Selasa, 28 Januari 2014

Back To You -2- [FF-oneshot]


Tittle : Back To You -2-
Cast :
Jung Taekwoon (Leo VIXX) – Jung Ema (OC) – Kim Ah Young (OC) – Cha Hakyeon (N VIXX) – Moonie (OC)
Genre : Angst – Romance
Rated : 15+
Theme Song : Junhyung (B2ST) - Flower
Author : Ravla Lavender

-------------------------------------------------------------


... Haruskah aku berhenti disini?

“Hei~ sedang apa kau disini? Bukankah, kau seharusnya ada di tempat praktek? Aku kira kau sudah berangkat dari kemarin lusa?” tegur Cha yang melihat Jung Ema tampak termenung di bangku kantin kampus yang sudah tutup.

“Ha? ... oh, iya... aku berangkat besok dengan teman sekamarku. Kenapa? Ada apa?” tanya Jung Ema dengan wajah bingungnya. Hal ini membuat Cha ingin bertanya sesuatu.

“Hmm~ tidak...aku hanya kebetulan lewat saja..mulai malam ini aku tidak mendiami asrama kampus lagi...aku mau pulang kerumahku. Kau bagaimana? Akan mencari tempat tinggal sementara atau bagaimana? Ku rasa tempat praktekmu cukup jauh dari sini, iya kan?”

Lelaki ini begitu ramah dan suka mengajak Jung Ema saling bertukar pikiran. Namun belakangan ini ia merasa gadis ini tidak seceria dulu lagi.

“Tidak...aku juga akan segera  berbenah...mungkin aku akan mencari tempat tinggal sementara di sana...mungkin beberapa hari lagi aku akan membereskan barang-barangku di asrama.”

“Baiklah, kalau begitu aku duluan...jika kau butuh bantuan, hubungi saja aku! Akan ku usahakan membantumu jika aku memiliki cukup waktu!”

Jung Ema hanya membalasnya dengan senyum, ia sesungguhnya merasa terbantu dengan hadirnya Cha Hakyeon disekitarnya, walaupun mereka belum lama saling mengenal.

Dengan lunglai gadis ini berjalan menuju kamar asramanya. Mulai banyak mahasiswa tingkat akhir yang satu per satu meninggalkan asrama, sebagian benar-benar pulang untuk menyusun skripsi dan sebagian lagi mengerjakan tugas di lapangan. Hanya tersisa beberapa kamar yang masih terlihat sibuk.

“Kau mau kemana?” tanya Jung Ema kepada teman sekamarnya.

Moonie begitu terlihat rapi dan ia mengemasi semua barangnya. “Tentu saja pergi ke tempat praktek! Aku menunggumu dari tadi, tapi kau tidak segera datang. Jadi aku berkemas terlebih dahulu!”

“Bukankah kesepakatan kita besok? Kenapa kau begitu terburu-buru!?”

“Kau belum tahu yah, jadwal praktek kita di majukan sehari! Jadi, kita harus berangkat sore ini kesana! Aku kan sudah memberitahukanmu lewat pesan pendek! Jangan katakan kau belum melihatnya!”

Jung Ema dengan panik meraih ponselnya, “Ponselku mati...hhh~ baiklah,...kau mau menungguku? Aku akan membawa seperlunya saja, jika ada waktu senggang aku akan kembali ke sini lagi.”

Dengan sabar Moonie menunggui sahabatnya berkemas, sampai akhirnya ia bertanya sesuatu. “Kau sudah memberi tahu Taekwoon tentang ini kan?”

“Hmm.” Hanya suara itu yang terdengar dari Jung Ema, “Sejujurnya aku bingung harus bagaimana..aku masih tidak tahu, aku yang salah atau memang dia yang seperti itu.”

Monnie tidak bisa membantu banyak kali ini seperti dua tahun yang lalu, saat itu, jelas-jelas kesalahan terjadi pada Jung Ema. “Kau sudah mengajaknya membahas hal ini?” Moonie tampak menggantungkan kalimatnya.

“Moonie-ya, apakah menurutmu Cha Hakyeon memiliki perasaan terhadapku?”

“Kenapa kau mengalihkan pembicaraanku?”

Jung Ema kemudian segera mengunci kamar dan melangkah mendahului Moonie, ia tidak menjawab pertanyaan itu dan tidak lagi menuntut jawaban dari sahabatnya.

*****

Pukul 8 malam di sebuah kedai makanan sederhana.
“Taekwoon-a~ jadi menurutmu aku harus bagaimana? Apakah aku harus menerima kembali dia? Aku tidak mau lagi merasakan sakit hati....” gerutu seseorang yang menemani Taekwoon makan malam.

Taekwoon hanya melirik orang tersebut, ia hanya mengangguk pelan.

“Kenapa kau menyuruhku kembali bersamanya...kenapaaa...?!” orang ini mulai mabuk akibat terlalu banyak meminum Soju. Kemudian orang itu menatap Taekwoon cukup lama. “Kalau aku lihat, kau tampan juga....bagaimana jika aku menolak orang itu dan memulai hubungan baru denganmu?”


“Pulanglah, kau sudah mabuk.” Ucap Taekwoon setelah melahap suapan nasi terakhir. “Aku tidak mau bermasalah hanya karena menemanimu malam ini.”

Orang itu tampak berdiri dan memainkan rambutnya di hadapan Taekwoon. “Lihat aku....apa kekurangan seorang Kim Ah Young? Aku cantik,seksi, tubuhku bagus, aku pintar, aku setia...kau akan menyesal jika menolakku. Aku bisa memberikan semuanya kepadamu...Taekwoon-aaaa~”

Taekwoon menghampiri pemilik kedai dan membayar apa yang sudah ia beli, namun Ah Young kembali duduk dan menyandarkan kepalanya di meja. “Ah Young-ssi, maaf aku tidak mau mengantarkanmu pulang. Urusi dirimu sendiri.” Taekwoon kembali ke rumahnya, namun wanita yang lebih tua 3 tahun darinya mengikuti Taekwoon sampai akhirnya Taekwoon berubah haluan dan mengantarkan wanita itu ke apartemennya.

Wanita itu tampak sudah kehilangan kesadarannya ketika tubuhnya menghantam pelan tempat tidur yang empuk.

“Kau mau kemana Taekwoon-a...? Temani aku sebentar lagi....sebentar saja...1..2 menit lagi..”

Taekwoon melihat wanita itu menangis, sepertinya mantan kekasihnya membuat luka yang dalam kepada Ah Young.

*

Taekwoon kembali ke rumahnya, pukul setengah sepuluh malam. Ia memilih mengerjakan pekerjaannya di malam hari saja karena malam hari sepi dan lebih tenang. Namun ketenangan itu sedikit terusik karena kekasihnya. Semuanya berjalan baik, sampai akhirnya sesuatu hal membuatnya merenggang dengan Jung Ema.

#Flashback#

1 bulan yang lalu.
“Oppa, apa kau akan sering menjenggukku nanti? Aku tidak akan sebentar berada di lokasi praktek nanti....aku pasti akan merasa jenuh disana, karena tidak bisa sering bertemu denganmu!”

Taekwoon menghabiskan latte dan kemudian merangkul pundak kekasihnya. “Aku usahakan akan menemuimu disana nanti. Tapi kau tahu kan, kini aku menjadi seorang komposer lagu...aku akan sering aktif di malam hari, siang hari mungkin aku akan tidur...”

“Oppa, jangan bekerja terlalu keras! Aku tidak mau kau jatuh sakit...jika kau sakit, aku akan lebih tidak tenang lagi! Jika aku tidak tenang, nilaiku akan berantakan!”

Taekwoon memegang kepala kekasihnya pelan dan lembut, “Kau jangan terlalu merisaukan aku, Jung-ah~ aku akan baik-baik saja...justru aku yang mengkhawatirkan dirimu...kau begitu terlalu terobsesi dengan nilai yang bagus...aku khawatir jika kau akan kurang tidur disana.”

“Aku memikirkanmu setiap saat, bahkan ketika aku bermimpi...aku ingin memimpikan taman ini, ada dirimu, dan juga ada aku..jadi aku bisa melihat bagaimana aku begitu bahagia saat ini berada di sisimu.” Ujar Jung Ema sambil melebarkan tangan dan memuji taman dekat kampus yang begitu asri dan sepi. “Ku harap suatu saat aku bisa memimpikannya.”

Taekwoon tampak tersenyum senang, walaupun hanya sedikit menyunggingkan bibir namun itu adalah senyum bahagianya untuk mereka.

‘CUP’

Suara itu terdengar begitu cepat dan jelas, Jung Ema sempat mematung terkejut karena dengan tiba-tiba lelaki itu memberi kecupan kecil di pelipisnya.

Wajah Jung Ema tampak merona setelahnya, ia begitu tersipu malu meskipun hubungan mereka sudah berjalan cukup lama. Namun rona yang ia rasakan selalu sama, selalu berdebar, menggebu, dan begitu menggemaskan.

***

Suatu sore ketika Taekwoon baru melangkah seusai menjenguk Jung Ema di kampus.
“Taekwoon-aaa~ kenapa kau tidak mengangkat  telepon dariku? Tidak kah kau tahu aku begitu repot mengurusi paduan suara kita? Lagi pula, kenapa kau masih sempat saja menjenguknya disaat seperti ini! Dia bukan anak kecil lagi yang perlu kau jenguk setiap dua hari sekali!” ujar seorang wanita berpenampilan mewah yang menggunakan rok mini dan sepatu hak tinggi berwarna merah.

Sebenarnya Jung Ema sudah berlalu, namun karena suatu hal ia kembali untuk menemui Taekwoon. Ia hanya mematung dan mengamati wanita itu dari kejauhan. Orang itu berteriak-teriak seperti kesetanan.

“Aku tidak mau tahu, aku menambah jadwal latihan mereka menjadi 4 hari dalam seminggu! Berturut-turut! Dan aku harap kekasihmu tidak mengacaukan jadwal kita!”

“Kau tidak perlu mengurusi apa yang aku lakukan...aku tahu waktu dan aku tidak lari dari tanggung jawab. Dan jangan berteriak seperti itu di hadapanku, aku tidak suka.”

Wanita itu terlihat kesal, kemudian ia dengan mudahnya menarik Taekwoon untuk segera melatih sekumpulan anak SMP yang tergabung dalam kelompok paduan suara.

“Taekwoon Oppa!” teriak Jung Ema, namun mereka sudah agak menjauh dan tidak mendengarnya. “Jung Taekwoon!” percuma saja, pikirnya.

***

Sebenarnya Taekwoon selalu meluangkan waktu untuk kekasihnya, namun semenjak kejadian itu lelaki ini tak pernah terlihat menemui dan mengunjungi Jung Ema lagi. Taekwoon hanya memberikan kabar melalui pesan singkat, rutin, awalnya. Namun memasuki minggu pertama di bulan April, lelaki itu hanya mengirimkan sedikitnya 3 pesan dalam seminggu. Minggu berikutnya, hanya 1 pesan dalam seminggu, sampai akhirnya, tak satu pun pesan yang Jung Ema terima.

Tentunya Jung Ema selalu mengirimkan pesan kepada kekasihnya, namun itu benar-benar terasa hanya menjadi kegiatan rutin dari pihaknya tanpa ada respon apapun kecuali hanya pemberitahuan pesan terkirim saja.

“Kenapa kau memandangi ponselmu seperti itu, Ema?” tanya Cha yang baru ia kenal selama setahun terakhir ini. “Apakah sesuatu terjadi pada ponselmu?”

“Ah...tidak, ponselku dalam keadaan baik. Hanya saja, aku mengecek, bisa jadi ada pesan yang terlewat olehku.” Ema tau benar, tak ada satupun pesan yang terlewat olehnya. “Kurasa, kau selalu muncul ketika aku sedang merasa tidak baik. Hahaha...” tawanya untuk membuat suasana menjadi lebih akrab.

“Benarkah?...kalau begitu..jika kau memang sedang merasa tidak baik, bagaimana jika kita mengunjungi pameran ikan hias malam ini?”

“Pameran ikan hias yah...?” tanya Jung Ema kepada dirinya, kemudian ia menyimpan ponselnya di dalam tas. “Baiklah...kurasa melihat ikan hias tidak buruk.”

*****

“Taekwoon-a...kenapa kau bisa sampai salah membubuhkan lirik pada bagian ini? Ku mohon, waktu kita sudah tak banyak lagi!” Ah Young selalu begitu, membebankan semua hal kepada Taekwoon. Wanita ini adalah seorang produser musik, dan beberapa bulan yang lalu Taekwoon mencoba peruntungan di dalam perusahaan yang Ah Young kelola sebagai seorang komposer.

“Kau bisa memperbaikinya sendiri kan? Pekerjaanku masih begitu banyak...” ucapnya sedikit mengabaikan. “Lagi pula, bagian yang itu memang tidak kita pergunakan, jadi kau hanya tinggal mencoretnya dengan pena.”

Ah Young kemudian menutup notebook yang sedang di pergunakan Taekwoon, “Bisa tidak sekali saja kau menatapku ketika berbicara padaku? Kau selama ini kurang sopan kepadaku, ingat, meskipun kita sudah mengenal cukup lama, aku ini tetap atasanmu, Jung Taekwoon.”

“Baik aku minta maaf, Bos. Coret saja bagian yang itu, kita tidak mempergunakannya saat lomba nanti.” Taekwoon kembali membuka notebooknya dan meneruskan pekerjaannnya.

‘DDRRRTT...DDRRRRRTTTT..’

Taekwoon menyambar ponselnya, membuka pesan itu dan Ah Young juga menyambar ponsel itu. “Dia lagi? Jika kau membalas ini kau akan memperlambat pekerjaanmu!” kemudian Ah Young langsung menghapus pesan tersebut. Sebuah pesan dari Jung Ema.

“Kenapa kau selalu menguasai ponselku? Kau tidak seharusnya menghapus semua ini! Kau melakukan ini terus menerus kepadaku, Ah Young-a..”

Ah Young mengembalikan ponsel Taekwoon dan berdecak pinggang, “Dia ini, bukan gadis yang baik bagimu...pasti kau bertanya-tanya kan, kenapa aku berani mengatakan ini. Aku akan memberitahumu suatu saat nanti.”

Taekwoon sebenarnya tidak terlalu peduli dengan hal itu, namun ekspresi Ah Young mengapa tampak meyakinkannya...
#Flashback End#

*

“Haruskah aku mempercayainya? Atau aku harus memberi kabar kepada Ema?”

Taekwoon meraih ponsel dan melihat lama layarnya. Sebuah foto penuh kenangan antara dirinya dan juga Jung Ema. Saat ini semua apa yang sudah terjadi melintas, seperti terulang di kepalanya. Terutama saat ia benar-benar merasa sakit hati karena Jung Ema pernah ingin mengakhiri hubungan ini 2 tahun yang lalu.

Saat itu, ia sama sekali tidak ingin melepas Jung Ema. Ia begitu menyukai gadis sederhana itu, segala apa yang di lakukan Jung Ema menjadi hal yang menarik perhatiannya, terlebih lagi saat gadis itu tersenyum. “Senyum yang khas.”

Ia selama ini berusaha menjadi pasangan yang terbaik bagi Jung Ema, ia selalu mendukung apa yang menurutnya baik untuk Ema lakukan, ia melakukannya dengan tulus dan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan kekasihnya. Namun semenjak ia bekerja, ia menjadi agak terbatas ketika ingin menghabiskan waktu untuk kekasihnya. Terlebih apa yang Ah Young katakan beberapa hari yang lalu, membuatnya semakin ragu dengan Jung Ema.

“Dia melakukan hal ini lagi? Lagi? Atau ini hanya prasangka burukku saja? Haruskah aku mempercayai Jung Ema?”

Taekwoon meraih sebuah kotak kecil berwarna hijau muda yang ia letakkan di dalam tas kerjanya, “Haruskah cincin ini melingkar di jari manisnya?”

******

Moonie menyemprotan cairan pengusir nyamuk di sekitar dirinya dan juga Ema. “Kenapa nyamuk begitu banyak di tempat ini!”

“Mungkin aku harus memakannya satu persatu. Hhhh~” ujar Jung Ema yang semakin nampak kesal karena semua pesannya tak ada satu pun yang di respon oleh Taekwoon. “Jika aku mengirimkan pesan kepada Cha Hakyeon saat ini, apakah ia akan membalasnya? Bagaimana menurutmu?”

“Untuk apa? Bukankah itu sama saja kau memberikan harapan lebih kepadanya? Jangan sampai kau mengulangi kesalahan yang sama Jung.”

Jung Ema rebahan dan melihat kosong langit-langit kamar, “Aku tidak menyukainya, sama sekali tidak. Orang yang aku sukai hanya satu, namanya Jung Taekwoon.”

Moonie masuk ke dalam kantung tidurnya, “Meskipun kau tidak menyukai Cha, tapi di matanya, kau seperti menaruh harapan lebih. Jangan membuatnya salah paham terhadapmu. Kalau perlu, kau tanya padanya, Cha apakah kau menyukaiku? Jika iya, maafkan aku, tapi aku hanya menganggapmu sebatas teman berbagi.

“Aku sudah mengirimkannya.”

Moonie terkejut dan kepalanya terbentur dinding, “AUW! Kenapa kau kirimkan pesan itu kepadanya?!”

“Hngg? Kau ini bagaimana, kau sendiri tadi yang mengatakan hal itu kan? Jika aku perlu, aku harus bertanya kepadanya.”

Tak lama kemudian, sebuah pesan masuk dan Moonie merebut ponsel itu. 
“Cha membalas pesanmu, oh! Kau bisa membaca isi pikiranku yah? Hahha, aku juga minta maaf karena aku sudah sering mengajakmu jalan tanpa aku tahu statusmu. Tapi kita tetap berteman kan? Aku menyukai teman yang sepertimu! .... wow...Cha Hak Yeon. Haruskah aku membalasnya?”


Jung Ema memiringkan badannya, “Tentu saja.”

...semoga kita bertemu di dalam mimpi, Taekwoon-a.

***

Cha Hak Yeon tentu saja merasa kecewa. Namun ia merasa lega karena tidak lagi harus bertanya-tanya tentang statusnya dengan Jung Ema.

“Malam ini kau tidak makan malam lagi, Hakyeon?”

“Tidak, Nuna. Aku tidak selera. Aku rasa, aku tidak bisa meneruskannya lagi. Eugh! Badanmu beraroma Soju...berapa banyak kau minum?”

“Tidak banyak, tidak sampai membuatku pingsan. Oke, aku berpura-pura pingsan agar Taekwoon mengantarkanku ke apartemen, selepas ia pergi, aku ke sini.”

“Berhentilah seperti itu, Ah Young Nuna....Taekwoon tidak menyukaimu! Aku sudah tahu itu ketika pertama kali kau menceritakan dirinya padaku! Dia hanya menginginkan Ema seorang!”

Ah Young memukul kepala adik tirinya, “Sok tahu! Kau kan belum pernah bertemu dengannya! Jadi kau tidak tahu dia seperti apa! Awas saja jika suatu saat kau bongkar rencanaku ini kepadanya! Tapi aku merasa beruntung, kau tidak sempat mengenalnya. Meskipun kalian bersekolah di kampus yang sama, tapi kalian beda tahun ajaran. Padahal dia seumuran denganmu.”

Cha Hak Yeon meninggalkan Ah Young dengan fantasinya bersama Taekwoon. ...orang itu, selalu mencari orang yang lebih muda darinya untuk di ajak berkencan!

******

Berhari-hari sudah mereka semua sejenak melupakan tentang apa yang tengah terjadi, sampai Ah Young membuat keributan di salah satu klub malam. Entah bagaimana ceritanya, wanita ini akhirnya di gotong oleh Taekwoon menuju sebuah klinik. Ah Young harus mendapat 10 jahitan di pelipisnya.

“Aku tidak tahu jika kau saat itu tidak datang, Taekwoon-a...”

“Aku sudah pernah memberitahumu, jangan mencari masalah, apa lagi di klub malam.”

Decitan sepatu terdengar mendekat, “Nuna! Apa yang kau lakukan?!”

Taekwoon untuk pertama kalinya melihat sosok lelaki berleher jenjang itu. Orang itu adalah orang yang sama yang ia lihat di sebuah foto bersama kekasihnya. “Kau...ada hubungan apa kau dengan Ah Young?”

“Dia adikku, yang pernah aku ceritakan....aku pusing sekali..bisakah kalian membawaku pulang dari sini?”

Namun Taekwoon mengabaikan Ah Young yang nampak kesakitan itu dan membuat keributan kecil di sana. “Ada hubungan apa kau dengan Jung Ema? Kalian saling mengenal kan?”

Cha melihat Taekwoon dengan sinis, “Dia temanku, kenapa?”

Ah Young sudah tidak bisa mengontrol perdebatan antara dua lelaki itu.

“Kau menyukai Jung Ema kan? Kau sering mengajaknya jalan kan?” Taekwoon begitu terlihat marah dan kesal.

Cha menunjukkan ekspresi yang merendahkan, “Aku bisa membuatnya merasa senang dan bahagia, tentu saja, aku selalu memiliki waktu untuknya.” Sindiran itu membuat Taekwoon naik pitam.

“Jauhi Jung Ema..” ucapnya sambil mencengkram baju Cha Hakyeon. “Atau kau akan berurusan denganku.” Kemudian tidak lupa Taekwoon menyampaikan sesuatu kepada Ah Young, “Jangan pernah coba memisahkan aku dengan Jung Ema.” Kemudian ia pergi dengan amarah.

Ah Young merasa jengkel, “YA! Kenapa kau datang kesini!? Kau membongkar semuanya! Kau merusak rencanaku Cha Hak Yeon!”

******

1 minggu kemudian.
“Jadi, aku harus pulang, Moonie. Maaf ya meninggalkanmu sendiri disini. Aku benar-benar harus pulang...”

Moonie menepuk pundak sahabatnya, “Ku harap saat kau kembali ke sini, aku melihat Taekwoon mengantarmu. Bukan Cha yang sekarang menjemputmu seperti ini.”

Cha Hak Yeon menjemput Jung Ema dan mengantarkannya pulang kerumah untuk beberapa hari, Ema merasakan kesehatannya memburuk belakangan ini. “Tolong kau beritahu Taekwoon ya, jika aku mulai hari ini berada dirumah.., ponselku sudah berhari hari tidak aktif...”

Moonie mengangguk dan melepas Jung Ema yang terlihat pucat. Ia mencium sesuatu yang tidak beres dengan teman baru Jung Ema itu. Segera setelah itu ia menghubungi Taekwoon dan menceritakan semuanya, menceritakan apa yang Jung Ema selama ini rasakan. Sampai perihal tentang pesan singkat yang ia baca malam itu.

**

“Terima kasih sudah mengantarkan aku sampai rumah....hari sudah gelap..., kau yakin akan segera pulang? Aku merasa jadi tidak enak dengan mu Cha, kau sudah jauh-jauh datang ke tempat praktekku, dan sekarang harus mengantarkan aku jauh seperti ini.”

Cha sedikit meremas bahu gadis itu, “Aku senang bisa mengantarmu, lagi pula akses kendaraan umum dari sana ke sini kan agak sulit. Aku juga senang bisa bertemu denganmu lagi..”

“Oh, aku dengar, kakakmu mengalami insiden yah? Apakah dia baik-baik saja?”

Cha tertawa, “Dia tidak apa-apa. Dari mana....kau tahu tentang kabar ini?”

“Aku tidak sengaja membaca kabar dari jejaring sosial milik Moonie....aku membacanya dari teman Moonie, mereka menyebut melihat kakakmu mengalami insiden di klub malam. Tapi untung saja, ada seseorang yang segera membawanya ke klinik. Bukannya begitu?”

Cha terlihat sedikit panik, namun ia berpikir, Jung Ema tidak akan pernah tahu siapa yang sudah menolong Ah Young.

Cha terdiam sesaat, begitu pun Jung Ema yang menunggu lelaki itu sekedar menjawab atau pamitan. Namun ternyata Cha memeluk Jung Ema dan enggan melepasnya walaupun gadis itu sudah berusaha menolaknya.

“Cha...apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku..!”

Cha tidak menjawab, ia semakin mengunci pelukan itu. Semakin erat.

“Cha Hak Yeon! Lepas! LEPAS!!”

Jung Ema memberontak sampai ia hampir terpeleset jatuh, namun sebuah kalimat membuat semuanya berubah.

“Yang menyelamatkan kakakku, dia Jung Taekwoon.”

Gadis ini membeku, tidak perlu waktu lama untuk mencerna kalimat sederhana itu. “Kau jangan coba-coba mengarang cerita, Cha.”

Sebuah sinar lampu yang kuat menyinari mereka, sebuah mobil datang  dan parkir begitu saja di pekarangan berbatu milik Jung Ema.

“Oppa..!” begitu menyadari siapa  yang datang, Jung Ema melepaskan dirinya dari tubuh Cha.

“Oh, kau rupanya.” Ujar Cha sambil merapikan bajunya.

Taekwoon terlihat sesekali menunduk sambil mengepalkan tangan, sepertinya ia benar-benar ingin menghajar lelaki yang ada di hadapannya.

“Aku sudah katakan, jangan menemui Ema lagi.” Ucap Taekwoon masih pelan dan terkendali.

Cha hanya mengangguk, “Dia yang memanggilku, tentu aku datang! Kau, dimana kau saat dia membutuhkanmu? Kau selalu bersama dengan Ah Young kan?”

Jung Ema perlahan mulai kosong, dengan kondisi tubuh yang kurang fit ia harus melihat dua orang yang ia kenal harus mengalami konflik.

“Oppa...” gumamnya namun Taekwoon tampak serius dengan Cha.

“Kenapa? Kenapa kau tidak menyangkalnya, Taekwoon-ssi? Jadi kau membenarkan perkataanku kan? Kau selalu bersama Ah Young, menemaninya mabuk, mengantarkannya pulang, selalu menolongnya...selalu mendengarkannya...”

Taekwoon tidak memberi pembelaan, hal ini membuat Jung Ema semakin terasa tersambar hati dan perasaannya.

“Jadi, tidak salah kau memberikan aku kesempatan yang leluasa  untuk bisa bersama dengan Ema. Ku rasa, hatinya juga sudah berubah, ku rasa dia lebih bisa menerima kehadiranku sekarang.” Ujar Cha sambil menengok ke arah Ema.

Taekwoon, dengan pandang amarahnya menatap tajam ke arah Jung Ema. Tanpa kata.

Mulut gadis itu membuka dan menutup, ia bergetar tanpa alasan. Ia juga menangis, entahlah apa yang ia tangiskan, ia begitu terlihat rapuh seperti 2 tahun yang lalu, saat ia menangis di hadapan Taekwoon.

Di saat Cha lengah, Taekwoon meraih baju lelaki itu dan membantingnya ke tanah. Ia menghadiahi beberapa pukulan keras ke wajah Cha. Ia meluapkan kekesalannya selama ini yang dipendamnya.

‘BUUG! BUUG! BUUUGGHH!’

Begitu keras, namun Cha bangkit dan membalas perbuatan tersebut dengan meraih batu bata yang dapat ia jangkau.

‘BRAAAKK!’

Terdengar dorongan keras yang membuat tubuh Cha terlempar cukup jauh. “Tak kan ku biarkan kau melukai Taekwoon-ku, Cha Hak Yeon!!”

Jung Ema mendorong keras tubuh Cha dengan tubuhnya sesaat sebelum batu bata itu mendarat di kepala Taekwoon.

Jung Ema memegangi perutnya, ia merasakan penyakit lamanya kambuh, “Mulai sekarang, kita tidak lagi saling mengenal. Aku mau kau tidak menggangguku lagi. Jika kakakmu merasa ini tidak adil, suruh dia temui aku. Aku tidak ragu akan memukulnya seperti Taekwoon memukulmu.” Gadis itu mencampakkan Cha dan menarik Taekwoon masuk ke dalam rumah.

**

Setelah keadaan agak sedikit tenang, Taekwoon membuka percakapan. “Aku tidak suka kau berkawan dengan orang itu.”

“Aku minta maaf. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, kau tidak pernah lagi membalas semua pesanku...apa kau tidak rindu denganku, Oppa?”

Taekwoon memberikan pelukan dari belakang untuk kekasihnya, “Aku yang seharusnya meminta maaf padamu...dia terus menguasai ponselku, dia selalu membaca pesan darimu, dia juga selalu menghapusnya sebelum aku membacanya.”

“Kenapa kau membiarkan hal itu?”

Taekwoon menghela napas panjang, “Hhhh.....~ dia melakukan itu disaat aku benar-benar sibuk. Aku selalu meletakkan ponsel di samping notebookku..dia selalu meraihnya. Jadi, aku benar-benar minta maaf.”

Jung Ema sesaat diam, tidak menjawabnya. Ia tidak ingin meletupkan emosinya malam ini, cukup ia melihat amarah Taekwoon tadi.

“Ema...?” panggil Taekwoon pelan. “Apa kau tertidur?”

Sebenarnya Jung Ema tersenyum, ia merasa senang saat ini Taekwoon ada disisinya. Menurutnya ini adalah moment yang penting.

“Tidak...aku hanya lelah. Tapi aku merasa senang, aku bisa menghabiskan malam ini bersamamu...”

Taekwoon melepaskan pelukannya dan berpindah menghadap Ema, “Kau tidak marah kepadaku? Aku begitu melalaikanmu selama ini.”

Jung Ema menggeleng sembari tersenyum, “Masalah pesan yang di hapus oleh orang itu, aku tidak mau memperpanjangnya. Karena aku mempercayaimu, kau tidak akan meninggalkanku.”

“Bagaimana kau bisa begitu percaya kepadaku?”

Jung Ema hanya tersenyum, dia tidak bisa menjawab hal itu dengan terperinci. “Apa kau mempercayaiku, seperti aku percaya padamu?”

Taekwoon seperti tertegur dengan pertanyaan itu. Ia sempat tidak mempercayai Jung Ema. Namun sepertinya sekarang ia harus membuang jauh-jauh prasangka buruk itu. “Aku tidak ingin menutupi apapun mulai sekarang,....sejujurnya aku sering meragukanmu...aku selalu saja berpikir, kau memiliki orang lain yang kau sukai...mungkin aku trauma dengan hal yang terjadi pada kita 2 tahun yang lalu..semenjak itu, lama kelamaan aku selalu saja curiga, aku sering menanyakan keadaanmu melalui Moonie....aku juga selalu berusaha melakukan yang terbaik kepadamu selama ini, namun semenjak aku bekerja, aku merasa aku begitu buruk.....paranoid, itu yang membayangiku ketika aku tidak bersamamu. Aku sungguh takut, seseorang mengambil hatimu...”

Jung Ema sempat terkejut mendengar pengakuan seorang Jung Taekwoon, yang ia tahu selama ini, lelaki ini begitu jarang mengatakan hal apa yang ia rasakan. Namun malam ini, dia benar-benar mengatakannya secara gamblang.

“Gomawoyo, Taekwoon-a.” Ucap Jung Ema yang kemudian memeluk lelaki itu, lelaki ideal bagi dirinya. Sosok lelaki yang benar-benar jantan dan berani untuk mengakui segala macam bentuk kesalahan yang ia perbuat.

“Terima kasih karena kau telah membuatku menjadi lebih terbuka, aku ... lega.”

Setelah lelaki itu mengucapkannya, ia meraih kepala gadisnya dan mencium bibirnya. Sebuah ciuman dalam, yang penuh akan kerinduan.

***

Ia terbangun, suara-suara kicauan burung yang membuatnya tersadar.

“Mimpi apa semalam?” tanya sebuah suara yang mengejutkannya.

Jung Ema nampak mengingatnya ketika pelukan Taekwoon lebih erat ditubuhnya.

“...eung...aku rasa aku mimpi taman yang biasa kita datangi...tapi aku lupa sedang apa aku disana.” Jawab Ema dengan suara yang parau, kesadarannya belum kembali 100%.

“Benarkah?? Mungkin kau kesana untuk menerima ini....”

Taekwoon masih memeluk Jung Ema di tempat tidur, dengan perlahan ia memasukkan sebuah cincin di jari manis gadisnya.

Jung Ema sempat bingung, namun akhirnya ia benar-benar terbangun dan terduduk, dan juga mengangkat tangannya. “Cincin? CINCIN?” tanyanya berulang kali sampai Taekwoon tersenyum, tertawa tersipu malu.

Jung Ema menatap lelakinya tidak percaya, “Kau...kau.....kau me---melamarku?”

Taekwoon memandang lurus ke wajah Ema, “Mungkin bisa di sebut seperti itu. Karena kita sudah melewatkan malam pertama, jadi ku rasa, kau harus menikah denganku...” ucap lelaki itu dengan wajah yang merah merona.

“Tapi...kita kan hanya tidur....tidur biasa...?....Kita tidak ‘melakukannya’ kan?” Jung Ema memeriksa bajunya, ia merasakan pakaiannya masih lengkap menempel di badannya.

Taekwoon menundukkan kepalanya, ia tertawa, ia terlihat senang melihat Ema begitu panik. Kemudian ia berusaha mengatakan sesuatu yang cukup penting. “..aku tidak mau tahu, kau sudah melewati malam pertama denganku, aku meminta pertanggung jawaban darimu, Ema.”


“Sini kau Taekwoon-a!!!” teriaknya bahagia sambil memukulkan bantal ke tubuh lelaki itu.


TAMAT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar