Tittle : Friendship Pendant
Cast : Kim Ravi [VIXX] – Lee Changsub [BTOB] –
Park Rae In [OC]
Genre : Fantasy/Friendship
Theme
song : B1A4’s songs – B2ST Midnight
& I’m Sorry
Rated : all ages
Author : Ravla
--------------------------------
Ku harap,
aku bisa menemukan arti ketulusan yang sebenarnya di tempat ini.
Aku sudah
cukup letih dengan semua kepalsuan mereka yang penuh dengan kemunafikan, peduli
jika mereka memiliki tujuan tertentu. Iya, sulit menemukan seseorang yang
benar-benar tulus...
Mungkin
tidak selalu, namun aku berusaha sebaik mungkin untuk melakukan semuanya dengan
setulus hati. Karena aku percaya, suatu saat nanti akan ada sebuah ketulusan
yang akan aku terima dari orang yang memang benar-benar tepat masuk dan
menyelami kehidupanku.
------------------------------
FRIENDSHIP PENDANT
[Author’s
POV]
21 tahun orang ini menghirup oksigen
bumi dan makhluk indah berambut coklat itu bernama Rae In. Ia akan menghabiskan
malam ini di rumah baru untuk pertama kalinya. Alasannya pindah karena di
lingkungan yang sebelumnya ia merasa tidak nyaman dan banyak yang ‘berwajah
dua’ di sekitarnya. Maka ia memutuskan hal ini secepatnya tanpa memberitahu
keluarganya terlebih dahulu. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri akan
memberitahu orang tuanya dalam waktu dekat.
Ia nampak sibuk sekali dengan
dus-dus yang menumpuk di sudut ruangan. Membongkarnya satu persatu, membuang
masa lalu yang tidak pantas disimpan, lalu membakarnya di halaman belakang.
Rumah itu cukup luas dengan rumput hijau di bagian belakang. Hampir 50%
bangunannya terdiri dari kaca tembus pandang.
“Ku rasa ini tidak buruk.” Ucapnya
memecah kesunyian, ia menyimpan sebuah foto dimana terdapat foto dirinya dan
ketiga sahabatnya. Lalu ia meletakkan foto itu di samping televisi dan sedikit
menghela nafas dan kemudian ia kembali memilih barang-barang.
Sekitar satu atau dua jam kemudian,
setelah api padam dan ia siap untuk kembali masuk kedalam, secara tidak sengaja
ia melihat sebuah pantulan cahaya agak jauh dari posisinya berdiri. “Hh? Apa
itu?” Rae In mendekatinya sambil tetap memastikan cahaya apa yang ia lihat.
Ternyata sebuah pendant atau kalung
berliontinkan batu utuh seperti kristal berwarna biru muda seperti air laut
yang bercahaya di siang hari terkena bias sinar matahari. “Ini punya siapa?
Bukannya rumah ini sudah lama tidak laku?”
Rae In membawa serta pendant itu ke dalam dan memeriksanya di
kamar. Ia merasa harus mengembalikan barang ini kepada pengurus terdahulu rumah
yang ia tempati sekarang.
***
Sore hari menjelang malam di hari
berikutnya Rae In merasa kebingungan. Masalahnya, pengurus terdahulu rumah yang
ia tempati tidak mengenali pendant
itu. Rae In kembali ke rumah dan tidak mengurusi pendant itu. Ia berlalu ke dapur dan menonton televisi, mengerjakan
sesuatu di laptopnya, sampai ia mematikan semua lampu untuk pergi tidur.
“Ah...pendantnya bercahaya!” Rae In meraih pendant itu dan mengamatinya, benar-benar tidak di mengerti dari
mana benda itu berasal. “Jangan-jangan kemarin ada UFO lewat sini?” Rae In
melempar pendant ke sofa, namun benda
itu nampak tak berbahaya sehingga Rae In mengambilnya kembali dan memakainya di
leher. “Hmm...tidak jelek!” ucapnya ketika bercermin sambil melihat dirinya
menggunakan pendant itu. Rae In
berlalu ke kamar dan istirahat tenang malam ini.
***
[Rae In’s
POV]
“Pendantnya...masih
kan?” aku meraba leherku dan betapa leganya aku masih menggunakan pendant kristal indah ini. Entahlah,
semalam aku sudah ke rumah penjaga rumah tapi dia mengatakan tidak pernah
melihat atau memiliki benda ini.
‘TEET...TEET..’
“Ada tamu????” aku melirik jam
dinding dan ini masih jam setengah 8 pagi. Aku merapikan rambut dan menggunakan
jaket, aku baru saja tersadar setengah jam yang lalu dan sekarang sudah ada
orang yang bertamu ke rumah baruku!
Cukup ragu untuk membukakan pintu,
aku menarik napas panjang dan menemukan dua laki-laki; yang satunya tampak
lebih tinggi dari yang satunya lagi. “Hmm....mau cari siapa?” Aku melihat
mereka saling melempar pandang dan tidak ada yang berani memulai percakapan.
“Hallo...mau cari siapa?” Aku sempat berfikir mungkin mereka salah alamat atau
mencari pemilik rumah yang sebelumnya.
“Nggg~.....Rae In-ssi?” tanya salah satu dari mereka. Yang
lebih pendek dari yang satunya.
Aku curiga...bagaimana bisa orang
asing mengenalku? “Kalian siapa? Ada keperluan apa?” tanyaku berusaha senormal
mungkin.
Mereka bertukar pandang lagi, “Aku
Lee Changsub! Dan ini temanku, Kim Ravi! Salam kenal!” ucapnya setengah
berteriak membuatku terkejut dan semakin tidak mengerti dengan kondisi ini.
Aku melirik orang bernama Kim Ravi
itu, kharismanya kuat sekali! Tapi aku harus tetap waspada. “Oh...oke....lalu
kalian ada perlu apa?”
“Boleh kami masuk?” tanya pemuda
tinggi bernama Kim Ravi. Ia sudah melongok di atas kepalaku.
“Tunggu...sepertinya aku tidak bisa
membiarkan orang asing masuk ke dalam rumahku begitu saja....”
Ravi memandangku dengan tatapan ‘OH YA?’ , “Cwesonghamnida, kami datang dari agensi yang kamu telfon beberapa
hari yang lalu.”
Aku mencoba mengingatnya, “A....aku
baru ingat sekarang...tapi kenapa dua orang?” Aku hampir saja lupa, beberapa
hari yang lalu sebelum aku deal membeli
rumah ini, aku menghubungi sebuah agensi yang menawarkan jasa teman hangout,
aku iseng mencobanya, ternyata ini bekerja. Semoga kami bisa menjadi teman
baik! “Masuklah kalau begitu...aku minta maaf membiarkan kalian lama berdiri di
luar rumah!”
Aku menuangkan dua gelas jus apel
dan menghidangkan biskuit seadanya, ku harap mereka tidak menyadari jika aku
baru bangun tidur.
“Jadi, mulai sekarang...kalian bisa
memanggilku Rae In.” Ucapku berusaha menebar senyum paling tulus. Aku merasa
senang setelah sekian lama tidak pernah mengenal orang baru lagi.
“Kamu yakin kamu tidak lupa dengan
nama kami kan?”
Entahlah, aku tidak bisa berhenti
tersenyum pagi ini, “Lee Changsub, kan? Ah..sebelumnya, aku tidak tahu usia
kalian...sepertinya aku harus bertanya lebih jauh...sungguh tidak sopan jika
usia kalian lebih tua dariku...”
“Kim Ravi, 1993.” Ucapnya tanpa basa
basi.
“Lee Changsub, 1991.”
“Oppa!”
spontanitas aku meneriakkannya karena aku belum pernah memiliki teman yang
usianya di atasku. “Bolehkan aku...ah...ini agak sedikit aneh, tapi aku boleh
memanggilmu dengan sebutan ‘Oppa’
kan?”
Changsub tertunduk dan sepertinya
tersipu malu, ia mengangguk perlahan sambil menyembunyikan senyumnya yang
terkesan nerd namun lucu. “Namaku
Park Rae In, 1992.”
“Nuna,...”
Sebelum Ravi melanjutkan kalimatnya
aku menyelanya, “Jangan! Aku..tidak suka dengan panggilan itu....panggil nama
saja.”
“Engg....kenapa?” aku melihat Ravi
yang sepertinya ingin tahu lebih di banding Changsub Oppa, oke aku harus mengenali karakter mereka. “Bukankah tidak
sopan jika aku memanggil namamu? Kita baru saja berkenalan..”
Seperti ada yang tertahan di ujung
lidahku. “Aniya...aku lebih nyaman
jika kamu memanggilku dengan nama saja. Lagi pula, aku rasa kamu terlihat lebih
dewasa dari aku.” Sayang, senyum yang kali ini aku tunjukkan kurang tulus. Aku
benci itu.
***
[Author’s
POV]
Awal perjumpaan yang tidak biasa,
awal perkenalan yang tidak biasa dan tempat pertemuan yang begitu asing
menghiasi kesan Rae In kali ini. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, mereka
begitu cepat akrab seperti trio kawan yang memang sudah lama kenal. Mereka
benar-benar tahu kebiasaan dan sifat masing-masing. Mungkin antara Ravi dan Changsub
tidak perlu lagi ada ketercanggungan, namun Rae In terkadang masih merasakannya
karena ia benar-benar menemukan teman baru yang begitu beda dengan dunianya
selama ini.
Sampai suatu saat mereka mengunjungi
amusement park, dan sebuah insiden kecil menimpa Ravi.
“Kamu yakin akan melakukan itu?”
tanya Rae In memastikan. Wahana mirip panjat tebing namun menyuruh pemain
merangkak dari atas ke bawah dengan posisi papan yang menukik dan juga memiliki
bentuk asimetris lainnya. “Kamu takut ketinggian kan?”
Ravi dengan tenang melihat Changsub
yang sudah setengah jalan, dan sejauh ini semuanya berjalan dengan mulus. “Aku
rasa aku bisa...siapa tahu phobia
ketinggianku bisa hilang setelah ini....”
Rae In menarik lengan Ravi, “Ravi-a, kamu yakin? Itu tampak...mengerikan
menurutku.”
Ravi melihat Changsub sekali lagi,
dan ia mendarat dengan aman di tanah, tepat di atas bantalan empuk. “Rae In,
kamu ikut tidak?”
Rae In menggeleng, karena ia phobia dengan ketinggian juga. “Aku mau
beli minuman saja. Aku stress melihat Changsub Oppa nekat seperti itu, sekarang kamu!” Rae In berlalu juga Ravi.
Cukup lama bagi Ravi untuk menuruni
papan itu. Ia tidak bisa melihat fokus lain selain tanah yang sudah menunggunya
dibawah, ia berkeringat dan tidak berani melihat kearah Rae In dan Changsub.
*
[Kim
Ravi’s POV]
Aku pasti
bisa...bukankah ini mudah?
Berulang kali aku memastikan diriku
sendiri ketika tanganku menapaki pegangan pada papan ini. Aku tahu, tali
pengaman sudah kuat memegangi tubuhku, namun aku rasa phobiaku akan ketinggian tidak akan berakhir kali ini.
“Ravi-a!!! Cepatlah, setelah ini kita akan makan ice cream!”
Aku mendengar jelas teriakan
Changsub Hyung dari bawah sana, tapi
aku tidak mau memandang ke arah mereka, aku tahu Rae In melihatku dengan
tatapan yang sangat khawatir. Aku masih berusaha, perlahan....meraih pijakan
untuk tangan, namun telapak tanganku berkeringat, aku meleset dan aku merasakan angin kencang meliputi tubuhku.
“RAVI-AAA.....!!!!” hanya teriakan Rae In yang aku dengar sesaat sebelum
aku merasa angin dan bantalan empuk. Aku masih bersyukur aku tidak
pingsan...bagaimana pun aku tidak mau terlihat lemah di hadapan Rae In, apa
kata Hyung jika melihatku menjadi
lemah?!
“Ravi! Ravi-a! Ravi!”
Aku perlahan membuka mata, rambut
panjangnya yang halus menyentuh pipiku, ia menggoncang bahuku dan kurasakan
petugas yang berjaga mengangkatku dan aku terduduk sambil melihat gadis itu begitu
khawatir kepadaku.
“BABO-YA!”
teriakannya mengejutkan aku, dia mendorong bahuku lumayan keras lalu menghela
napas panjang.
“Tidak apa-apa Ravi! Setidaknya kamu
sudah mencobanya! Mungkin lain kali akan berhasil!” Changsub Hyung adalah orang yang selalu berfikir
positif. Ia tidak pernah hopeless
menyikapi suatu keadaan.
Rae In mendorong Changsub keras,
“Apanya yang lain kali, Oppa! AH! Coba saja Ravi tidak naik ke atas, pasti ini
tidak akan terjadi!” aku ingin tertawa geli melihatnya begitu khawatir
denganku. Ku rasa aku baik-baik saja.
Namun
sayangnya aku disini bukan untuk menerima rasa kekhawatiranmu.
*
[Rae In’s
POV]
Seharusnya bertamasya ke amusement
park adalah menyenangkan dan menghilangkan stress. Tapi ternyata tidak selalu
begitu kenyataannya.
“Rae In-a...bagaimana jika kita naik roller
coaster?” sebenarnya aku capek
mengikuti permintaan Changsub Oppa..tapi entahlah...aku merasa tidak bisa
menolaknya...
“Hyung,
aku tahu kamu tidak takut ketinggian...tapi Rae In kan...”
“Ah...benarkah Rae In..kamu takut
dengan ketinggian? Benarkah?” Changsub Oppa
meledekku seperti itu dari tadi, namun aku bukan orang yang mudah untuk
menyerah..dalam hati aku benar-benar takut. Mungkin
dengan teriak aku bisa mengurangi rasa stress ini.
Aku mengangguk dan akhirnya
mengikuti kemauan Changsub Oppa. Kami
mendapatkan kursi paling belakang dan aku memilih duduk bersama Ravi dan membiarkan
Changsub Oppa duduk dengan seorang
laki-laki gondrong.
Aku tidak tahu harus berpengan pada
apa sampai aku merasakan hangat tangan itu. “Ravi-a? Kamu juga takut?” tanyaku.
“Lebih mengerikan wahana merangkak
yang tadi. Teriaklah jika kamu ingin.”
Aku suka sentuhan, aku suka pelukan.
Namun aku masih merasa canggung dengan Ravi karena kami jarang mengobrol..namun
aku rasa ini permulaan yang baik antara aku dan dia. Dan aku menyadari,
semenjak aku menemukan pendant
ini...kehidupanku mulai berangsur membaik.
Iya...setidaknya
itulah yang aku rasakan.
***
[Author’s
POV]
Changsub merasakan energi positif
yang besar hari ini. Bagaimana tidak? Malam ini mereka akan memanggang daging
di halaman belakang rumah Rae In dan ini adalah sebuah kesempatan untuk menikmati
kualitas daging nomor satu!
“Hyung,
cepat bawa dagingnya ke dalam!” perintah Ravi yang sudah menyiapkan bara api.
Dengan semangat yang membara,
Changsub mendekati Rae In dan ingin memanggang daging bersama. Namun rupanya
Rae In sedang mengamati tangan kiri Ravi. “Oh? Ada apa?”
“Ravi-a..tanganmu membengkak...kenapa tidak di balut perban?”
Ravi menggeleng dan malah
menyembunyikannya di balik saku hoodie.
“Tidak apa-apa.”
Rae In merogoh saku hoodie Ravi dan meraih tangan itu,
sedikit rintihan di dengar Rae In. “Tanganmu bengkak! Apa kamu tidak menyadari
ini? Kalau terlalu banyak di gerakkan, ini akan lama sembuh! Setidaknya kamu
harus mengobatinya dengan minyak pijat!”
Changsub mengingat sesuatu, “AH!
Sepulang dari amusement park,
tangannya memang sudah merah! Mungkin terkilir sewaktu dia jatuh waktu itu!”
“Ravi-a~ kenapa kamu tidak bilang jika tanganmu terkilir?” Rae In
terlihat gusar dan meraba-raba tangan Ravi, takut jika ada tulang yang patah.
Ravi merasa kikuk, “A..tidak
apa-apa...besok juga sembuh!” ia menarik tangannya dan kembali
menyembunyikannya di balik saku hoodienya.
Rae In menatap pemuda tinggi itu
tanpa ekspressi kemudian meninggalkan mereka berdua ke dalam rumah.
*
[Rae In’s
POV]
Kenapa?
Apa aku salah mengkhawatirkan seseorang? Apa dia sama dengan yang lain? Aku
tidak bisa memahaminya. Ini sulit bagiku.
Aku berdiri di depan cermin, melihat
diriku. Aku takut jika ada perbuatanku yang menyinggung mereka, terutama Ravi.
Aku orang yang mudah merasa lemah, namun aku berusaha menyimpannya sendiri.
Sebenarnya aku menyimpan sebuah harapan ketika memakai pendant ini.
Begitu
indah, bagaikan lautan. Namun apa yang tersembunyi di baliknya aku tidak pernah
tahu...mungkin saja, kelak keindahan ini bisa berbalik menjadi sebuah
keburukan...laut tidak selamanya indah, dan misteri tidak selamanya bisa
menjadi hal yang tersembunyi.
‘TOK, TOK’
“Oppa...”
Changsub melepas kacamatanya dan
meletakkannya di wajahku. “Tidak buruk, lihat dirimu.” Ia memegang kedua sisi
bahuku dan ikut bercermin denganku, “Mungkin seperti itu Ravi melihatmu.
Tertutup dan.........ia takut melihat bayangannya sendiri di pantulan bola matamu.”
Aku tidak mengerti. “Oppa.., aku,...aku,..harap kalian bisa
menjadi orang yang bisa aku andalkan. Aku sudah berusaha sebaik mungkin, tapi
aku selalu menemukan hambatan..”
Changsub kembali mengambil
kacamatanya, dia tersenyum kemudian memelukku erat. Ia tidak berkata-kata,
hanya menepuk punggungku tiga kali kemudian kembali menemani Ravi yang ku rasa
sedang sibuk dengan daging-daging steak itu.
Sampai
kapan aku dan mereka seperti ini....suatu pertemuan, pasti ada perpisahan,
bukan?
***
[Changsub’s
POV]
Beberapa hari setelah kami
memanggang daging bersama, kami kembali menemui Rae In lagi malam ini.
Aku dan Ravi begitu terkejut ketika
kami datang dan masuk ke dalam rumah Rae In. Ia sedang duduk dan mengobrol
akrab dengan seseorang tampan yang Rae In kenalkan pada kami kemudian.
“Dia teman akrabku semasa sekolah,
kami benar-benar akrab! Tapi kami jarang bertemu, dia sibuk menyelesaikan
S2nya. Tapi aku senang kami bisa bertemu seperti ini!”
Ucap Rae In dengan senang dan
gembira. Aku tahu, Rae In suka dengan sentuhan dan pelukan, dan ia terlihat
begitu nyaman dengan teman laki-lakinya itu. Dan aku menyadari sesuatu, Ravi
memandang hal itu dengan tatapan yang tidak begitu baik.
“Ravi-a,” panggilku ketika kami sedang mengamati Rae In dan temannya itu
dari teras halaman belakang. “..kenapa tatapanmu seperti itu? Apakah suasana
hatimu sedang buruk?” ia tidak menjawab pertanyaanku dan hanya mendengus kesal
lalu menaikkan tangannya dan meletakkannya di belakang kepala sambil
memiringkan kepala dan membuang pandangan.
“Aku tidak tahu cara yang benar berkomunikasi dengannya. Sepertinya aku
selalu salah di matanya. Aku mencoba benar, tapi sungguh sulit.”
“Kalau begitu, sepertinya kita tidak
bisa berlama-lama....itu kan tujuan kita malam ini datang kesini??”
Ravi bangkit dan menatapku serius.
***
[Author’s
POV]
Semuanya kembali seperti semula,
seperti 4 bulan yang lalu. Tidak ada lagi kunjungan menyenangkan ke amusement park, tidak pernah lagi
terdengar tawa lepas di tengah malam, dan tidak ada orang yang Rae In
khawatirkan lagi.
Semuanya kembali normal. Atau
mungkin.....menyedihkan?
#Flashback
“Maaf ya....aku
sudah lama tidak bertemu dengannya...jadi maaf kalian jadi tersisihkan...” Rae
In mencuci gelas dan cangkir kemudian membawa bola sepak ke halaman belakang
dan sudah siap memulai permainan dengan kedua lelaki itu.
Namun
reaksi yang ia terima sungguh di luar dugaan.
“Rae In,
pendantnya.” Ucap Changsub sambil menengadahkan tangan ke arah Rae In.
Gadis itu
tampak bingung menatap Changsub dan Ravi, “Pendant? Kenapa dengan pendantnya?”
Rae In meraba pendantnya.
“Kami
membutuhkannya. Alasan kami datang ke sini dan dekat denganmu, adalah itu.”
Changsub menunjuk tepat ke arah pendant. “Jadi, anggap saja tidak pernah
terjadi apa-apa selama ini.”
“Oppa...apa
yang kalian bicarakan? Apa kalian sedang bermain sesuatu? Ravi-a..?”
Ravi
terlihat menunduk, terkadang ia memandang ke langit dan sama sekali tidak mau
berkomentar.
“Jadi,
serahkan pendant itu kepada kami.”
Rae In
bingung, ia sama sekali tidak mengerti dengan keadaan saat ini. Baru saja
beberapa hari yang lalu Changsub tampak begitu bersahaja namun malam ini ia
tampak seperti pembunuh bayaran.
“Oppa...kenapa..jadi
pendant ini milik kalian? Bagaimana...kalian tahu dari mana jika pendant ini
bukan milikku?”
“Karena
pendant itu akan bercahaya di dekat orang asing. Dan itu bukan milikmu. Jadi
kembalikan pada kami.”
Rae In
tidak tahu harus bersikap bagaimana, ia merasa kacau seketika. “Jadi kalian
bukan orang dari agensi yang aku telfon? Kalian datang ke sini karena pendant
ini? Mendekatiku, menghabiskan waktu bersamaku hanya untuk menunggu moment
ini?”
Tidak ada
jawaban dari keduanya.
Rae In
melepaskan pendant itu dan memberikannya pada Changsub. “Ambillah. Pendant itu
memang bukan milikku. Jika saja dari awal kalian memintanya aku akan berikan
dengan senang hati, terima kasih sudah membohongiku dan kalian tahu pintu
keluarnya, kan?”
Changsub
dan Ravi berlalu begitu saja, seperti orang asing yang benar-benar tidak pernah
bertemu.
#Flashback
End
[Rae In’s
POV]
Aku sudah
yakin, perpisahan itu akan terjadi cepat atau lambat. Namun sepertinya aku
terjebak di tempat dan waktu yang salah. Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa
di hapus, seandainya bisa...apa aku memiliki pilihan? Sepertinya pilihan tak
pernah ada lagi untukku.
Awalnya
aku anggap mereka berbeda, meskipun pahit, kenangan itu sudah tercipta. Dan aku
tidak bisa memilah mana yang ingin aku hapus atau mana yang ingin aku ingat
terus sebagai kenangan indah. Dan pendant itu, aku mulai menyukainya namun aku
cukup tahu diri itu bukan milikku dan aku harus mengembalikannya.
Sampai
akhirnya aku melihatnya.....benar-benar membuat aku hancur. Atau mungkin
permulaan yang baru lagi? Aku tidak bisa yakin seperti Changsub kala itu,
semangatnya, ambisinya, aku merindukan itu.
*
“You
can’t do this to me....”
Ucap lelaki itu dengan pendant berwarna jingga kekuningan, aku
tidak pernah melihat ekspresi itu sebelumnya. Aku tidak bisa merespon mereka
setelah apa yang mereka lakukan padaku 2 bulan yang lalu.
“I’m
sorry.”
Haruskah
aku? Siapa yang bisa aku percaya sekarang? Akankah aku tersakiti lagi? Mengapa
tidak pernah ada orang yang tulus padaku? Apakah aku menyakiti mereka begitu
dalam? Bisakah aku menolak semua ini? Apa arti sebuah ketulusan? Mengapa rasa
tulus yang aku berikan pada mereka selalu di balas seperti ini? Masihkah aku
bisa temukan sebuah ketulusan?
*
[Author’s
POV]
Kedua lelaki itu kembali lagi dan
menyerahkan pendant biru muda itu
kepada Rae In, namun tidak serta merta membuat Rae In menerimanya begitu saja.
Ia tampak begitu ragu, rapuh dan takut.
“I’m
sorry.” Ucap Changsub sambil memberikan pendant
yang memang seharusnya menjadi milik Rae In, namun gadis itu lari ke dalam
rumah dan bimbang, ia menangis dalam ketakutan.
Ia tidak sengaja memandang foto
yang di cetak 4 bulan yang lalu saat
mereka bertiga pergi bertiga ke sebuah amusement
park, semua terlihat begitu indah. Kebohongan yang indah.
Tepat di samping foto itu, sebuah
foto usang yang menggambarkan perjalinan persahabatan yang tulus pernah ia
rasakan. Masa sekolah yang penuh dengan Pesakitan yang indah.
“Rae In,...mianhae.” peluk Ravi dari belakang. “Mianhaeyo...”
“Rae In-a...kami tahu, seharusnya memang tidak seperti ini. Kami akan
sangat berterima kasih jika kesempatan kedua itu ada...”
Rae In masih dengan mata yang basah,
memandang kedua foto yang terpampang di hadapannya. Haruskah aku? Apakah merasakan keindahan harus merasakan sakit terlebih
dahulu?
“Aku tidak punya alasan untuk
mengatakan ‘tidak’...meskipun kalian datang dengan kebohongan dan sebuah
pesakitan....aku rasa...aku tidak bisa melepaskan kalian meskipun kalian
berusaha berlari menjauhiku. Kalian terlalu berharga, sama seperti arti pendant itu bagiku.” Arti pendant itu adalah kalian......kilauan
menakjubkan di hamparan lautan yang luas.
Changsub memakaian pendant biru itu di leher Rae In, “Tidak
ada yang lebih pantas menggunakan pendant
ini selain dirimu..”
“Oppa....pendantmu berwarna hijau...”
Changsub memeluk Rae In dan juga
Ravi, tangis gadis itu pecah di dalam lautan dan air mata ketulusannya
memancarkan kilauan menakjubkan seperti pendant itu.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar