Rabu, 29 Mei 2013

BLACK DECEMBER [FF-oneshot]



Tittle : Black December
Cast : Leo [VIXX] – Phia [OC] – Goo Hye Sun – Lee Changsub [BTOB]
Genre : Romantic Fantasy / Fantasy Love
Rated : 12+
Theme song : VIXX’s songs
Author : Ravla


-----------------------------------------


Suatu malam di bulan Desember....

YA! Oppa! Kenapa begitu lama? Jadi tidak?” ucap seorang gadis di tengah kegelapan malam, ia tengah menuju sebuah bioskop di kota, ia pergi di bawah langit mendung yang menaunginya.

“Oh, Phia! Nggh~ mianhae...tiba-tiba aku kehilangan moodku...lain kali saja yah..pulanglah...aku menunggumu dirumah!”

Phia kemudian menghentikan langkahnya dan menatap layar ponselnya. Kekecewaan mulai nampak di wajahnya, guntur menyapa dan ia mulai menemui titik-titik air yang jatuh dari langit kelam.

Oppa ini selalu saja seperti ini...jika bukan sepupuku aku akan......”

Sesuatu memotong kalimat Phia, dari tempatnya berdiri terlihat petir yang menyambar begitu cepat dan berwarna putih beberapa kilometer di depannya. Ia sempat terpana dengan listrik alam yang begitu besar itu. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sehelai bulu berwarna hitam jatuh dan kemudian memungutnya, menyimpannya di balik case ponselnya. Dan kemudian hujan mulai turun dengan deras.

“Ah! Hujan!” Phia menepi ke sebuah pelataran toko yang sudah tutup dan menunggu hujan mereda. Namun sepertinya air yang jatuh dari langit semakin banyak. Ia memandang layar ponselnya dan ia merasakan tenggorokannya tercekat, matanya mulai memerah.

“Ha~~~......kenapa begitu banyak air di tubuhku....~~~” ucap seseorang yang berjalan di tengah hujan lebat.

Shit!” umpat Phia pelan sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas. Seseorang yang tengah mabuk berat berjalan di tengah hujan dan ia melihat Phia lantas mendekatinya dengan wajah mesumnya.

Phia hanya diam dan mulai mengepalkan tangannya, pria asing itu mulai menaikkan tangannya untuk meraih Phia. Phia segera melayangkan tinju namun ternyata tangannya hanya memukul angin.

Phia melihat sesosok pria kurus tinggi dengan rambut gondrong mendorong pemuda yang mabuk itu ke jalanan sampai orang itu pontang panting, berdiri pun tidak sanggup.

“........” Phia tidak bisa jelas melihat wajah orang yang sudah menolongnya itu, namun ia masih waspada karena bisa saja orang yang menolongnya salah satu kawan dari pemuda yang mabuk tersebut.

Sosok itu berbalik dan menatap Phia, sayangnya lampu jalan bersinar terang tepat di belakang kepala pria itu sehingga Phia hanya bisa melihat siluet gelap.

“Ss-siapa...” belum selesai Phia berbicara, orang itu menarik lengan Phia dan berlari ke arah rumah. Anehnya, tanpa di sadari Phia, hujan sudah reda dan hanya meninggalkan rintik-rintik halus saja.

Mereka berlari cukup jauh untuk menuju rumah Phia, dan beberapa blok sebelum mereka sampai orang itu melepaskan genggaman tangannya.

“Eh? Kenapa?” tanya Phia yang masih berusaha melihat wajah orang itu dengan jelas, namun ia hanya mendapatkan siluetnya. Phia menunggu respon orang itu, namun ia tidak menjawab apa-apa dan pelan-pelan berjalan mundur.

Sinar remang-remang dari salah satu rumah orang menyinari wajah orang itu, ia tersenyum kepada Phia dan kemudian berjalan santai menjauhi gadis bermantel tebal itu.

“Tunggu! Tunggu!” Phia berusaha mengejarnya, namun seperti bayangan...orang itu entah menghilang kemana. “Ke mana orang tadi? Siapa dia? Kenapa ia tersenyum padaku? Aku bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih....”

*


Dengan terkulai lemas, Phia kembali ke rumah dan menghangatkan badan dengan membuat segelas teh hangat. Ia kembali menatap jauh ke arah luar. Hujan lebat kembali turun selepas orang yang menolongnya tadi menghilang.

“Kapan kamu pulang? Kenapa aku tidak mendengarnya?” ucap lelaki 22 tahun bernama Changsub, orang yang membatalkan janji begitu saja sejam yang lalu.

Phia merubah raut wajahnya sambil terus menghabiskan tehnya. Phia melihat sepupunya itu dari bayangan di cermin jendela, ia membuat segelas susu coklat lalu mendekati dirinya dan melihat wajah kesal itu dari samping.

“Oh? Kenapa wajahmu seperti itu? Kehujanan tadi yah? Atau tidak dapat taksi?”

Phia tidak menjawab pertanyaan bodoh itu, dia benar-benar kesal dengan orang yang ada di sampingnya. “Tolong cuci gelasku, aku mau tidur!” ucapnya sambil menyerahkan gelas kepada Changsub.

“Hei!” panggilan Changsub pun tak ia indahkan.

***

Sinar mentari yang menyilaukan mata menghangatkan pipinya, ia terbangun dan mengusap dahinya sehingga rambutnya tersibak tidak beraturan.

“....yang semalam itu apa yah?” tanyanya pada dirinya sendiri dengan mata yang masih setengah terbuka. Kemudian ia mendengar Changsub di lantai bawah sedang mengobrol dengan seseorang. “Oh? Ada tamu?” Phia bergegas bangun dan pergi melihat ke bawah.

“Phia!!!” teriak seorang wanita mungil berambut pendek yang kemudian memeluknya erat.

“Hyesun eonni? Bukannya masih sibuk di Belgia? Eonni-ya?”

Hyesun mengacak rambut Phia dan kemudian menariknya ke meja makan, “Mianhae Phia...aku pulang tidak memberitahumu dulu~ ...”

“Dia menelponku jam 3 dini hari dan menyuruhku menjemput ke bandara! Setengah mati aku mencari taksi!” Changsub terlihat sedikit kesal pada kakak perempuannya yang juga merupakan sepupu Phia.

“Changsub-a...apa kamu tidak rindu pada Nuna mu ini? Sudah hampir 5 tahun aku tidak bertemu denganmu! Bahkan kamu tidak memelukku!”

Changsub hanya terlihat senyum pahit kemudian ia pamit keluar pagi ini, entah kemana.

Eonni, ada masalah apa sampai pulang mendadak seperti ini?” Phia terlihat risau kepada sepupunya ini.

“Eh? Ah~ tidak aku baik-baik saja! Kontrak kerjaku disana sudah habis, makanya aku kembali ke sini...aku akan membuka galeri lukisan disini~ bantu aku nanti ya!”

Phia tidak menjawab, ia segera berlari ke arah kamar mandi karena ia ingin membasuh wajahnya. Phia hendak memutar knop pintu namun knop itu sudah berputar terlebih dahulu sebelum ia memutarnya.

“!!!!!!!”

Kedua orang itu tampak terkejut.

Eonni, siapa dia? Kenapa keluar dari dalam kamar mandiku?”

Hyesun tertawa kecil kemudian ia menarik Phia untuk bergeser beberapa langkah dari pria tinggi itu. “Mianhae Phia...dia temanku yang datang pagi ini..”

Pria itu menyodorkan tangannya ke arah Phia, “Leo.” Suaranya yang lembut membuat Phia sedikit terkejut.

“Ph—Phia....” sambut Phia dengan sedikit malu-malu kemudian Phia berlalu ke dalam kamar mandi.

‘KLEK.’ Phia mengunci kamar mandi dan menggenggam kencang kedua tangannya, “rasanya aku pernah melihat orang itu...tapi dimana ya...”

*

Beberapa jam kemudian Phia bersiap karena Hyesun mengajaknya berbelanja, mereka pergi tanpa Changsub. Hyesun bilang Changsub akan menemui mereka nanti di sebuah tempat makan. Phia masih penasaran dengan sikap Changsub belakangan ini...sudah 2 bulan ini hubungannya dengan Changsub terbilang mulai renggang. Entahlah, Phia belum menemukan titik terang apa pun mengenai sepupunya itu.

“Phia! Tolong ambilkan jaketku di kamar Changsub!” pinta Hyesun dari lantai bawah, mereka akan segera berangkat.

Tanpa berlama-lama Phia masuk kamar yang sudah lama tak ia masuki itu. Semua masih nampak sama, namun ada satu hal yang menarik perhatiannya. Meja Changsub dipenuhi dengan banyak maskot Winnie The Pooh. “Sejak kapan dia suka dengan figure seperti ini?” Phia tidak mau menyentuhnya, ia hanya masuk untuk mengambil jaket milik Hyesun dan kemudian turun dan pergi.

*

Ternyata semua figure mainan itu benar-benar mengusik batin Phia, ia duduk di kursi belakangan dengan resah. Ia pergi dengan Hyesun dan juga temannya itu, temannya yang aneh dan terkesan malas berbicara itu menyetir di balik kemudi dengan santai.

“Phia...,Phia!” bahkan panggilan Eonni-nya pun sempat terabaikan oleh Phia.

Ne Eonni? Waeyo?”

“Bagaimana Changsub selama bersamamu? Apakah dia masih suka ke klub malam? Kamu menjaganya dengan baik kan?”

Sebenarnya Phia agak risih dengan pertanyaan itu, karena hubungannya dengan laki-laki itu merenggang sekarang. “Oh...setiap malam dia sekarang dirumah, kadang-kadang teman kampusnya datang ke rumah untuk mengerjakan tugas...aku memaksanya untuk menghentikan kebiasaan buruknya menggigiti kuku.”

Good job girl!” Hyesun mengangkat jempol untuk Phia, dan Leo memandang Phia dari kaca spion mobil, kemudian fokus lagi dengan kemudinya.

`Kenapa orang itu memandangku seperti itu....emotless~...dia ini orang atau makhluk asing?`

Begitu mereka sampai dan berbelanja, ternyata Changsub datang lebih cepat dan ia terlihat begitu senang sampai merangkul Phia dan menggoyang-goyangkannya dengan keras.

YA~ jauhkan tanganmu dari pundakku!” dengan nada yang amat kesal Phia mengucapkan itu sampai Leo menoleh ke arahnya. Phia menatapnya sebentar lalu berlalu menjauh, ia begitu kesal karena Changsub mengikutinya.

“Changsubie! Ayo temani Nuna memilih buah!” Hyesun menariknya sebelum melihat Phia semakin kesal kepada adiknya itu. “Leo-a, tolong temani Phia sebentar ya!”

Phia berbalik hendak mengejar Hyesun namun mereka berlalu lebih cepat meninggalkannya berdua dengan Leo. Phia merasa canggung dan hanya bisa berdiri mematung sambil menundukkan kepala. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dengan laki-laki emotless itu.

*

Phia mendorong kereta belanja dengan pelan dan sambil mengamati orang jangkung yang sebenarnya wajahnya cukup tampan di bandingkan Changsub.

“Ah babo~ babo~....” kemudian tanpa ia sadari kata itu terlontar dari mulutnya, Phia memukul-mukul kepalanya pelan dengan kemoceng yang ia ambil di keranjangnya.

“Ada sushi disana, kamu mau mencobanya?” tanya Leo mengejutkan Phia dan begitu saja menarik keranjang belanja menedekati konter sushi gratis.

Phia terheran-heran melihat Leo yang begitu sibuk bertanya tentang sushi gratis itu, dan kemudian Leo mencicipi satu per satu dari 8 jenis sushi yang ada di hadapannya. “Kamu tidak mau mencoba ini? Enak.” Katanya.

Dengan tidak melepaskan pandangan ke pria itu, Phia mengambil satu roll sushi dan memakannya. Ia menguyahnya perlahan dan matanya tidak bisa lepas dar sosok pria tinggi itu.

“DORR!” dengan begitu tiba-tiba makanan yang belum ditelan semua oleh Phia tersangkut di tenggorokannya karena Changsub mengejutkannya dengan menepuk keras punggungnya sehingga sushi itu susah di telan oleh Phia.

“UHUK~ HUK~ UHUK UHUK~~~!”

Phia tersedak, dengan segera ia melihat Leo membuka salah satu air mineral dan memberikannya dengan tenang kepada Phia sambil terus mengelus lembut punggung gadis itu.

“Sudah?” tanyanya begitu tenang, namun Phia dapat melihat wajah Leo yang menyimpan sedikit kekhawatiran pada dirinya.

Phia mengangguk pelan sambil terus berusaha bernafas normal. Karena Changsub, semuanya menjadi hampir fatal. Bagaimana jika sushi itu tidak bisa terlelan ataupun di muntahkan Phia?

Nappeun namja!!!!” teriak Phia sambil terus memukuli badan Changsub yang berusaha menghindarinya.

“Ah mianhae, mianhae Phia....aku tidak tahu kamu sedang mengunyah sushi...”

Phia tidak menghentikan aksinya jika Leo tidak segera menarik lengan itu dan menjauhi Changsub.

***

Sudah hampir dua minggu berlalu semenjak insiden sushi itu, dan semenjak hari itu Leo selalu ada di saat ia sedang kesal dengan Changsub, Leo sering menghabiskan waktunya di rumah Hyesun dan semakin sering bertemu dengan Phia, namun sekarang keadaan menjadi terbalik. Phia akan kehilangan semua kata-kata ketika berada di sekitar Leo. Changsub sempat mempertanyakan hal itu namun Phia lebih memilih menyingkir dari pada harus terlihat perkelahian dengan sepupunya.

Suatu malam cerah di bulan Desember...
Phia keluar rumah dari jam 5 sore sampai larut, ia berkeliling kota seorang diri untuk menghibur diri dan mencari hal-hal menarik yang belum pernah ia dapatkan selama ini. Sampai ia dalam perjalanan pulang dengan membawa sebuah kandang berisi seekor anak kucing jantang berwarna hitam dan ia pulang melewati jalan dimana ia bertemu dengan laki-laki misterius berambut gondrong beberapa hari yang lalu.

“Ah, malam ini...sama seperti malam itu....”

Kemudian ia mendongakkan kepala dan melihat jajaran bintang begitu bersinar di langit malam. Sampai ia terusik karena anak kucing ini mendadak mengeong berisik dan seperti malam itu, seperti dejavu, di dekat kandang itu ada sehelai bulu berwarna hitam. Phia memungutnya dan menyimpannya di tempat yang sama seperti waktu itu; di balik case ponselnya. Dan kemudian anak kucing itu diam, kembali tenang.

Tak lama, terdengar langkah mendekat, Phia melihatnya, lalu mencari tempat untuk bersembunyi.

*

Gomawo Oppa. Aku akan mengajakmu makan malam di lain hari. Terima kasih untuk malam ini. Aku senang.”

“Benarkah? Aku juga berterima kasih karena kamu bersamaku sekarang...aku akan segera memberi tahu Nuna dan juga sepupuku mengenai hubungan kita. Mohon tunggu beberapa saat lagi..”

“Baiklah aku mengerti...aku pulang sekarang...bye~...”

Phia melihat Changsub menarik orang itu dan mencium kening orang itu. Perempuan dengan rambut panjang dan dandanan yang feminin.

Phia menutup mulutnya dengan tangannya, betapa terkejutnya ia ternyata selama ini yang membuat dirinya berjarak dengan Changsub adalah wanita itu. Hatinya remuk, ia merasa rapuh sekarang. Ia melihat Changsub berlalu menuju ke rumah dengan senyum dan tawa yang merekah.

`Kenapa Oppa tidak memberitahuku sejak awal...?’

Phia menarik napas panjang dan mencoba menenangkan dirinya sendiri, namun bagaimanapun ia tidak bisa menahan air matanya. Bergulir jatuh ke tanah, ia berbalik hendak menuju salah satu kedai untuk membeli sekotak teh namun langkahnya terhalang.

“Phia...”

“Ah? Leo-ssi? Ada apa, sedang apa malam-malam begini?” begitu terkejutnya Phia mendapati orang ini berada di dekatnya selarut ini. Tapi Leo menjauh dengan sedikit berlari. “Leo-ssi, mau kemana?”

Leo terus berlari, seolah mengajaknya bermain petak umpet. Sampai pada satu pemandangan yang tak kan bisa Phia lupakan. Senyum itu; sama seperti malam dimana hujan lebat mempertemukannya dengan pemuda berambut gondrong itu.

`Ah! Itu.....Leo-ssi?`

Phia mengejarnya sambil membawa anak kucing itu dengan mendekapnya aman, namun ia tidak tahu ke arah mana Leo berlari tadi. “Kemana sih orang itu...kenapa larinya cepat sekali...!?”

Pada akhirnya ia menyerah dan kembali pulang, namun sepertinya Hyesun dan Changsub sedang keluar sebentar. Phia tidak bisa masuk karena semenjak Eonni-nya pulang semua kunci di pegang oleh Hyesun.

Eonni! Oppa! Kalian di dalam?” namun hanya suara anak kucing itu yang menjawab ‘meow’. “Ah jeongmal...seharusnya aku membuat kunci duplikat tadi...”

“Hyesun Nuna menitipkan kunci rumah padaku.” Ucap Leo yang membuat Phia terkejut setengah mati sampai kepalanya membentur pintu rumah.

“OH! Leo-ssi kamu mengagetkan aku...tadi kemana, kenapa berlari meninggalkan aku? Lama-lama melihatmu seperti hantu saja...kamu bisa muncul di mana saja dan mengejutkan aku...”

Mianhada, Phia..” ucap Leo sambil membuka pintu dan mengangkat kandang anak kucing itu.

.....Dan malam ini hanya di lalui mereka berdua di rumah itu.

*

“Jadi, Leo-ssi suka kucing...?” Phia melihat Leo begitu sibuk dengan anak kucing hitam jantan itu.

Leo mengangguk, “Panggilanmu formal sekali..panggil Leo Oppa saja...”

Phia terkejut sampai menumpahkan biskuit di sofa yang ia duduki dan anak kucing itu memakannya sampai habis.

Wae?” tanya Leo pelan.

Phia tidak berani menatap Leo, ia memandang ke  arah dapur, ia merasa begitu kikuk dari awal bertemu dengan Leo. Entahlah, mungkin karena Leo yang jarang berbicara selama ini. Phia menggeleng kemudian membersihkan sisa biskuit yang berceceran di sofa.

“Bagaimana jika kita namai Katesai saja kucing ini...? Katesai...Sai...Katesai...” panggil Leo dengan menggendong anak kucing itu. Baru kali ini Phia melihat Leo yang tersenyum dan tertawa.

`Dia tersenyum.....tertawa....karena anak kucing ini...?`

“Apa kamu tidak suka dengan nama Katesai?” tanya Leo membuyarkan lamunan Phia.

“Katesai nama yang bagus...aku suka....suka....” ucap Phia kepada Leo, bukan menatap anak kucing itu namun memadangi Leo yang sibuk bercanda dengan anak kucing itu. “Ah babo~” gumamnya pelan kemudian berlalu sebentar ke kamarnya.

***

3 hari setelah Katesai hadir di rumah Phia.
Changsub melihat Nuna-nya dengan sembunyi-sembunyi. Ia menyampaikan kepada Phia juga tentang Haera, perempuan yang Phia lihat malam itu. Hyesun tampak kurang senang dengan tindakan adiknya yang sudah menyembunyikan hubungan ini selama kurang lebih satu bulan lamanya.

“Kenapa kamu tidak pernah memberitahu Phia tentang Haera? Sekarang aku mengerti kenapa Phia begitu terlihat kesal selama ini kepadamu.”

Eonni!”

“Kenapa? Benarkan apa yang aku bilang? Aku tahu, Phia menyukaimu sudah lama, tapi hanya kamu saja yang tidak pernah menyadarinya...itulah sebabnya aku kesal kepadamu Changsubie!”

Changsub menatap Phia, “Benar apa yang dikatakan Hyesun Nuna? Kamu selama ini menyukaiku diam-diam? Itu alasanmu kesal terhadapku?”

Phia bingung harus menjawab apa, ia hanya bisa mengelus lembut Katesai yang kemudian meronta dan berlari menuju pintu. Seseorang datang malam ini.

‘TING TONG.’

“Biar aku saja yang buka...” kata Changsub tetapi Phia mendahuluinya. “Hng? Kenapa bocah itu?”

“Oh~ Leo Oppa~....ada apa?”

Leo tampak sedikit tersenyum ketika melihat Katesai bermanjaan di kakinya.

“Leo Oppa katanya?” bisik Changsub kepada Hyesun dengan ekspresi yang begitu terkejut.

“Bisa kamu ikut denganku sebentar saja? Aku ingin menunjukkan sesuatu...”

*

Phia dan Leo pergi berdua saja untuk pertama kalinya semenjak mereka bertemu. Sepertinya Leo benar-benar tampak serius kali ini, dia mengemudi dengan kecepatan yang lumayan tinggi dan tampak resah.

Oppa....aku rasa Oppa perlu mengurangi kecepatan....atau kita berhenti sejenak? Sepertinya keadaanmu kurang fit....” Phia menyentuh lengan pria itu dengan rasa was-was di hatinya.

Mereka menepi di sebuah perbukitan sepi dan Leo berjalan ke atas bukit sambil menarik Phia. “Oppa~ Oppa...kenapa?”

Tiba di puncak  itu Leo tampak tidak bisa mengatur napasnya, ia terlihat tidak seperti biasanya, dan benar-benar tampak gelisah. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi....”

Phia kebingungan dengan sikap Leo yang tiba-tiba berubah drastis, “Aku tidak mengerti....apa Oppa sedang demam? Wajahmu tampak pucat....ayo aku antarkan ke dokter saja!”

Namun sebelum sempat Phia menarik Leo, tubuhnya terlanjur didekap.......

“Tolong jangan pergi....untuk malam ini saja...di sini.., bersamaku.”  Pinta Leo berbisik di telinga Phia dengan suara yang lemas dan tidak bertenaga.

“Leo Oppa.....apa yang sebenarnya terjadi...sejak malam itu, aku merasa ada yang lain. Orang yang menolongku ketika hujan lebat,...Oppa kan?” Phia memutar ingatannya kembali ke malam itu, malam dimana ia kecewa dengan Changsub.

Mianhae Phia...aku tidak bermaksud membuatmu menunggu selama ini...”

“Aku tidak mengerti..jelaskan padaku...”

Leo menatap Phia dalam, sepasang sayap hitam keluar dari punggung lelaki tinggi itu. “Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya padamu, tapi berjanjilah satu hal padaku...tunggu aku setelah hari ini. Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi...”

Phia tetap tidak mengerti dengan keadaan Leo, namun satu hal yang ia tahu; Leo akan segera pergi meninggalkannya, malam ini.

Neomu gomawo Oppa~....” ucap Phia begitu pilu sambil membelai halus wajah Leo yang tampak kesakitan itu, kemudian ia memeluknya dan berbisik.... “Saranghae.”


***

Lenyap,.... bulu bulu itu terhempas dari langit~  hitam...

***

Satu tahun untuk Katesai....
“Katesai! Katesai! Katesaiii ~....” panggil Changsub kepada kucing gemuk yang biasa bermain petak umpet bersamanya. “Katesai!”

“Katesai tidak mau bermain denganmu lagi, Oppa!” tegur Phia yang sedang menyiapkan makanan untuk kucing kesayangannya itu. “Dia lebih suka bermain dengan Haera~!”

`Bahkan aku tidak tahu, kenapa aku begitu menyukai kehadiran Haera dirumah ini...semenjak ia pergi, semuanya berubah...menjadi lebih baik.`

“Phia eonni ~ biar aku saja yang menyiapkan makanan Katesai..” ucap Haera merebut kantung makanan kucing dari tangan Phia. Sementara itu Phia berusaha menemukan Katesai di sekitar rumah namun tidak bisa menemukan kucing hitam itu.

“Katesai~ Katesai....Sai....~kemana bocah itu pergi?”

Phia terus melangkah di bawah sinar mentari terik, mencari kucing hitam yang manja dengan terus memanggilnya.

‘MEOW~’

“Ah Katesai! Kemarilah~ Katesai!”

Namun kucing itu duduk seperti menunggu Phia menghampirinya, di persimpangan jalan.

“Baiklah aku akan kesana Katesai!!” ucapnya tidak pernah seriang itu. Phia meraih Katesai dan menggendongnya kemudian, “Dasar kucing manja!” kemudian ia membelai lembut kepala Katesai. “Terima kasih Changsubie, sudah memanyungiku, aku......”

Seseorang yang tinggi, tampan dan tersenyum membawakan payung untuk Phia,....

“Apa kabar Katesai? Sudah besar rupanya...” ucap Leo mengelus perut Katesai lalu mengecup ringan pipi Phia.

‘MEOW, MEOOOW~’


TAMAT



* im sorry if i made lots typo here*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar