Tittle : JUNG’s Story
Cast :
Jung Taek Woon [Leo VIXX] – Jung
Ilhoon [BTOB] – Jung Ema [OC] – Jung Hana [OC]
Genre : Romance
Rated : 12+
Theme song : B1A4’s songs
Author : Ravla [@RavlaLavender]
----------------------------
‘TOK TOK TOK’
Di tengah pembicaraan yang lumayan serius itu, sebuah kunjungan mendadak di
lakukan Ilhoon ke rumah Ema.
Taekwoon melirik tajam ke arah pintu, ia hendak membukanya namun Ema
menghalanginya. “Jangan, biar aku saja.”
Ema beranjak dari sofa dan membuka pintu, ia menemukan raut khawatir itu
begitu kental di wajah Ilhoon. “A~,
Ilhoon-ya~ ada apa? Emm, apakah sesuatu telah terjadi?”
Ilhoon mengangguk dan berbicara pelan, “Hana menghilang...tolong bantu aku
mencarinya!” pinta Ilhoon sambil mengguncang kedua tangan Ema.
“Sudah ku katakan, tetaplah dirumah.” Sahut sebuah suara kemudian.
Ema menoleh ke belakang, ia melihat raut wajah Taekwoon yang sedikit tampak
diliputi kegelisahan. Ema merasa bingung, hati kecilnya menyuruhnya untuk
menolong Ilhoon, karena bagaimanapun Hana adalah sahabat baiknya. Namun ia juga
ingin bersama Taekwoon, lelaki itu adalah kekasihnya.
Ema memandang Ilhoon, dia sudah memutuskan sesuatu. “Baik, aku akan
membantumu mencari Hana!” kemudian ia hanya mengucapkan, “Mianhae.” Kepada Taekwoon. Tidak banyak yang bisa di lakukan
Taekwoon, ia hanya bisa menunggu Ema dirumah. Pemuda itu tidak bisa pintar
mengekspresikan sesuatu.
“Kaja!” seru Ema kemudian pergi
bersama Ilhoon menuju suatu tempat untuk mencari Hana. Ini kali kelima Hana
menghilang secara misterius.
Jung Ema...mengapa kau lakukan ini
padaku?? Batin Taekwoon
ketika ia melihat gadis yang ia cintai itu pergi.
*
Mereka berlari menembus rintik-rintik hujan di malam yang cukup dingin,
demi menemukan adik kesayangan Jung Ilhoon.
“Kau sudah mencoba menghubunginya kan?” tanya Ema yang sibuk berlari sambil
memencet nomor ponsel Hana, namun sepertinya itu tidak membuahkan hasil apapun.
“Sudah, aku tidak tahu kapan ia menghilang, ketika aku ingin memanggilnya
untuk makan malam, ia sudah tidak ada.”
Ema memandang lelaki yang dua tahun lebih muda darinya, Ia masih tidak berubah... kenapa aku bisa
melakukan hal itu? Betapa bodohnya aku. “Perpustakaan sekolah? Kau sudah
kesana?”
Ilhoon mengangguk sambil mengatur nafasnya, “Sudah! Dia tidak ada disana!
Apa kau tahu tempat kesukaannya selain perpustakaan, cafe dan toko buku? Aku
khawatir tidak bisa menemukannya kali ini!”
“Haissh!” Ema memukul ringan
lengan Ilhoon, “Apa yang kau bicarakan! Kita pasti akan menemukannya!” pasti, aku akan menemukannya untukmu...
***
#Flashback#
“Ilhoon-ya~ kenapa kau begitu lama...aku
sudah menunggumu satu jam lebih disini!” ucap Ema yang terlihat sedikit letih karena
belakangan ini ia selalu menunggu Ilhoon lebih lama dari biasanya.
“Ah~ mianhae Ema,....”
Ema merasa lain, karena selama ini Ilhoon sangat jarang memanggil namanya,
karena ia menggantinya dengan sebutan ‘chagiya’. “Ilhoon-a, waeyo?” tanya Ema memastikan, karena pandangan itu
menyimpan sesuatu.
“Aniya....” jawab Ilhoon begitu saja. Lalu ia duduk di
samping Ema dan menengguk soft drink yang sudah tidak dingin. Ia memutar-mutar
gelasnya, sepertinya ia benar-benar sedang gelisah.
“Chagiya,.....” panggil Ema, namun Ilhoon seperti mengabaikannya.
“Jung Ilhoon.” Panggil Ema sekali
lagi, mau tidak mau Ilhoon menatapnya. “Ada
apa? Ada hal yang ingin kau sampaikan padaku?”
“Ema,.....”
Namun sebelum Ilhoon meneruskan pembicaraan, Ema menyelanya dengan sebuah
kalimat. “Bisakah mulai sekarang kita
menjadi teman saja?”
Pertanyaan itu membuat Ilhoon begitu terkejut, ia bahkan tidak menyangka
jika gadis itulah yang mengucapkannya pertama kali.
“Ema....jeongmal mianhae...” ucap Ilhoon melunak, ia terlihat begitu
lega dari sebelumnya. “Aku harap kau
tidak menjaga jarak denganku setelah ini. Aku rasa aku melakukan kesalahan dari
awal, mungkin ini hanya rasa kagum, tapi kau sudah terlalu jauh
menginterpretasikannya.”
Ema tersenyum pahit, secara tidak langsung ia mengiyakan pengakuan Ilhoon.
“Iya, itu benar. Tapi aku butuh waktu,
aku akan menemuimu lagi jika aku sudah merasa baikan.” Ucap Ema kemudian
meninggalkan Ilhoon seorang diri di cafe tersebut, tak dapat di pungkiri
perasaan seorang gadis pasti terluka dan ia pun menangis setelah semuanya
berakhir. Bahkan ia sendiri tak percaya jika ia baru saja mengatakan hal itu
pada lelaki yang benar-benar ia sukai.
“Ema....” gumam Ilhoon kepada dirinya sendiri. Iya, dia
memang terlalu bodoh dengan membuat gadis periang itu menjadi kelinci
percobaannya.
#Flashback End#
***
Mereka melangkah jauh untuk menemukan Hana. Tak banyak obrolan yang mereka
bicarakan selain membahas tentang Jung
Hana. Mereka sama-sama tahu, Hana begitu menyukai sosok Ema dan gadis itu
benar-benar senang ketika mendengar Ilhoon dan Ema berpacaran kala itu, namun
ia begitu sedih ketika tak lagi melihat sosok Ema mengunjungi rumahnya setiap
dua hari sekali. Dan semenjak itu, Hana terlihat murung dan tak banyak
berinteraksi dengan sang kakak, Ilhoon.
“Hhhh~ ini salahku membuat Hana menjadi seperti ini...” ucap Ema kemudian
setelah mereka selesai mencari Hana di daerah subway. “Berikan aku waktu untuk
berfikir, tolong!” ia meraih lengan Ilhoon dan mencegahnya berjalan terlalu
jauh.
Ilhoon menatap perempuan itu tanpa ekspresi, rupanya ia tidak ingin larut
dalam suasana. Bagaimana pun, perempuan itu pernah menghiasi harinya, di masa
lalu.
“Jung Ema...,” panggil Ilhoon, “..kita tidak bisa membuang waktu, sebentar
lagi sudah tengah malam dan aku harus menemukannya!” Ilhoon melepaskan
tangannya dari Ema lumayan kasar, hal itu membuat Ema sedikit terhuyung dan
terheran-heran.
Ada apa dengannya?? “Ilhoon, sabarlah! Tenangkan fikiranmu!
Aku yakin Hana baik-baik saja!” teriaknya kepada lelaki yang terus melangkah
menaiki tangga. “Jung Ilhoon!”
Namun Ilhoon tidak menggubrisnya, ia terus melangkah dan menghilang di atas
sana. Ema yang merasa begitu bersalah atas kaburnya Hana, semakin menanamkan
doktrin di kepalanya jika memang ia yang harus bertanggung jawab atas
menghilangnya Hana. “Baiklah jika itu maumu!”
Mereka berpencar, Ema hanya peduli dengan langkahnya yang menuju taman, itu
harapan satu-satunya menemukan Hana. Karena, Hana dulu pernah mengatakan
sesuatu tentang harapannya kepada dirinya dan juga Ilhoon di taman ini.
Entahlah, sudah sangat lama...
***
#Flashback#
“Eonni-ya ~ kemarilah! Aku membuat
sesuatu kemarin disini!” ucap gadis berpenampilan imut itu sambil memaksa
Ema untuk mengikuti langkahnya. Senja yang indah yang takkan pernah terlupakan
keduanya.
Ema di giring menuju sebuah pohon
yang cukup besar yang tumbuh subur di taman itu, “Ada apa Hana? Sebaiknya kita segera pulang atau llhoon akan
mengkhawatirkanmu!”
“Sebentar saja eonni! Lihat, aku mengukir
nama kalian di pohon ini!! Bagus tidak?”
Ema begitu tersentuh ketika melihat ada sebuah ukiran namanya dan Ilhoon
dalam sebuah bentuk hati, “Astaga Hana, kapan
kau membuat ini?”
“Dua hari yang lalu eonni, aku begitu
senang dan tidak tahu harus melakukan apa...lalu aku melihat pohon ini...aku
harap seseorang tidak merusaknya...susah payah aku mengukiri pohon ini.” Kemudian Hana memeluk pohon itu mesra
seperti pelukan yang pernah ia berikan pada Ema.
Tanpa terasa Ema menjatuhkan airmatanya, namun ia buru-buru menghapusnya
sebelum Hana melihatnya berlinang airmata. “Aku
menyukainya, aku akan sering ke sini, untuk melihatnya. Ayo, sekarang kita
pulang!”
#Flashback End#
***
“Ema!” seru sebuah suara. Dan lamunan masa lalu itu pun terbang entah
kemana.
“Oppa? Bagaimana kau tahu aku ada
disini?” Ema begitu terkejut melihat sosok pria tinggi itu terlihat mengatur
nafas, rupanya ia benar-benar menyusul kekasihnya tersebut.
Taekwoon memeluknya kemudian, “Mianhae,
belakangan ini aku terlalu mengekangmu. Aku hanya...tidak ingin kehilanganmu.”
Terbersit sedikit senyum menghiasi wajah perempuan itu, Ema tidak tahu
harus sedih atau bahagia menemukan fakta bahwa Taekwoon begitu menjaganya
selama ini. Ia masih bingung, ia masih terganggu dengan kehadiran Ilhoon di
sekelilingnya. Bagaimanapun Ema tidak bisa mengusir Ilhoon, karena ia masih
ingn Hana menjadi sahabatnya.
“Oppa~ aku harus menemukan
Hana..” ucapnya sebelum ia terlalu larut dengan keadaan. “Jika tidak,...aku
akan sangat merasa bersalah!”
“Ema eonni....aku disini.”
Ucapnya dari balik kegelapan, “...maafkan aku...sudah membuat kalian khawatir.”
“Jung Hana!!” teriak Ema terkejut, ia menghampiri Hana dan memeluknya,
memastikan bahwa Hana baik-baik saja. “Dari mana saja kau ini! Aku sungguh
khawatir! Jangan pergi tanpa sepengetahuan Ilhoon lagi!” ucapnya tak terasa ia
menangis, ia begitu lega mengetahui Hana baik-baik saja.
“Eonni-ya, uljimayo~...”
“Hhh~...” Taekwoon menghela napas dan mengajak mereka untuk membeli minuman. Ia tahu benar hanya
segelas air putih yang bisa menenangkan Ema yang terlihat begitu panik dan
khawatir.
*
“Hana~....kau dimana?”
Ilhoon masih mencari Hana di sampai daerah perkotaan. Ia memeriksa setiap
toko demi menemukan adik semata wayangnya tersebut, karena mendiang Ibunya
berpesan bahwa Ilhoon harus terus membimbing dan menjaga Hana.
‘KRIIING~’ ponsel Ilhoon berbunyi, ia melihat layar LCDnya dan melihat nama
itu, ‘CHAGIYA’. Bahkan Ilhoon tidak pernah mengganti nama kontak Ema di
ponselnya. Asanya masih sedikit tersisa, namun ia tahu benar. Kini, masa
depannya tidak pernah ada Ema lagi di dalam hidupnya.
“Yeoboseyo? Wae?” tanya Ilhoon
sedikit ketus.
Dari seberang sana, suara yang begitu
lembut terdengar lagi setelah sekian lama mereka tidak melakukan sambungan
telepon.
“Aku sudah mengantarkan Hana pulang.
Cepatlah kembali ke rumah, ia begitu ingin bertemu denganmu. Jangan marahi
Hana, jika aku tahu kau memarahinya, mati kau!!” hentakan Ema membuat
Ilhoon terkejut, suara perempuan itu begitu terdengar kesal. Yah, hanya dengan
cara itu Ema bisa melampiaskan kekesalah terhadap masa lalu.
Ilhoon langsung berlari secepat mungkin, ia begitu lega mendengar Ema sudah
mengantar adiknya pulang kerumah dengan selamat. Namun ia juga merasa tidak
enak sudah meninggalkan Ema begitu saja tadi.
‘HOSH...HOSH...HOSH...’
Deru nafas yang begitu jelas terdengar, ia menerjang udara dingin dan tidak
sabar ingin bertemu dengan adiknya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk
tidak terlalu keras pada Hana. Ia melakukannya selama ini karena tidak ingin
Hana jauh darinya.
“HANA!!” teriak Ilhoon sambil membanting pintu rumah, ia melihat Hana
sedang di marahi oleh ayahnya. “Oh~ Appa~...”
ucapnya pelan sambil mengatur nafasnya yang benar-benar terdengar begitu jelas.
‘GREB’
“Oppa mianhae! Jeongmal mianhae! Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi!” Hana langsung memeluk tubuh kakaknya
yang masih belum stabil berdiri itu, namun Ilhoon segera menyambut pelukan itu.
“Oppa, apakah kau marah padaku?”
Ilhoon tersenyum lega, “Tidak, Hana. Tolong jangan lakukan hal itu pada
kami lagi! Karena aku sudah berjanji pada Ibu untuk menjagamu!”
***
Beberapa hari setelah Hana menghilang dan ditemukan, Ilhoon tak tampak menunjukkan
dirinya di hadapan Ema. Namun Ema tak bisa menyangkalnya, ia ingin melihat
sosok itu sekali lagi. Ia masih bisa peduli dengan Ilhoon, namun kini ia
berusaha menyangkalnya mati-matian. Alasannya karena Taekwoon.
“Oh...apakah aku melakukan hal yang benar?”
*
#Flashback#
Mereka terakhir bertemu di cafe itu, saling menyampaikan apa yang
dirasakan. Dan satu bulan berlalu, ia tak ingin melihat kehadiran laki-laki itu
lagi di sekelilingnya. Setiap kali Ema melihanya dari kejauhan, ia menghindar.
Sebagaimana mungkin tidak bertemu dengan Ilhoon.
“Ema-ya~~~ !!!” panggil seorang sahabat yang selalu menjadi
tempat menuangkan apa yang Ema rasakan. Namun ia memilih tidak bercerita
tentang kandasnya hubungannya dengan Ilhoon. “Kemana saja kau...aku mencarimu di kampus selama ini dan tidak pernah
bertemu denganmu!”
“Mianhae Raein-a~ aku...aku benar-benar
sibuk belakangan ini...ada apa mencariku?”
Raein terlihat begitu antusias menceritakan sesuatu, “Kau sudah dengar belum, ah~ pasti Ilhoon sudah memberitahumu sesuatu
kan? Iya kan?”
Ema tampak bingung sekaligus ingin tahu, “Apa? Dia tidak mengatakan hal apapun padaku...” Ema berbicara
seolah mereka masih menjalin hubungan.
“Aissh! Mungkin Ilhoon ingin memberikan
kejutan padamu! Tapi aku akan memberitahumu! Aku sudah tidak sabar melihatmu
terkejut!!!”
Ema masih bingung apa yang tengah terjadi di sekelilingnya, “Cepat beritahu aku! Ada apa?”
Raein membisikkan sesuatu pada Ema, namun ia tak terkejut. Bahkan Ema
melihatnya sebelum semuanya menjadi heboh seperti ini. “A~ aku tahu itu....tapi itu bukan untukku...percayalah, kau akan lebih
terkejut dari aku!”
“YA~ Jung Ema...apa yang kau katakan?
Sudah pasti hal itu untukmu! Ah, so sweet! Aku tahu kau begitu bahagia kan?
Sudahlah, aku tahu hal itu!”
*
Ema tahu benar apa yang Raein bicarakan kepada dirinya siang tadi. Sebuah
panggung kecil dengan hiasan-hiasan bunga di sudut-sudut dan juga sisi
panggung. Itu terlihat indah namun Ema hanya bisa menghela napas ketika
mengetahui Ilhoon sudah menemukan orang yang tepat untuk mengisi kekosongan
hatinya.
Ema melamun melihat dari kejauhan, panggung itu mulai berkelap-kelip dan ia
yakin jika Raein pasti ada disana menunggu dirinya untuk naik kepanggung lalu
bersorak gembira ke arahnya. Sayang hal itu hanya terjadi di angan-angan Raein.
‘TAP, TAP, TAP’
Seseorang datang menghampiri Jung Ema dan menemaninya melihat panggung itu
dari sebuah tempat yang tinggi. “Aku
sudah mengatakannya dari awal...tapi kau tidak pernah mendengarkan aku.”
Ema tersenyum pahit, “Mianhada. Hei sedang
apa kau disini? Aku kira kau sedang serius belajar dirumahmu. Bagaimana
kuliahmu hah? Taekwoon-ssi?”
Lelaki 185 sentimeter itu kemudian merangkul pundak Ema, “Apa orang itu membuatmu benar-benar sakit
hati?” tanya Taekwoon sungguh ingin tahu.
Ema menggeleng tegas, “Tidak, hanya
aku saja yang bodoh. Padahal...aku sudah tahu dari awal, jika saja itu
kau...mungkin aku benar-benar tidak bisa bangkit.” Ucap Ema memandang wajah
Taekwoon dalam jarak sedekat itu. Lalu ia tersenyum, terlihat ingin menggoda Taekwoon.
“Hmm? Aku ragu jika itu semacam...pelarian
saja.”
Ema terkekeh dan menjauhkan Taekwoon dari dirinya, “Ayolah, kau benar-benar tahu aku kan? Jangan buat aku tertawa
malam-malam begini!”
Taekwoon tampak menyunggingkan sudut bibirnya, “Lalu...jika seperti itu...kau mau denganku?”
Ema melirik orang itu dengan seksama, dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Mau apa hah? Kenapa kau tidak pernah jelas
jika berbicara...jangan membuat aku bingung Taekwoon-ssi~...”
Begitu riuhnya panggung tersebut, tidak membuat keduanya terusik bahkan
mereka melanjutkan perbincangan mereka. Sesaat Ema benar-benar melupakan Ilhoon
ketika ia bersama Taekwoon. Dua sahabat yang sudah lama terlibat cinta lokasi,
namun tak satupun dari mereka mau mengakuinya sampai akhirnya Taekwoon begitu
kecewa mengetahui Ema memilih Ilhoon beberapa bulan yang lalu. Namun kini, adalah
permulaan baru bagi mereka.
“Jadi bagaimana...kau belum menjawab
pertanyaanku.” Ucap
Taekwoon begitu pelan dan terkesan mendalam. Ia berdiri di samping perempuan
yang lebih muda 2 tahun darinya. “Aku
berjanji tidak akan mengecewakanmu.”
“YA~ Oppa! Aku tidak percaya lagi dengan
semua janjimu. Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu sementara kau tidak pernah
lagi membalas pesan singkatku! Tidakkah kau tahu, aku begitu menunggu-nunggu
sebuah respon, tapi kau malah membiarkan aku menunggu selama ini!” Ema begitu kesal karena sudah beberapa
pesan singkat yang ia kirimkan kepada Taekwoon tidak ada satu pun yang di
respon. Lelaki itu malah datang langsung menemui dirinya tanpa membuat janji
terlebih dahulu.
Lagi, kali ini Taekwoon tampak tersenyum senang. Namun ketika ia merasakan
hal yang lucu, ia akan menunduk untuk menyembunyikan tawanya. Kemudian ia hanya
menatap wajah Ema yang tampak kesal namun juga menyembunyikan tawanya.
“Kenapa kau melihatku seperti itu?! Ya
Taekwoon Oppa!~”
#Flashback End#
***
Tak terasa Ema mengingat kembali kejadian setahun yang lalu tersebut, ia
sudah mengabaikan perasaannya untuk menunggu Ilhoon datang dan mengucapkan
terima kasih. Ema larut dengan memorinya mengenai Taekwoon. Ia menyadari jika
ternyata, selama ini Taekwoon benar-benar tidak pernah meninggalkannya walaupun
orang itu begitu sulit di hubungi.
“Aku rasa ini sudah yang paling benar.”
Tanpa menunggu lagi, ia bergegas menuju rumah kekasihnya. Ia ingin
menyampaikan permintaan maaf dan juga berterima kasih karena selama ini
Taekwoon sudah begitu amat menjaganya.
Di tengah perjalanannya, tanpa sengaja ia bertemu dengan Ilhoon yang tampak
berjalan ke arah rumahnya. “Ah! Jung Ema!” panggil Ilhoon membuat Ema berbalik
dan menyadarinya dengan cepat. “Tunggu!”
Ema melihat sosok masa lalu, ia hanya bisa tersenyum kemudian menghampiri
orang itu. “Jung Ilhoon!? Ada apa?”
Seperti biasanya, bocah itu melangkah mendekati Ema. Sepertinya ada hal
serius yang ingin ia sampaikan. “Bagaimana bisa kau menemukan Hana malam itu?”
“Oh? Itu...Taekwoon Oppa yang
mengantarkannya padaku di taman kota, katanya ia mencariku kerumah lalu bertemu
dengan Taekwoon.”
“....Benarkah? Aku kira dia berbohong lagi padaku...”
Ema kemudian tersenyum dan menepuk pelan pundak Ilhoon, “Ya~ apa yang kau bicarakan..Hana tidak
mungkin berbohong padamu! Aku akan menjenguknya lusa. Ok?”
Sesaat sebelum Ema berbalik, Ilhoon memegang tangannya. “Jangan pergi
dulu..”
Ema merasakan genggaman tangan itu, sudah lama sekali.... “Ada apa lagi?”
Ilhoon terlihat membuka dan menutup mulutnya. Begitu susah untuk mengatakan
hal itu pada Ema yang terlihat begitu gembira. “Ema, bisakah kita....bersama
lagi?”
Ema tidak percaya apa yang ia dengar pagi ini. Namun ia tak ingin goyah
lagi, ia tahu apa yang harus dilakukan selagi semuanya belum begitu rumit.
“Ilhoon-a...,” ucapnya lembut di
sertai senyuman yang tulus. “..Taekwoon sudah menungguku sekarang...” Ema
melepaskan genggaman tangan pria itu, dia berlalu dan menghilang. Entahlah, dia
tidak lagi melihat kebelakang. Ia ingin meninggalkan Ilhoon, sebagai masa
lalunya yang cukup indah.
Gomawo Ilhoon-a, gomawo!
*
“Oppa! Kau di dalam?” teriakan
Ema membuat pria itu bangkit dan membuka pintu, ia tidak menyangka Ema akan
datang kerumahnya.
“Ema? Tidak biasanya.....” gumam Taekwoon yang melihat siluet Ema dari
balik jendela rumahnya.
Begitu pintu itu terbuka, Ema bergegas memeluk Taekwoon dan merekahkan
senyum yang paling tulus untuk kekasihnya tersebut. “I miss you Oppa!!” ucapnya membuat Taekwoon kebingungan.
“Ada apa Ema?” dengan wajah bingungnya, ia berusaha menatap Ema. “Kau
datang pagi-pagi kerumahku hanya untuk mengatakan ini? Kau kan bisa
menelfonku?”
Ema memukul ringan dada laki-laki itu, “Aish
Oppa! Kau tidak senang aku datang
kesini?”
Bahkan aku tidak pernah melihatnya
‘secantik’ ini sebelumnya... batin Taekwoon dalam hatinya ketika memandang ada sesuatu yang berbeda dari
kekasihnya tersebut.
Hal itu berhasil membuat Taekwoon menunduk dan tersenyum. “Apa yang sedang
kau rencanakan? Sudahlah~ ada apa?”
Ema tak bisa berhenti tersenyum, kemudian ia memeluk pria itu lagi dan
menyampaikan perasaannya, “Gomawo Oppa,.....
saranghae....”
Wajah pria yang terpapar sinaran mentari pagi itu tersenyum, ia membalas
pelukan Ema dengan begitu erat, “Nado,......
saranghae.”
***
-----------------TAMAT-----------------
.......
Ketika masa lalu adalah hal yang berperan
penting bagi masa depanmu,....hargailah. Jangan pernah membencinya.
---------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar