumnya?”

Youngjae menggeleng, “So Young tidak pernah tahu jika aku sakit, aku seperti ini...biasanya aku hanya menghabiskan waktu untuk beristirahat di gua-gua di hutan...” wajahnya tampak pucat, badannya berkeringat dingin.

“Jangan membuatku khawatir...aku tidak bisa memanggil seseorang dari luar untuk mengecekmu saat ini...” Rae In mulai merasa khawatir.

Youngjae menatap Rae In, dia melihat raut wajah yang khawatir dari manusia ini. “Aku hanya sakit biasa..mungkin karena aku perlu menghirup udara segar...”

“Kau ingin keluar? Ayo, aku temani!” Rae In sudah berusaha mengajak Youngjae keluar, namun Youngjae kembali menarik Rae In.

“Sebentar saja, temani aku di sini...”

“Aku disini..jangan khawatir.....” Rae In kembali berbaring di sebelah Youngjae dan memeluknya, mengusap lembut punggung setengah manusia ini. Dia menatap Youngjae cukup lama.

“Kenapa? Ada yang ingin kau sampaikan?”

“Youngjae-ya....aku benar-benar menyukaimu....”

Suasana menghening sesaat, senja kali ini terasa berbeda.

“Aku senang mendengarnya, Rae In-a....akhirnya kau bisa menyukai dengan wujudku yang tidak sempurna...”

“Tidak...kau sudah sempurna di mataku...aku...aku...menerima kau apa adanya jika memang sudah banyak cara yang kita tempuh tidak berhasil..namun aku masih berharap, kau bisa kembali ke wujud manusia seutuhnya...” Rae In mengatakan hal ini dengan tangisan, ia merasa sedih juga lega di waktu yang bersamaan.

Youngjae menyeka air mata Rae In, hal itu semakin membuatnya sedih. “Kenapa menangis Rae In?”

Rae In tidak menjawabnya, namun ia perlahan mencium bibir Youngjae. Ia mulai memejamkan matanya dan merasakan bibir lembut Youngjae.

Begitu pula dengan Youngjae, ia merangkul perlahan tubuh Rae In dan membiarkan Rae In menciumnya perlahan. Perasaannya begitu berdebar, seperti melakukan hal ini untuk yang pertama kalinya.

Rae In mulai mencium secara dalam perlahan, ia menggigit bibir Youngjae pelan, dan sesekali menjilatnya, ia merasakan benar apa yang ia lakukan kepada orang yang di sukainya. Begitu pun dengan Youngjae, ia mengelus rambut Rae In perlahan, merasakan apa  yang Rae In lakukan padanya, sampai ia merasakan tubuhnya begitu dingin, seperti sesuatu keluar dari tubuhnya.

Rae In merasakan sesuatu dari dari dalam mulut Youngjae, ia menghentikan ciuman tersebut dan menemukan sebuah bola kristal tembus pandang sudah memenuhi mulutnya, “Apa ini...?”

Youngjae menggigil dan mulai merintih, “Errhg...hh....aku...ke..kedinginan...”

Rae In yang menyadari hal itu, segera memeluk erat tubuh Youngjae. Ia mengelus kepala Youngjae dan merasa janggal.
“Youngjae...kupingnya....menghilang.....” lalu ia meraba bagian pantat Youngjae dan tidak lagi memegang sebuah ekor, “Ekornya...hilang...Youngjae...kuping dan ekornya....”

Youngjae terlalu sibuk menggigil, ia mengabaikan Rae In. Ia benar-benar sakit.

---

Beberapa jam kemudian, ketika terbangun, Youngjae melihat So Young dan Junhong tengah mengobrol pelan di meja kecil dekat ia berbaring. Kemudian ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. “Selamat datang kembali, Youngjae.” Ucapnya sambil memeluk erat Youngjae dan menyembunyikan tangisnya.

“Oppa! Kau sudah sadar? Youngjae Oppa...Oppa...” So Young ikut menangis bahagia.

“Oh Hyung, kau sudah sadar...kami begitu risau menunggumu!”

Youngjae merasa kebingungan, “Ada apa?” karena yang terakhir dia ingat adalah berciuman dengan Rae In. “Rae In..aku kenapa?”

Rae In masih menangis di balik tubuh Youngjae, ia menyembunyikan wajahnya di punggung Youngjae.

“Hyung, Rae In Nuna sudah mengubahmu menjadi manusia...kau...tidak merasakan hal itu?” ujar Junhong berusaha memberitahu dan memberi cermin kepada Youngjae.

Perlahan Youngjae melihat dirinya melalui cermin tersebut, memang wajahnya masih tampak berantakan dan pucat, namun ia tidak lagi menemukan kuping kucing dan ekornya pun sudah menghilang. “Rae In-a!” Youngjae berbalik dan memeluk erat tubuh Rae In, gadis itu tidak berhenti menangis dan ia masih merasa bahagia karena bisa menghilangkan kutukan itu dari orang yang ia sayangi.

“Aku melakukannya, Youngjae...aku...aku...menepatiku janjiku...!” ia berbicara dengan terbata-bata karena ia menangis sesenggukan. “Benda ini keluar dari dalam tubuhmu..” Rae In mengambil bola kristal yang cukup besar itu dan memberikannya kepada Youngjae. Ia mengusp airmatanya, “Aku menciummu, lalu kau memberiku kristal ini...setelah itu, kau sudah menjadi manusia seutuhnya..” Rae In kembali menangis karena ia merasa bahagia telah mematahkan kutukan tersebut.

Untuk sesaat Youngjae menatap tidak percaya jika ia di anugerahi sebuah bola kristal dan juga Rae In .

“Aku tidak akan pernah melupakan hari ini...Rae In.....sungguh, terima kasih...”

Ia memeluk Rae In dan merasa sungguh tertolong. Ia tidak pernah berpikir jika Rae In lah orang yang akan mencabut kutukan itu.

~-------~

..... Beberapa minggu setelah Rae In mencabut kutukan Youngjae.
.....

Perlahan ia memeluk dari belakang tubuh gadis yang tengah tertidur pulas itu. Ia melihatnya untuk beberapa saat dan memberi ciuman kecil di pipi Rae In.

“Miaw...miaw...miawww?” Suara Youngjae mengejutkan dan membangunkan Rae In dari tidurnya.

Ia tersenyum dan menoleh ke belakang, “Aku kira, aku tidur dengan seekor kucing?”

Lalu Youngjae tertawa, tawa bahagia yang ia rajut bersama Rae In.

“Miaw-ning, my Rae In~..” ia kecup kening gadisnya dan mereka merasa tampak sangat bahagia.


TAMAT








Tidak ada komentar:

Posting Komentar