Rabu, 19 Juni 2013

Friendship Pendant [FF-oneshot]



Tittle : Friendship Pendant
Cast : Kim Ravi [VIXX] – Lee Changsub [BTOB] – Park Rae In [OC]
Genre : Fantasy/Friendship
Theme song : B1A4’s songs – B2ST Midnight & I’m Sorry
Rated : all ages
Author : Ravla

--------------------------------


Ku harap, aku bisa menemukan arti ketulusan yang sebenarnya di tempat ini.

Aku sudah cukup letih dengan semua kepalsuan mereka yang penuh dengan kemunafikan, peduli jika mereka memiliki tujuan tertentu. Iya, sulit menemukan seseorang yang benar-benar tulus...

Mungkin tidak selalu, namun aku berusaha sebaik mungkin untuk melakukan semuanya dengan setulus hati. Karena aku percaya, suatu saat nanti akan ada sebuah ketulusan yang akan aku terima dari orang yang memang benar-benar tepat masuk dan menyelami kehidupanku.

------------------------------

FRIENDSHIP PENDANT

[Author’s POV]

21 tahun orang ini menghirup oksigen bumi dan makhluk indah berambut coklat itu bernama Rae In. Ia akan menghabiskan malam ini di rumah baru untuk pertama kalinya. Alasannya pindah karena di lingkungan yang sebelumnya ia merasa tidak nyaman dan banyak yang ‘berwajah dua’ di sekitarnya. Maka ia memutuskan hal ini secepatnya tanpa memberitahu keluarganya terlebih dahulu. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri akan memberitahu orang tuanya dalam waktu dekat.

Ia nampak sibuk sekali dengan dus-dus yang menumpuk di sudut ruangan. Membongkarnya satu persatu, membuang masa lalu yang tidak pantas disimpan, lalu membakarnya di halaman belakang. Rumah itu cukup luas dengan rumput hijau di bagian belakang. Hampir 50% bangunannya terdiri dari kaca tembus pandang.

“Ku rasa ini tidak buruk.” Ucapnya memecah kesunyian, ia menyimpan sebuah foto dimana terdapat foto dirinya dan ketiga sahabatnya. Lalu ia meletakkan foto itu di samping televisi dan sedikit menghela nafas dan kemudian ia kembali memilih barang-barang.

Sekitar satu atau dua jam kemudian, setelah api padam dan ia siap untuk kembali masuk kedalam, secara tidak sengaja ia melihat sebuah pantulan cahaya agak jauh dari posisinya berdiri. “Hh? Apa itu?” Rae In mendekatinya sambil tetap memastikan cahaya apa yang ia lihat. Ternyata sebuah pendant atau kalung berliontinkan batu utuh seperti kristal berwarna biru muda seperti air laut yang bercahaya di siang hari terkena bias sinar matahari. “Ini punya siapa? Bukannya rumah ini sudah lama tidak laku?”

Rae In membawa serta pendant itu ke dalam dan memeriksanya di kamar. Ia merasa harus mengembalikan barang ini kepada pengurus terdahulu rumah yang ia tempati sekarang.

***

Sore hari menjelang malam di hari berikutnya Rae In merasa kebingungan. Masalahnya, pengurus terdahulu rumah yang ia tempati tidak mengenali pendant itu. Rae In kembali ke rumah dan tidak mengurusi pendant itu. Ia berlalu ke dapur dan menonton televisi, mengerjakan sesuatu di laptopnya, sampai ia mematikan semua lampu untuk pergi tidur.

“Ah...pendantnya bercahaya!” Rae In meraih pendant itu dan mengamatinya, benar-benar tidak di mengerti dari mana benda itu berasal. “Jangan-jangan kemarin ada UFO lewat sini?” Rae In melempar pendant ke sofa, namun benda itu nampak tak berbahaya sehingga Rae In mengambilnya kembali dan memakainya di leher. “Hmm...tidak jelek!” ucapnya ketika bercermin sambil melihat dirinya menggunakan pendant itu. Rae In berlalu ke kamar dan istirahat tenang malam ini.

***

[Rae In’s POV]

Pendantnya...masih kan?” aku meraba leherku dan betapa leganya aku masih menggunakan pendant kristal indah ini. Entahlah, semalam aku sudah ke rumah penjaga rumah tapi dia mengatakan tidak pernah melihat atau memiliki benda ini.

‘TEET...TEET..’

“Ada tamu????” aku melirik jam dinding dan ini masih jam setengah 8 pagi. Aku merapikan rambut dan menggunakan jaket, aku baru saja tersadar setengah jam yang lalu dan sekarang sudah ada orang yang bertamu ke rumah baruku!

Cukup ragu untuk membukakan pintu, aku menarik napas panjang dan menemukan dua laki-laki; yang satunya tampak lebih tinggi dari yang satunya lagi. “Hmm....mau cari siapa?” Aku melihat mereka saling melempar pandang dan tidak ada yang berani memulai percakapan. “Hallo...mau cari siapa?” Aku sempat berfikir mungkin mereka salah alamat atau mencari pemilik rumah yang sebelumnya.

“Nggg~.....Rae In-ssi?” tanya salah satu dari mereka. Yang lebih pendek dari yang satunya.

Aku curiga...bagaimana bisa orang asing mengenalku? “Kalian siapa? Ada keperluan apa?” tanyaku berusaha senormal mungkin.

Mereka bertukar pandang lagi, “Aku Lee Changsub! Dan ini temanku, Kim Ravi! Salam kenal!” ucapnya setengah berteriak membuatku terkejut dan semakin tidak mengerti dengan kondisi ini.

Aku melirik orang bernama Kim Ravi itu, kharismanya kuat sekali! Tapi aku harus tetap waspada. “Oh...oke....lalu kalian ada perlu apa?”

“Boleh kami masuk?” tanya pemuda tinggi bernama Kim Ravi. Ia sudah melongok di atas kepalaku.

“Tunggu...sepertinya aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk ke dalam rumahku begitu saja....”

Ravi memandangku dengan tatapan ‘OH YA?’ , “Cwesonghamnida, kami datang dari agensi yang kamu telfon beberapa hari yang lalu.”

Aku mencoba mengingatnya, “A....aku baru ingat sekarang...tapi kenapa dua orang?” Aku hampir saja lupa, beberapa hari  yang lalu sebelum aku deal membeli rumah ini, aku menghubungi sebuah agensi yang menawarkan jasa teman hangout, aku iseng mencobanya, ternyata ini bekerja. Semoga kami bisa menjadi teman baik! “Masuklah kalau begitu...aku minta maaf membiarkan kalian lama berdiri di luar rumah!”

Aku menuangkan dua gelas jus apel dan menghidangkan biskuit seadanya, ku harap mereka tidak menyadari jika aku baru bangun tidur.

“Jadi, mulai sekarang...kalian bisa memanggilku Rae In.” Ucapku berusaha menebar senyum paling tulus. Aku merasa senang setelah sekian lama tidak pernah mengenal orang baru lagi.

“Kamu yakin kamu tidak lupa dengan nama kami kan?”

Entahlah, aku tidak bisa berhenti tersenyum pagi ini, “Lee Changsub, kan? Ah..sebelumnya, aku tidak tahu usia kalian...sepertinya aku harus bertanya lebih jauh...sungguh tidak sopan jika usia kalian lebih tua dariku...”

“Kim Ravi, 1993.” Ucapnya tanpa basa basi.

“Lee Changsub, 1991.”

Oppa!” spontanitas aku meneriakkannya karena aku belum pernah memiliki teman yang usianya di atasku. “Bolehkan aku...ah...ini agak sedikit aneh, tapi aku boleh memanggilmu dengan sebutan ‘Oppa’ kan?”

Changsub tertunduk dan sepertinya tersipu malu, ia mengangguk perlahan sambil menyembunyikan senyumnya yang terkesan nerd namun lucu. “Namaku Park Rae In, 1992.”


Nuna,...”

Sebelum Ravi melanjutkan kalimatnya aku menyelanya, “Jangan! Aku..tidak suka dengan panggilan itu....panggil nama saja.”

“Engg....kenapa?” aku melihat Ravi yang sepertinya ingin tahu lebih di banding Changsub Oppa, oke aku harus mengenali karakter mereka. “Bukankah tidak sopan jika aku memanggil namamu? Kita baru saja berkenalan..”

Seperti ada yang tertahan di ujung lidahku. “Aniya...aku lebih nyaman jika kamu memanggilku dengan nama saja. Lagi pula, aku rasa kamu terlihat lebih dewasa dari aku.” Sayang, senyum yang kali ini aku tunjukkan kurang tulus. Aku benci itu.

***

[Author’s POV]

Awal perjumpaan yang tidak biasa, awal perkenalan yang tidak biasa dan tempat pertemuan yang begitu asing menghiasi kesan Rae In kali ini. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, mereka begitu cepat akrab seperti trio kawan yang memang sudah lama kenal. Mereka benar-benar tahu kebiasaan dan sifat masing-masing. Mungkin antara Ravi dan Changsub tidak perlu lagi ada ketercanggungan, namun Rae In terkadang masih merasakannya karena ia benar-benar menemukan teman baru yang begitu beda dengan dunianya selama ini.

Sampai suatu saat mereka mengunjungi amusement park, dan sebuah insiden kecil menimpa Ravi.

“Kamu yakin akan melakukan itu?” tanya Rae In memastikan. Wahana mirip panjat tebing namun menyuruh pemain merangkak dari atas ke bawah dengan posisi papan yang menukik dan juga memiliki bentuk asimetris lainnya. “Kamu takut ketinggian kan?”

Ravi dengan tenang melihat Changsub yang sudah setengah jalan, dan sejauh ini semuanya berjalan dengan mulus. “Aku rasa aku bisa...siapa tahu phobia ketinggianku bisa hilang setelah ini....”

Rae In menarik lengan Ravi, “Ravi-a, kamu yakin? Itu tampak...mengerikan menurutku.”

Ravi melihat Changsub sekali lagi, dan ia mendarat dengan aman di tanah, tepat di atas bantalan empuk. “Rae In, kamu ikut tidak?”

Rae In menggeleng, karena ia phobia dengan ketinggian juga. “Aku mau beli minuman saja. Aku stress melihat Changsub Oppa nekat seperti itu, sekarang kamu!” Rae In berlalu juga Ravi.

Cukup lama bagi Ravi untuk menuruni papan itu. Ia tidak bisa melihat fokus lain selain tanah yang sudah menunggunya dibawah, ia berkeringat dan tidak berani melihat kearah Rae In dan Changsub.

*

[Kim Ravi’s POV]

Aku pasti bisa...bukankah ini mudah?

Berulang kali aku memastikan diriku sendiri ketika tanganku menapaki pegangan pada papan ini. Aku tahu, tali pengaman sudah kuat memegangi tubuhku, namun aku rasa phobiaku akan ketinggian tidak akan berakhir kali ini.

“Ravi-a!!! Cepatlah, setelah ini kita akan makan ice cream!”

Aku mendengar jelas teriakan Changsub Hyung dari bawah sana, tapi aku tidak mau memandang ke arah mereka, aku tahu Rae In melihatku dengan tatapan yang sangat khawatir. Aku masih berusaha, perlahan....meraih pijakan untuk tangan, namun telapak tanganku berkeringat, aku meleset dan  aku merasakan angin kencang meliputi tubuhku.

“RAVI-AAA.....!!!!” hanya teriakan Rae In yang aku dengar sesaat sebelum aku merasa angin dan bantalan empuk. Aku masih bersyukur aku tidak pingsan...bagaimana pun aku tidak mau terlihat lemah di hadapan Rae In, apa kata Hyung jika melihatku menjadi lemah?!

“Ravi! Ravi-a! Ravi!”

Aku perlahan membuka mata, rambut panjangnya yang halus menyentuh pipiku, ia menggoncang bahuku dan kurasakan petugas yang berjaga mengangkatku dan aku terduduk sambil melihat gadis itu begitu khawatir kepadaku.

BABO-YA!” teriakannya mengejutkan aku, dia mendorong bahuku lumayan keras lalu menghela napas panjang.

“Tidak apa-apa Ravi! Setidaknya kamu sudah mencobanya! Mungkin lain kali akan berhasil!” Changsub Hyung adalah orang yang selalu berfikir positif. Ia tidak pernah hopeless menyikapi suatu keadaan.

Rae In mendorong Changsub keras, “Apanya yang lain kali, Oppa! AH! Coba saja Ravi tidak naik ke atas, pasti ini tidak akan terjadi!” aku ingin tertawa geli melihatnya begitu khawatir denganku. Ku rasa aku baik-baik saja.

Namun sayangnya aku disini bukan untuk menerima rasa kekhawatiranmu.

*

[Rae In’s POV]

Seharusnya bertamasya ke amusement park adalah menyenangkan dan menghilangkan stress. Tapi ternyata tidak selalu begitu kenyataannya.

“Rae In-a...bagaimana jika kita naik roller coaster?” sebenarnya aku capek mengikuti permintaan Changsub Oppa..tapi entahlah...aku merasa tidak bisa menolaknya...

Hyung, aku tahu kamu tidak takut ketinggian...tapi Rae In kan...”

“Ah...benarkah Rae In..kamu takut dengan ketinggian? Benarkah?” Changsub Oppa meledekku seperti itu dari tadi, namun aku bukan orang yang mudah untuk menyerah..dalam hati aku benar-benar takut. Mungkin dengan teriak aku bisa mengurangi rasa stress ini.

Aku mengangguk dan akhirnya mengikuti kemauan Changsub Oppa. Kami mendapatkan kursi paling belakang dan aku memilih duduk bersama Ravi dan membiarkan Changsub Oppa duduk dengan seorang laki-laki gondrong.

Aku tidak tahu harus berpengan pada apa sampai aku merasakan hangat tangan itu. “Ravi-a? Kamu juga takut?” tanyaku.

“Lebih mengerikan wahana merangkak yang tadi. Teriaklah jika kamu ingin.”

Aku suka sentuhan, aku suka pelukan. Namun aku masih merasa canggung dengan Ravi karena kami jarang mengobrol..namun aku rasa ini permulaan yang baik antara aku dan dia. Dan aku menyadari, semenjak aku menemukan pendant ini...kehidupanku mulai berangsur membaik.

Iya...setidaknya itulah yang aku rasakan.

***

[Author’s POV]

Changsub merasakan energi positif yang besar hari ini. Bagaimana tidak? Malam ini mereka akan memanggang daging di halaman belakang rumah Rae In dan ini adalah sebuah kesempatan untuk menikmati kualitas daging nomor satu!

Hyung, cepat bawa dagingnya ke dalam!” perintah Ravi yang sudah menyiapkan bara api.

Dengan semangat yang membara, Changsub mendekati Rae In dan ingin memanggang daging bersama. Namun rupanya Rae In sedang mengamati tangan kiri Ravi. “Oh? Ada apa?”

“Ravi-a..tanganmu membengkak...kenapa tidak di balut perban?”

Ravi menggeleng dan malah menyembunyikannya di balik saku hoodie. “Tidak apa-apa.”

Rae In merogoh saku hoodie Ravi dan meraih tangan itu, sedikit rintihan di dengar Rae In. “Tanganmu bengkak! Apa kamu tidak menyadari ini? Kalau terlalu banyak di gerakkan, ini akan lama sembuh! Setidaknya kamu harus mengobatinya dengan minyak pijat!”

Changsub mengingat sesuatu, “AH! Sepulang dari amusement park, tangannya memang sudah merah! Mungkin terkilir sewaktu dia jatuh waktu itu!”

“Ravi-a~ kenapa kamu tidak bilang jika tanganmu terkilir?” Rae In terlihat gusar dan meraba-raba tangan Ravi, takut jika ada tulang yang patah.

Ravi merasa kikuk, “A..tidak apa-apa...besok juga sembuh!” ia menarik tangannya dan kembali menyembunyikannya di balik saku hoodienya.

Rae In menatap pemuda tinggi itu tanpa ekspressi kemudian meninggalkan mereka berdua ke dalam rumah.

*

[Rae In’s POV]

Kenapa? Apa aku salah mengkhawatirkan seseorang? Apa dia sama dengan yang lain? Aku tidak bisa memahaminya. Ini sulit bagiku.

Aku berdiri di depan cermin, melihat diriku. Aku takut jika ada perbuatanku yang menyinggung mereka, terutama Ravi. Aku orang yang mudah merasa lemah, namun aku berusaha menyimpannya sendiri. Sebenarnya aku menyimpan sebuah harapan ketika memakai pendant ini.

Begitu indah, bagaikan lautan. Namun apa yang tersembunyi di baliknya aku tidak pernah tahu...mungkin saja, kelak keindahan ini bisa berbalik menjadi sebuah keburukan...laut tidak selamanya indah, dan misteri tidak selamanya bisa menjadi hal yang tersembunyi.

‘TOK, TOK’

Oppa...”

Changsub melepas kacamatanya dan meletakkannya di wajahku. “Tidak buruk, lihat dirimu.” Ia memegang kedua sisi bahuku dan ikut bercermin denganku, “Mungkin seperti itu Ravi melihatmu. Tertutup dan.........ia takut melihat bayangannya sendiri di pantulan bola matamu.”

Aku tidak mengerti. “Oppa.., aku,...aku,..harap kalian bisa menjadi orang yang bisa aku andalkan. Aku sudah berusaha sebaik mungkin, tapi aku selalu menemukan hambatan..”

Changsub kembali mengambil kacamatanya, dia tersenyum kemudian memelukku erat. Ia tidak berkata-kata, hanya menepuk punggungku tiga kali kemudian kembali menemani Ravi yang ku rasa sedang sibuk dengan daging-daging steak itu.

Sampai kapan aku dan mereka seperti ini....suatu pertemuan, pasti ada perpisahan, bukan?

***

[Changsub’s POV]

Beberapa hari setelah kami memanggang daging bersama, kami kembali menemui Rae In lagi malam ini.

Aku dan Ravi begitu terkejut ketika kami datang dan masuk ke dalam rumah Rae In. Ia sedang duduk dan mengobrol akrab dengan seseorang tampan yang Rae In kenalkan pada kami kemudian.

“Dia teman akrabku semasa sekolah, kami benar-benar akrab! Tapi kami jarang bertemu, dia sibuk menyelesaikan S2nya. Tapi aku senang kami bisa bertemu seperti ini!”

Ucap Rae In dengan senang dan gembira. Aku tahu, Rae In suka dengan sentuhan dan pelukan, dan ia terlihat begitu nyaman dengan teman laki-lakinya itu. Dan aku menyadari sesuatu, Ravi memandang hal itu dengan tatapan yang tidak begitu baik.

“Ravi-a,” panggilku ketika kami sedang mengamati Rae In dan temannya itu dari teras halaman belakang. “..kenapa tatapanmu seperti itu? Apakah suasana hatimu sedang buruk?” ia tidak menjawab pertanyaanku dan hanya mendengus kesal lalu menaikkan tangannya dan meletakkannya di belakang kepala sambil memiringkan kepala dan membuang pandangan.

“Aku tidak tahu cara yang  benar berkomunikasi dengannya. Sepertinya aku selalu salah di matanya. Aku mencoba benar, tapi sungguh sulit.”

“Kalau begitu, sepertinya kita tidak bisa berlama-lama....itu kan tujuan kita malam ini datang kesini??”

Ravi bangkit dan menatapku serius.

***

[Author’s POV]

Semuanya kembali seperti semula, seperti 4 bulan yang lalu. Tidak ada lagi kunjungan menyenangkan ke amusement park, tidak pernah lagi terdengar tawa lepas di tengah malam, dan tidak ada orang yang Rae In khawatirkan lagi.

Semuanya kembali normal. Atau mungkin.....menyedihkan?

#Flashback
“Maaf ya....aku sudah lama tidak bertemu dengannya...jadi maaf kalian jadi tersisihkan...” Rae In mencuci gelas dan cangkir kemudian membawa bola sepak ke halaman belakang dan sudah siap memulai permainan dengan kedua lelaki itu.

Namun reaksi yang ia terima sungguh di luar dugaan.

“Rae In, pendantnya.” Ucap Changsub sambil menengadahkan tangan ke arah Rae In.

Gadis itu tampak bingung menatap Changsub dan Ravi, “Pendant? Kenapa dengan pendantnya?” Rae In meraba pendantnya.

“Kami membutuhkannya. Alasan kami datang ke sini dan dekat denganmu, adalah itu.” Changsub menunjuk tepat ke arah pendant. “Jadi, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa selama ini.”

“Oppa...apa yang kalian bicarakan? Apa kalian sedang bermain sesuatu? Ravi-a..?”

Ravi terlihat menunduk, terkadang ia memandang ke langit dan sama sekali tidak mau berkomentar.

“Jadi, serahkan pendant itu kepada kami.”

Rae In bingung, ia sama sekali tidak mengerti dengan keadaan saat ini. Baru saja beberapa hari yang lalu Changsub tampak begitu bersahaja namun malam ini ia tampak seperti pembunuh bayaran.

“Oppa...kenapa..jadi pendant ini milik kalian? Bagaimana...kalian tahu dari mana jika pendant ini bukan milikku?”

“Karena pendant itu akan bercahaya di dekat orang asing. Dan itu bukan milikmu. Jadi kembalikan pada kami.”

Rae In tidak tahu harus bersikap bagaimana, ia merasa kacau seketika. “Jadi kalian bukan orang dari agensi yang aku telfon? Kalian datang ke sini karena pendant ini? Mendekatiku, menghabiskan waktu bersamaku hanya untuk menunggu moment ini?”

Tidak ada jawaban dari keduanya.

Rae In melepaskan pendant itu dan memberikannya pada Changsub. “Ambillah. Pendant itu memang bukan milikku. Jika saja dari awal kalian memintanya aku akan berikan dengan senang hati, terima kasih sudah membohongiku dan kalian tahu pintu keluarnya, kan?”

Changsub dan Ravi berlalu begitu saja, seperti orang asing yang benar-benar tidak pernah bertemu.
#Flashback End

[Rae In’s POV]

Aku sudah yakin, perpisahan itu akan terjadi cepat atau lambat. Namun sepertinya aku terjebak di tempat dan waktu yang salah. Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa di hapus, seandainya bisa...apa aku memiliki pilihan? Sepertinya pilihan tak pernah ada lagi untukku.

Awalnya aku anggap mereka berbeda, meskipun pahit, kenangan itu sudah tercipta. Dan aku tidak bisa memilah mana yang ingin aku hapus atau mana yang ingin aku ingat terus sebagai kenangan indah. Dan pendant itu, aku mulai menyukainya namun aku cukup tahu diri itu bukan milikku dan aku harus mengembalikannya.

Sampai akhirnya aku melihatnya.....benar-benar membuat aku hancur. Atau mungkin permulaan yang baru lagi? Aku tidak bisa yakin seperti Changsub kala itu, semangatnya, ambisinya, aku merindukan itu.

*

You can’t do this to me....”

Ucap lelaki itu dengan pendant berwarna jingga kekuningan, aku tidak pernah melihat ekspresi itu sebelumnya. Aku tidak bisa merespon mereka setelah apa yang mereka lakukan padaku 2 bulan yang lalu.

I’m sorry.”

Haruskah aku? Siapa yang bisa aku percaya sekarang? Akankah aku tersakiti lagi? Mengapa tidak pernah ada orang yang tulus padaku? Apakah aku menyakiti mereka begitu dalam? Bisakah aku menolak semua ini? Apa arti sebuah ketulusan? Mengapa rasa tulus yang aku berikan pada mereka selalu di balas seperti ini? Masihkah aku bisa temukan sebuah ketulusan?

*

[Author’s POV]

Kedua lelaki itu kembali lagi dan menyerahkan pendant biru muda itu kepada Rae In, namun tidak serta merta membuat Rae In menerimanya begitu saja. Ia tampak begitu ragu, rapuh dan takut.

I’m sorry.” Ucap Changsub sambil memberikan pendant yang memang seharusnya menjadi milik Rae In, namun gadis itu lari ke dalam rumah dan bimbang, ia menangis dalam ketakutan.

Ia tidak sengaja memandang foto yang  di cetak 4 bulan yang lalu saat mereka bertiga pergi bertiga ke sebuah amusement park, semua terlihat begitu indah. Kebohongan yang indah.

Tepat di samping foto itu, sebuah foto usang yang menggambarkan perjalinan persahabatan yang tulus pernah ia rasakan. Masa sekolah yang penuh dengan Pesakitan yang indah.

“Rae In,...mianhae.” peluk Ravi dari belakang. “Mianhaeyo...”

“Rae In-a...kami tahu, seharusnya memang tidak seperti ini. Kami akan sangat berterima kasih jika kesempatan kedua itu ada...”

Rae In masih dengan mata yang basah, memandang kedua foto yang terpampang di hadapannya. Haruskah aku? Apakah merasakan keindahan harus merasakan sakit terlebih dahulu?

“Aku tidak punya alasan untuk mengatakan ‘tidak’...meskipun kalian datang dengan kebohongan dan sebuah pesakitan....aku rasa...aku tidak bisa melepaskan kalian meskipun kalian berusaha berlari menjauhiku. Kalian terlalu berharga, sama seperti arti pendant itu bagiku.” Arti pendant itu adalah kalian......kilauan menakjubkan di hamparan lautan yang luas.

Changsub memakaian pendant biru itu di leher Rae In, “Tidak ada yang lebih pantas menggunakan pendant ini selain dirimu..”

Oppa....pendantmu berwarna hijau...”

Changsub memeluk Rae In dan juga Ravi, tangis gadis itu pecah di dalam lautan dan air mata ketulusannya memancarkan kilauan menakjubkan seperti pendant itu.


TAMAT















Tidak ada komentar:

Posting Komentar