Tittle : Back To You -2-
Cast :
Jung Taekwoon (Leo VIXX) – Jung Ema (OC) – Kim Ah Young
(OC) – Cha Hakyeon (N VIXX) – Moonie (OC)
Genre : Angst – Romance
Rated : 15+
Theme
Song : Junhyung (B2ST) - Flower
Author : Ravla Lavender
-------------------------------------------------------------
... Haruskah aku berhenti disini?
“Hei~ sedang apa kau disini? Bukankah,
kau seharusnya ada di tempat praktek? Aku kira kau sudah berangkat dari kemarin
lusa?” tegur Cha yang melihat Jung Ema tampak termenung di bangku kantin kampus
yang sudah tutup.
“Ha? ... oh, iya... aku berangkat
besok dengan teman sekamarku. Kenapa? Ada apa?” tanya Jung Ema dengan wajah
bingungnya. Hal ini membuat Cha ingin bertanya sesuatu.
“Hmm~ tidak...aku hanya kebetulan
lewat saja..mulai malam ini aku tidak mendiami asrama kampus lagi...aku mau
pulang kerumahku. Kau bagaimana? Akan mencari tempat tinggal sementara atau
bagaimana? Ku rasa tempat praktekmu cukup jauh dari sini, iya kan?”
Lelaki ini begitu ramah dan suka
mengajak Jung Ema saling bertukar pikiran. Namun belakangan ini ia merasa gadis
ini tidak seceria dulu lagi.
“Tidak...aku juga akan segera berbenah...mungkin aku akan mencari tempat
tinggal sementara di sana...mungkin beberapa hari lagi aku akan membereskan
barang-barangku di asrama.”
“Baiklah, kalau begitu aku
duluan...jika kau butuh bantuan, hubungi saja aku! Akan ku usahakan membantumu
jika aku memiliki cukup waktu!”
Jung Ema hanya membalasnya dengan
senyum, ia sesungguhnya merasa terbantu dengan hadirnya Cha Hakyeon disekitarnya,
walaupun mereka belum lama saling mengenal.
Dengan lunglai gadis ini berjalan
menuju kamar asramanya. Mulai banyak mahasiswa tingkat akhir yang satu per satu
meninggalkan asrama, sebagian benar-benar pulang untuk menyusun skripsi dan
sebagian lagi mengerjakan tugas di lapangan. Hanya tersisa beberapa kamar yang
masih terlihat sibuk.
“Kau mau kemana?” tanya Jung Ema kepada
teman sekamarnya.
Moonie begitu terlihat rapi dan ia
mengemasi semua barangnya. “Tentu saja pergi ke tempat praktek! Aku menunggumu
dari tadi, tapi kau tidak segera datang. Jadi aku berkemas terlebih dahulu!”
“Bukankah kesepakatan kita besok? Kenapa
kau begitu terburu-buru!?”
“Kau belum tahu yah, jadwal praktek
kita di majukan sehari! Jadi, kita harus berangkat sore ini kesana! Aku kan
sudah memberitahukanmu lewat pesan pendek! Jangan katakan kau belum melihatnya!”
Jung Ema dengan panik meraih
ponselnya, “Ponselku mati...hhh~ baiklah,...kau mau menungguku? Aku akan
membawa seperlunya saja, jika ada waktu senggang aku akan kembali ke sini lagi.”
Dengan sabar Moonie menunggui
sahabatnya berkemas, sampai akhirnya ia bertanya sesuatu. “Kau sudah memberi
tahu Taekwoon tentang ini kan?”
“Hmm.” Hanya suara itu yang
terdengar dari Jung Ema, “Sejujurnya aku bingung harus bagaimana..aku masih
tidak tahu, aku yang salah atau memang dia yang seperti itu.”
Monnie tidak bisa membantu banyak
kali ini seperti dua tahun yang lalu, saat itu, jelas-jelas kesalahan terjadi
pada Jung Ema. “Kau sudah mengajaknya membahas hal ini?” Moonie tampak
menggantungkan kalimatnya.
“Moonie-ya, apakah menurutmu Cha Hakyeon
memiliki perasaan terhadapku?”
“Kenapa kau mengalihkan
pembicaraanku?”
Jung Ema kemudian segera mengunci
kamar dan melangkah mendahului Moonie, ia tidak menjawab pertanyaan itu dan
tidak lagi menuntut jawaban dari sahabatnya.
*****
Pukul 8 malam di sebuah kedai
makanan sederhana.
“Taekwoon-a~ jadi menurutmu aku
harus bagaimana? Apakah aku harus menerima kembali dia? Aku tidak mau lagi
merasakan sakit hati....” gerutu seseorang yang menemani Taekwoon makan malam.
Taekwoon hanya melirik orang
tersebut, ia hanya mengangguk pelan.
“Kenapa kau menyuruhku kembali
bersamanya...kenapaaa...?!” orang ini mulai mabuk akibat terlalu banyak meminum
Soju. Kemudian orang itu menatap Taekwoon cukup lama. “Kalau aku lihat, kau
tampan juga....bagaimana jika aku menolak orang itu dan memulai hubungan baru
denganmu?”
“Pulanglah, kau sudah mabuk.” Ucap Taekwoon
setelah melahap suapan nasi terakhir. “Aku tidak mau bermasalah hanya karena
menemanimu malam ini.”
Orang itu tampak berdiri dan
memainkan rambutnya di hadapan Taekwoon. “Lihat aku....apa kekurangan seorang
Kim Ah Young? Aku cantik,seksi, tubuhku bagus, aku pintar, aku setia...kau akan
menyesal jika menolakku. Aku bisa memberikan semuanya kepadamu...Taekwoon-aaaa~”
Taekwoon menghampiri pemilik kedai
dan membayar apa yang sudah ia beli, namun Ah Young kembali duduk dan
menyandarkan kepalanya di meja. “Ah Young-ssi, maaf aku tidak mau
mengantarkanmu pulang. Urusi dirimu sendiri.” Taekwoon kembali ke rumahnya,
namun wanita yang lebih tua 3 tahun darinya mengikuti Taekwoon sampai akhirnya
Taekwoon berubah haluan dan mengantarkan wanita itu ke apartemennya.
Wanita itu tampak sudah kehilangan
kesadarannya ketika tubuhnya menghantam pelan tempat tidur yang empuk.
“Kau mau kemana Taekwoon-a...?
Temani aku sebentar lagi....sebentar saja...1..2 menit lagi..”
Taekwoon melihat wanita itu
menangis, sepertinya mantan kekasihnya membuat luka yang dalam kepada Ah Young.
*
Taekwoon kembali ke rumahnya, pukul
setengah sepuluh malam. Ia memilih mengerjakan pekerjaannya di malam hari saja
karena malam hari sepi dan lebih tenang. Namun ketenangan itu sedikit terusik
karena kekasihnya. Semuanya berjalan baik, sampai akhirnya sesuatu hal
membuatnya merenggang dengan Jung Ema.
#Flashback#
1 bulan
yang lalu.
“Oppa,
apa kau akan sering menjenggukku nanti? Aku tidak akan sebentar berada di
lokasi praktek nanti....aku pasti akan merasa jenuh disana, karena tidak bisa
sering bertemu denganmu!”
Taekwoon
menghabiskan latte dan kemudian merangkul pundak kekasihnya. “Aku usahakan akan
menemuimu disana nanti. Tapi kau tahu kan, kini aku menjadi seorang komposer
lagu...aku akan sering aktif di malam hari, siang hari mungkin aku akan
tidur...”
“Oppa,
jangan bekerja terlalu keras! Aku tidak mau kau jatuh sakit...jika kau sakit,
aku akan lebih tidak tenang lagi! Jika aku tidak tenang, nilaiku akan
berantakan!”
Taekwoon memegang
kepala kekasihnya pelan dan lembut, “Kau jangan terlalu merisaukan aku,
Jung-ah~ aku akan baik-baik saja...justru aku yang mengkhawatirkan dirimu...kau
begitu terlalu terobsesi dengan nilai yang bagus...aku khawatir jika kau akan
kurang tidur disana.”
“Aku
memikirkanmu setiap saat, bahkan ketika aku bermimpi...aku ingin memimpikan
taman ini, ada dirimu, dan juga ada aku..jadi aku bisa melihat bagaimana aku
begitu bahagia saat ini berada di sisimu.” Ujar Jung Ema sambil melebarkan
tangan dan memuji taman dekat kampus yang begitu asri dan sepi. “Ku harap suatu
saat aku bisa memimpikannya.”
Taekwoon
tampak tersenyum senang, walaupun hanya sedikit menyunggingkan bibir namun itu
adalah senyum bahagianya untuk mereka.
‘CUP’
Suara itu
terdengar begitu cepat dan jelas, Jung Ema sempat mematung terkejut karena
dengan tiba-tiba lelaki itu memberi kecupan kecil di pelipisnya.
Wajah Jung
Ema tampak merona setelahnya, ia begitu tersipu malu meskipun hubungan mereka
sudah berjalan cukup lama. Namun rona yang ia rasakan selalu sama, selalu
berdebar, menggebu, dan begitu menggemaskan.
***
Suatu sore
ketika Taekwoon baru melangkah seusai menjenguk Jung Ema di kampus.
“Taekwoon-aaa~
kenapa kau tidak mengangkat telepon
dariku? Tidak kah kau tahu aku begitu repot mengurusi paduan suara kita? Lagi pula,
kenapa kau masih sempat saja menjenguknya disaat seperti ini! Dia bukan anak
kecil lagi yang perlu kau jenguk setiap dua hari sekali!” ujar seorang wanita
berpenampilan mewah yang menggunakan rok mini dan sepatu hak tinggi berwarna
merah.
Sebenarnya
Jung Ema sudah berlalu, namun karena suatu hal ia kembali untuk menemui
Taekwoon. Ia hanya mematung dan mengamati wanita itu dari kejauhan. Orang itu
berteriak-teriak seperti kesetanan.
“Aku
tidak mau tahu, aku menambah jadwal latihan mereka menjadi 4 hari dalam
seminggu! Berturut-turut! Dan aku harap kekasihmu tidak mengacaukan jadwal
kita!”
“Kau
tidak perlu mengurusi apa yang aku lakukan...aku tahu waktu dan aku tidak lari
dari tanggung jawab. Dan jangan berteriak seperti itu di hadapanku, aku tidak
suka.”
Wanita itu
terlihat kesal, kemudian ia dengan mudahnya menarik Taekwoon untuk segera
melatih sekumpulan anak SMP yang tergabung dalam kelompok paduan suara.
“Taekwoon
Oppa!” teriak Jung Ema, namun mereka sudah agak menjauh dan tidak mendengarnya.
“Jung Taekwoon!” percuma saja, pikirnya.
***
Sebenarnya
Taekwoon selalu meluangkan waktu untuk kekasihnya, namun semenjak kejadian itu
lelaki ini tak pernah terlihat menemui dan mengunjungi Jung Ema lagi. Taekwoon
hanya memberikan kabar melalui pesan singkat, rutin, awalnya. Namun memasuki
minggu pertama di bulan April, lelaki itu hanya mengirimkan sedikitnya 3 pesan
dalam seminggu. Minggu berikutnya, hanya 1 pesan dalam seminggu, sampai
akhirnya, tak satu pun pesan yang Jung Ema terima.
Tentunya
Jung Ema selalu mengirimkan pesan kepada kekasihnya, namun itu benar-benar
terasa hanya menjadi kegiatan rutin dari pihaknya tanpa ada respon apapun
kecuali hanya pemberitahuan pesan terkirim saja.
“Kenapa
kau memandangi ponselmu seperti itu, Ema?” tanya Cha yang baru ia kenal selama
setahun terakhir ini. “Apakah sesuatu terjadi pada ponselmu?”
“Ah...tidak,
ponselku dalam keadaan baik. Hanya saja, aku mengecek, bisa jadi ada pesan yang
terlewat olehku.” Ema tau benar, tak ada satupun pesan yang terlewat olehnya. “Kurasa,
kau selalu muncul ketika aku sedang merasa tidak baik. Hahaha...” tawanya untuk
membuat suasana menjadi lebih akrab.
“Benarkah?...kalau
begitu..jika kau memang sedang merasa tidak baik, bagaimana jika kita
mengunjungi pameran ikan hias malam ini?”
“Pameran
ikan hias yah...?” tanya Jung Ema kepada dirinya, kemudian ia menyimpan
ponselnya di dalam tas. “Baiklah...kurasa melihat ikan hias tidak buruk.”
*****
“Taekwoon-a...kenapa
kau bisa sampai salah membubuhkan lirik pada bagian ini? Ku mohon, waktu kita
sudah tak banyak lagi!” Ah Young selalu begitu, membebankan semua hal kepada
Taekwoon. Wanita ini adalah seorang produser musik, dan beberapa bulan yang
lalu Taekwoon mencoba peruntungan di dalam perusahaan yang Ah Young kelola
sebagai seorang komposer.
“Kau bisa
memperbaikinya sendiri kan? Pekerjaanku masih begitu banyak...” ucapnya sedikit
mengabaikan. “Lagi pula, bagian yang itu memang tidak kita pergunakan, jadi kau
hanya tinggal mencoretnya dengan pena.”
Ah Young
kemudian menutup notebook yang sedang di pergunakan Taekwoon, “Bisa tidak
sekali saja kau menatapku ketika berbicara padaku? Kau selama ini kurang sopan
kepadaku, ingat, meskipun kita sudah mengenal cukup lama, aku ini tetap
atasanmu, Jung Taekwoon.”
“Baik aku
minta maaf, Bos. Coret saja bagian yang itu, kita tidak mempergunakannya saat
lomba nanti.” Taekwoon kembali membuka notebooknya dan meneruskan
pekerjaannnya.
‘DDRRRTT...DDRRRRRTTTT..’
Taekwoon menyambar
ponselnya, membuka pesan itu dan Ah Young juga menyambar ponsel itu. “Dia lagi?
Jika kau membalas ini kau akan memperlambat pekerjaanmu!” kemudian Ah Young
langsung menghapus pesan tersebut. Sebuah pesan dari Jung Ema.
“Kenapa
kau selalu menguasai ponselku? Kau tidak seharusnya menghapus semua ini! Kau melakukan
ini terus menerus kepadaku, Ah Young-a..”
Ah Young
mengembalikan ponsel Taekwoon dan berdecak pinggang, “Dia ini, bukan gadis yang
baik bagimu...pasti kau bertanya-tanya kan, kenapa aku berani mengatakan ini. Aku
akan memberitahumu suatu saat nanti.”
Taekwoon
sebenarnya tidak terlalu peduli dengan hal itu, namun ekspresi Ah Young mengapa
tampak meyakinkannya...
#Flashback
End#
*
“Haruskah aku mempercayainya? Atau aku
harus memberi kabar kepada Ema?”
Taekwoon meraih ponsel dan melihat
lama layarnya. Sebuah foto penuh kenangan antara dirinya dan juga Jung Ema. Saat
ini semua apa yang sudah terjadi melintas, seperti terulang di kepalanya. Terutama
saat ia benar-benar merasa sakit hati karena Jung Ema pernah ingin mengakhiri
hubungan ini 2 tahun yang lalu.
Saat itu, ia sama sekali tidak ingin
melepas Jung Ema. Ia begitu menyukai gadis sederhana itu, segala apa yang di
lakukan Jung Ema menjadi hal yang menarik perhatiannya, terlebih lagi saat
gadis itu tersenyum. “Senyum yang khas.”
Ia selama ini berusaha menjadi
pasangan yang terbaik bagi Jung Ema, ia selalu mendukung apa yang menurutnya
baik untuk Ema lakukan, ia melakukannya dengan tulus dan berhati-hati agar
tidak menyinggung perasaan kekasihnya. Namun semenjak ia bekerja, ia menjadi
agak terbatas ketika ingin menghabiskan waktu untuk kekasihnya. Terlebih apa
yang Ah Young katakan beberapa hari yang lalu, membuatnya semakin ragu dengan
Jung Ema.
“Dia melakukan hal ini lagi? Lagi? Atau
ini hanya prasangka burukku saja? Haruskah aku mempercayai Jung Ema?”
Taekwoon meraih sebuah kotak kecil
berwarna hijau muda yang ia letakkan di dalam tas kerjanya, “Haruskah cincin
ini melingkar di jari manisnya?”
******
Moonie menyemprotan cairan pengusir
nyamuk di sekitar dirinya dan juga Ema. “Kenapa nyamuk begitu banyak di tempat
ini!”
“Mungkin aku harus memakannya satu
persatu. Hhhh~” ujar Jung Ema yang semakin nampak kesal karena semua pesannya
tak ada satu pun yang di respon oleh Taekwoon. “Jika aku mengirimkan pesan
kepada Cha Hakyeon saat ini, apakah ia akan membalasnya? Bagaimana menurutmu?”
“Untuk apa? Bukankah itu sama saja
kau memberikan harapan lebih kepadanya? Jangan sampai kau mengulangi kesalahan
yang sama Jung.”
Jung Ema rebahan dan melihat kosong
langit-langit kamar, “Aku tidak menyukainya, sama sekali tidak. Orang yang aku
sukai hanya satu, namanya Jung Taekwoon.”
Moonie masuk ke dalam kantung
tidurnya, “Meskipun kau tidak menyukai Cha, tapi di matanya, kau seperti
menaruh harapan lebih. Jangan membuatnya salah paham terhadapmu. Kalau perlu,
kau tanya padanya, Cha apakah kau
menyukaiku? Jika iya, maafkan aku, tapi aku hanya menganggapmu sebatas teman
berbagi.”
“Aku sudah mengirimkannya.”
Moonie terkejut dan kepalanya
terbentur dinding, “AUW! Kenapa kau kirimkan pesan itu kepadanya?!”
“Hngg? Kau ini bagaimana, kau
sendiri tadi yang mengatakan hal itu kan? Jika aku perlu, aku harus bertanya
kepadanya.”
Tak lama kemudian, sebuah pesan
masuk dan Moonie merebut ponsel itu.
“Cha membalas pesanmu, oh! Kau bisa
membaca isi pikiranku yah? Hahha, aku juga minta maaf karena aku sudah sering
mengajakmu jalan tanpa aku tahu statusmu. Tapi kita tetap berteman kan? Aku menyukai
teman yang sepertimu! .... wow...Cha Hak Yeon. Haruskah aku membalasnya?”
Jung Ema memiringkan badannya, “Tentu
saja.”
...semoga
kita bertemu di dalam mimpi, Taekwoon-a.
***
Cha Hak Yeon tentu saja merasa
kecewa. Namun ia merasa lega karena tidak lagi harus bertanya-tanya tentang
statusnya dengan Jung Ema.
“Malam ini kau tidak makan malam
lagi, Hakyeon?”
“Tidak, Nuna. Aku tidak selera. Aku
rasa, aku tidak bisa meneruskannya lagi. Eugh! Badanmu beraroma Soju...berapa
banyak kau minum?”
“Tidak banyak, tidak sampai
membuatku pingsan. Oke, aku berpura-pura pingsan agar Taekwoon mengantarkanku
ke apartemen, selepas ia pergi, aku ke sini.”
“Berhentilah seperti itu, Ah Young
Nuna....Taekwoon tidak menyukaimu! Aku sudah tahu itu ketika pertama kali kau
menceritakan dirinya padaku! Dia hanya menginginkan Ema seorang!”
Ah Young memukul kepala adik
tirinya, “Sok tahu! Kau kan belum pernah bertemu dengannya! Jadi kau tidak tahu
dia seperti apa! Awas saja jika suatu saat kau bongkar rencanaku ini kepadanya!
Tapi aku merasa beruntung, kau tidak sempat mengenalnya. Meskipun kalian
bersekolah di kampus yang sama, tapi kalian beda tahun ajaran. Padahal dia
seumuran denganmu.”
Cha Hak Yeon meninggalkan Ah Young
dengan fantasinya bersama Taekwoon. ...orang
itu, selalu mencari orang yang lebih muda darinya untuk di ajak berkencan!
******
Berhari-hari sudah mereka semua
sejenak melupakan tentang apa yang tengah terjadi, sampai Ah Young membuat
keributan di salah satu klub malam. Entah bagaimana ceritanya, wanita ini akhirnya
di gotong oleh Taekwoon menuju sebuah klinik. Ah Young harus mendapat 10
jahitan di pelipisnya.
“Aku tidak tahu jika kau saat itu
tidak datang, Taekwoon-a...”
“Aku sudah pernah memberitahumu,
jangan mencari masalah, apa lagi di klub malam.”
Decitan sepatu terdengar mendekat, “Nuna!
Apa yang kau lakukan?!”
Taekwoon untuk pertama kalinya
melihat sosok lelaki berleher jenjang itu. Orang itu adalah orang yang sama
yang ia lihat di sebuah foto bersama kekasihnya. “Kau...ada hubungan apa kau
dengan Ah Young?”
“Dia adikku, yang pernah aku
ceritakan....aku pusing sekali..bisakah kalian membawaku pulang dari sini?”
Namun Taekwoon mengabaikan Ah Young
yang nampak kesakitan itu dan membuat keributan kecil di sana. “Ada hubungan
apa kau dengan Jung Ema? Kalian saling mengenal kan?”
Cha melihat Taekwoon dengan sinis, “Dia
temanku, kenapa?”
Ah Young sudah tidak bisa mengontrol
perdebatan antara dua lelaki itu.
“Kau menyukai Jung Ema kan? Kau sering
mengajaknya jalan kan?” Taekwoon begitu terlihat marah dan kesal.
Cha menunjukkan ekspresi yang
merendahkan, “Aku bisa membuatnya merasa senang dan bahagia, tentu saja, aku
selalu memiliki waktu untuknya.” Sindiran itu membuat Taekwoon naik pitam.
“Jauhi Jung Ema..” ucapnya sambil
mencengkram baju Cha Hakyeon. “Atau kau akan berurusan denganku.” Kemudian tidak
lupa Taekwoon menyampaikan sesuatu kepada Ah Young, “Jangan pernah coba
memisahkan aku dengan Jung Ema.” Kemudian ia pergi dengan amarah.
Ah Young merasa jengkel, “YA! Kenapa
kau datang kesini!? Kau membongkar semuanya! Kau merusak rencanaku Cha Hak
Yeon!”
******
1 minggu kemudian.
“Jadi, aku harus pulang, Moonie. Maaf
ya meninggalkanmu sendiri disini. Aku benar-benar harus pulang...”
Moonie menepuk pundak sahabatnya, “Ku
harap saat kau kembali ke sini, aku melihat Taekwoon mengantarmu. Bukan Cha
yang sekarang menjemputmu seperti ini.”
Cha Hak Yeon menjemput Jung Ema dan
mengantarkannya pulang kerumah untuk beberapa hari, Ema merasakan kesehatannya
memburuk belakangan ini. “Tolong kau beritahu Taekwoon ya, jika aku mulai hari
ini berada dirumah.., ponselku sudah berhari hari tidak aktif...”
Moonie mengangguk dan melepas Jung
Ema yang terlihat pucat. Ia mencium sesuatu yang tidak beres dengan teman baru
Jung Ema itu. Segera setelah itu ia menghubungi Taekwoon dan menceritakan
semuanya, menceritakan apa yang Jung Ema selama ini rasakan. Sampai perihal
tentang pesan singkat yang ia baca malam itu.
**
“Terima kasih sudah mengantarkan aku
sampai rumah....hari sudah gelap..., kau yakin akan segera pulang? Aku merasa
jadi tidak enak dengan mu Cha, kau sudah jauh-jauh datang ke tempat praktekku,
dan sekarang harus mengantarkan aku jauh seperti ini.”
Cha sedikit meremas bahu gadis itu, “Aku
senang bisa mengantarmu, lagi pula akses kendaraan umum dari sana ke sini kan
agak sulit. Aku juga senang bisa bertemu denganmu lagi..”
“Oh, aku dengar, kakakmu mengalami
insiden yah? Apakah dia baik-baik saja?”
Cha tertawa, “Dia tidak apa-apa. Dari
mana....kau tahu tentang kabar ini?”
“Aku tidak sengaja membaca kabar
dari jejaring sosial milik Moonie....aku membacanya dari teman Moonie, mereka
menyebut melihat kakakmu mengalami insiden di klub malam. Tapi untung saja, ada
seseorang yang segera membawanya ke klinik. Bukannya begitu?”
Cha terlihat sedikit panik, namun ia
berpikir, Jung Ema tidak akan pernah tahu siapa yang sudah menolong Ah Young.
Cha terdiam sesaat, begitu pun Jung
Ema yang menunggu lelaki itu sekedar menjawab atau pamitan. Namun ternyata Cha
memeluk Jung Ema dan enggan melepasnya walaupun gadis itu sudah berusaha
menolaknya.
“Cha...apa yang kau lakukan?! Lepaskan
aku..!”
Cha tidak menjawab, ia semakin
mengunci pelukan itu. Semakin erat.
“Cha Hak Yeon! Lepas! LEPAS!!”
Jung Ema memberontak sampai ia
hampir terpeleset jatuh, namun sebuah kalimat membuat semuanya berubah.
“Yang menyelamatkan kakakku, dia
Jung Taekwoon.”
Gadis ini membeku, tidak perlu waktu
lama untuk mencerna kalimat sederhana itu. “Kau jangan coba-coba mengarang
cerita, Cha.”
Sebuah sinar lampu yang kuat
menyinari mereka, sebuah mobil datang
dan parkir begitu saja di pekarangan berbatu milik Jung Ema.
“Oppa..!” begitu menyadari
siapa yang datang, Jung Ema melepaskan
dirinya dari tubuh Cha.
“Oh, kau rupanya.” Ujar Cha sambil
merapikan bajunya.
Taekwoon terlihat sesekali menunduk
sambil mengepalkan tangan, sepertinya ia benar-benar ingin menghajar lelaki
yang ada di hadapannya.
“Aku sudah katakan, jangan menemui Ema
lagi.” Ucap Taekwoon masih pelan dan terkendali.
Cha hanya mengangguk, “Dia yang
memanggilku, tentu aku datang! Kau, dimana kau saat dia membutuhkanmu? Kau selalu
bersama dengan Ah Young kan?”
Jung Ema perlahan mulai kosong,
dengan kondisi tubuh yang kurang fit ia harus melihat dua orang yang ia kenal
harus mengalami konflik.
“Oppa...” gumamnya namun Taekwoon
tampak serius dengan Cha.
“Kenapa? Kenapa kau tidak
menyangkalnya, Taekwoon-ssi? Jadi kau membenarkan perkataanku kan? Kau selalu
bersama Ah Young, menemaninya mabuk, mengantarkannya pulang, selalu
menolongnya...selalu mendengarkannya...”
Taekwoon tidak memberi pembelaan,
hal ini membuat Jung Ema semakin terasa tersambar hati dan perasaannya.
“Jadi, tidak salah kau memberikan
aku kesempatan yang leluasa untuk bisa
bersama dengan Ema. Ku rasa, hatinya juga sudah berubah, ku rasa dia lebih bisa
menerima kehadiranku sekarang.” Ujar Cha sambil menengok ke arah Ema.
Taekwoon, dengan pandang amarahnya
menatap tajam ke arah Jung Ema. Tanpa kata.
Mulut gadis itu membuka dan menutup,
ia bergetar tanpa alasan. Ia juga menangis, entahlah apa yang ia tangiskan, ia
begitu terlihat rapuh seperti 2 tahun yang lalu, saat ia menangis di hadapan
Taekwoon.
Di saat Cha lengah, Taekwoon meraih
baju lelaki itu dan membantingnya ke tanah. Ia menghadiahi beberapa pukulan
keras ke wajah Cha. Ia meluapkan kekesalannya selama ini yang dipendamnya.
‘BUUG! BUUG! BUUUGGHH!’
Begitu keras, namun Cha bangkit dan
membalas perbuatan tersebut dengan meraih batu bata yang dapat ia jangkau.
‘BRAAAKK!’
Terdengar dorongan keras yang
membuat tubuh Cha terlempar cukup jauh. “Tak kan ku biarkan kau melukai
Taekwoon-ku, Cha Hak Yeon!!”
Jung Ema mendorong keras tubuh Cha
dengan tubuhnya sesaat sebelum batu bata itu mendarat di kepala Taekwoon.
Jung Ema memegangi perutnya, ia
merasakan penyakit lamanya kambuh, “Mulai sekarang, kita tidak lagi saling
mengenal. Aku mau kau tidak menggangguku lagi. Jika kakakmu merasa ini tidak
adil, suruh dia temui aku. Aku tidak ragu akan memukulnya seperti Taekwoon
memukulmu.” Gadis itu mencampakkan Cha dan menarik Taekwoon masuk ke dalam
rumah.
**
Setelah keadaan agak sedikit tenang,
Taekwoon membuka percakapan. “Aku tidak suka kau berkawan dengan orang itu.”
“Aku minta maaf. Aku tidak tahu
harus bagaimana lagi, kau tidak pernah lagi membalas semua pesanku...apa kau
tidak rindu denganku, Oppa?”
Taekwoon memberikan pelukan dari
belakang untuk kekasihnya, “Aku yang seharusnya meminta maaf padamu...dia terus
menguasai ponselku, dia selalu membaca pesan darimu, dia juga selalu
menghapusnya sebelum aku membacanya.”
“Kenapa kau membiarkan hal itu?”
Taekwoon menghela napas panjang, “Hhhh.....~
dia melakukan itu disaat aku benar-benar sibuk. Aku selalu meletakkan ponsel di
samping notebookku..dia selalu meraihnya. Jadi, aku benar-benar minta maaf.”
Jung Ema sesaat diam, tidak
menjawabnya. Ia tidak ingin meletupkan emosinya malam ini, cukup ia melihat
amarah Taekwoon tadi.
“Ema...?” panggil Taekwoon pelan. “Apa
kau tertidur?”
Sebenarnya Jung Ema tersenyum, ia
merasa senang saat ini Taekwoon ada disisinya. Menurutnya ini adalah moment
yang penting.
“Tidak...aku hanya lelah. Tapi aku
merasa senang, aku bisa menghabiskan malam ini bersamamu...”
Taekwoon melepaskan pelukannya dan
berpindah menghadap Ema, “Kau tidak marah kepadaku? Aku begitu melalaikanmu
selama ini.”
Jung Ema menggeleng sembari
tersenyum, “Masalah pesan yang di hapus oleh orang itu, aku tidak mau
memperpanjangnya. Karena aku mempercayaimu, kau tidak akan meninggalkanku.”
“Bagaimana kau bisa begitu percaya
kepadaku?”
Jung Ema hanya tersenyum, dia tidak
bisa menjawab hal itu dengan terperinci. “Apa kau mempercayaiku, seperti aku
percaya padamu?”
Taekwoon seperti tertegur dengan
pertanyaan itu. Ia sempat tidak mempercayai Jung Ema. Namun sepertinya sekarang
ia harus membuang jauh-jauh prasangka buruk itu. “Aku tidak ingin menutupi
apapun mulai sekarang,....sejujurnya aku sering meragukanmu...aku selalu saja
berpikir, kau memiliki orang lain yang kau sukai...mungkin aku trauma dengan
hal yang terjadi pada kita 2 tahun yang lalu..semenjak itu, lama kelamaan aku
selalu saja curiga, aku sering menanyakan keadaanmu melalui Moonie....aku juga
selalu berusaha melakukan yang terbaik kepadamu selama ini, namun semenjak aku
bekerja, aku merasa aku begitu buruk.....paranoid, itu yang membayangiku ketika
aku tidak bersamamu. Aku sungguh takut, seseorang mengambil hatimu...”
Jung Ema sempat terkejut mendengar
pengakuan seorang Jung Taekwoon, yang ia tahu selama ini, lelaki ini begitu
jarang mengatakan hal apa yang ia rasakan. Namun malam ini, dia benar-benar
mengatakannya secara gamblang.
“Gomawoyo, Taekwoon-a.” Ucap Jung
Ema yang kemudian memeluk lelaki itu, lelaki ideal bagi dirinya. Sosok lelaki
yang benar-benar jantan dan berani untuk mengakui segala macam bentuk kesalahan
yang ia perbuat.
“Terima kasih karena kau telah
membuatku menjadi lebih terbuka, aku ... lega.”
Setelah lelaki itu mengucapkannya,
ia meraih kepala gadisnya dan mencium bibirnya. Sebuah ciuman dalam, yang penuh
akan kerinduan.
***
Ia terbangun, suara-suara kicauan
burung yang membuatnya tersadar.
“Mimpi apa semalam?” tanya sebuah
suara yang mengejutkannya.
Jung Ema nampak mengingatnya ketika
pelukan Taekwoon lebih erat ditubuhnya.
“...eung...aku rasa aku mimpi taman
yang biasa kita datangi...tapi aku lupa sedang apa aku disana.” Jawab Ema
dengan suara yang parau, kesadarannya belum kembali 100%.
“Benarkah?? Mungkin kau kesana untuk
menerima ini....”
Taekwoon masih memeluk Jung Ema di
tempat tidur, dengan perlahan ia memasukkan sebuah cincin di jari manis
gadisnya.
Jung Ema sempat bingung, namun
akhirnya ia benar-benar terbangun dan terduduk, dan juga mengangkat tangannya. “Cincin?
CINCIN?” tanyanya berulang kali sampai Taekwoon tersenyum, tertawa tersipu malu.
Jung Ema menatap lelakinya tidak
percaya, “Kau...kau.....kau me---melamarku?”
Taekwoon memandang lurus ke wajah
Ema, “Mungkin bisa di sebut seperti itu. Karena kita sudah melewatkan malam
pertama, jadi ku rasa, kau harus menikah denganku...” ucap lelaki itu dengan
wajah yang merah merona.
“Tapi...kita kan hanya
tidur....tidur biasa...?....Kita tidak ‘melakukannya’ kan?” Jung Ema memeriksa
bajunya, ia merasakan pakaiannya masih lengkap menempel di badannya.
Taekwoon menundukkan kepalanya, ia
tertawa, ia terlihat senang melihat Ema begitu panik. Kemudian ia berusaha
mengatakan sesuatu yang cukup penting. “..aku tidak mau tahu, kau sudah
melewati malam pertama denganku, aku meminta pertanggung jawaban darimu, Ema.”
“Sini kau Taekwoon-a!!!” teriaknya bahagia
sambil memukulkan bantal ke tubuh lelaki itu.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar