Tittle : Black December
Cast : Leo [VIXX] – Phia [OC] – Goo Hye
Sun – Lee Changsub [BTOB]
Genre : Romantic Fantasy / Fantasy
Love
Rated : 12+
Theme song : VIXX’s songs
Author : Ravla
-----------------------------------------
Suatu malam di bulan Desember....
“YA!
Oppa! Kenapa begitu lama? Jadi tidak?” ucap seorang gadis di tengah
kegelapan malam, ia tengah menuju sebuah bioskop di kota, ia pergi di bawah
langit mendung yang menaunginya.
“Oh,
Phia! Nggh~ mianhae...tiba-tiba aku kehilangan moodku...lain kali saja
yah..pulanglah...aku menunggumu dirumah!”
Phia kemudian menghentikan
langkahnya dan menatap layar ponselnya. Kekecewaan mulai nampak di wajahnya,
guntur menyapa dan ia mulai menemui titik-titik air yang jatuh dari langit
kelam.
“Oppa
ini selalu saja seperti ini...jika bukan sepupuku aku akan......”
Sesuatu memotong kalimat Phia, dari
tempatnya berdiri terlihat petir yang menyambar begitu cepat dan berwarna putih
beberapa kilometer di depannya. Ia sempat terpana dengan listrik alam yang
begitu besar itu. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sehelai bulu berwarna
hitam jatuh dan kemudian memungutnya, menyimpannya di balik case ponselnya. Dan kemudian hujan mulai
turun dengan deras.
“Ah! Hujan!” Phia menepi ke sebuah
pelataran toko yang sudah tutup dan menunggu hujan mereda. Namun sepertinya air
yang jatuh dari langit semakin banyak. Ia memandang layar ponselnya dan ia
merasakan tenggorokannya tercekat, matanya mulai memerah.
“Ha~~~......kenapa begitu banyak air
di tubuhku....~~~” ucap seseorang yang berjalan di tengah hujan lebat.
“Shit!”
umpat Phia pelan sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas. Seseorang yang
tengah mabuk berat berjalan di tengah hujan dan ia melihat Phia lantas
mendekatinya dengan wajah mesumnya.
Phia hanya diam dan mulai
mengepalkan tangannya, pria asing itu mulai menaikkan tangannya untuk meraih
Phia. Phia segera melayangkan tinju namun ternyata tangannya hanya memukul
angin.
Phia melihat sesosok pria kurus
tinggi dengan rambut gondrong mendorong pemuda yang mabuk itu ke jalanan sampai
orang itu pontang panting, berdiri pun tidak sanggup.
“........” Phia tidak bisa jelas
melihat wajah orang yang sudah menolongnya itu, namun ia masih waspada karena
bisa saja orang yang menolongnya salah satu kawan dari pemuda yang mabuk
tersebut.
Sosok itu berbalik dan menatap Phia,
sayangnya lampu jalan bersinar terang tepat di belakang kepala pria itu
sehingga Phia hanya bisa melihat siluet gelap.
“Ss-siapa...” belum selesai Phia
berbicara, orang itu menarik lengan Phia dan berlari ke arah rumah. Anehnya,
tanpa di sadari Phia, hujan sudah reda dan hanya meninggalkan rintik-rintik
halus saja.
Mereka berlari cukup jauh untuk
menuju rumah Phia, dan beberapa blok sebelum mereka sampai orang itu melepaskan
genggaman tangannya.
“Eh? Kenapa?” tanya Phia yang masih
berusaha melihat wajah orang itu dengan jelas, namun ia hanya mendapatkan
siluetnya. Phia menunggu respon orang itu, namun ia tidak menjawab apa-apa dan
pelan-pelan berjalan mundur.
Sinar remang-remang dari salah satu
rumah orang menyinari wajah orang itu, ia tersenyum kepada Phia dan kemudian
berjalan santai menjauhi gadis bermantel tebal itu.
“Tunggu! Tunggu!” Phia berusaha
mengejarnya, namun seperti bayangan...orang itu entah menghilang kemana. “Ke
mana orang tadi? Siapa dia? Kenapa ia tersenyum padaku? Aku bahkan belum sempat
mengucapkan terima kasih....”
*
Dengan terkulai lemas, Phia kembali
ke rumah dan menghangatkan badan dengan membuat segelas teh hangat. Ia kembali
menatap jauh ke arah luar. Hujan lebat kembali turun selepas orang yang
menolongnya tadi menghilang.
“Kapan kamu pulang? Kenapa aku tidak
mendengarnya?” ucap lelaki 22 tahun bernama Changsub, orang yang membatalkan
janji begitu saja sejam yang lalu.
Phia merubah raut wajahnya sambil terus
menghabiskan tehnya. Phia melihat sepupunya itu dari bayangan di cermin
jendela, ia membuat segelas susu coklat lalu mendekati dirinya dan melihat
wajah kesal itu dari samping.
“Oh? Kenapa wajahmu seperti itu?
Kehujanan tadi yah? Atau tidak dapat taksi?”
Phia tidak menjawab pertanyaan bodoh
itu, dia benar-benar kesal dengan orang yang ada di sampingnya. “Tolong cuci
gelasku, aku mau tidur!” ucapnya sambil menyerahkan gelas kepada Changsub.
“Hei!” panggilan Changsub pun tak ia
indahkan.
***
Sinar mentari yang menyilaukan mata
menghangatkan pipinya, ia terbangun dan mengusap dahinya sehingga rambutnya
tersibak tidak beraturan.
“....yang semalam itu apa yah?”
tanyanya pada dirinya sendiri dengan mata yang masih setengah terbuka. Kemudian
ia mendengar Changsub di lantai bawah sedang mengobrol dengan seseorang. “Oh?
Ada tamu?” Phia bergegas bangun dan pergi melihat ke bawah.
“Phia!!!” teriak seorang wanita
mungil berambut pendek yang kemudian memeluknya erat.
“Hyesun eonni? Bukannya masih sibuk di Belgia? Eonni-ya?”
Hyesun mengacak rambut Phia dan
kemudian menariknya ke meja makan, “Mianhae
Phia...aku pulang tidak memberitahumu dulu~ ...”
“Dia menelponku jam 3 dini hari dan
menyuruhku menjemput ke bandara! Setengah mati aku mencari taksi!” Changsub
terlihat sedikit kesal pada kakak perempuannya yang juga merupakan sepupu Phia.
“Changsub-a...apa kamu tidak rindu
pada Nuna mu ini? Sudah hampir 5
tahun aku tidak bertemu denganmu! Bahkan kamu tidak memelukku!”
Changsub hanya terlihat senyum pahit
kemudian ia pamit keluar pagi ini, entah kemana.
“Eonni,
ada masalah apa sampai pulang mendadak seperti ini?” Phia terlihat risau kepada
sepupunya ini.
“Eh? Ah~ tidak aku baik-baik saja!
Kontrak kerjaku disana sudah habis, makanya aku kembali ke sini...aku akan
membuka galeri lukisan disini~ bantu aku nanti ya!”
Phia tidak menjawab, ia segera
berlari ke arah kamar mandi karena ia ingin membasuh wajahnya. Phia hendak memutar
knop pintu namun knop itu sudah berputar terlebih dahulu sebelum ia memutarnya.
“!!!!!!!”
Kedua orang itu tampak terkejut.
“Eonni,
siapa dia? Kenapa keluar dari dalam kamar mandiku?”
Hyesun tertawa kecil kemudian ia
menarik Phia untuk bergeser beberapa langkah dari pria tinggi itu. “Mianhae Phia...dia temanku yang datang
pagi ini..”
Pria itu menyodorkan tangannya ke
arah Phia, “Leo.” Suaranya yang lembut membuat Phia sedikit terkejut.
“Ph—Phia....” sambut Phia dengan
sedikit malu-malu kemudian Phia berlalu ke dalam kamar mandi.
‘KLEK.’ Phia mengunci kamar mandi
dan menggenggam kencang kedua tangannya, “rasanya aku pernah melihat orang
itu...tapi dimana ya...”
*
Beberapa jam kemudian Phia bersiap
karena Hyesun mengajaknya berbelanja, mereka pergi tanpa Changsub. Hyesun
bilang Changsub akan menemui mereka nanti di sebuah tempat makan. Phia masih
penasaran dengan sikap Changsub belakangan ini...sudah 2 bulan ini hubungannya
dengan Changsub terbilang mulai renggang. Entahlah, Phia belum menemukan titik
terang apa pun mengenai sepupunya itu.
“Phia! Tolong ambilkan jaketku di
kamar Changsub!” pinta Hyesun dari lantai bawah, mereka akan segera berangkat.
Tanpa berlama-lama Phia masuk kamar
yang sudah lama tak ia masuki itu. Semua masih nampak sama, namun ada satu hal
yang menarik perhatiannya. Meja Changsub dipenuhi dengan banyak maskot Winnie
The Pooh. “Sejak kapan dia suka dengan figure seperti ini?” Phia tidak mau
menyentuhnya, ia hanya masuk untuk mengambil jaket milik Hyesun dan kemudian
turun dan pergi.
*
Ternyata semua figure mainan itu
benar-benar mengusik batin Phia, ia duduk di kursi belakangan dengan resah. Ia
pergi dengan Hyesun dan juga temannya itu, temannya yang aneh dan terkesan
malas berbicara itu menyetir di balik kemudi dengan santai.
“Phia...,Phia!” bahkan panggilan Eonni-nya pun sempat terabaikan oleh
Phia.
“Ne
Eonni? Waeyo?”
“Bagaimana Changsub selama
bersamamu? Apakah dia masih suka ke klub malam? Kamu menjaganya dengan baik
kan?”
Sebenarnya Phia agak risih dengan
pertanyaan itu, karena hubungannya dengan laki-laki itu merenggang sekarang.
“Oh...setiap malam dia sekarang dirumah, kadang-kadang teman kampusnya datang
ke rumah untuk mengerjakan tugas...aku memaksanya untuk menghentikan kebiasaan
buruknya menggigiti kuku.”
“Good
job girl!” Hyesun mengangkat jempol untuk Phia, dan Leo memandang Phia dari
kaca spion mobil, kemudian fokus lagi dengan kemudinya.
`Kenapa
orang itu memandangku seperti itu....emotless~...dia ini orang atau makhluk
asing?`
Begitu mereka sampai dan berbelanja,
ternyata Changsub datang lebih cepat dan ia terlihat begitu senang sampai
merangkul Phia dan menggoyang-goyangkannya dengan keras.
“YA~
jauhkan tanganmu dari pundakku!” dengan nada yang amat kesal Phia mengucapkan
itu sampai Leo menoleh ke arahnya. Phia menatapnya sebentar lalu berlalu
menjauh, ia begitu kesal karena Changsub mengikutinya.
“Changsubie! Ayo temani Nuna memilih buah!” Hyesun menariknya
sebelum melihat Phia semakin kesal kepada adiknya itu. “Leo-a, tolong temani
Phia sebentar ya!”
Phia berbalik hendak mengejar Hyesun
namun mereka berlalu lebih cepat meninggalkannya berdua dengan Leo. Phia merasa
canggung dan hanya bisa berdiri mematung sambil menundukkan kepala. Dia
benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dengan laki-laki emotless itu.
*
Phia mendorong kereta belanja dengan
pelan dan sambil mengamati orang jangkung yang sebenarnya wajahnya cukup tampan
di bandingkan Changsub.
“Ah babo~ babo~....” kemudian tanpa ia sadari kata itu terlontar dari
mulutnya, Phia memukul-mukul kepalanya pelan dengan kemoceng yang ia ambil di
keranjangnya.
“Ada sushi disana, kamu mau mencobanya?” tanya Leo mengejutkan Phia dan
begitu saja menarik keranjang belanja menedekati konter sushi gratis.
Phia terheran-heran melihat Leo yang
begitu sibuk bertanya tentang sushi
gratis itu, dan kemudian Leo mencicipi satu per satu dari 8 jenis sushi yang ada di hadapannya. “Kamu
tidak mau mencoba ini? Enak.” Katanya.
Dengan tidak melepaskan pandangan ke
pria itu, Phia mengambil satu roll sushi dan memakannya. Ia menguyahnya
perlahan dan matanya tidak bisa lepas dar sosok pria tinggi itu.
“DORR!” dengan begitu tiba-tiba
makanan yang belum ditelan semua oleh Phia tersangkut di tenggorokannya karena
Changsub mengejutkannya dengan menepuk keras punggungnya sehingga sushi itu
susah di telan oleh Phia.
“UHUK~ HUK~ UHUK UHUK~~~!”
Phia tersedak, dengan segera ia
melihat Leo membuka salah satu air mineral dan memberikannya dengan tenang
kepada Phia sambil terus mengelus lembut punggung gadis itu.
“Sudah?” tanyanya begitu tenang,
namun Phia dapat melihat wajah Leo yang menyimpan sedikit kekhawatiran pada dirinya.
Phia mengangguk pelan sambil terus
berusaha bernafas normal. Karena Changsub, semuanya menjadi hampir fatal.
Bagaimana jika sushi itu tidak bisa terlelan ataupun di muntahkan Phia?
“Nappeun
namja!!!!” teriak Phia sambil terus memukuli badan Changsub yang berusaha
menghindarinya.
“Ah mianhae, mianhae Phia....aku tidak tahu kamu sedang mengunyah sushi...”
Phia tidak menghentikan aksinya jika
Leo tidak segera menarik lengan itu dan menjauhi Changsub.
***
Sudah hampir dua minggu berlalu
semenjak insiden sushi itu, dan
semenjak hari itu Leo selalu ada di saat ia sedang kesal dengan Changsub, Leo
sering menghabiskan waktunya di rumah Hyesun dan semakin sering bertemu dengan
Phia, namun sekarang keadaan menjadi terbalik. Phia akan kehilangan semua kata-kata
ketika berada di sekitar Leo. Changsub sempat mempertanyakan hal itu namun Phia
lebih memilih menyingkir dari pada harus terlihat perkelahian dengan sepupunya.
Suatu malam cerah di bulan
Desember...
Phia keluar rumah dari jam 5 sore
sampai larut, ia berkeliling kota seorang diri untuk menghibur diri dan mencari
hal-hal menarik yang belum pernah ia dapatkan selama ini. Sampai ia dalam
perjalanan pulang dengan membawa sebuah kandang berisi seekor anak kucing
jantang berwarna hitam dan ia pulang melewati jalan dimana ia bertemu dengan
laki-laki misterius berambut gondrong beberapa hari yang lalu.
“Ah, malam ini...sama seperti malam
itu....”
Kemudian ia mendongakkan kepala dan
melihat jajaran bintang begitu bersinar di langit malam. Sampai ia terusik karena
anak kucing ini mendadak mengeong berisik dan seperti malam itu, seperti
dejavu, di dekat kandang itu ada sehelai bulu berwarna hitam. Phia memungutnya
dan menyimpannya di tempat yang sama seperti waktu itu; di balik case ponselnya. Dan kemudian anak kucing
itu diam, kembali tenang.
Tak lama, terdengar langkah mendekat,
Phia melihatnya, lalu mencari tempat untuk bersembunyi.
*
“Gomawo
Oppa. Aku akan mengajakmu makan malam di lain hari. Terima kasih untuk
malam ini. Aku senang.”
“Benarkah? Aku juga berterima kasih
karena kamu bersamaku sekarang...aku akan segera memberi tahu Nuna dan juga sepupuku mengenai hubungan
kita. Mohon tunggu beberapa saat lagi..”
“Baiklah aku mengerti...aku pulang
sekarang...bye~...”
Phia melihat Changsub menarik orang
itu dan mencium kening orang itu. Perempuan dengan rambut panjang dan dandanan
yang feminin.
Phia menutup mulutnya dengan
tangannya, betapa terkejutnya ia ternyata selama ini yang membuat dirinya
berjarak dengan Changsub adalah wanita itu. Hatinya remuk, ia merasa rapuh
sekarang. Ia melihat Changsub berlalu menuju ke rumah dengan senyum dan tawa
yang merekah.
`Kenapa
Oppa tidak memberitahuku sejak awal...?’
Phia menarik napas panjang dan
mencoba menenangkan dirinya sendiri, namun bagaimanapun ia tidak bisa menahan
air matanya. Bergulir jatuh ke tanah, ia berbalik hendak menuju salah satu
kedai untuk membeli sekotak teh namun langkahnya terhalang.
“Phia...”
“Ah? Leo-ssi? Ada apa, sedang apa malam-malam begini?” begitu
terkejutnya Phia mendapati orang ini berada di dekatnya selarut ini. Tapi Leo
menjauh dengan sedikit berlari. “Leo-ssi,
mau kemana?”
Leo terus berlari, seolah
mengajaknya bermain petak umpet. Sampai pada satu pemandangan yang tak kan bisa
Phia lupakan. Senyum itu; sama seperti malam dimana hujan lebat
mempertemukannya dengan pemuda berambut gondrong itu.
`Ah!
Itu.....Leo-ssi?`
Phia mengejarnya sambil membawa anak
kucing itu dengan mendekapnya aman, namun ia tidak tahu ke arah mana Leo
berlari tadi. “Kemana sih orang itu...kenapa larinya cepat sekali...!?”
Pada akhirnya ia menyerah dan
kembali pulang, namun sepertinya Hyesun dan Changsub sedang keluar sebentar.
Phia tidak bisa masuk karena semenjak Eonni-nya
pulang semua kunci di pegang oleh Hyesun.
“Eonni!
Oppa! Kalian di dalam?” namun hanya suara anak kucing itu yang menjawab
‘meow’. “Ah jeongmal...seharusnya aku
membuat kunci duplikat tadi...”
“Hyesun Nuna menitipkan kunci rumah padaku.” Ucap Leo yang membuat Phia
terkejut setengah mati sampai kepalanya membentur pintu rumah.
“OH! Leo-ssi kamu mengagetkan aku...tadi kemana, kenapa berlari
meninggalkan aku? Lama-lama melihatmu seperti hantu saja...kamu bisa muncul di
mana saja dan mengejutkan aku...”
“Mianhada,
Phia..” ucap Leo sambil membuka pintu dan mengangkat kandang anak kucing itu.
.....Dan malam ini hanya di lalui
mereka berdua di rumah itu.
*
“Jadi, Leo-ssi suka kucing...?” Phia melihat Leo begitu sibuk dengan anak
kucing hitam jantan itu.
Leo mengangguk, “Panggilanmu formal
sekali..panggil Leo Oppa saja...”
Phia terkejut sampai menumpahkan
biskuit di sofa yang ia duduki dan anak kucing itu memakannya sampai habis.
“Wae?”
tanya Leo pelan.
Phia tidak berani menatap Leo, ia
memandang ke arah dapur, ia merasa
begitu kikuk dari awal bertemu dengan Leo. Entahlah, mungkin karena Leo yang
jarang berbicara selama ini. Phia menggeleng kemudian membersihkan sisa biskuit
yang berceceran di sofa.
“Bagaimana jika kita namai Katesai
saja kucing ini...? Katesai...Sai...Katesai...” panggil Leo dengan menggendong
anak kucing itu. Baru kali ini Phia melihat Leo yang tersenyum dan tertawa.
`Dia
tersenyum.....tertawa....karena anak kucing ini...?`
“Apa kamu tidak suka dengan nama
Katesai?” tanya Leo membuyarkan lamunan Phia.
“Katesai nama yang bagus...aku
suka....suka....” ucap Phia kepada Leo, bukan menatap anak kucing itu namun
memadangi Leo yang sibuk bercanda dengan anak kucing itu. “Ah babo~” gumamnya pelan kemudian berlalu
sebentar ke kamarnya.
***
3 hari setelah Katesai hadir di
rumah Phia.
Changsub melihat Nuna-nya dengan sembunyi-sembunyi. Ia
menyampaikan kepada Phia juga tentang Haera, perempuan yang Phia lihat malam
itu. Hyesun tampak kurang senang dengan tindakan adiknya yang sudah
menyembunyikan hubungan ini selama kurang lebih satu bulan lamanya.
“Kenapa kamu tidak pernah memberitahu
Phia tentang Haera? Sekarang aku mengerti kenapa Phia begitu terlihat kesal
selama ini kepadamu.”
“Eonni!”
“Kenapa? Benarkan apa yang aku
bilang? Aku tahu, Phia menyukaimu sudah lama, tapi hanya kamu saja yang tidak
pernah menyadarinya...itulah sebabnya aku kesal kepadamu Changsubie!”
Changsub menatap Phia, “Benar apa
yang dikatakan Hyesun Nuna? Kamu
selama ini menyukaiku diam-diam? Itu alasanmu kesal terhadapku?”
Phia bingung harus menjawab apa, ia
hanya bisa mengelus lembut Katesai yang kemudian meronta dan berlari menuju
pintu. Seseorang datang malam ini.
‘TING TONG.’
“Biar aku saja yang buka...” kata
Changsub tetapi Phia mendahuluinya. “Hng? Kenapa bocah itu?”
“Oh~ Leo Oppa~....ada apa?”
Leo tampak sedikit tersenyum ketika
melihat Katesai bermanjaan di kakinya.
“Leo Oppa katanya?” bisik Changsub kepada Hyesun dengan ekspresi yang
begitu terkejut.
“Bisa kamu ikut denganku sebentar
saja? Aku ingin menunjukkan sesuatu...”
*
Phia dan Leo pergi berdua saja untuk
pertama kalinya semenjak mereka bertemu. Sepertinya Leo benar-benar tampak
serius kali ini, dia mengemudi dengan kecepatan yang lumayan tinggi dan tampak
resah.
“Oppa....aku
rasa Oppa perlu mengurangi
kecepatan....atau kita berhenti sejenak? Sepertinya keadaanmu kurang fit....”
Phia menyentuh lengan pria itu dengan rasa was-was di hatinya.
Mereka menepi di sebuah perbukitan
sepi dan Leo berjalan ke atas bukit sambil menarik Phia. “Oppa~ Oppa...kenapa?”
Tiba di puncak itu Leo tampak tidak bisa mengatur napasnya,
ia terlihat tidak seperti biasanya, dan benar-benar tampak gelisah. “Aku tidak
bisa menunggu lebih lama lagi....”
Phia kebingungan dengan sikap Leo
yang tiba-tiba berubah drastis, “Aku tidak mengerti....apa Oppa sedang demam? Wajahmu tampak pucat....ayo aku antarkan ke dokter
saja!”
Namun sebelum sempat Phia menarik
Leo, tubuhnya terlanjur didekap.......
“Tolong jangan pergi....untuk malam
ini saja...di sini.., bersamaku.” Pinta
Leo berbisik di telinga Phia dengan suara yang lemas dan tidak bertenaga.
“Leo Oppa.....apa yang sebenarnya terjadi...sejak malam itu, aku merasa
ada yang lain. Orang yang menolongku ketika hujan lebat,...Oppa kan?” Phia memutar ingatannya kembali ke malam itu, malam
dimana ia kecewa dengan Changsub.
“Mianhae
Phia...aku tidak bermaksud membuatmu menunggu selama ini...”
“Aku tidak mengerti..jelaskan
padaku...”
Leo menatap Phia dalam, sepasang
sayap hitam keluar dari punggung lelaki tinggi itu. “Aku tidak punya waktu
untuk menjelaskannya padamu, tapi berjanjilah satu hal padaku...tunggu aku setelah
hari ini. Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi...”
Phia tetap tidak mengerti dengan
keadaan Leo, namun satu hal yang ia tahu; Leo akan segera pergi
meninggalkannya, malam ini.
“Neomu
gomawo Oppa~....” ucap Phia begitu pilu sambil membelai halus wajah Leo
yang tampak kesakitan itu, kemudian ia memeluknya dan berbisik.... “Saranghae.”
***
Lenyap,.... bulu bulu itu terhempas dari langit~ hitam...
***
Satu tahun untuk Katesai....
“Katesai! Katesai! Katesaiii ~....”
panggil Changsub kepada kucing gemuk yang biasa bermain petak umpet bersamanya.
“Katesai!”
“Katesai tidak mau bermain denganmu
lagi, Oppa!” tegur Phia yang sedang menyiapkan makanan untuk kucing
kesayangannya itu. “Dia lebih suka bermain dengan Haera~!”
`Bahkan
aku tidak tahu, kenapa aku begitu menyukai kehadiran Haera dirumah
ini...semenjak ia pergi, semuanya berubah...menjadi lebih baik.`
“Phia eonni ~ biar aku saja yang menyiapkan makanan Katesai..” ucap Haera
merebut kantung makanan kucing dari tangan Phia. Sementara itu Phia berusaha
menemukan Katesai di sekitar rumah namun tidak bisa menemukan kucing hitam itu.
“Katesai~ Katesai....Sai....~kemana
bocah itu pergi?”
Phia terus melangkah di bawah sinar
mentari terik, mencari kucing hitam yang manja dengan terus memanggilnya.
‘MEOW~’
“Ah Katesai! Kemarilah~ Katesai!”
Namun kucing itu duduk seperti
menunggu Phia menghampirinya, di persimpangan jalan.
“Baiklah aku akan kesana Katesai!!”
ucapnya tidak pernah seriang itu. Phia meraih Katesai dan menggendongnya
kemudian, “Dasar kucing manja!” kemudian ia membelai lembut kepala Katesai.
“Terima kasih Changsubie, sudah memanyungiku, aku......”
Seseorang yang tinggi, tampan dan
tersenyum membawakan payung untuk Phia,....
“Apa kabar Katesai? Sudah besar
rupanya...” ucap Leo mengelus perut Katesai lalu mengecup ringan pipi Phia.
‘MEOW, MEOOOW~’
TAMAT
* im sorry if i made lots typo here*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar