Tittle :
Crystal Cat
Cast : Young
Jae (B.A.P) – Rae In (OC) – So Young (OC) – Junhong (B.A.P)
Genre :
Fantasy Romance
Rated :
19+ (Dewasa) [R]
Theme
song : Ayumi Hamasaki
Author :
Ravla
----------
“Hhh....hh....hhhh....”
Apa? Apa
yang ku lihat barusan?!
Dengan wajah yang terkejut dan nafas
yang berderu kencang, Rae In terduduk di aspal dengan lutut dan tangan yang
gemetar. Malam ini, ia baru saja melihat sosok yang aneh menabraknya dan
mengambil beberapa makanan yang baru ia beli dari mini market.
Rae In menelan ludahnya, ia berusaha
mengambil satu per satu barang yang berserakan di bawah dan memasukkannya
kembali ke dalam kantong plastik, ia berdiri perlahan masih dengan lutut yang
gemetar, ia segera berbalik dan berjalan cepat menuju mobilnya.
-----
“Arrghh!!” teriakan ini begitu
kencang dari dalam sebuah gua di tengah hutan, perutnya terluka akibat ia
menabrak sebuah besi tajam saat mencuri makanan tersebut.
“Oppa~ kau mencuri ini lagi?
Oppa...kau terluka...”
“Aku sudah tahu! Diamlah!! Arrghhh!”
Seorang gadis manis dan cantik,
namun sayang gadis ini bukan manusia, dia hanya setengah manusia.
“Oppa...jangan lakukan itu lagi..aku masih bisa berburu dan kau tetap bisa
makan apa yang kau mau..”
Lelaki itu mengerang kesal dan juga
kesakitan, “Errghhh! Jika kau tidak ingin ini, jangan makan ini!!” teriaknya
begitu kencang.
“Youngjae Oppa...mengapa kau begitu
keras kepala...ku harap suatu hari aku bisa menemukan seseorang yang bisa
mengendalikanmu!” gadis itu kemudian keluar dari gua dan pergi entah ke suatu
tempat.
-----
Rae In memeluk erat kantong plastik
yang ia bawa dan selalu memperhatikan sekitarnya, ia masih merasa was-was
setelah kejadian tadi, ini sudah menjelang tengah malam dan ia baru pulang dari
kota.
Perlahan ia membuka pintu rumahnya
namun seseorang terlanjur membuka pintu itu terlebih dahulu, dan Rae In begitu
terkejut dan menjatuhkan kembali barang-barangnya.
“Kyaaa! Ah! Aaah!”
Seseorang menangkap bahunya dan
menggoyangkan keras tubuh Rae In. “Nuna! Nuna! Hei Nuna! Rae In Nuna!”
Masih dengan tubuh yang gemetar ia perlahan
membuka matanya dan menemukan sosok tinggi adiknya tengah kebingungan
melihatnya.
“Ah? ...Oh... Junhong-a...kau
mengejutkanku!!” Rae In memukul keras dada Junhong. “Kenapa kau selalu
mengejutkan aku!!?”
Junhong mengambil kantong plastik
yang terjatuh, “Ah Nuna...aku hanya ingin memastikan kau sudah datang...kenapa
begitu lama? Aku mengkhawatirkanmu!”
“Hh...aku tidak apa-apa...jangan
mengkhawatirkan aku! Eum...orang tua kita belum pulang?” Rae In berusaha
mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan orang tua mereka dan masuk ke dalam
rumah terlebih dahulu.
“Mereka...baru akan pulang 5 hari
lagi...jadi...jangan pergi-pergi lagi Nuna...” Junhong menyusul Rae In setelah
mengunci pintu. “Aku kira kau akan belanja banyak barang Nuna?”
“...Banyak...tapi...sesuatu..merampasnya...”
Rae In berbicara perlahan dan ia hanya terduduk di sofa untuk menenangkan
dirinya.
“Hmm? Nuna, kau bertemu orang jahat
tadi??”
“Bukan...tapi berjanji jangan
beritahu siapa pun...hanya kita berdua yang tahu..”
Junhong mengangguk, duduk di samping
Rae In dan menunggu kakaknya mengatakan hal itu.
“Sesuatu....seperti manusia...tapi
dia memiliki 2 telinga seperti kucing, ekornya lebat, dan cakarnya
panjang...tajam...”
Junhong tidak mengerti dengan apa
yang di jelaskan oleh kakaknya. “Nuna...kau...ini ide barumu untuk TV drama
musim gugur ini?”
Rae In merubah ekspresinya menjadi
serius, “Jun-a...aku sedang tidak bercanda,...aku bertemu dengan makhluk aneh
itu tadi! Ia mengambil...daging...susu...telur...iya dia mengambil itu dari
kantong belanjaanku! Kau tidak percaya padaku?”
Junhong menggaruk kepalanya,
“Nuna...aku rasa kau perlu istirahat..jadi seorang penulis ide cerita untuk TV
drama itu memang melelahkan..” Junhong berdiri dan menggandeng Rae In untuk
mengantarkannya ke kamarnya.
“Tapi Junhong! Itu benar! Aku tidak bohong! Dia melompat ke arahku,
merampasnya kemudian mendorongku hingga aku jatuh ke aspal dan ia lari, wuzzz
begitu saja seperti rubah! Ekornya! Ekornya berwarna merah,..tidak mungkin
jingga...aku tidak tahu yang jelas warnanya seperti itu!” Rae In besikeras
menjelaskan hal itu pada Junhong tetapi adiknya itu tetap membawanya ke kamar.
“Nuna...kau harus minum obat tidurmu
kali ini, oke? Aku benar-benar ingin kau beristirahat, hari liburmu terbatas
hanya 3 hari..” Junhong mengambilkan sebuah obat dan segelas air putih kemudian
memberikannya kepada Rae In.
“Tapi Junhong...Junhong...aku
mengatakan yang sebenarnya!” kemudian Rae In menunjukkan sesuatu di lengannya,
“Lihat! Lihat lenganku terluka! Dia menggoresku dengan cakarnya...lihat ini!”
Rae In menunjukkan lengan atasnya yang terluka, berdarah akibat cakaran makhluk
tersebut.
Junhong melihatnya, namun ia hanya
mengusap luka tersebut dengan tisu. “Ini hanya luka biasa Nuna...mungkin saja
kau kurang berhati-hati tadi...minum obatmu, aku akan disini sampai kau tidur.”
Ucap Junhong sambil membukakan sepatu Rae In.
Junhong menunggui Rae In sampai
kakaknya itu terlelap dengan begitu pulas.
---
Gadis dengan mata biru terang itu
duduk di sebuah pohon yang tinggi, melihat lurus ke arah sebuah ruangan yang
redup, melihat seseorang yang tengah duduk tenang.
“Hhh...h....” nafasnya terdengar
begitu jelas, dia perlahan turun dari pohon dan berjalan pelan ke arah rumah
yang cukup besar itu dan mengetuk pintu.
Ia menunggu beberapa saat, sampai
akhirnya pintu itu terbuka. Gadis itu tersenyum dan terlihat begitu menawan.
“Seperti janjiku, aku datang.”
“Masuklah, aku sudah
menunggumu..maaf, kita berbicara begitu pelan, kakakku baru saja tertidur..”
“Iya...aku mengerti..”
Gadis itu masuk dan duduk manis di
sofa, melihat sekeliling dengan mata birunya.
“Aku merindukanmu So Young..”
Junhong duduk di sebelah gadis itu dan memeluknya begitu erat. Junhong menciumi
leher So Young dan menghirup aroma hutan yang begitu melekat di tubuh So Young.
“Junhong Oppa.....” So Young
membalas pelukan itu, “Oppa...sampai kapan kita seperti ini? Aku...aku ingin
menjadi manusia juga...aku ingin berbicara dengan kakakmu...aku ingin....”
“Sabar So Young...aku juga ingin Rae
In Nuna mengenalmu...tapi aku khawatir dia akan begitu panik setelah
melihatmu..” Junhong melepaskan pelukannya dan menatap wajah gadis kucing itu,
ia membelainya dengan penuh kerinduan.
“Oppa...aku bosan tinggal di
hutan....kakakku selalu saja bertingkah kasar kepadaku..malam ini...dia
membawakanku makanan...dia mencuri lagi..” So Young mulai berkaca-kaca. Dia
lelah hidup sebagai manusia setengah siluman seperti ini.
Junhong mengusap air mata gadis itu
kemudian menenangkannya, “Aku akan berusaha mengatakan hal ini pada kakakku,
aku juga tidak tega kau selalu datang menemuiku dengan keadaan yang seperti
ini...tapi..tunggu...kakakmu...mencuri lagi malam ini?”
So Young mengangguk, “Dia pulang
dengan membawa daging begitu banyak...daging yang seperti kau berikan padaku 3
hari yang lalu...”
“Malam ini...kakakku...dia bercerita
kepadaku, melihat sesuatu yang seperti dirimu...apa kakakku dan kakakmu sudah
bertemu??” Junhong curiga jika Rae In telah mendapat serangan dari kakak
laki-laki So Young.
“...aku tidak tahu Oppa...dia pulang
dengan keadaan terluka...aku tidak biasa melihatnya begitu kacau dan wajahnya
seperti menyesal akan sesuatu...”
“Hhh....katakan padanya,..jangan
mencuri lagi...jika dia tertangkap...kau tahu kan apa akibatnya? Saat ini
kalian....benar-benar sedang diburu...”
“Aku tahu, Oppa....” So Young tampak
begitu sedih.
Junhong mengajak So Young bermalam
di kamarnya, dia khawatir jika Rae In terbangun dan melihat dia bersama seorang
gadis setengah kucing di rumahnya.
~-------~
‘KRIINNGGG...KRRIIINGGGG~~~~’
Alarm yang begitu keras berbunyi
tepat di samping telinga Rae In.
“Ah Ah...sial.....hh..hh...”
Perlahan ia membuka mata dan
mematikan alarmnya, duduk perlahan dan mengusap matanya, melihat sekeliling dan
berpikir sejenak.
“Ah semalam..ah....apa yang ku lihat
semalam...siluman rubah?”
Dia mencoba mengingat benar apa yang
ia lihat semalam, ia terus mengingatnya sambil mengganti bajunya dan ia berniat
untuk jogging pagi ini, dia mengingat, mengingat, mengingatnya secara terus
menerus.
---
Sementara Rae In pergi untuk
jogging, So Young dan Junhong tengah sibuk satu sama lain.
“So Young...Kim So Young...” sebut
Junhong yang tengah sibuk menciumi leher gadis kucing tersebut.
“So..so...mmhh...”
“Oppa...nggh...” So Young memeluk
erat Junhong dan merasakan apa yang laki-laki itu perbuat dengan tubuhnya.
“Oppa...Junhong oppa...”
So Young merasakan tangan Junhong
meraba punggungnya dan berusaha melepaskan kaitan bra milik So Young.
“Oppa...mmhh....Junhong Oppa...”
ekor panjang milik So Young melilit tangan nakal itu dan ia tidak ingin Junhong
melepaskan bra miliknya.
Junhong perlahan menghentikan apa
yang ia lakukan dan menatap So Young, “Kenapa? Kau tidak ingin melakukannya
denganku?”
“Aku hanya takut...kau akan berubah
sepertiku...aku tidak ingin kau berubah menjadi setengah siluman seperti
aku...” jawab So Young sambil mengusap pipi Junhong.
Junhong tidak menjawabnya dan mulai
mencium perlahan bibir tipis So Young, perlahan dan lama kelamaan begitu dalam
dan penuh hasrat.
“Mhh...” So Young tidak bisa
melawan, Junhong mendorong tubuh So Young ke arah tempat tidur dan lelaki itu
tetap mencium bibir So Young begitu menggebu.
So Young melingkarkan tangannya di
pundak Junhong, dia membiarkan Junhong menciumnya begitu dalam. Dan tangan
nakal milik Junhong berhasil melepas kaitan bra milik So Young.
“Nghh...” Junhong tetap mencium
gadis kucing itu dengan hasrat yang begitu tinggi.
---
1 jam berlalu, Rae In sudah kembali
ke kamarnya dan mendengar suara-suara aneh dari kamar Junhong namun dia
membiarkannya. Dia tengah sibuk memikirkan sesuatu, berkaitan tentang kejadian
aneh semalam.
Rae In duduk di sofa kecil di dalam
kamarnya dan mengingat sebuah kejadian serupa saat ia masih berusia 8 tahun...
`Flashback`
Rae In
kecil begitu hiper aktif. Sampai pada suatu ketika ia masuk hutan seorang diri
dan tersesat, semalam suntuk Rae In tidak bisa menemukan jalan keluar, orang
tuanya, dan sanak family mencarinya namun tidak bisa menemukan Rae In. Ia
menemukan gua dan bersembunyi disana.
Ia bertemu
dengan sesosok makhluk setengah manusia yang memiliki ekor kemerahan dan
bertaring, kupingnya seperti kucing, matanya coklat kekuningan dan begitu tajam
melihat ke arah Rae In. Sosok itu menggeram, Rae In ketakutan dan tidak berani
mendekat, namun makhluk itu mendekat dan menghirup aroma Rae in.
Rae In
melihat makhluk itu tersenyum menyeramkan lalu ia pergi meninggalkan gua itu.
Makhluk itu merampas sebuah kalung milik Rae In.
“Kembalikan
kalungku!!” teriak Rae In dari dalam gua, namun makhluk aneh itu sudah
menghilang begitu cepat.
....
“Tidak mungkin....makhluk seperti
itu masih eksis? Aku pasti kelelahan...”
Kemudian Rae In bersiap untuk
pemotretan hari ini, dia mendapat tawaran untuk menggunakan kostum pernikahan
ala tradisional Jepang.
Setelah bersiap kurang lebih 1 jam,
Rae In pergi dengan mobilnya ke lokasi yang sedikit lebih jauh dari jarak
tempuh biasanya.
---
“Ah...ah...Oppa..Oppa......arrghh...”
Junhong sibuk dengan tubuh So Young,
ia menciumi seluruh badan gadis itu, sampai ada satu hal yang membuat Junhong
menghentikannya.
Junhong menarik selimut dan menutupi
tubuh polos mereka, “So Young...hh..hh...” deru nafas mereka berdua begitu
kencang, Junhong memeluk So Young dari belakang, mereka merasa kelelahan juga
merasa terpuaskan satu sama lain.
“Oppa....kau..melakukan ini
padaku....kau harus...bertanggung jawab..”
“Soso...So Young...ekormu...telinga
kucingmu...menghilang....”
So Young kemudian duduk dan menarik
selimut untuk menutupi tubuh polosnya, ia meraba tubuhnya secara keseluruhan
dan tidak percaya, tidak ada bagian di tubuhnya yang menyerupai kucing lagi.
“Oppa...” So Young melihat ke arah Junhong kemudian memeluknya dengan perasaan
bahagia tiada tara.
“Oppa~ Oppa! Kau menghilangkan
kutukan ku!!!” So Young memeluk erat tubuh kekasihnya.
“Ah...So Young, my Soso..” Junhong
membelai mesra kepala gadis itu dan bersyukur karena ia dapat menghilangkan
kutukan milik So Young. “Berarti...kakakmu...harus melakukan hal yang sama
seperti kita?”
“Eum?” So Young menatap Junhong,
“..aku tidak tahu...mungkin iya..mungkin juga tidak...aku..aku kira setelah
kita melakukan ini...kau akan berubah sepertiku...” So Young mengusap lembut
kepala Junhong dan beberapa kali mencium kening lelaki itu. “Oppa...kalau
begitu..aku sudah bisa bertemu dengan kakakmu?”
Junhong mengusap lembut tangannya di
punggung So Young, “Tentu saja....ku harap kutukan mu benar-benar hilang...”
~-------~
“One more, Rae In!” teriak pengarah
gaya yang siap membidik tubuh Rae In dengan kamera profesionalnya.
“Rae In-ssi jjang!!” teriak salah
satu teman yang ikut mengantarkan Rae In siang ini.
“Ok! Good job Rae In!”
“Thank you, thank you!” Rae In
membungkuk kepada fotografer asing itu dan kemudian mengambil jeans dan baju
hangatnya kemudian ia mengganti kostum di ruang ganti.
Beberapa saat kemudian ia bersama
temannya masuk ke dalam hutan dekat lokasi permotretan untuk mencari bola golf
yang mereka mainkan beberapa saat yang lalu.
“Kenapa kau melemparnya begitu
kencang Rae-ya!? Hhh...itu milik Kevin, dan jika dia tahu bola itu hilang, aku
akan kena marah!”
“Kau bisa cari yang baru lagi kan?”
Alice menggeleng, “Itu
kenang-kenangan dari almarhum ayahnya! Ah...kita harus menemukannya!”
Alice dan Rae In mencari sebuah bola
golf sampai mereka masuk ke bagian hutan yang lebih dalam.
“Rae-ya...kurasa bolanya tidak
terlempar sampai sejauh ini...” Alice melihat sekeliling dan suasana menjadi
agak gelap dan menjadi lebih dingin. “Kita kembali saja...aku rasa kita
berjalan ke arah yang salah...”
Rae In tetap melihat ke bawah, “Eh...ini
bukan bola yang kita cari?” Rae In mengambil bola itu dan memberikannya kepada
Alice.
“Omo! Omo!” Alice mengambil bola
golfnya dan menyimpannya ke dalam tas, “Ayo segera turun Rae-ya!” Alice menarik
keras baju hangat Rae In, namun tampaknya tali sepatu Rae In benar-benar perlu
di perbaiki.
“Ah...iya..iya..tunggu Alice..tali
sepatuku...perlu aku perbaiki...” Rae In berlutut dan perlahan menyusun kembali
tali sepatu yang berantakan itu.
“Euh...baiklah aku menunggumu di
bawah! Jangan terlalu lama!” Alice turun terlebih dahulu.
3 menit, 5 menit, 10, 15, 20 menit
waktu yang dibutuhkan Rae In untuk memperbaiki total tali sepatunya.
“Ah....aku benci menggunakan sepatu
bertali!” ketika ia melihat sekeliling, angin berhembus kencang dan akhirnya ia
berdiri dan berjalan menuruni bukit, namun sebuah suara aneh membuatnya menoleh
kebelakang. “Siapa disana?!” teriaknya.
Suara seperti derap langkah yang
cepat menuju ke arahnya, Rae In masih menunggu hal itu, namun ia segera berlari
turun dan karena tidak hati-hati, ia terperosok ke dalam lubang yang
tersembunyi di balik semak-semak.
“AAAAAKKKHHH!”
Rae In hanya berpegangan pada akar
pohon, dan tubuhnya menggantung tanpa bisa berpijak pada apapun. Dia melihat ke
bawah, lubang ini begitu dalam dan gelap.
“SIAPA PUN!! TOLONG AKU!” tak ada
seorang pun yang mendengar teriakan Rae In. Karena angin yang berhembus semakin
kencang, bunyi dari gesekan dedaunan membuat suara teriakan itu menjadi sungguh
kecil.
“TOLONG!!! SIAPA PUN! TOLONG!!!”
Rae In masih berpegangan pada akar
pohon dengan kedua tangannya, dia berusaha melompat ke atas, berkali kali
kakinya menginjak tanah yang basah dan ia tetap pada posisinya yang semula.
---
Dia berdiri tegap di dekat gadis
yang terperosok itu, berpikir berulang kali, akan menolong manusia itu atau
membiarkannya seperti itu.
Menolongnya
atau tidak? Jika aku menolongnya dan ternyata dia salah satu dari pemburu
itu...bagaimana? Aku tidak bisa ceroboh seperti itu...
“TOLONG!!! TOLONG!”
Tangan gadis itu berpegangan kuat
dan tampak ia mengangkat badannya namun tak cukup kuat untuk mengangkatnya
untuk sampai di atas.
‘GREB’
Dia memutuskan untuk menolong dan
menarik gadis itu, “Jangan berteriak lagi! Tidak ada seorang pun yang bisa
mendengarmu!”
Gadis itu merasa lega juga sekaligus
bingung, ia merasakan genggaman tangan yang hangat dan lembut.
“Pulanglah!” kata orang orang itu
melepaskan genggaman tangannya perlahan dan membuat gadis itu duduk menjauhi
lubang. “Jangan lihat aku! Segeralah pulang!”
Gadis itu melihat sepatu yang begitu
kotor dan sebuah ekor yang berbulu keemasan meliuk-liuk di belakang sepasang
kaki orang yang sudah menolongnya.
“Lihat apa?! Pulanglah!” teriaknya
itu begitu kencang. “Aku bilang, pulang!!”
Rae In membungkam mulutnya dan
tubuhnya mulai bergemetar, ia merasa ketakutan sehingga ia tidak bisa
menggerakkan tubuhnya.
Hal ini membuat orang itu kesal, dia
berlutut dan menatap tajam Rae In, “Hei Nona, kamu mengerti bahasaku kan? Aku
menyuruhmu pulang...!”
Rae In menatap mata coklat itu, ia
gugup, ia ketakutan, ia merasa―kagum melihat wajah dari makhluk aneh ini.
Lelaki itu menjetikkan jarinya di
samping telinga Rae In, “Pulanglah, dan jangan beritahu hal ini kepada
siapapun!” Makhluk ini membantu Rae In berdiri dan sedikit mendorongnya untuk
menuruni bukit.
Sebelum Rae In pergi, makhluk itu
berbisik, “Jangan beritahu siapa pun, atau aku akan membuat perhitungan
denganmu!” kemudian dia mundur dan berlari untuk memasuki hutan yang paling
dalam.
Rae In berbalik untuk mengucapkan
terima kasih, namun dia sudah menghilang.
“Ah.......”
~-------~
Satu minggu semenjak kejadian itu,
Rae In benar-benar tidak menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Namun ia
masih sering di hantui oleh perasaan ketakutan, terutama saat ia pergi seorang
diri.
Namun pada suatu hari, ia mendengar
percakapan antara Junhong dan juga So Young, mereka membahas tentang makhluk
itu. Dan betapa terkejutnya ketika ia mengetahui jika So Young adalah jelmaan
dari mahkluk aneh itu, hanya saja, kini So Young telah berubah sepenuhnya
menjadi manusia dan tidak ada alasan bagi Rae In untuk menuduh So Young.
Apalagi, ia mengerti benar, Junhong akan begitu membenci dirinya jika ia
melakukan hal buruk kepada So Young.
Lalu, terdengar So Young
membicarakan tentang kakaknya, Rae In begitu mendengarkan dengan hati-hati dan
ia kini tahu siapa sosok yang menolongnya saat ia terperosok, namun sayangnya
Junhong mengakhiri perbincangan itu dan memilih pergi bersama So Young.
---
Junhong mengendarai mobil dengan
lumayan cepat, karena So Young mengatakan ingin melihat kakaknya.
“Aku ingin Youngjae Oppa menjadi
manusia...aku ingin dia tinggal bersamaku..Oppa...tolong bantu aku..”
“Dia....tidak...memakan manusia
kan?”
So Young memukul pelan lengan
Junhong, “Tidak...dia sama seperti kita...hanya saja..dia kurang ramah dengan
kaum manusia..”
“Kau...kau masih ingat dimana ia
tinggal? Kau waktu itu mengatakan, dia tinggal di hutan kan? Sekarang kau bukan
gadis kucing lagi..bagaimana bisa kau masuk ke hutan tanpa tersesat?”
“Aku rasa gua itu tidak terlalu jauh
berada di dalam hutan....tapi jika kakakku menolak kita, bagaimana? Bagaimana
jika kakakku, memilih menjadi siluman sepenuhnya?”
---
Rae In menyadari sesuatu, Rae In
mengingat sesuatu, makhluk yang ia temui di hutan, makhluk yang menolongnya
adalah orang yang sama dengan yang mencuri kalungnya sewaktu ia kecil. Rae In
nekat kembali ke hutan itu seorang diri dan mendaki lebih jauh masuk ke dalam
hutan. Dia hanya tiba lebih cepat daripada Junhong.
Rae In melihat kalung itu ada di
pergelangan tangan makhluk itu, ia melihatnya sewaktu makhluk itu menolongnya
satu minggu yang lalu.
“Itu pasti dia!!”
Teriak Rae In ketika ia mendaki ke
atas hutan, namun ternyata ia tidak sendiri, ia mendengar beberapa orang
mengobrol di bawah sana. Rae In menghentikan langkahnya dan mencoba
mendengarkan suara yang berkumandang tersebut.
“Jika kita bisa dapatkan dia, aku
akan membuka pertunjukkan dan akan memamerkan makhluk setengah siluman itu!”
“Aku akan membunuhnya dan
mengawetkannya dan akan ku berikan pada presiden!”
“Kalian bodoh! Jual saja ke kelompok
sirkus, dan kita akan mendapatkan upah yang besar! HAHAHAHAHAH!!!!”
Jadi,....dia....makhluk
buruan? Mereka akan membunuhnya? Mereka akan menangkapnya?
Rae In kembali melanjutkan
langkahnya dan mulai berjalan cepat agar bisa menemukan makhluk itu, sepertinya,
segerombolan pemburu itu mendengar langkah Rae In dan mereka pun ikut menyusul
Rae In.
Menyadari hal itu, Rae In panik dan
bersembunyi di sebuah gua yang tak jauh dari tempatnya mendaki.
“Hhh..hh...” Rae In masuk lebih
dalam lagi, ia duduk dan mundur, mundur menjauhi mulut gua.
Terdengar pemburu itu mendekati gua
dan berusaha memeriksa gua, namun salah satu dari mereka memberi perintah agar
terus mendaki.
“Hei! Ayolah! Mungkin itu hanya
rusa! Makhluk setengah siluman itu hanya keluar di malam hari! Kita akan
pancing mereka dengan daging babi mentah ini!”
Sebuah deru nafas terdengar oleh Rae
In dari belakangnya, ia perlahan menengok ke belakang dan ia menutup mulutnya.
“Apa yang kau lakukan disini...? Kau
datang bersama pemburu itu kan?!” siluman itu setengah berteriak.
“Psst! Psst!!! Ku mohon
jangan....ber...te...riak....atau mereka...akan...menemukanmu..mereka ingin
menjualmu...”
Makhluk itu terlihat marah, namun
Rae In memberanikan diri untuk menahannya dengan cara memegang erat bahu
siluman itu. “Tenanglah! Aku ke sini untuk membantumu!”
Siluman itu menatap tajam Rae In
dengan mata coklat kekuningan yang menyala, “Membantuku? Atau menjebakku?” Lalu
ia mencengkram erat bahu Rae In dengan cakarnya yang tajam.
“Jangan lakukan itu! Kau
menyakitiku! Aku datang ke sini untuk membantumu! Dan juga mengucapkan terima
kasih karena kau sudah menolongku waktu aku terperosok ke dalam lubang!”
Siluman itu menarik tangannya dan
berhenti menyakiti Rae In. “Bagaimana bisa aku mempercayaimu?”
Rae In menatap makhluk itu, “Jika
kau tidak bisa percaya, jangan berusaha mempercayainya! Yang jelas, aku kesini
untuk membantumu! Kau tidak mengingat aku?”
Siluman itu menatap Rae In,
“Aku...aku...pernah bertemu denganmu...aku yang mencuri daging dan telurmu! Aku
yang menyerangmu malam itu!”
“Tsk! Sudah ku duga itu kau!
Sudahlah, aku tidak mempermasalahkannya, yang aku maksud, apa kau mengingat
pernah mengambil kalung ini dari seseorang di masa lampau?” tunjuk Rae In ke
pergelangan tangan siluman itu, “Ini, kalung ini dulu milikku! Kau mengingatnya
bukan?”
“Oh...kalau begitu, kita bertemu
lagi...manusia...” lalu dia melepaskan pandangannya dari gadis itu. “Dengan
cara apa kau akan menolongku? Menghilangkan kutukanku?”
“Kutukan? Jadi ini bisa dihilangkan?
Bagaimana caranya?”
“Huh~ aku meragukanmu! Manusia itu
licik, aku tidak percaya manusia!”
Rae In merasa tersinggung, ia
merangkak untuk keluar gua. “Aku tidak akan datang ke sini untuk yang kedua
kalinya!”
Siluman itu menangkap kaki Rae In,
“Baiklah...baiklah...jangan pergi dulu...aku akan menceritakannya padamu!”
Rae In kembali dan duduk berhadapan
dengan siluman itu.
“Keluargaku di kutuk, menjadi
setengah kucing. Semua keluargaku! Ayah, Ibu, Paman, Bibi, adik, dan aku. Orang
tuaku tewas karena di tangkap oleh pemburu, sudah 10 tahun yang lalu..aku dan adikku
hidup di gua di hutan ini. Kami berpindah pindah. Adikku, adikku, bukan adik
kandung, dia sepupuku....”
“Tunggu, adikmu, So Young bukan?”
Siluman ini sedikit terkejut,
“Kau...mengenal So Young?” ekspresinya berubah menyeramkan lagi.
“So Young...dia sudah menjadi
manusia sekarang...dia ber....ber....berpacaran dengan adik laki-laki ku...aku
sering melihatnya dirumahku seminggu belakangan ini.”
“So Young!!! Kalian manusia,
menangkap adikku kan?!” ia kembali berteriak.
“Pelankan suaramu!! Teriakanmu bisa
di dengar jelas di hutan ini! Berbicaralah pelan...aku tidak tuli!”
“Dengan cara apa adikku bisa
menghilangkan kutukan ini?”
Rae In sedikit sebal, “Aku tidak
begitu yakin,...maksudku aku tidak tahu...kau bisa menanyakannya langsung
kepadanya setelah tiba dirumahku..ngomong-ngomong, kenapa keluargamu bisa
dikutuk seperti ini?”
“Ibuku mengatakan jika Ayahku selalu
menyiksa kucing semasa hidupnya, dan Ibuku, selalu memakan daging kucing. Dewa
kucing murka, dan mengutuk keluargaku.”
Rae In sedikit bergidik membayangkan
seseorang menyiksa hewan lucu seperti itu. “Aku berjanji akan membantumu
mematahkan kutukan ini..terserah kau mau percaya atau tidak, selama kau
bersamaku, aku yang menjamin keselamatanmu..”
“Bagaimana jika ini hanya tipuan?”
“Kau bisa membunuhku jika aku memang
menipumu pada akhirnya. Cukup adil kan?”
“Bagaimana kau akan membawaku
keluar dari sini dengan wujudku yang
seperti ini? Semakin malam, semakin banyak pemburu yang datang ke sini...”
Pada beberapa saat Rae In menatap
wajah siluman ini, ia mengingat benar ketika pertama kali bertemu dengan
makhluk ini. “Anggap saja kita memiliki perjanjian. Kau sudah merampas
kalungku, dan kini, kau harus menurutiku...jika tidak...akan sulit bagiku untuk
membantumu lepas dari kutukan ini..”
Siluman ini memandang Rae In dengan
tatapan yang menghakimi, “Menurutimu? Kau membuat lelucon Nona?”
“Kau mau aku bantu atau tidak? Aku
berjanji akan membantumu sampai masalahmu selesai...”
“Hh...baiklah, aku akan menurutimu,
tetapi jika itu tidak sesuai dengan hati nuraniku...aku tidak akan
menjalankannya.”
“OK, Deal!” Rae In membuka ranselnya
dan mengeluarkan sebuah jaket panjang dan topi. “Gunakan ini, dan topi ini
juga. Agar yang lain tidak bisa melihat telinga kucingmu itu.”
“Tapi ekorku akan bergerak terus!”
Rae In mencopot sabuknya dan
memakaikannya di tubuh siluman itu. “Maaf, aku akan mengikat ekormu di badanmu, beritahu aku jika ini
menyakitkan.” Rae In melingkarkan sabuk itu dan mengencangkannya. “Aku harus memanggilmu
apa? Kau punya nama kan?” Rae In membantu memakaikan jaket itu.
“Young Jae.”
“Namaku Rae In.”
Rae In mengancingkan jaket itu ke
tubuh Youngjae, dan memakaikan topi perlahan ke kepala lelaki siluman tersebut.
“Youngjae-ssi, jangan menatap orang lain yang berpapasan dengan kita. Atau kau
akan ketahuan. Lihat kebawah saja, jangan mengerang, jangan mengeluarkan suara
yang aneh. Mengerti?” ucap Rae In sambil merapikan topi itu.
“Hmm..baiklah..”
Rae In melangkah terlebih dahulu
untuk memastikan keadaan aman, kemudian ia memanggil Youngjae.
“Hei, aku tidak bisa keluar...aku
memiliki kumis kucing...”
Rae In yang menyadari itu segera
memberikan maskernya kepada Youngjae, “Maaf,...pakai saja milikku. Ini ...
cukup bersih...”
Setelah Youngjae memakai penutup
wajah atau masker, mereka berdua berjalan menuruni bukit, beberapa kali mereka
berpapasan dengan sejumlah pemburu satu atau dua orang melihat aneh ke arah
Youngjae dan juga Rae In.
Ku harap
tiada satu pun yang tahu.....
“Ah? Junhong-a? Apa yang kau lakukan
disini?” Rae In terkejut ketika menemukan Junhong dan So Young mendaki.
“Youngjae Oppa!” sahut So Young
pelan, “Oppa...apa yang...”
“Di sini tidak aman...bisa kau
tolong kami untuk turun ke bawah? Aku khawatir...ekornya.....” Rae In selalu
menengok ke arah belakang untuk memastikan ekor Youngjae tidak menyembul
keluar.
“Ah Nuna, aku akan berjalan di
belakangmu, aku ke sini mengantarkan So
Young, dia mengatakan ingin bertemu dengan Youngjae...Hyung.” Junhong
membungkuk kepada Youngjae kemudian bersama sama mengantarkan mereka turun.
---
“Nuna...bagaimana kau bisa
menemukannya?” sambil berkonsentrasi menyetir, Junhong mengobrol dengan
kakaknya yang duduk di belakang bersama Youngjae.
“Tidak sengaja...” Rae In berusaha
menghindari kontak mata dengan Youngjae, karena kini ia merasa gugup.
“Untuk apa kau mendaki? Kau..tidak
suka mendaki, kan? Tapi aku sungguh berterima kasih, dengan begini, So Young
bisa bertemu denganmu, Youngjae Hyung.”
“Kau....kekasih adikku?”
Suasana menjadi begitu canggung,
terutama bagi Rae In dan Youngjae.
So Young dan Junhong saling
bertatapan, “Ah Youngjae Oppa...maafkan aku,...selama ini aku tidak pernah
menceritakan tentang dia kepadamu...aku takut kau akan melarangku bertemu
dengannya...”
“Bagaimana bisa kau berubah menjadi
manusia? Apa dia yang sudah mengubahmu?” Youngjae melirik tajam ke arah Junhong
yang berada di depannya.
Rae In hanya mendengarkan mereka
tanpa mau mencampuri urusan mereka.
“Iya, dia yang melepaskan
kutukanku.” Ucap So Young tanpa mau menatap Youngjae.
“Dengan cara apa?!” Youngjae tampak
begitu emosi, karena dia mencium gelagat yang aneh dari So Young. “Jawab aku So
Young, dengan cara apa dia bisa mengubahmu?!”
Hentakan Youngjae menganggu Rae In,
“Jangan berteriak..ku mohon Youngjae-ssi. Jika So Young tidak mau menjawabnya
sekarang, kau bisa bertanya dengannya nanti...”
“So Young jawab aku!!!” hentakan
Youngjae begitu keras dan So Young tampak ketakutan, Rae In merasa gerah dan ia
menarik keras jaket Youngjae.
“Aku sudah katakan padamu, jangan
berteriak!!!” Rae In berteriak mengatakan hal itu membuat Youngjae tertegun.
“Ma...maaf....” baru kali ini ia
melihat seorang manusia berteriak dan
menegurnya langsung di hadapannya.
So Young yang melihat itu merasa
heran karena baru kali ini ia melihat sang kakak dengan ekspresi yang seperti
itu.
“Soso, dengan cara apa dia
mengubahmu? Kau tidak mau mengatakannya padanya, kau bisa mengatakannya
padaku.” Ucap Rae In dengan nada yang tenang dan rendah. Tapi So Young hanya
menunduk malu. “Berbisiklah padaku.”
So Young berbisik sesuatu kepada Rae
In, “Maaf Eonni, aku tidur bersama
Junhong...kami...kami...melakukan....seks....”
Hal itu membuat Rae In terbelalak
tidak percaya, ekspresinya bercampur aduk. Rae In ingin memarahi mereka berdua
namun semuanya sudah terjadi.
“Hhh.....” Rae In hanya
menggelengkan kepalanya, So Young tertunduk malu dan bersalah, namun Junhong
menggenggam tangannya berusaha menenangkannya.
Youngjae mendekati dan berbisik
kepada Rae In, “Apa yang dia katakan?”
“Hm..yeah....aku akan memberitahumu setibanya
dirumah...”
~-------~
Junhong dan Rae In menyulap gudang
bawah tanah menjadi kamar sementara untuk So Young dan Youngjae. Mereka
menyelesaikannya hanya dalam waktu beberapa jam.
“Maaf, aku tidak bisa memberikan
ruangan yang lain buat kalian...aku akan memindahkannya setelah orang tuaku
kembali pergi ke luar daerah.”
So Young berlari ke arah Rae In dan
memeluknya, “Terima kasih banyak, Eonni..kau sudah membantuku begitu banyak...”
“Ah iya, tidak masalah..bisa kau
ambilkan makanan yang ada di dapur? Junhong akan mengantarkanmu.”
“Iya Eonni!”
Akhirnya Rae In memberitahu apa yang
sebenarnya terjadi pada So Young sehingga ia
bisa berubah menjadi manusia.
Mendengar hal itu, Youngjae tampak
marah dan tidak percaya. Lalu ia memandang ke arah Rae In.
“Kenapa? Kenapa kau memandangiku
dengan tatapan seperti itu? Aku tidak akan tidur denganmu! Pasti ada cara lain
agar kau bisa menjadi manusia!” wajah Rae In memerah dan dia segera melakukan
hal lain dengan mencuci mukanya.
“Aku tidak mengatakan hal seperti
itu! Mungkin memang....cara untuk menjadi manusia untuk kami
berbeda-beda....dan mungkin saja jika aku tidur denganmu...kau yang akan
berubah menjadi sepertiku..”
Rae In pura-pura tidak mendengarkan
Youngjae, wajahnya terlalu merah untuk menatap lelaki itu.
Setelah Junhong dan So Young datang,
Rae In pergi dan ia menuju ke kamarnya. Ada banyak hal yang ia perlu
selesaikan. Script sudah menumpuk di atas mejanya, dia butuh ide baru untuk
melanjutkan TV drama yang ia garap.
---
Junhong, So Young dan Youngjae cukup
lama mengobrol di gudang bawah tanah sampai akhirnya Rae In menelpon Junhong
untuk kembali ke rumah utama.
“Ah...Soso, aku harus kembali ...
Nuna sudah menelponku,...kita bertemu lagi besok ya!! Aku permisi, Youngjae
Hyung. Semoga kalian istirahat baik malam ini.” Junhong membungkuk kepada
Youngjae dan melambaikan tangan kepada So Young, kemudian ia pergi.
“Jadi kau dan dia...sudah berani
tidur bersama dan melakukan seks?” tanya Youngjae langsung kepada So Young.
“Berapa kali kau melakukan hal itu dengannya?”
“Youngjae Oppa...jangan marah
padaku....kami hanya melakukannya sekali saja....hanya sekali...benar aku tidak
berbohong...awalnya aku sudah mencegahnya, aku takut dia berubah menjadi
sepertiku...namun dia tetap melanjutkan itu...”
“Ha! Kau tidak melawannya kan? Kau
hanya pasrah saja kan? Hhh, sudahku duga! Sejak kapan kau mengenalnya, sejak
kapan kau sering datang ke sini?”
So Young mengatakan semuanya kepada
Youngjae, dari awal ia bertemu dengan Junhong sampai saat ini.
---
“Nuna, apa aku boleh masuk?” tanya
Junhong dari luar kamar Rae In.
“Hmm ~
masuk saja tidak ku kunci.”
Junhong masuk dan menemukan kakaknya
begitu sibuk di depan laptop sedang menyusun sebuah drama percakapan, begitu
banyak kertas yang berserakan di lantai.
“Nuna....kau akan kembali
sibuk...kau akan jarang pulang kerumah... bagaimana dengan mereka? Aku tidak
bisa mengatasi mereka seorang diri..”
“Aku akan sering pulang, jangan khawatir.
Hm...apa benar kau tidur dengannya, Junhong? Bagaimana rasanya?” apa yang sedang aku tanyakan????!
“Hngg? Nuna...kenapa kau menanyakan
soal itu? Aku hanya sekali melakukan itu padanya..begitu selesai...dia
kehilangan atribut kucingnya...apa kau...berencana...”
“Aku bertanya untuk kepentingan
naskah yang ku buat! Jangan berpikir yang macam-macam! Lalu, Youngjae-ssi
mengatakan padaku...banyak cara untuk mengubahnya menjadi manusia...apa itu
benar?”
Junhong mengangguk, “Iya itu
benar...tapi aku tidak tahu bagaimana saja cara-cara itu...aku dan Soso
hanya...mencobanya...”
“Bohong, aku tahu, kau memang ingin
melakukan itu padanya kan? Sudah berapa lama kalian....bertemu diam-diam di
belakangku?” dengan sibuknya Rae In mengetik ulang naskah yang ia tulis, ia
juga membagi perhatiannya kepada Junhong.
“Ehh...Nuna....eung....dia kan
pacarku...jadi...tidak salah kan jika aku....aku...sudah ..... setahun ini
dengan So Young...”
Rae In hanya menggeleng, “Aku
peringatkan kau...kau sudah tidur dengannya, kau tidak boleh meninggalkannya!
Aku akan sangat marah jika kalian saling meninggalkan satu sama lain. Kau harus
bertanggung jawab padanya....apa kau membuatnya hamil?!” tanya Rae In yang
kemudian memutar kursinya dan melihat ke arah Junhong.
“Hamil?! Apa So Young mengatakan itu
padamu?” Junhong merasa sangat berdebar mendengar kata itu.
“Tidak..tidak..aku hanya bertanya
padamu...jangan terkejut seperti itu...”
“Aku tidak memberinya spermaku di
dalam tubuhnya......aku hanya mendapatkan bercak darah dari selaput daranya...”
Rae In mengangguk-angguk mendengar
penjelasan Junhong, “Ah..oke...aku mengerti Junhongie.....oke...kau bisa pergi
sekarang..aku sibuk.” Rae In kembali menatap layar laptopnya.
“Apa kau berencana melakukan itu
pada Youngjae Hyung, Nuna?”
“Jangan bercanda, bahkan aku baru
mengenalnya, dia monster...bagaimana bisa...kau mengerti kan, jika memang itu
satu-satunya jalan, aku akan ratusan, ribuan kali memikirkannya.”
“Tapi kau sudah berjanji padanya
kan? Kau akan menolongnya kan?”
“Dengarkan, jadi begini...jika
memang itu jalan satu-satunya, dia bisa saja tidur dengan wanita mana pun,
selain aku..masalah akan beres kan?”
“Bukan hanya semata-mata dia
melakukan itu dengan sembarang perempuan, Nuna. Jika aku melakukan itu dengan
So Young, jika aku tidak melakukannya dengan kasih sayang, mungkin saat ini So
Young masih akan menjadi setengah siluman.”
Rae In menghelas napas, “Begini,
Junhong, aku dan kakak So Young, kami masih orang asing...jadi aku dan dia
tidak ada hubungan apa-apa. Mengerti? Aku hanya ingin berterima kasih,
aku...aku...aku hanya ingin membantu So Young!”
“Tunggu, berterima kasih apa? Apa
kau menyembunyikan sesuatu dari ku?” Junhong terlihat serius kali ini.
Rae In berdiri dan mendorong
Junhong, “Sudahlah, aku perlu waktu untuk bekerja malam ini...kau bisa
menanyakan hal itu kepada Youngjae-ssi esok!”
~-------~
Di hari-hari berikutnya, Youngjae
dan Rae In bersama-sama mencari jalan keluar untuk mengubah Youngjae menjadi
manusia.
“Rae In-ssi, mungkin kau harus ke
kuil dan tanyakan pada pendeta...mereka pasti tahu...atau mungkin aku harus
mencari seseorang yang mau menerimaku apa adanya dan mengangkatku menjadi
seorang anak atau suami....”
Rae In tetap sibuk membaca buku yang
ia pinjam dari seseorang, “Lakukan saja jika memang kau bisa melakukan usul
yang kedua...tapi jika aku ke kuil, dan pendeta membocorkan hal ini ke
publik..itu bisa jadi hal yang sangat bodoh yang aku lakukan di dunia ini....”
Youngjae merebahkan diri di atas
tempat tidur dan melihat Rae In di meja kecil di hadapannya, gadis itu tampak
begitu serius membaca sebuah buku. Membuka halaman per halaman, berusaha
menemukan sesuatu yang berarti.
Sudah
hampir 1 bulan aku tinggal di sini...dan dia...begitu serius membantuku...dia
tidak menipuku, kan? Kenapa dia mau menolongku?
“Aku..boleh bertanya satu hal
padamu, Rae In-ssi?”
Dengan tetap membaca, Rae In
menjawabnya, “Tanyakan saja.”
“Kenapa kau menolongku? Aku ini
hanya setengah manusia, aku bisa saja mencelakaimu..aku bisa saja membunuhmu..”
Dengan santainya Rae In menjawab,
“Hanya karena aku ingin. Mungkin karena So Young. Kau tahu kan, Junhong begitu
peduli kepada adikmu, aku rasa membantu So Young...tidak ada salahnya.”
Jawaban Rae In membuat Youngjae
bingung, “Jadi, karena kau ingin atau karena So Young? Lalu, mengapa kau tidak
ketakutan saat bertemu aku di gua?”
“Karena aku ingin, dan karena So
Young. Aku ketakutan, aku benar-benar ketakutan. Lagipula, setelah kau
menolongku, aku pikir....kau tidak sebegitu menakutkan...kecuali jika kau
siluman singa atau harimau, aku akan berpikir 2 kali untuk membawamu kerumahku.
Dan, di malam kau mencuri makananku, kau begitu mengejutkanku, terima kasih
karena memberiku shock therapy.” Ujar
Rae in, kemudian ia bangkit dan menuangkan air di dalam gelas di genggamannya.
Meminum air itu dengan perlahan.
Youngjae masih melihat ke arah Rae
In, ia melihat dan mencermati saat gadis itu minum air, meletakkan gelas dan
tiba-tiba lampu mati.
“Ah...ah lampunya mati....” ucap Rae
In sambil meraba-raba sekitarnya, ia turun dan meraba-bara lantai keramik
tersebut. “Youngjae-ssi...apa kau bisa melihatku?”
Tentu
saja....begitu jelas...
“Iya, aku bisa melihatmu.”
Rae In masih meraba-bara untuk
mencapai meja, ia bergerak ke sana kemari sampai akhirnya tanpa sengaja
lehernya tergores benda tajam. “Aw..ah..sepertinya leherku tergores sesuatu...”
Youngjae akhirnya berdiri dan
membantu Rae In berdiri, “Pegang tanganku, kau tergores pinggir meja yang
tajam.”
Youngjae menggenggam tangan Rae In
dan menggiring gadis tersebut ke sofa, mereka duduk disana dalam kegelapan.
“Bagaimana benda-benda di sekitarmu
saat gelap seperti ini? Apa yang kau lihat?” tanya Rae In sambil meraba-raba
lehernya.
“Tanganmu kotor, jangan pegang
lukanya nanti bisa infeksi. Seperti biasa saja, gelap...tapi aku bisa melihat
semuanya...tidak black out..”
Aku
merasa gerah....atau ini hanya perasaanku saja? Aku begitu jelas bisa melihat
Rae In....ku rasa..dia tidak seburuk apa yang aku pikirkan selama ini...
“Pasti menyenangkan bisa melihat
dalam gelap...bukan begitu? Atau aku salah?” Rae In berusaha melihat Youngjae
dalam gelap, “Tapi tidak adil ketika hanya kau yang bisa melihatku di dalam
gelap...” apa yang sedang aku bahas....
Tangan Rae In terus saja meraba
lehernya, sampai suatu tindakan Youngjae membuatnya terkejut.
---
Melihat tangan Rae In yang tidak
berhenti meraba lehernya, Youngjae dengan tiba-tiba menjilat luka di leher
gadis itu perlahan-lahan. Rae In meremas pundak Youngjae tanpa bisa
berkata-kata, ia merasakan perih dan juga sensasi yang berbeda ketika Youngjae
melakukan hal itu padanya.
“Apa...yang...kau....lakukan...?!
Youngjae-ssi....tolong hentikan....” dengan terbata-bata Rae In mengutarakan
hal itu, ia berusaha mendorong tubuh Youngjae namun lelaki itu mendekap erat
tubuh Rae In.
Youngjae tidak berkata-kata,
sepertinya ia tenggelam dan tidak berhenti menjilati leher Rae In. Insting
kucingnya muncul, kucing sering melakukan hal itu terhadap satu sama lain.
“Youngjae-ssi...ku mohon...jangan
lakukan....” Rae In mendorong keras tubuh Youngjae, namun semakin berusaha
melepaskan diri, Youngjae semakin erat memeluk Rae In. Ia menjilati seluruh
leher gadis itu, dan lama-kelamaan Youngjae menghisapnya dan sesekali ia
menggigitnya pelan dengan taringnya.
Rae In seperti terhipnotis, namun ia
masih berusaha melepaskan diri. Setengah dari dirinya menikmati apa yang
Youngjae lakukan kepadanya, namun ia masih mendorong keras tubuh Youngjae.
“Mpphh....Youngjae-ssi....hhh...hh...hentikan...kita..tidak
boleh melakukan ini....” Rae In tetap mendorong keras tubuh Youngjae, namun dia
membawa tubuh Rae In ke tempat tidurnya dan kini ia membungkam mulut Rae In
dengan menciumnya.
Youngjae perlahan menicium bibir Rae
In, dia meraih tangan Rae In yang terus mendorongnya dan meletakkannya di atas
kepalanya, Youngjae tetap memeluk Rae In erat dan tidak berhenti menciumi gadis
itu dalam kegelapan.
Perlahan, perlahan, Rae In tenggelam
bersama Youngjae. Ia mengusap lembut kepala Youngjae dan sesekali memainkan
kuping kucing milik Youngjae. Sesekali terdengar desahan dari Rae In dan juga
Youngjae, hal ini membuat keduanya semakin tenggelam dalam kegelapan.
“Ah.....a.....mmh.....” desah Rae In
sembari memainkan bibir basahnya dan membiarkan Youngjae melakukan apa yang ia
mau kali ini.
Rae In merasakan deru napas Youngjae
di wajahnya begitu hangat, sesekali Rae In membelai lembut ekor tebal milik
Youngjae yang terus bergerak tanpa arah.
Sampai pada akhirnya lampu kembali
menyala dan Youngjae menghentikan ciuman yang dalam itu. Ia memandangi Rae In,
gadis itu tampak kebingungan.
Rae In membuka matanya, menyeka
bibirnya yang basah dan mengusap lehernya. Dia duduk dengan perasaan yang
gugup, “Kau...menciumku...di leher dan bibirku....” Rae In berusaha untuk tetap
tenang.
“Maaf....aku tidak
bermaksud...aku....”
Rae In melihat Youngjae secara
seksama, “Tidak ada yang menghilang, maksudku...kumis, telinga, dan ekor
kucingmu masih ada....berarti bukan ini...jalan keluarnya...”
Youngjae menjauh dan mengusap
rambutnya, “Yeah...mungkin bukan itu...maaf...”
Rae In mendengar seseorang datang,
“Uh? Rae Eonni ~ aku membawakanmu sekotak pizza..” Ucap So Young yang baru
kembali dari kota bersama Junhong.
“Terima kasih.” Ucap Rae In kemudian
ia pergi kembali ke kamarnya. Melihat kakaknya yang tertunduk dengan wajah yang
memerah Junhong merasa curiga.
Sesuatu
terjadi pada mereka...?
~-------~
Beberapa hari setelah kejadian itu,
Rae In merasa begitu canggung ketika bertemu dengan Youngjae, namun ia tetap
menggali informasi tentang bagaimana membuat Youngjae berubah menjadi manusia.
“Nuna, kenapa kau tidak mencoba
menciumnya? Mungkin dengan sebuah ciuman, kutukannya bisa lenyap?”
Rae In menggeleng, ia menggigit
bibirnya, ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu.
“Kau sudah pernah mencobanya,
Eonni?” tanya So Young yang begitu penasaran.
Rae In menggeleng, dia hanya ingin
menyimpannya berdua dengan Youngjae. Dia tidak ingin bocah-bocah ini mengetahui
hal yang seperti ini.
“Cobalah Nuna...tapi...ah...kau
tidak menyukainya kan? Aku rasa itu akan percuma saja...” Junhong merebahkan
dirinya di tempat tidur Rae In. “Kau menyukai pria kekar kan, hahahha....”
“Eonni, tolong bantu Youngjae
Oppa...aku percaya kepadamu...”
Karena merasa terusik, Rae In
meninggalkan mereka berdua dan mencari udara segar di luar.
So Young melihat Rae In pergi keluar,
So Young hendak mengikutinya namun Junhong menarik tubuhnya. “Jangan...dia
perlu waktu seorang diri..,” Junhong menarik So Young menuju ke kamarnya dan
hanya menghabiskan waktu bersama So Young dan membahas mengenai Rae In dan
Youngjae belakangan ini.
“Tidakkah kau merasa janggal?
Beberapa hari ini, dia hanya menghabiskan waktu di kamarnya, mengarang berbagai
macam cerita, namun tidak satupun yang terselesaikan...”
So Young membelai perlahan kepala
Junhong, dia juga menyampaikan perasaannya terhadap dua orang tersebut.
“Sepertinya sesuatu terjadi pada mereka...apa mereka berselisih paham? Mereka
masih canggung satu sama lain...apakah mereka melakukan sesuatu yang
terlarang?”
“Sesuatu yang terlarang? Melakukan
seks yang kau maksud? Tidak...tidak mungkin..kakakku tidak akan mau menyentuh
atau di sentuh oleh orang yang asing baginya...ah yeah...tunggu...aku ingin
menanyakan sesuatu kepadamu...” Junhong merasa penasaran akan satu hal.
“Apa itu, Junghong Oppa?”
“Youngjae Hyung mengatakan bahwa ia
pernah bertemu beberapa kali dengan Rae In Nuna...disaat dia berusia 6 tahun,
kemudian dia juga menolong kakakku saat kakakku terperosok jatuh ke dalam
lubang di hutan, dan yang mengejutkan...kakakmu pernah menyerang Rae In Nuna di
malam saat kau datang kerumahku...”
So Young merasa terkejut ketika
mendengar hal ini, “Kenapa aku tidak tahu hal ini sebelumnya? Tunggu,....malam
itu...jadi dia menyerang Rae In Eonni...? Youngjae Oppa mencari makanan sampai
kota? Itu sungguh berbahaya..” So Young merasa bersalah karena malam itu dia
memarahi sang kakak yang mencari makan sampai kota.
“Ah Soso....jangan menangis...itu
sudah berlalu....”
So Young menyembunyikan wajahnya
dengan kedua tangannya.
---
Youngjae hanya diam di gudang bawah
tanah dan menunggu seseorang datang mengunjunginya, dia merasa kesepian, dia
perlahan merasa dia adalah hewan peliharaan sekarang, dan dia selalu merasa
senang ketika Rae In mengunjungi, namun 5 hari setelah dia mencium Rae In
seperti itu, Rae In menjadi sangat jarang menengok Youngjae.
Kemana
Rae In-ssi? Apa dia melupakanku? Atau dia begitu sibuk bertemu dengan manusia
lain? Dia tidak menjualku ke rombongan sirkus kan? Aku masih belum puas dan
belum mengerti, kenapa dia begitu niat menolongku? Atau dia hanya ingin aku
mengembalikan kalung ini?
Youngjae melepas kalung yang ia
jadikan gelang, dan memandangi kalung itu beberapa saat. Ia tidak bisa
membohongi dirinya jika dia perlahan mulai menyukai gadis manusia itu. Namun,
ia takut, jika ia tidak bisa mengontrol dirinya dan melakukan hal yang lebih
dari sebuah ciuman dan mengubah Rae In menjadi seperti dirinya, ia akan begitu
menyesal.
‘KRIEEK’
“Aku boleh masuk, Youngjae-ssi?”
suara Rae In mengejutkan Youngjae yang tengah berkonsentrasi dengan lamunannya.
“Rae In-ssi!” panggil gembira Youngjae,
namun ia menahan dirinya. “Tentu saja, kau boleh masuk..”
Rae In menutup pintu dan menguncinya
tanpa sepengetahuan Youngjae. “Maaf aku...baru kesini sekarang..” Rae In duduk
di sebelah Youngjae, berusaha rileks dan menyandarkan diri di sofa.
“Kau..begitu sibuk, Rae In-ssi?”
tatapan Youngjae berubah, seperti kucing yang rindu akan belaian pemiliknya.
“Apa kau sudah makan hari ini?”
“Hmm...aku sudah makan..iya, aku
benar-benar sibuk belakangan ini...aku juga ingin minta maaf karena aku belum bisa menepati janjiku...”
Youngjae meraih tangan Rae In dan
meletakkannya di atas kepalanya. “Belai aku sekali saja..ku mohon..”
Rae In kebingungan, namun ia dengan
cepat menyadari, inilah sifat kucing yang sesungguhnya. Ia mengelus kepala
Youngjae dan memainkan telinga kucing itu, Rae In merasa sayang kepada Youngjae
namun hanya saja ia belum bisa meyakinkan dirinya sendiri.
“Kau...menungguku untuk datang?”
Youngjae menatap Rae In dengan
tatapan yang bahagia dan senang. Dia mengangguk-angguk menjawab pertanyaan itu.
“Kau,...kenapa kau menungguku?”
“Karena dengan hanya melihatmu saja,
perasaanku begitu senang...mungkin aku sekarang peliharaanmu?” ujar Youngjae
membuatnya berpikir sejenak.
Peliharaan?
Itu artinya dia benar-benar menurut padaku?
“Tapi kau bukan kucing
sepenuhnya...bagaimana bisa...kau merasakan itu?”
“Aku tidak tahu, aku hanya senang
kau disini sekarang...” Youngjae merebahkan dirinya di paha Rae In dan
bermanja-manja dengan menciumi aroma tubuh gadis manusia itu.
Rae In melihat ekor keemasan itu
bergerak ke sana kemari, dari gesturnya Youngjae sedang merasa amat senang
sekarang.
“Youngjae...ya?”
“Iya Rae In-ssi?”
“Youngjae-ya??”
“Ada apa memanggilku, Rae In-ssi?”
Tunggu
ini tidak benar.... Rae In membuat Youngjae diam di posisi duduk, “Dengarkan
aku, aku sedang berbicara serius...”
Youngjae menatap serius Rae In,
“Oke...maaf...”
“Kau mau aku membantu melepas
kutukanmu kan? Kau tidak bisa seperti ini...jika kau merasa kau adalah
peliharaanku sekarang, kita akan bergerak mundur...begini saja...kita membuat
perjanjian baru...”
Youngjae merasa berdebar melihat
wajah Rae In yang cantik dan bermata indah. Kenapa
baru sekarang aku menyadari jika dia adalah ‘sesuatu’ bagiku...
“Aku berjanji, setelah kau menjadi
manusia seutuhnya....aku akan tetap menemuimu...kau akan tetap bisa menemui
aku..” apa yang kukatakan...apa aku tidak
ingin kehilangan dia?
“Kau menyukaiku, Rae In-a?”
pertanyaan ini membuat Rae In terkejut. “Kau...merasakan hal yang sama
denganku?”
Rae In nampak bingung, namun ia
sejujurnya belum memikirkan hal ini lebih jauh lagi. Karena ia masih bertanya-tanya
dengan dirinya sendiri.
“Jawab aku...Rae In...”
“Aku pernah bilang...ciuman kita
bukan jalan keluar yang kau cari....tapi setelah itu aku terus berpikir...jika
aku lebih tulus lagi, mungkin, dan bisa saja itu merubahmu menjadi manusia
seutuhnya...”
Youngjae kembali mengingatnya, “Kau
mendorongku, namun aku terus memaksamu. Aku melakukannya dengan
pemaksaan....ya...kita tidak tulus melakukan hal itu...niatku saat itu hanya
mengobati lukamu...kau tahu kan, kucing biasa mengobati luka dengan air liurnya?”
Rae In sedikit tertawa, “Tapi aku
bukan kucing, Youngjae-ya...aku berpikir, aku mau melakukannya lagi...tapi aku
butuh waktu untuk lebih menyukaimu lagi, aku butuh beberapa saat agar aku bisa
merasakanmu...kau mau menungguku?”
Youngjae memegang kepala gadis itu
dan mengelusnya, “Lakukan ciuman itu dengan perasaanmu...aku akan menunggu
semoga itu tidak terlalu lama...”
-----
Makan malam berempat di gudang bawah
tanah kini terasa berbeda. So Young dan Junhong menangkap aura yang hangat dari
interaksi Rae In dan juga Youngjae. Mereka berdua tampak akrab dan sesekali
melupakan jika So Young dan Junhong ada di hadapan mereka.
“So Young-a...bisa ikut aku
sebentar?” tanya Junhong yang berdiri terlebih dahulu dan menunggu So Young di
luar.
So Young menyusul Junhong dan
mengikuti langkah pemuda tinggi tersebut. “Oppa, tunggu aku..~” So Young
melangkah cepat dan Junhong berbalik cepat mengejutkan So Young. “Oh, Oppa.
Jangan mengejutkan aku! Ada apa...?”
“Aku merasa kesal, mereka tidak
mempedulikan kita..mereka sepertinya menyukai satu sama lain...?”
“Ah...masalah itu...aku ikut senang
jika mereka menyukai satu sama lain....bukankah itu hal yang wajar jika dua
orang sedang jatuh cinta dan mengabaikan hal-hal yang ada di sekitar mereka?”
Junhong mendekati So Young dan
meraih tangannya dan menggenggamnya. “Apa kita pernah seperti itu, So Young-a?”
So Young merasa ada sesuatu di
tangannya.
---
“Ah Rae In...aku rasa aku perlu
mengembalikan kalung ini padamu...” Youngjae memberikan kalung yang pernah ia rampas
dari Rae In.
Rae In memandangi kalung itu
sebentar, “Tidak, simpan saja...ini sudah menjadi milikmu...”
“Kenapa? Aku merasa ti.....”
“Sudah, simpan saja...simpan ini
untukku..jadi kau tidak boleh menghilangkannya...” Rae In melihat sesuatu yang
berbeda dari wajah Youngjae... “Sepertinya ada yang berbeda dari wajahmu...”
“Benarkah?” Youngjae meraba
wajahnya, “Kumis kucingnya....sudah tidak ada,....”
“Ah iya! Kau benar! Dan gigi
taringnya sudah tidak ada! Kumis dan taringnya sudah menghilang! Youngjae-ya!!!”
saking senangnya, Rae In meremas gemas pipi Youngjae. “Tapi aku tidak melakukan
apa-apa padamu.....kenapa itu bisa hilang dengan sendirinya..?”
“Mungkin karena aku tidak berhenti
memikirkanmu beberapa hari ini...”
---
“Junhong Oppa....kau memberikan aku
cincin? Cincin?”
Junhong mengangkat tubuh So Young
dan berputar untuk beberapa saat. “Aku akan bertanggung jawab dengan semua apa
yang aku lakukan terhadapmu!” Junhong mengembalikan So Young ke tanah dan
menatap gadis mungil yang berwajah seperti boneka itu. “Kau mau kan,
bertunangan denganku, Kim So Young?”
So Young mulai menangis, ia merasa
begitu bahagia saat ini. Ia tidak pernah menyangka jika Junhong adalah orang
yang tepat untuknya, orang yang melepaskan kutukannya, lelaki yang benar-benar
selalu ada untuknya. Junhong memeluknya dengan hangat dan membuat So Young
menangis lebih keras lagi.
~-------~
2 bulan sudah berlalu, sejauh ini
hanya kumis, taring dan cakar yang menghilang dari tubuh Youngjae.
Suatu saat setelah Rae In kembali
dari kota untuk menyerahkan naskah drama TV, ia membawa daging lezat dan
menemui Youngjae. Namun sepertinya belakangan ini Youngjae tidak terlihat bugar
seperti biasanya.
“Youngjae-ya, aku pulang!” dengan
perasaan yang gembira, Rae In menemui Youngjae, tetapi Youngjae hanya berbaring
di tempat tidur.
“Rae In-a...”
“Eum? Kenapa? Kau kelihatan tidak
sehat?” Rae In mengusap lembut kepala kekasihnya itu, “Kau sakit?”
“Bulu ekorku...rontok...aku
sakit....”
Rae In melepas alas kakinya dan
berbaring di sebelah Youngjae, ia mengusap dada lelaki tersebut dan melihat
banyak bulu keemasan yang berserakan di tempat tidur. “Lalu aku harus
bagaimana? Haruskah aku bertanya pada So Young? Apa kau pernah sakit
sebelumnya?”
Youngjae menggeleng, “So Young tidak
pernah tahu jika aku sakit, aku seperti ini...biasanya aku hanya menghabiskan
waktu untuk beristirahat di gua-gua di hutan...” wajahnya tampak pucat,
badannya berkeringat dingin.
“Jangan membuatku khawatir...aku
tidak bisa memanggil seseorang dari luar untuk mengecekmu saat ini...” Rae In
mulai merasa khawatir.
Youngjae menatap Rae In, dia melihat
raut wajah yang khawatir dari manusia ini. “Aku hanya sakit biasa..mungkin
karena aku perlu menghirup udara segar...”
“Kau ingin keluar? Ayo, aku temani!”
Rae In sudah berusaha mengajak Youngjae keluar, namun Youngjae kembali menarik
Rae In.
“Sebentar saja, temani aku di
sini...”
“Aku disini..jangan khawatir.....”
Rae In kembali berbaring di sebelah Youngjae dan memeluknya, mengusap lembut
punggung setengah manusia ini. Dia menatap Youngjae cukup lama.
“Kenapa? Ada yang ingin kau
sampaikan?”
“Youngjae-ya....aku benar-benar
menyukaimu....”
Suasana menghening sesaat, senja
kali ini terasa berbeda.
“Aku senang mendengarnya, Rae
In-a....akhirnya kau bisa menyukai dengan wujudku yang tidak sempurna...”
“Tidak...kau sudah sempurna di
mataku...aku...aku...menerima kau apa adanya jika memang sudah banyak cara yang
kita tempuh tidak berhasil..namun aku masih berharap, kau bisa kembali ke wujud
manusia seutuhnya...” Rae In mengatakan hal ini dengan tangisan, ia merasa
sedih juga lega di waktu yang bersamaan.
Youngjae menyeka air mata Rae In, hal
itu semakin membuatnya sedih. “Kenapa menangis Rae In?”
Rae In tidak menjawabnya, namun ia
perlahan mencium bibir Youngjae. Ia mulai memejamkan matanya dan merasakan
bibir lembut Youngjae.
Begitu pula dengan Youngjae, ia
merangkul perlahan tubuh Rae In dan membiarkan Rae In menciumnya perlahan.
Perasaannya begitu berdebar, seperti melakukan hal ini untuk yang pertama
kalinya.
Rae In mulai mencium secara dalam
perlahan, ia menggigit bibir Youngjae pelan, dan sesekali menjilatnya, ia
merasakan benar apa yang ia lakukan kepada orang yang di sukainya. Begitu pun
dengan Youngjae, ia mengelus rambut Rae In perlahan, merasakan apa yang Rae In lakukan padanya, sampai ia
merasakan tubuhnya begitu dingin, seperti sesuatu keluar dari tubuhnya.
Rae In merasakan sesuatu dari dari
dalam mulut Youngjae, ia menghentikan ciuman tersebut dan menemukan sebuah bola
kristal tembus pandang sudah memenuhi mulutnya, “Apa ini...?”
Youngjae menggigil dan mulai
merintih, “Errhg...hh....aku...ke..kedinginan...”
Rae In yang menyadari hal itu,
segera memeluk erat tubuh Youngjae. Ia mengelus kepala Youngjae dan merasa
janggal.
“Youngjae...kupingnya....menghilang.....”
lalu ia meraba bagian pantat Youngjae dan tidak lagi memegang sebuah ekor,
“Ekornya...hilang...Youngjae...kuping dan ekornya....”
Youngjae terlalu sibuk menggigil, ia
mengabaikan Rae In. Ia benar-benar sakit.
---
Beberapa jam kemudian, ketika
terbangun, Youngjae melihat So Young dan Junhong tengah mengobrol pelan di meja
kecil dekat ia berbaring. Kemudian ia merasakan seseorang memeluknya dari
belakang. “Selamat datang kembali, Youngjae.” Ucapnya sambil memeluk erat
Youngjae dan menyembunyikan tangisnya.
“Oppa! Kau sudah sadar? Youngjae
Oppa...Oppa...” So Young ikut menangis bahagia.
“Oh Hyung, kau sudah sadar...kami
begitu risau menunggumu!”
Youngjae merasa kebingungan, “Ada
apa?” karena yang terakhir dia ingat adalah berciuman dengan Rae In. “Rae In..aku
kenapa?”
Rae In masih menangis di balik tubuh
Youngjae, ia menyembunyikan wajahnya di punggung Youngjae.
“Hyung, Rae In Nuna sudah mengubahmu
menjadi manusia...kau...tidak merasakan hal itu?” ujar Junhong berusaha
memberitahu dan memberi cermin kepada Youngjae.
Perlahan Youngjae melihat dirinya
melalui cermin tersebut, memang wajahnya masih tampak berantakan dan pucat,
namun ia tidak lagi menemukan kuping kucing dan ekornya pun sudah menghilang.
“Rae In-a!” Youngjae berbalik dan memeluk erat tubuh Rae In, gadis itu tidak
berhenti menangis dan ia masih merasa bahagia karena bisa menghilangkan kutukan
itu dari orang yang ia sayangi.
“Aku melakukannya,
Youngjae...aku...aku...menepatiku janjiku...!” ia berbicara dengan terbata-bata
karena ia menangis sesenggukan. “Benda ini keluar dari dalam tubuhmu..” Rae In
mengambil bola kristal yang cukup besar itu dan memberikannya kepada Youngjae.
Ia mengusp airmatanya, “Aku menciummu, lalu kau memberiku kristal ini...setelah
itu, kau sudah menjadi manusia seutuhnya..” Rae In kembali menangis karena ia
merasa bahagia telah mematahkan kutukan tersebut.
Untuk sesaat Youngjae menatap tidak
percaya jika ia di anugerahi sebuah bola kristal dan juga Rae In .
“Aku tidak akan pernah melupakan
hari ini...Rae In.....sungguh, terima kasih...”
Ia memeluk Rae In dan merasa sungguh
tertolong. Ia tidak pernah berpikir jika Rae In lah orang yang akan mencabut
kutukan itu.
~-------~
..... Beberapa minggu setelah Rae In
mencabut kutukan Youngjae.
.....
Perlahan ia memeluk dari belakang
tubuh gadis yang tengah tertidur pulas itu. Ia melihatnya untuk beberapa saat
dan memberi ciuman kecil di pipi Rae In.
“Miaw...miaw...miawww?” Suara
Youngjae mengejutkan dan membangunkan Rae In dari tidurnya.
Ia tersenyum dan menoleh ke
belakang, “Aku kira, aku tidur dengan seekor kucing?”
Lalu Youngjae tertawa, tawa bahagia
yang ia rajut bersama Rae In.
“Miaw-ning, my Rae In~..” ia kecup
kening gadisnya dan mereka merasa tampak sangat bahagia.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar