Tittle : Little White Lie
Cast : Lee Changsub [BTOB] – Park Rae In
[OC] – Jang Dayoung [OC] – Han Sang Hyuk [VIXX] as Park Byung Jae
Genre : Siblings / Love / Angst
Theme song : any kpop songs you want hear
Rated : 15+
Author : Ravla
------------------------------------
......
“Aku kira kita bisa menjalani semua ini
dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi aku tidak akan mengalah, karena
sekarang kita adalah rival.”
Ucap gadis dengan penampilan yang feminin
dan melenggang seperi model profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah
primadona di kampusnya, bagaimana tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan
kini setelah ia menjadi jauh lebih cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa
‘tinggi’ dan selalu memandang rendah serta sebelah mata terhadap kawannya
sendiri, Park Raein.
***
Beberapa bulan yang lalu, sebelum semua ini terjadi semuanya baik-baik
saja. Baik Changsub maupun kedua gadis itu tidak pernah terlihat benar-benar
terperosok dalam suatu masalah. Sampai akhirnya mereka pergi untuk main biliar
dan Changsub mengatakan sesuatu hal yang membuat Dayoung sedikit kesal.
“Nuna, kapan kau akan kenalkan
aku dengan pacarmu? Kau bilang minggu lalu akan membawanya pada kami di minggu
ini..?”
Dayoung tampak bingung menjawab pertanyaan tersebut, “Ah~ itu....maaf ya,
sepertinya dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya...maklum, pengacara.”
Raein meliriknya dengan tatapan ‘pembual’. Namun ia tetap diam, Raein bukan
tipe orang yang mudah untuk mengeluarkan kata-kata. Bahkan ia membungkam mulutnya
dengan masker. “Huk~!” hanya suara itu yang ia keluarkan untuk melemaskan
otot-otot tenggorokannya.
“Eung~..? Kau tidak apa-apa Raein?” tanya Dayoung mengalihkan perhatian.
“Sudah malam, sebaiknya kita bergegas ke tempat biliar, kaja!”
Changsub dan Raein menyusul Dayoung yang melangkah terlebih dahulu, mereka
tampak begitu akrab namun sebenarnya selama ini Changsub begitu susah
berkomunikasi dengan Raein karena memang gadis itu tidak ramai seperti Dayoung
yang cenderung mengomentari segala hal.
“Raein-a, benar kau tidak apa-apa? Kau selalu memakai masker, aku bahkan
tidak pernah melihat wajahmu tanpa masker..”
Raein mendongak untuk menoleh dan menatap sosok pria yang lebih tinggi
darinya itu, “Benarkah? Aku kira kamu sudah tahu.”
Changsub menghentikan langkahnya seketika. Ia merasa terkejut karena jarang
sekali dirinya mendapati Raein yang seperti itu.
“Raein-a...kau...kau...berbicara padaku? Ah~ ini seperti mimpi saja....” lalu
lelaki itu menggeleng keras untuk menyadarkan dirinya sendiri.
Raein menoleh ke belakang, “Kau kira aku tuna wicara?” ucapnya sambil
menepuk pelan lengan Changsub. Sentuhan itu membuat Changsub sedikit melompat
ke belakang.
*
“YA~ sekarang giliranku lagi! Park Raein!” teriak Dayoung lumayan keras
sambil menggeser tubuh Raein menggunakan tubuhnya. Raein bahkan belum sempat
memukul bola.
‘TAK!’
“AH~ kenapa tidak masuk sih!” gumam kesal Dayoung pada bola berwarna merah
itu. “Sudahlah, aku bosan! Kalian lanjutkan saja berdua!” Dayoung melempar
begitu saja tongkat kayu di atas meja, kemudian Raein mengembalikan ke
tempatnya semula.
“Raein-a, giliranmu.” Ucap Changsub.
Raein mulai bersiap untuk menyodok bola di atas meja hijau itu, namun ia
tidak bisa menemukan posisi yang tepat untuk memasukkan bola itu ke lubang.
“Dari sini, begini...” tiba-tiba Changsub berdiri di belakangnya dan
membantu Raein mencari posisi.
‘TAK!’ bola hitam itu sempat mengenai bola yang lainnya namun akhirnya
Raein berhasil menghilangkan bola hitam tersebut.
“Bravo!!” teriak Changsub
kemudian menepuk-nepuk punggung Raein yang nampak biasa saja.
Sementara itu, di sudut sana sepasang mata tidak suka melihatnya. `Apa bagusnya dia..jika bukan karena dia
pintar dalam sastra, aku malas bergaul dengan orang aneh itu.`
“Raein-a, sudah hampir jam 12 malam...tidak pulang?” tanya Changsub
mengingatkan kawannya itu.
Raein menatap jam dinding yang ada diruangan itu, kemudian ia mengangguk
dan menyudahi semuanya. Mereka menghampiri Dayoung yang sedang asyik minum soda
dan kemudian Changsub mengatakan sesuatu.
“Nuna, itu tidak baik buat kesehatan! Jangan terlalu banyak minum minuman
bersoda, dan aku lihat sepertinya berat badanmu naik, yah? Haha...”
Raein melihat perubahan diwajah Dayoung, ia tampak tidak senang dengan
candaan Changsub barusan, kemudian seperti biasa perempuan itu berjalan
mendahului yang lain.
Setelah Changsub selesai membayar tagihan, mereka bergegas menyusul
Dayoung.
*
Aku pasti bisa membuat Changsub lebih
dekat denganku daripada dengannya.
“Terima kasih ya, kalian sudah menemani aku bermain biliar..kapan-kapan
kita bertemu lagi...sudah ya aku masuk ke dalam rumah. Bye..bye...” Dayoung
berjalan menuju rumahnya yang berada lebih tinggi dari rumah yang lainnya.
“Hhhh~.....” terdengar Raein menghela keras setelah perempuan yang lebih
tua 4 tahun darinya itu menghilang di balik tangga yang lumayan tinggi itu.
Changsub menatapnya, “Kenapa? Kau merasa tidak enak badan Raein-a?”
kemudian Changsub sedikit memijat pundak Raein namun gadis itu tidak
menginginkannya.
Raein berlalu dan Changsub mengantarnya pulang ke rumah yang lebih mirip
Dojo. Disanalah Raein tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga seorang adik
laki-lakinya yang berusia 17 tahun.
“Sudah sampai, hmm~ apa kau senang bermain biliar tadi?” tanya Changsub
sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya.
Raein merebutnya, ia tidak suka melihat orang-orang disekitarnya merokok.
Dan kemudian ia menggeleng keras. Raein tidak suka basa-basi, ia akan
mengatakan apapun sesuai dengan apa yang ia rasakan.
“Oh, kalau begitu maaf ya...pasti ada yang membuatmu tidak nyaman, iya
kan?”
Raein menatap Changsub, “Besok, pagi-pagi datanglah lagi. Aku...aku ada
perlu denganmu.” Ucapnya kemudian masuk ke dalam rumah.
Changsub merasakan Raein tidak seperti biasanya, “Eh, kau membawa rokokku!”
teriaknya dari luar pintu, namun Raein sudah berlalu di dalam rumah.
*
Raein merasa lelah dan ia melepas maskernya, menyibak poni rambutnya dan
menggulung rambutnya rapi. Ia tampak lebih rapih dari pada tampilan
sehari-harinya, dan kemudian ia pergi ke halaman belakang rumahnya untuk
membakar sekotak rokok yang rupanya masih utuh itu.
“Nuna~!” panggil adik
laki-lakinya yang perlahan menghampirinya. “Kemana saja? Tadi aku sendirian
dirumah! Dan kau tidak dapat bagian
pizza yah! Appa dan Eomma tadi membelikannya untukku! Oh,
apa yang kau lakukan, Nuna? Ah,
itu....!”
“Kenapa kau berisik sekali, Byung-a! Diamlah, ini bukan milikku. Aku
menyitanya dari Changsub tadi. Aku tidak suka melihatnya menghisap benda ini.”
Byung menyipitkan mata, “Nuna,
kau menyukai Hyung itu ya? Padahal aku kira orang itu menyukai tipe gadis
seperti temanmu yang lagi satu itu...yang jalannya seperti model itu!”
Raein melemparkan kotak rokok itu dan mulai membakarnya, ia melamun melihat
api yang mulai membesar, menyambar lapisan luar kotak rokok, perlahan mulai
membakar tembakaunya, bau khasnya mulai tercium. “Sedang apa kau jam segini,
kenapa belum tidur? Anak kecil tidak boleh begadang!”
“YA~ Nuna....aku menunggumu! Aku
sudah tidur dari jam 8 tadi. Aku terbangun karena mendengarmu datang. Janganlah
sering pergi meninggalkan rumah, setidaknya Nuna
harus mengabari aku!”
Bahkan aku tidak menyadari jika Byung
sudah mulai beranjak dewasa saat ini..aku bukan Nuna yang baik...kurasa.
“Mian, Byung-a...lain kali aku
akan mengajakmu keluar bersama ya. Tapi kau jangan berisik ketika pergi
bersamaku. Oh iya, besok pagi-pagi tolong bangunlah lebih awal. Aku menyuruh
Changsub datang kerumah.”
“Ada apa? Ada apa?”
Raein sedikit tersenyum, “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengenalkannya
pada kalian.”
***
Keesokan harinya Byung bangun lebih awal dan menunggu kawan kakaknya itu di
depan pintu. Namun sudah jam 8 lewat tidak ada tanda-tanda dari orang itu.
“Mana...ini sudah siang..”
‘KLAK’
Pintu terbuka dan Eomma heran
mengapa anak bungsunya begitu tampak risau dan bangun lebih pagi darinya.
“Byung-a, sedang apa kau disini?”
“O~ Eomma, aku menunggu teman Nuna, katanya mau datang pagi ini..tapi
aku sudah menunggunya satu jam lebih tidak ada siapa pun yang datang.”
“Teman Raein? Teman? Atau kekasih?” tanya Appa kemudian yang sudah tampak tampan dengan setelan jasnya. Pria
berusia setengah abad itu merapikan sedikit dasinya. “Yeobo ppali~ ppali kita
akan terlambat!” ucapnya kemudian menuju ke mobilnya.
“Byung-a, jaga rumah ya, Eomma
dan Appa akan datang ke acara
pernikahan, dan tempatnya agak jauh. Jadi pulangnya mungkin sore hari.” Wanita
itu mengecup kening anak bungsunya.
“Ne, Eomma.” Kenapa mereka suka sekali pergi sih? Padahal aku kan ingin ikut juga.
*
Ia terjebak disana sudah satu setengah jam. Namun karena makanan yang
disajikan lezat, ia jadi melupakan janjinya dengan gadis bermasker itu.
“Changsub-a! Bagaimana rasa masakanku? Enak?”
Changsub mengangguk dan terus mengunyah apa yang ia makan, “Aku baru tahu, Nuna bisa memasak masakan selezat ini.
Lain waktu kita harus piknik, dan pasti Raein suka sekali dengan rasa
masakanmu!”
Dayoung kesal, ia tidak melanjutkan menuangkan susu di gelas Changsub.
“Hmm~ kalau boleh aku tahu, apa yang kau lakukan di sekitar rumahku?”
“AH~ aigooo~ Nuna ya~ aku sampai
lupa jika pagi ini sebenarnya aku di undang ke rumah Raein, tapi karena kau
memanggilku untuk mencicipi masakanmu, aku jadi tidak bisa beranjak dari sini!
Aku sungguh lapar!”
Dayoung kembali mendapatkan senyumnya, “Kalau begitu, sering-seringlah
datang ke sini! Aku suka jika kau...maksudnya, aku senang bisa berbagi jatah
makananku bersamamu!”
Changsub tersenyum karena senang ia mendapatkan sarapan gratis pagi ini,
tapi sebenarnya ia tidak yakin jika semua ini Dayoung yang membuatnya.
***
“Nuna, aku tidak suka melihat
wajahmu yang seperti itu!” Byung duduk di meja makan dan mengamati wajah Raein
yang sedikit kesal. “Mungkin lain waktu dia bisa menemui kita, jangan berburuk
sangka padanya!”
“Byung-a...aku biasa saja, jadi tolong kurangi intensitas protesmu. Tidak
lihat kah kau aku sedang sibuk? Jangan buat aku semakin bingung...atau kuas ini
akan mengotori wajahmu!”
Raein yang memiliki kemampuan melukis di atas rata-rata sering menjadikan
adiknya sebagai objek lukisannya, dan hasilnya selalu mengagumkan, ia tidak
pernah menceritakan pada siapa pun tentang keahliannya, karena ia tidak ingin
terlihat menonjol di antara mahasiswa di jurusan kesenian lainnya.
“Nuna, aku ingin ke kamar
kecil...apakah lukisanmu sudah selesai? Sudah satu jam aku menahannya....” ucap
Byung sambil mengeluarkan ekspresi yang lucu bagi Raein.
Raein tak dapat menahan tawanya, “Tunggu apalagi? Apa kau mau mengeluarkan
itu disini?” kemudian ia melihat adiknya lari terbirit-birit ke kamar mandi dan
ia melanjutkan lukisannya yang sebentar lagi selesai. “Selalu saja, berakhir di
atas kanvas. Hhhhh~...” eluhnya.
‘DOK, DOK, DOK’
“Raein-a~ apa kau di dalam? Ini aku, Changsub!”
Mendengar itu, Raein terlihat panik. Rumahnya sedang berantakan, tube cat minyak dan cat poster ada di
mana-mana. Ia tidak bisa segera membukakan pintu untuk lelaki itu.
“Aisshh! Orang itu kenapa datang di saat seperti ini!? Dimana harus ku
letakkan lukisan ini?”
Raein memindahkan lukisan itu ke halaman rumput di belakang rumah, begitu
juga kursinya dan segala perlengkapan lukisnya. Dan tidak lupa menarik adiknya
untuk duduk di menghadap kanvas.
“Nuna, Nuna,....apa yang...”
“Diamlah! Apa pun yang terjadi katakan iya saja! Jangan mengatakan hal yang
lain!” Raein mengambil maskernya dan membuka gelungan rambutnya, kemudian ia
membukakan pintu untuk Changsub.
“Ah~ Raein-a! Maaf, maaf....aku datang kesiangan...aku, aku lupa menyetel
alarmnya...” namun kebohongannya sudah di ketahui oleh Raein, karena ia mendapat MMS dari Dayoung
dimana tampak Changsub yang sedang lahap makan di rumahnya.
Raein mencoba mengatur nafas, kemudian mengangguk dan mengajak pria itu
masuk. “Tidak masalah...kau sudah datang pun aku senang. Tapi maaf, aku tidak
menyisakan sarapan untukmu.
Changsub melihat sekeliling, rumah yang mirip sebuah Dojo dengan banyak
lukisan di dindingnya. Kemudian perhatiannya tertuju pada sesosok pria yang
duduk tenang sambil melukis. “Dia, siapa?”
“Teman dekatku, dia sering melukis disini. Semua lukisan yang ada
dirumahku, hasil karyanya. Namanya Park Byung Jae, dia...tampan~ ah! Maksudku,
banyak gadis-gadis yang menyukainya, jadi dia disini bersembunyi disini agar
tidak terus-terusan di kejar oleh gadis-gadis itu.”
Changsub mengamati mata Raein ketika menceritakan tentang Byung Jae. Ia
merasa sedikit curiga, jika selama ini Raein menyukai orang yang sedang melukis
itu. “Kau...sejak kapan mengenalnya?”
Raein menggiring Changsub ke sebuah gazebo
yang terletak tidak jauh dari Byung berada, “Sudah lama, lebih lama dari
mengenalmu. Iya, kurang lebih seperti itu.”
“Oh....” hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Changsub. “Rumahmu sepi
sekali? Kemana orang tuamu? Apa kau tinggal seorang diri atau....”
“Mereka sedang keluar, eksekutif. Selalu sibuk bahkan di saat akhir pekan.
Makanya aku mengundangmu ke sini untuk menemaniku.” Sebenarnya itu bukan alasan
yang sesungguhnya.
Changsub melihat Byung Jae menunjuk-nunjuk Raein, “A...sepertinya dia
memanggilmu.”
Raein menghampirinya dan berbicara sedikit lalu mengajak Byung Jae untuk
berkenalan dengan Changsub.
“Annyeonghaseyo...” sapa Byung
kepada Changsub. Mereka saling membungkuk dan lalu mereka mengobrol.
Ku harap Byung tidak terlalu
cerewet...tapi aku merasa...ah! Kenapa aku jadi membohongi Changsub? Jika aku
katakan dia adikku,...kenapa aku tidak mengatakannya saja tadi!? Aishhh.....Babo!
“Mm, Hyung....apakah kau satu
kampus dengan N...dengan Raein?”
Raein sempat membelalakkan matanya ke arah Byung Jae.
“Oh..ah, itu iya satu kampus..tapi jurusan yang ku tempuh berbeda dengan
Raein...di universitas Howon...”
ucapnya sambil melirik ke arah Raein.
Byung tampak mengangguk mengerti dan kemudian ia sibuk dengan smartphone yang Raein genggam. Mereka
tampak begitu dekat di mata Changsub, ia bahkan merasa minder dengan pemuda
tersebut.
“YA~ apa yang kau lakukan
Byung-a...? Jangan meracauku!” Raein memegang leher Byung Jae dan pemuda itu
nampak geli dan tidak bisa menahannya. Canda mereka lepas, tampak dari wajah
Byung Jae.
“Changsub-a, bagaimana jika kita pergi? Aku sebenarnya ingin membeli
sesuatu...apa kau mau menemaniku? Kita pergi bertiga, biar aku yang menyetir
mobil.” Ucap Raein tanpa menunggu Changsub untuk menjawabnya, ia segera
bersiap.
Changsub merasa canggung ditinggal berdua dengan Byung Jae.
“Byung Jae-ssi..” panggilnya
sedikit ragu. “Kau kuliah dimana?”
Byung tampak bingung menjawab pertanyaan itu, “Ah, Hyung...jangan seformal itu padaku...aku masih SMA~ tahun ini akan
lulus.”
Ah...bocah ternyata....tapi dia bahkan
lebih tinggi dariku...
Changsub memutar-mutar cangkir yang ada di hadapannya. “Apa kau pernah
melihat wajah Raein? Aku tidak pernah, soalnya dia selalu memakai maskernya.
Bahkan aku kesusahan mengajaknya makan diluar.”
Byung Jae terlihat mengangguk-angguk, “Hyung~
dia itu cantik sekali...apalagi jika sedang menggelung rambutnya!”
Changsub agak terperanjat mendengar pengakuan Byung Jae... sejauh itu kah bocah ini mengetahui tentang
Raein? Aku kira selama ini, aku yang benar-benar mengetahui Raein dengan
baik.... “Oh ya? Secantik apa?”
Byung memutar matanya, “Eumm~ cantik, cantik...menurutku sih.” Jawabnya
seperti kalimat yang belum selesai.
***
Changsub merasa tersisihkan karena kehadiran Byung Jae, bocah yang tampak
tidak mau berpisah dengan Raein itu. Ia sebenarnya jengah, karena bocah itu
begitu hiperaktif dan tidak berhenti mengoceh. Ia selalu mengomentari apa yang ia lihat.
“Byung-a..mian...menyeretmu ke
dalam masalahku..” bisik Raein terlihat begitu mesra di mata Changsub. Ia
berbisik sambil memainkan ekspresi matanya.
“Ah Nuna..., tidak masalah! Aku
senang bisa membuat temanmu itu kesal. Lihatlah, bahkan ia tidak sempat
berbicara padamu selama kita berbelanja!”
Raein menarik maskernya, Changsub melihatnya namun rangkulan Byung Jae
menghalangi wajah gadis itu. Dia membuka maskernya!! Omo, omo!
Raein menarik napas panjang, “Sudahlah..aku menyesal kenapa harus berbohong
padanya. Nanti aku jelaskan dirumah! Dan jangan merangkulku seperti itu!” Raein
menyingkirkan tangan adiknya dari pundaknya. Ia hanya mendengar Byung terkekeh
senang karena bisa mengerjai teman kakaknya tersebut.
Mereka itu...tampak seperti lebih dari
teman biasa....apa ini Cuma perasaanku saja? Bocah itu dekat sekali dengan
Raein....
***
“Kenapa kosong? Byung-a! Raein-a~....” teriak Eomma yang mendapat rumahnya kosong dengan peralatan lukis yang
belum di bereskan. “Anak-anak ini....kenapa selalu seperti ini!” gumam Eomma yang kesal karena mereka tidak
pernah membereskan peralatan lukis itu.
Ternyata mereka berdua datang bahkan sebelum sore tiba, mereka ternyata
batal menghadiri acara rekan mereka karena jalan menuju lokasi acara begitu
padat dan mereka sudah terjebak kemacetan selama berjam-jam.
“Yeobo, anak gadismu sedang
berbelanja dengan Byung juga temannya. Barusan aku menelfonnya. Apakah kau mau
menitip sesuatu?”
Perempuan yang masih terlihat cantik dan bugar itu menggeleng, ia masih
sibuk membereskan peralatan lukis Raein dan menengok kanvas yang di letakkan di
gazebo taman belakang. “Yeobo, tolong bawakan kemarin lukisan
disana itu.”
Appa cukup terkagum dengan lukisan yang anak
perempuannya buat untuk Byung Jae. “Kenapa ia tidak pernah menjual
lukisan-lukisannya.........”
*
“Changsub-a, ini untukmu.” Raein memberikan sebungkus jajanan rumput laut
kering untuknya. Dia tahu apa yang Changsub suka dan tidak suka. Kemudian ia
sibuk membuka bagasi dan mengeluarkan semua barang belanjaan.
“Biar aku yang bawakan?” tanya Changsub sambil merebut kantong plastik
berat yang dibawa ole Raein.
“Hyung, sini biar aku
saja...sepertinya sudah ada orang dirumah....” ujar Byung Jae membuat Raein
menjadi sedikit panik.
“Ya~ Ya~ bawa ini semuanya ke
dalam.” Ucap Raein begitu santai kepada Byung Jae. “Jangan lupa yang ini
masukkan ke dalam kulkas. Raein menunjuk kantong plastik yang berisi daging
kalkun.
Changsub melihat bocah itu dengan seksama, dan ia menyadari sesuatu,
“Raein-a, ini hanya perasaanku saja atau....garis kelopak matamu...mirip sekali
dengan Byung Jae.”
Raein menatap Changsub, “Mungkin kami jodoh? Eum, terima kasih ya sudah
menemani aku belanja, tapi maaf, aku akan sibuk setelah ini...tidak bisa
menemanimu lagi....jika sudah sampai dirumah tolong kabari aku.”
Ah...dia mengusirku... “Baiklah! Aku juga senang bisa menemanimu,
katakan pada Byung Jae, aku pergi.”
Raein menatap orang itu sampai ia terlihat begitu kecil seperti titik hitam
di ujung jalan sana. “Hhhhh~...” ucapnya keras sambil membuka masker yang
menutupi setengah wajahnya. “Kenapa dia berbohong padaku...dan kenapa aku juga
membohonginya..”
“Nuna, apakah aktingku bagus?”
tanya Byung Jae sambil menutup pintu garasi. “Dia membohongiku, kau juga kan?
Aku rasa itu impas. Lagipula, orang itu
tampak senang bisa sarapan bersama temanmu yang aneh itu.”
Raein menatap Byung Jae, “Apa yang kau bicarakan hah? Kau tidak mengerti
apa yang kurasakan...”
Byung melirik kakaknya yang tampak masih kesal tersebut, namun ia berusaha
lebih keras untuk menghiburnya. Ia tidak mau melihat Rae In menjadi penyendiri
lagi.
***
Jadi mereka baru saja pergi bersama? Dan
siapa orang yang bersama Raein? Orang itu tampak lebih tampan dari
Changsub.....
Perempuan itu berpenampilan seperti sasaeng fan, ia membalut tubuh dengan
mantel panjang dan memakai syal untuk menyembunyikan wajahnya. Dayoung mengamati
rumah Raein semenjak Changsub datang kesana sampai dia pulang.
“Seperti apa wajah orang itu? Mengapa ia terus menggunakan masker? Ada apa
dengan wajahnya? Aku harus bisa melihatnya! Harus!”
Dayoung kemudian kembali menuju rumahnya yang sebenarnya terletak sejalur
dengan rumah Raein, sudah lama sekali ia mengikuti dan memata-matai Raein,
bahkan sebelum mereka kenal. Dan perkenalan dirinya dengan Raein bahkan sudah
ia atur sedemikian rupa.
Dayoung hanya merasa iri dengan apa yang Raein lakukan, ia tidak bisa
menjadi seperti Raein yang memiliki karisma begitu kuat, ia selalu saja gagal
membina hubungan dengan sesama, selalu berujung dengan hal yang tidak baik.
Maka dari itu ia mendekati Raein demi bisa berkenalan dengan Changsub yang
notabene adalah seorang penyanyi di cafe dimana Dayoung rutin mengunjunginya.
Namun sepertinya sekarang ia lebih ingin mengetahui siapa yang bersama Raein
hari ini. Pemuda itu tampak berbinar dimatanya.
***
Beberapa hari sudah berlalu dan hampir 3 hari belakangan Byung selalu saja
mengatakan hal yang apa dilihatnya di depan rumah Dayoung. Hal ini membuat
Raein gerah, sebenarnya ia tidak begitu menyukai eonni itu, karena orang itu terlalu membuatnya mual ketika
melihatnya. Bagaimana tidak, Dayoung pernah pura-pura jatuh agar Changsub
menolongnya, dan perempuan itu mengatakan kebohongan dengan mengkambing
hitamkan dirinya. Namun Changsub hanya menganggap hal itu candaan saja.
“Nuna, hari ini aku melihat.....”
“Byung-a, aku tidak mau mendengarnya lagi...kau tahu kan, orang itu....sungguh
mencari perhatian sana-sini.”
Byung Jae menggoncang tubuh kakaknya yang terduduk lemas di gazebo taman, “Bukan itu Nuna! Aku tidak melihat Changsub hari
ini di rumah itu, tapi, aku melihat temanmu itu begitu buruk!”
Raein tidak mengerti apa yang adiknya bicarakan, “Maksudnya? Dia kan memang
tidak cantik. Aku juga tidak.”
“Aish...why this nuna so stupid?! Bukan, bukan itu maksudku! Aku melihatnya
baru datang dari suatu tempat, ia datang dengan taksi, ia pergi bersama
seseorang, mungkin temannya, dan aku melihat wajahnya....dia melakukan operasi
plastik! Total!”
Raein terbelalak dengan sendiri mendengar penjelasan Byung, ia tidak percaya
jika Dayoung sungguh-sungguh melakukannya. “Jinjja? Ah~ itu kan hal yang lumrah di negara kita...kenapa harus
terkejut seperti itu...” padahal Raein lebih terkejut mendengar hal itu.
“Nunaa-aaa~~~, bukan hanya itu
saja! Selama ini, ternyata dia mengamati kita! Nuna tahu kan tiang listrik besar yang ada di seberang jalan? Dia
sering mengamati kita dari sana!”
“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Jangan membuat berita bohong!”
Byung Jae kebingungan bagaimana
menjelaskan keadaan yang sebenarnya, “Untuk apa aku membohongimu? Aku
sungguh melihatnya beberapa kali...awalnya aku tidak mengenalinya. Tapi lusa
kemarin, aku juga mengawasinya...ternyata orang itu memang dia!”
“Hhhhh~......” Raein menghela napas panjang, “Byung-a, kenapa kamu membuang
waktumu untuk hal-hal yang seperti itu..aku kan tidak pernah mengajarimu untuk
melakukan hal seperti itu. Lagipula, itu urusannya...untuk apa kita mencari
tahu? Aku sama sekali tidak peduli.”
Byung tampak kesal dan membuang roti yang ia makan ke dalam kolam ikan, “NUNA!” ia berteriak begitu keras sampai Appa yang berada di dalam rumah menoleh
ke arah mereka. “Aku selalu salah dimatamu, padahal aku sudah mencoba bertindak
benar! Tapi kenapa kau tidak pernah melihatku dari sisi yang lain?! Kau tidak
pernah tahu kan mengapa aku melakukan hal itu?”
“Ani.” Jawab Raein cepat.
“Hhhhh~..” giliran Byung yang menghelas nafas, “Karena aku sayang padamu, Nuna! Aku tidak mau hal buruk terjadi
padamu! Aku tahu banyak pihak yang tidak menyukaimu, maka dari itu, aku rela
membohongi orang, tapi rasanya apa yang sudah ku perbuat selama ini tidak ada
harganya di matamu!” Byung kesal dan meninggalkan Raein seorang diri di taman
belakang rumah.
Melihat reaksi anak bungsu mereka yang seperti itu, Eomma dan Appa hanya bisa
memandanginya sampai bocah itu menghilang di balik pintu kamarnya.
‘BRAK!’
“Byung-a! Jangan membanting pintu seperti itu!” tegur sang Ibu yang mencoba
membuat suasana lebih tenang.
*
Raein memandangi roti yang Byung lempar ke dalam kolam ikan, perlahan roti
itu tenggelam dan menghilang di dalam pekatnya air kolam. Sepertinya dirinya,
yang tenggelam dalam tangisan. Ia menyembunyikan wajahnya di balik kedua
tangannya. Ia merasa apa yang dikatakan adiknya ada benarnya juga. Hanya saja,
ia tidak pernah menyadari jika Byung sudah begitu mengerti dan begitu peduli
pada dirinya.
***
Paginya, ia sama sekali tidak melihat Byung keluar kamar. “Sudah jam
sembilan...apa dia masih tidur?” Raein menunggu di depan kamar bocah itu,
sampai akhirnya seseorang membuatnya beralih.
“Oh, Raein-a....boleh aku masuk?” tanyanya sambil memarkir sepeda motor
persis di sebelah pintu rumah.
“Changsub? Ada apa? Kenapa tidak memberitahuku dulu kalau kau mau kesini?”
dengan tampang yang bingung Raein mempersilakan
Changsub untuk duduk.
“Maunya aku mengajak Dayoung Nuna
keluar sebentar, tapi barusan aku dari sana....orang dirumahnya bilang, dia sedang
sakit dan untuk sementara waktu tinggal di rumah kakaknya.”
Rupanya, Byung tidak mengarang cerita semalam.
Aku tidak bisa merespon Changsub, aku tidak bisa berkonsentrasi, sementara
aku masih belum menyelesaikan masalahku dengan adikku sendiri.
“Raein-a...kau memakai masker 24 jam yah? Bahkan saat dirumah? Aku belum
pernah melihat wajahmu...apa kau memiliki bekas luka di wajahmu?”
Raein menggeleng, “Aku, aku sedang bertengkar dengan Byung Jae. Aku
bingung, maaf ya.” Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
“Oh? Ah ~... lalu?” sejujurnya aku
bingung harus menjawabnya dengan bagaimana. Aku sebenarnya iri dengan bocah
itu, bisa begitu dekat dengan Raein...aku seperti tidak rela saja...
“Kalian sudah bertemu untuk menyelesaikan ini?”
Rae In menggeleng, “Belum...aku tidak tahu, dia begitu susah kuhubungi
setelah itu. Apalagi, sekarang sudah masuk masa liburan. Mungkin dia sedang
bersenang-senang dengan teman sebayanya. Padahal aku ingin sekali mengajaknya
ke amusement park. Dia dulu pernah
bilang padaku, ingin naik roller coaster
bersamaku...Hhhh~...”
Changsub melihat gadis itu benar-benar tidak bersemangat hari ini. “Mungkin
besok kau bisa menghubunginya lagi, apa perlu aku antarkan ke rumahnya?”
“Ani...aniya...aku bisa sendiri,
ah~....ottokhae?” lalu seisi ruangan
itu hanya terdengar isakan tangis gadis itu.
*
Nuna....mianhae...
Byung menguping semua pembicaraan itu dari balik pintu kamarnya, ia merasa
kasihan kepada sang kakak. Ia menyadari jika perbuatannya semalam terlalu kasar
dan sudah membuat Raein begitu merasa bersalah.
***
Pada akhirnya Changsub mengajak Raein berkeliling hanya sekedar membuat
tenang hati sahabatnya itu. Walaupun memakai masker, Raein begitu jelas
menunjukkan wajah sedihnya. Changsub tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa
menenangkan sahabatnya itu.
“Raein-a...kau mau gulali tidak?” tanya Changsub sambil memperhatikan
penjual gulali kapas di ujung jalan.
“Kau mau?” tanyanya kembali, lalu mereka berjalan menyusuri pertokoan untuk
menuju penjual gulali tersebut. Sampai akhirnya Changsub melihat segerombolan
pemuda yang sedang duduk-duduk sambil meminum minuman yang mengandung alkohol
tinggi.
Changsub lalu memindah posisinya ke kiri Raein karena sudah dari tadi mata
pemuda itu memperhatikan Raein. “Aku tidak suka melihat mereka seperti itu.
Kuharap teman SMAmu itu tidak seperti mereka...”
Raein jadi ikut mengamati segerombolan pemuda yang rupanya sudah mulai
mabuk itu. Mata mereka, entahlah, memandang Raein seperti ingin menerkam mangsa
saja. “Ku harap juga begitu, Changsub-a...”
Saat keduanya sedang bingung memilih gulali kapas yang mana akan dibeli,
sebuah suara yang Raein kenali terdengar di sekitarnya.
“Kalian? Sedang apa disini, YA~
pulanglah! Jangan sampai kepala sekolah menahan malu dengan apa yang kalian
lakukan disini!” tegur pemuda itu kepada pemuda-pemuda yang mulai kehilangan
kesadaran di sana.
Byung Jae? Ia mengenalnya?
“Ya Jae Hyung~..... aku melihat pacarmu sedang jalan dengan laki-laki
lain....” ujar salah seorang dari mereka. “Bahkan aku bisa melihat betapa
cantiknya pacarmu walaupun wajahnya tertutupi masker..” sahut yang lainnya.
“Aku bilang PULANG!!” teriak Byung membuat gerombolan itu buyar dengar
sendirinya.
Raein menatap adiknya yang tampak bukan seperti yang ia kenal dan ketahui
selama ini. Apa yang di katakan Byung semalam semuanya benar, ia berbohong
kepada semua orang tentang statusnya, semata-mata melindungi dirinya dari
semacam gerombolan tadi.
“Eung~ Byung-a..mianhae!” teriakan Raein membuat
Changsub menyadari kehadiran Byung Jae.
Mereka ini...seperti punya magnet....
“N~.....Raein-a, gwaenchanayo. Aku juga minta maaf...aku
tidak bermaksud seperti itu semalam....”
Semalam katanya? Semalam?
Changsub benar-benar merasa kecolongan, padahal semalam ia berniat untuk
menelfon Raein, namun pulsanya tidak mencukupi. “Selesaikanlah urusanmu, aku
tinggal sebentar yah.” Changsub menyingkir masuk ke dalam sebuah kedai kecil
menjual minuman.
Changsub-a...maaf aku membohongimu... “Byung-a,....eung~.....aku sadar, selama ini...”
‘GREB’
“Nuna, sudah jangan bahas hal
yang sudah lewat. Sepertinya Changsub merasa iri padaku karena bisa memelukmu
seperti ini, maaf ya aku menganggu waktu kalian berdua.” Bisik Byung Jae kepada
kakaknya. “Kalau begitu aku pulang, Appa
Eomma akan segera pulang, aku tidak mau melihat mereka berceloteh karena
rumah kosong.”
Mata Raein memerah, ia terharu sekaligus bangga dengan adik kesayangannya
itu. “Pulanglah, tunggu aku dirumah.” Raein menarik kerah baju Byung dan
mengecup sayang kening bocah itu dari balik masker kainnya. “Nuna sayang Byung Jae.” katanya kemudian.
Raein-a........ segelas
susu yang Changsub pegang terjatuh ketika ia tidak percaya apa yang ia lihat
barusan.
***
Hari, minggu, bulan sudah banyak berlalu. Changsub masih menyimpan rasa
yang ia tujukan kepada Raein. Aku
menyukainya, tapi aku tidak bisa menyampaikan perasaan ini. Aku tidak tahu,
mereka bagaimana. Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu status di antara
mereka.
Sementara Changsub tengah ragu dengan status antara Raein dan Byung Jae,
Dayoung yang beberapa bulan lalu melakukan bedah plastik kini sudah kembali ke
rumahnya dan ia terlihat lebih cantik dengan wajah barunya. Dengan begini ia
akan lebih percaya diri menemui kawan lamanya.
Ia berjalan begitu angkuh menuju rumah Raein, sampai ia melihat gadis itu
sedang menggunakan maskernya.
“Lama tidak berjumpa, Park Rae In...”
Raein menatapnya tanpa ekspresi, ia tidak terkejut dengan perubahan wajah
itu. “Hai Dayoung. Apa kabar?”
Dayoung duduk di kursi panjang dekat tempatnya berdiri, ia begitu angkuh
dengan wajah tanpa makeup yang sempurna karena tangan dokter bedah tersebut.
“Sudah pasti aku sangat baik dan hariku menyenangkan...ku dengar kau sudah
punya kekasih? Siapa dia?”
Orang ini...aku gemas ingin memukul
hidungnya yang palsu itu dengan ember ini.... “Bukan urusanmu.” Jawabku ketus. Aku sudah tidak
bisa berpura-pura menyukainya lagi setelah aku tahu apa yang ia lakukan
kepadaku. “Lebih baik kau bercermin sampai puas. Wajahmu sudah bagus kan? Apa
mau diubah lagi?” ucapnya pelan tapi begitu menusuk hati yang mendengarnya.
Terlihat Dayoung menahan amarahnya, namun gesture tubuhnya berbicara. “Aku
kira kita bisa menjalani semua ini dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi
aku tidak akan mengalah, karena sekarang kita adalah rival.”
Ucap gadis dengan penampilan yang feminin dan melenggang seperi model
profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah primadona di kampusnya, bagaimana
tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan kini setelah ia menjadi jauh lebih
cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa ‘tinggi’ dan selalu memandang
rendah serta sebelah mata terhadap kawannya sendiri, Park Raein.
“Terserah apa katamu, aku tidak takut.” Jawab Raein santai.
“Bagaimanapun caranya, aku akan membuatmu menyesal karena sudah
menantangku. Park Byung Jae akan menyukaiku, begitu juga dengan Changsub. Jadi
aku tidak memberimu kesempatan untuk mengambilnya kembali.”
Raein tidak terima wanita itu ingin
berlaku semena-mena pada adiknya, “Kau bisa mengambil Changsub atau siapapun,
tapi tidak Byung Jae. Atau aku akan membuat wajahmu rusak.” Dengan tegas dan
tidak main-main Raein menyampaikan hal itu, kemudian Dayoung pergi dengan
amarah yang ia tahan.
“Orang itu...sepertinya dia tidak sehat,....” sahut seseorang yang baru muncul dari balik pintu. “Nuna~ bagaimana jika besok kita menginap
di vila milik Hwan ahjussi? Lama
kelamaan aku jengah melihat orang itu...”
Raein terduduk lemas, ia belum pernah berkata sekasar itu. Terakhir kali ia
melakukan hal itu sudah 6 tahun yang lalu. “Byung-a....” panggilnya sambil
memandangi tangannya yang gemetaran. “Bisa pegang tanganku sebentar?”
“Nuna...jangan terlalu memaksakan
diri...aku tidak mau kau sesak napas lagi seperti waktu itu..aku takut tidak
bisa menolongmu lagi...” ucap Byung sambil berlutut di hadapan kakaknya sambil
menggenggam erat tangannya.
Dan sepertinya aku selalu datang di waktu
yang salah...Hhhh~ Things are only difficult now...
Changsub mengurungkan langkahnya memasuki areal halaman rumah Raein.
***
Bahkan mereka sudah mengasingkan diri di tempat yang direkomendasikan oleh
Byung, namun teror seakan tidak berhenti sampai disini. Sampai pada suatu malam
di vila tersebut...
“Changsub-a, aku kedinginan. Bisakah kau mengambilkan aku selimut lagi?”
“Tentu saja!”
Changsub menuju ke sebuah kamar untuk mengambilkan selimut, namun Raein
merasa dari luar vila ada suara aneh yang seolah seperti mengetuk-ngetuk
jendela. Ia pergi untuk memeriksanya, namun diluar tampak sepi. “Mungkin hanya
perasaanku saja....” kemudian ia mengkhawatirkan adiknya yang keluar terlalu lama
untuk melihat semua peliharaan milik
Hwan ahjussi. Dia berniat memeriksa
ke bagian belakang rumah, namun sebelumnya ia mencari Changsub. “Changsub-a,
aku ingin mencari Byung Jae, mau menemaniku?”
“Oke, pakailah ini. Semoga ini cukup tebal.” Changsub memakaikan jaketnya
di tubuh Raein dan ia hanya membekap tubuhnya dengan selimut tebal. “Ayo kita
cari sekarang.”
Mereka berjalan menyusuri lorong remang-remang untuk menuju ke kandang
anjing-anjing itu namun mereka merasa aneh, kenapa anjing-anjing itu tidak
berisik.
“Aku rasa ada yang tidak beres....” ujar Changsub sebelum mendekat ke
kandang anjing. “Ke mana Byung Jae?”
Raein mulai panik, ia melihat anjing-anjing itu sedang tertidur pulas.
Namun ia tidak melihat tanda-tanda kehadiran adiknya disana.
‘BUKH’
Terdengar samar suara bantingan pintu mobil dari arah depan, Raein langsung
berlari meninggalkan Changsub. Ia sudah curiga semenjak kedatangan mereka 2
hari yang lalu disini.
“RAE IN-A~ !”
Byung pasti ada disana!
*
“Akhirnya aku mendapatkanmu, sayang.”
“BYUNG JAE!” teriak Raein dalam larinya, namun yang ia lihat adalah orang
itu. Orang yang sungguh ‘cantik’. “Apa yang kau lakukan Dayoung?”
Karena ia ketahuan, Dayoung langsung masuk kedalam mobil dan menghidupkan
mesin mobil, namun betapa beruntungnya Byung Jae, mobil itu mendadak macet.
Itu memberikan Changsub kesempatan untuk menarik Dayoung turun dari mobil,
namun rupanya aksi Changsub sudah di perkirakan oleh Dayoung sebelumnya. Ia
menyembunyikan belati di lengan bajunya dan sabetannya mampu mengenai leher
Changsub. Sementara itu Raein berusaha membuka bagasi belakang dan menarik
adiknya keluar.
Byung Jae setengah sadar, rupanya ia baru saja di pukul dengan benda tumpul
di kepalanya. “Nuna..? Enghh~...”
“Byung-a...sadar...Byung-a!”
Dayoung mencoba lari, namun Changsub bisa menangkap tubuhnya. Wanita itu
benar-benar melawan Changsub dengan keras, sampai akhirnya Raein mendekat dan
mencoba meraih belati yang Dayoung genggam.
“Changsub-a! Pegang kakinya!!”
Dengan sigap Changsub langsung mendekap kaki jenjang itu. Bahkan keningnya
sempat tertendang oleh sepatu hak tinggi Dayoung.
“Aku sudah memperingatkanmu, kan? Huh, kenapa kau begitu santai menghadapi
aku?” ucap Dayoung kacau, ia benar-benar ingin membuat Byung menjauhi Raein.
“Dayoung, sadarlah. Kau tidak perlu melakukan hal ini padaku!!!”
Keadaan terkendali untuk beberapa saat sampai Dayoung menemukan celah untuk
menggores wajah di balik masker itu.
‘SRAT!’
Apa yang dia ......
“Raein-a!” teriak Changsub setelahnya.
Kain itu terjatuh tepat di samping kepala Dayoung, sayatan yang ia berikan
hanya memotong tali masker milik Raein.
“....Dayoung, aku sudah muak dengan ini semua...” ucap Raein tanpa
menggunakan masker lagi. Kemudian ia mengambil segenggam pasir dan
mengoleskannya dengan kasar di wajah cantik Dayoung. “Aku sudah katakan, aku
akan merusak wajahmu!!!”
Kemudian semuanya berakhir ketika Byung memanggil Hwan ahjussi untuk menangani apa yang telah terjadi.
***
Pagi menjelang, semuanya tampak begitu masih shock dengan apa yang terjadi
semalam. Perempuan itu memandangi Byung yang tertidur pulas di hadapannya.
Sesekali ia terlihat menghela napas, seakan tidak percaya Dayoung sudah membuat
adiknya dan Changsub sampai cedera ringan.
“Tenanglah Raein-a, semua sudah aman....minumlah..” Changsub memberikan
segelas air putih. “Betapa beruntungnya Byung Jae, memiliki kekasih seberani
dirimu.”
‘UHUK!’ Raein tersedak, “Sebenarnya, dia bukan...kekasihku! Sama sekali
bukan...”
Changsub terkejut mendengar pengakuan Raein, “Lalu? Selama ini aku, aku kira
kalian pasangan? Adakah yang aku lewatkan?”
Raein menghapus sisa air di bibirnya dengan punggung tangan, “Mianhae Changsub-a, aku membohongimu
selama ini...Byung Jae, dia adikku. Jadi apa yang kau lihat selama ini hanya
sebatas hubungan saudara...tidak ada yang lebih dari itu..”
Sungguh, aku lega mendengar hal itu!
Mungkin dia punya alasan tersendiri, mengapa ia melakukan hal itu padaku.
“Raein-a, aku tidak punya alasan untuk marah...maksudku aku memang tidak
bisa...”
Wajah itu menatapku, kali ini aku bisa
jelas melihat wajahmu....benar apa yang dikatakan Byung Jae, perempuan ini
memang cantik seperti bayanganku selama ini.
Raein menatap bingung ke arah Changsub, ia menenggak susunya dan menunggu
Changsub menyelesaikan kalimatnya. “Kenapa tidak bisa?”
Changsub memikirkan kata yang tepat sebelum ia menjawabnya... “Bagaimana
bisa....maksudku, aku tidak bisa marah terhadap orang yang aku suka.”
Sesaat suasana menjadi hening, Raein menatap kawannya yang ternyata selama
ini menyimpan perasaan padanya.
Raein kemudian mengangguk pelan dan memandang ke arah lain, “Aku cukup bisa
menerima jawabanmu.”
Changsub ikut mengangguk dan melihat Byung yang masih tertidur, “Eumh...”
“Kau...tidak memerlukan responku?” tanya Raein membingungkan Changsub. “Atau
kau hanya suka aku sebegai temanmu saja?”
“OH!” Changsub kemudian menyadari kekeliruan dari kalimatnya tadi, “Suka. Aku
suka.” Jawabnya sambil lebih menonjolkan maksudnya dari ekspresi wajahnya saja.
“Sebentar, aku tidak mengerti, kau menyukaiku? Suka? Atau ‘suka’...?” tanya
Raein lagi sambil mengatakan kata suka dengan dua jari naik turun. “Bisakah kau
menjelaskannya lebih spesifik lagi?”
‘CUP’
Raein terlihat begitu terkejut ketika ia merasakan kecupan kecil di
bibirnya. “Sekarang mengerti kan, Rae In? Dan aku ingin tahu, kenapa kau
berbohong padaku,..”
“Eum, itu....aku hanya ingin melihat bagaimana reaksimu...sejujurnya aku
mengharapkanmu cemburu...” ujar Raein sambil sesekali memandang pria
menggemaskan itu.
Changsub tertawa dan mengusap lembut bahu Raein, “Aku cemburu, sangat cemburu.”
Jawabnya membuat gadis itu tersenyum puas.
***
Seiring berjalannya waktu, orang-orang sudah melupakan apa yang terjadi di
vila waktu itu. Sesekali Raein dan Byung sempat menjenguk Dayoung dan benar
saja, orang gitu memang mengidap penyakit kejiwaan. Terkadang ia menatap Raein dengan
tatapan yang begitu benci, hal ini membuat
Byung menarik kakaknya agar tidak terlalu dekat dengan Dayoung ketika pergi
menjenguknya.
“Sudah ku kira dari awal, aku tidak pernah menyukai orang itu....”
Raein mengusap lembut kepala adiknya, “Semoga dia cepat sembuh, aku kasihan
melihat keluarganya menanggung malu waktu kita temui mereka saat itu. Terutama kakak
sepupunya yang terlihat begitu depresi.”
Byung membalas kakaknya dengan merangkul pundaknya, “Hyung pasti sudah menunggu kita, ayo bergegas!”
***
[Changsub’s]
Aku tidak menyangka saja, perasaanku
terbalas. Sebenarnya aku mengetahuinya diawal, namun aku kembali ragu ketika
bertemu dengan Byung pertama kali, maka aku memutuskan untuk perlahan mundur. Namun
itu begitu sulit sampai di saat terakhir ketika aku hendak melepas semuanya,
aku mendengar sebuah pengakuan yang ku tunggu-tunggu selama ini. Gomawo Park
Rae In. Kau telah membantuku mencapai goal terbesar dalam hidupku, menyatakan
perasaan padamu...kebohongan putih kecil yang membuatku sadar bagaimana
perasaanku padamu!
TAMAT
-----------
“Oh apakah aku terlihat cantik dengan
wajah baruku? Pasti Byung Jae dan Changsub menyukai aku....aku kini sudah lebih
cantik dari yang dulu.....” ucapnya sambil terus memandangi cermin kecil yang
ia pegang. Terkadang tersenyum sumringah, terkadang ia melempar keras cermin
itu ke dinding dan mengutuk, bersumpah serapah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar