Rabu, 17 April 2013

HER [one shot-FF]


Tittle : HER
Cast : Lee Gikwang (B2ST) – Peniel (BTOB) – Sandeul (B1A4)
Genre : Thriller / Mystery
Rated : 13+
Author : Ravla

------

“Ah Hyung ~ aku tidak suka ini, ganti, ganti saja....” dengan sibuknya Peniel bersama Sandeul sedang berkutat dengan iPad, memilih sebuah clothing line yang terpercaya di situs jejaring sosial. Dua bocah ini amat gemar berbelanja online dan sepertinya mereka tidak takut terkena kasus penipuan.

Tak lama kemudian, seseorang yang kekar dan di kagumi banyak gadis datang menghampiri mereka di sebuah kedai makan. Ia terlambat 30 menit, dan itu sudah menjadi kebiasaanya. “Mianhae, aku telat lagi...aku dapat pelajaran tambahan dari dosen tadi.”

“Gikwang Hyung, lihat ini, bagus tidak?” tanya Sandeul sambil merebut iPad itu dari tangan Peniel. “Menurutmu cocok tidak untukku?” Sandeul menunjukkan jaket bermotif macan tutul.

“Hmm? Mau belanja online lagi? Kalian ini~ sampai kapan menghabiskan uang tidak jelas begitu? Peniel, sudah pesan makanan?”

Peniel menggeleng pelan, ia belum terlalu akrab dengan Gikwang. Baru dua bulan mereka berkenalan, dan itu pun karena Sandeul yang mengenalkannya. “Hyung mau pesan apa?”

Gikwang melihat daftar menu makanan dan melihatnya satu persatu, sedangkan Sandeul tidak peduli, ia masih sibuk browsing benda kesukaannya di internet.

“Peniel! Bagaimana jika ini? Kamu suka?”

Peniel melihat sebuah topi bermotifkan tengkorak, dan ia pun menggeleng. “Tidak bagus, menyeramkan menurutku...coba carilah topi yang berwarna ceria, Hyung! Akan aneh jika orang sepertimu menggunakan topi hitam begitu.”

“Oh? Benarkah?” kemudian Sandeul meraih sebuah cermin dari dalam saku jeansnya dan sibuk dengan benda itu. “Peniel-a, aku mau makan steak. Hot Steak.”

Peniel menuliskan pesanan Sandeul di sebuah kertas dan menyerahkannya pada Gikwang. “Sandeul-ya, tidak bosan makan steak? Sepertinya kamu sudah mengorder makanan itu selama seminggu berturut-turut...” Gikwang memastikannya dengan mengecek bill yang ia bayar selama 5 hari kemarin, “lihatlah! Dari hari Selasa kamu hanya memesan hot steak dan ice lemon tea!”

Sandeul memasang wajah polosnya, “Benarkah? Aku sama sekali tidak ingat~....lagipula selama tidak beracun, tidak masalah kan?”

“....Mungkin nanti malam Sandeul Hyung akan berubah jadi seekor sapi...” ucap Peniel yang kemudian ia mendapat sebuah pukulan cukup keras dari Sandeul.

“Sandeul, aku dengar ada seseorang yang mencarimu? Apakah itu benar?” tanya Gikwang usai mencuci tangannya dengan cairan antiseptik. “Tadi, aku bertemu seseorang dan dia menitipkan ini padaku.” Gikwang memberikan sebuah amplop putih.


Sandeul yang begitu antusias, langsung merebutnya dan mengharapkan surat pengakuan cinta, namun ia kecewa. Amplop itu kosong. “EH? Kosong?” Sandeul sampai membaliknya untuk memastikan amplop itu benar-benar kosong. “Siapa Hyung? Apa aku mengenalnya?”

Gikwang mencoba mengingatnya, “Aku tidak yakin, karena orang itu memakai masker dan syal yang menutupi wajahnya, aku hanya melihat matanya, itu pun dengan make-up dan lensa kontak. Ia memakai topi dan yang terlihat hanya rambut poninya...”

“Bajunya seperti apa?” tanya Peniel. “Apakah dia seorang perempuan?”

“Tentu saja perempuan! Dia memakai terusan baju hangat juga jeans dan sepatu boots....aku tidak bisa mengenalinya.”

Sandeul tampak berfikir, karena semalam ini dia amat jarang dekat dengan teman perempuannya. “Aku tidak pernah punya teman yang berdandan seperti itu, atau jangan-jangan aku punya penggemar rahasia?” Sandeul mulai ke-GR-an.

Peniel dan Gikwang saling melempar pandang, tidak lama kemudian pesanan mereka telah siap dihidangkan.

*

`Aku punya penggemar rahasia? Ah, aku masih tidak yakin...apa orang itu lupa memasukkan suratnya?` Sandeul terus saja memperhatikan amplop putih sementara yang lainnya sedang asyik berbincang tentang baseball.

“Hyung, sudahlah..! Mungkin besok orang itu akan menemui Gikwang Hyung lagi..lagi pula, mungkin orang itu beruntung menyukai Hyung!” ucap Peniel.

“Apa maksudmu?”

“Mungkin kalian akan berbagi cermin dan sisir.” Kemudian tawa Gikwang dan Peniel lepas dan meninggalkan Sandeul di belakang seorang diri. “Ayolah Hyung, atau kita akan ketinggalan pertandingannya!” teriak Peniel yang sudah hampir memasuki gate stadion.

**

Sore ini dengan semangat yang berapi-api, Gikwang menuju bengkel pribadinya untuk mereparasi mobil milik Peniel, dan ia lagi-lagi ditemui oleh seorang perempuan.

“Gikwang-ssi!” panggil perempuan yang menggunakan kostum cosplay anime itu. “Tunggu!”

Dengan bingung, Gikwang di hampiri oleh perempuan itu. “Nuguseyo?” tanyanya.

Cosplay Sailor Moon itu hanya tersenyum dan kemudian memberikan sebuah kertas pada Gikwang. “Aku rasa Peniel-ssi membutuhkan itu. Tolong berikan padanya.”

YA Sailor Moon! Cepat, kita sudah terlambat 15 menit!” panggil teman sesama cosplaynya dari dalam mini van. Cosplay itu meninggalkan Gikwang tanpa memberikan sebuah identitas yang jelas.

“Tunggu! Aku harus katakan ini dari siapa?!” percuma saja, cosplay itu sudah berlalu bersama teman-temannya. “Kenapa dua hari belakangan ini terasa begitu aneh?”

*

Peniel juga sama bingungnya seperti Sandeul kemarin, ia hanya menerima kertas yang kosong itu. Tanpa motif dan tanpa garis, hanya selembar kertas HVS biasa.

“Kenapa ini juga kosong? Hyung bilang, perempuan itu berdandan ala Sailor Moon? Cosplay? Aku tidak pernah punya teman cosplayer....atau mungkin ini untuk Sandeul Hyung?”

Gikwang yang sibuk berbaring di bawah mobil itu tidak menjawab, yang terdengar hanya dentingan peralatan montir.

“Kalau begitu, jangan katakan pada Sandeul jika aku mendapat kertas ini. Ok Hyung?”

“HMM!” jawabnya sambil terus konsentrasi dengan pekerjaannya.

“Yeorobun~ Sandeul is cominnggg~!” ucap pemuda itu riuh seperti bebek. “Kalian kenapa tidak memberitahuku jika sedang ada disini? Gikwang Hyung!” panggilnya.

“Lalu siapa yang memberitahumu jika kami sedang disini?” tanya Peniel yang baru saja menyimpan kertas itu.

“Tentu saja aku punya mata-mata ~...... ah tidak tidak! Aku hanya  bercanda! Aku mencari kalian melalui GPS ku! Canggihkan? Oh, bagaimana dengan perempuan yang menghampirimu kemarin? Apakah datang lagi?” tanya Sandeul begitu penasaran kepada Gikwang.

“Aniya!”

Kemudian Sandeul memandang Peniel, “Benarkah?”

Peniel hanya mengangkat bahunya, “Jangan tanya aku, jika gadis itu menemuiku pasti sudah ku sandera dia agar bisa Hyung temui.”

Tampak ekspresi kecewa dari wajah yang menyerupai bebek itu, lalu Peniel menghiburnya dengan mengajaknya bermain puzzle.

**

`Amplop tanpa isi...bisa saja pernyataan cinta melalui udara...Love Air...aku pernah membacanya di manga Jepang....dan kertas yang aku terima sore tadi...sungguh aku tidak mengerti .... lagipula kata Gikwang Hyung, orang itu memakai kostum cosplay...aaahhh siapa, siapa?!`

Peniel begitu gusar memikirkan orang di balik kertas HVS putih, begitu halnya dengan Sandeul yang masih membolak balik amplop kosongnya.

`Jinjja?.....baru kali ini hanya sebuah amplop kosong membuatku tidak bisa tidur selama 2 malam! Aku begitu penasaran dengan pemberi amplop ini....apakah aku mengenal orang itu? Atau ini hanya sebagian aksi untuk mengerjaiku saja...? Apa benar Gikwang Hyung tidak bertemu dengan orang itu lagi, hari ini?`

**

Dua hari kemudian, masalah tentang amplop dan kertas itu bak tertelan bumi. Baik Sandeul dan Peniel sama sekali tidak pernah membahasnya lagi dengan Gikwang. Awalnya Gikwang tidak bermasalah dengan itu, namun ia rasa ada seseorang yang mengawasi mereka dari kejauhan.

“Hyung, .....” panggil Peniel ketika Sandeul sedang berkonsentrasi pada karya seninya di perpustakaan. “Hyuuuung~~~....” bisiknya sekali lagi sampai batang korek api yang Sandeul susun roboh juga.

“Arrgghhh! Apa sih?” jawab Sandeul kesal dan tetap membelakangi Peniel.

“Gikwang Hyung, berbicara pada seorang perempuan di depan perpustakaan.” Ucapan Peniel membuat Sandeul mengacuhkan korek apinya.

Mereka berdua fokus memperhatikan siapa perempuan yang menemui Gikwang, namun begitu tahu, mereka berdua begitu kecewa.

“Hyung, mukanya berubah jadi bebek lagi tuh.”

Sandeul hanya meniup wajah Peniel dengan kencang lalu kembali menyusun batang-batang korek api yang berantakan itu. “Aku kira seorang yang cantik dan seksi....itu kan Cuma kutu buku teman satu jurusannya.”

Peniel duduk berlawanan dengan Sandeul dan mencoba membahas tentang amplop, “Jadi...sampai sekarang masih tidak mengerti dengan amplop kosong itu?” Sandeul menggeleng pelan. “Lalu, masih menyimpannya?” Sandeul mengangguk lagi. “Untuk apa?”

Kemudian sekotak korek api meluncur mengenai kepala Peniel, “Be-ri-sik.”

*

Sementara Peniel dan Sandeul sedang menghabiskan waktu bersama di perpustakaan, Gikwang bertemu dengan seseorang di basement kampus.

“Gikwang-ssi! Ini....untukmu.” ucap perempuan dengan wig hitam panjang dan berbusana ala Lolita Girl dan menggunakan aksesori mata yang berlebihan seperti bulu mata super panjang dan bling-bling seperti permata yang melekat di masing-masing ujung matanya.

“Apa ini?” Gikwang menerima satu set alphabet untuk anak usia 3 tahun dan ia tidak mengerti mengapa harus menerima ini. “Mungkin kamu salah orang, aku belum menikah dan mempunyai anak!”

Perempuan yang sudah berlalu itu berhenti dan berbalik lalu menggeleng, “Bukan! Itu memang untukmu!” kemudian ia pergi menghilang di balik mobil Mercy itu.

*

“Siapa sih? Dan apa maksudnya memberikan semua ini pada kita?” Sandeul mulai gerah dengan situasi ini. Awalnya ia senang karena ia fikir hanya dia yang akan menjadi satu-satunya pria yang menerima sesuatu dari seorang perempuan. Namun kini Gikwang juga, dan Peniel tetap merahasiakan tentang kertas HVS kosong itu.

“Hyung, tenanglah....mungkin dia hanya ingin mengerjai kita saja...aku tahu, ada beberapa orang yang tidak suka dengan kita.”

Gikwang mencoba menyusun alphabet itu, namun satu huruf hilang. “Alphabet ada 26 kan? Tapi ini hanya 25 buah saja...Aku tidak melihat huruf R...” ujar Gikwang lalu menyusunnya, benar saja, huruf R tidak termasuk di dalamnya.

Dan malam itu menjadi malam yang penuh misteri bagi mereka.

***

Kejadian itu berulang, sama setiap bulannya. Selalu saja Gikwang yang di temui oleh sosok perempuan, dan setiap mendapatkan sebuah benda, tidak pernah menemukan perempuan yang sama dari awal. Mereka cukup terganggu dengan tindakan itu, namun mencoba mengabaikannya. Namun tidak halnya dengan Sandeul, ia masih di penuhi dengan tanda tanya di atas kepalanya, siapa yang melakukan hal ini padaku dan juga dua kawanku?!

Mulai dari amplop kosong, kertas kosong, satu set alphabet, pistol mainan, kepala boneka Ken, gantungan kunci berbentuk telinga manusia, sampai tangan mainan yang begitu menyeramkan dari bulan ke bulan.

“Aku bisa gila dengan teror ini....bagaimana jika kita pindah yang jauh saja agar tidak lagi mendapat semua benda sampah ini?” ujar Gikwang yang sudah letih menerima semua sampah itu.

Malam ini, apartemen Sandeul terasa begitu mencekam dengan kehadiran benda-benda aneh itu.

‘TING TONG’

“Ah pesanan ice creamku datang!” Sandeul membuka pintu apartemennya dan .....

‘DORR DORR DORRRR!’

Seorang perempuan misterius pengantar ice cream itu langsung menembak 3 pemuda tersebut dengan membabi buta.

Di dadanya, tersemat bros bertulisankan huruf R....

“...Bang!” ucapnya pelan di hiasi senyum kematian.


TAMAT




Tidak ada komentar:

Posting Komentar