Rabu, 26 Juni 2013

Little White Lie [FF-oneshot]


Tittle : Little White Lie
Cast : Lee Changsub [BTOB] – Park Rae In [OC] – Jang Dayoung [OC] – Han Sang Hyuk [VIXX] as Park Byung Jae
Genre : Siblings / Love / Angst
Theme song : any kpop songs you want hear
Rated : 15+
Author : Ravla

------------------------------------

......
“Aku kira kita bisa menjalani semua ini dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi aku tidak akan mengalah, karena sekarang kita adalah rival.”

Ucap gadis dengan penampilan yang feminin dan melenggang seperi model profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah primadona di kampusnya, bagaimana tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan kini setelah ia menjadi jauh lebih cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa ‘tinggi’ dan selalu memandang rendah serta sebelah mata terhadap kawannya sendiri, Park Raein.


***

Beberapa bulan yang lalu, sebelum semua ini terjadi semuanya baik-baik saja. Baik Changsub maupun kedua gadis itu tidak pernah terlihat benar-benar terperosok dalam suatu masalah. Sampai akhirnya mereka pergi untuk main biliar dan Changsub mengatakan sesuatu hal yang membuat Dayoung sedikit kesal.

Nuna, kapan kau akan kenalkan aku dengan pacarmu? Kau bilang minggu lalu akan membawanya pada kami di minggu ini..?”

Dayoung tampak bingung menjawab pertanyaan tersebut, “Ah~ itu....maaf ya, sepertinya dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya...maklum, pengacara.”

Raein meliriknya dengan tatapan ‘pembual’. Namun ia tetap diam, Raein bukan tipe orang yang mudah untuk mengeluarkan kata-kata. Bahkan ia membungkam mulutnya dengan masker. “Huk~!” hanya suara itu yang ia keluarkan untuk melemaskan otot-otot tenggorokannya.

“Eung~..? Kau tidak apa-apa Raein?” tanya Dayoung mengalihkan perhatian. “Sudah malam, sebaiknya kita bergegas ke tempat biliar, kaja!”

Changsub dan Raein menyusul Dayoung yang melangkah terlebih dahulu, mereka tampak begitu akrab namun sebenarnya selama ini Changsub begitu susah berkomunikasi dengan Raein karena memang gadis itu tidak ramai seperti Dayoung yang cenderung mengomentari segala hal.

“Raein-a, benar kau tidak apa-apa? Kau selalu memakai masker, aku bahkan tidak pernah melihat wajahmu tanpa masker..”

Raein mendongak untuk menoleh dan menatap sosok pria yang lebih tinggi darinya itu, “Benarkah? Aku kira kamu sudah tahu.”

Changsub menghentikan langkahnya seketika. Ia merasa terkejut karena jarang sekali dirinya mendapati Raein yang seperti itu. “Raein-a...kau...kau...berbicara padaku? Ah~ ini seperti mimpi saja....” lalu lelaki itu menggeleng keras untuk menyadarkan dirinya sendiri.

Raein menoleh ke belakang, “Kau kira aku tuna wicara?” ucapnya sambil menepuk pelan lengan Changsub. Sentuhan itu membuat Changsub sedikit melompat ke belakang.

*

“YA~ sekarang giliranku lagi! Park Raein!” teriak Dayoung lumayan keras sambil menggeser tubuh Raein menggunakan tubuhnya. Raein bahkan belum sempat memukul bola.

‘TAK!’

“AH~ kenapa tidak masuk sih!” gumam kesal Dayoung pada bola berwarna merah itu. “Sudahlah, aku bosan! Kalian lanjutkan saja berdua!” Dayoung melempar begitu saja tongkat kayu di atas meja, kemudian Raein mengembalikan ke tempatnya semula.

“Raein-a, giliranmu.” Ucap Changsub.

Raein mulai bersiap untuk menyodok bola di atas meja hijau itu, namun ia tidak bisa menemukan posisi yang tepat untuk memasukkan bola itu ke lubang.

“Dari sini, begini...” tiba-tiba Changsub berdiri di belakangnya dan membantu Raein mencari posisi.

‘TAK!’ bola hitam itu sempat mengenai bola yang lainnya namun akhirnya Raein berhasil menghilangkan bola hitam tersebut.

Bravo!!” teriak Changsub kemudian menepuk-nepuk punggung Raein yang nampak biasa saja.

Sementara itu, di sudut sana sepasang mata tidak suka melihatnya. `Apa bagusnya dia..jika bukan karena dia pintar dalam sastra, aku malas bergaul dengan orang aneh itu.`

“Raein-a, sudah hampir jam 12 malam...tidak pulang?” tanya Changsub mengingatkan kawannya itu.

Raein menatap jam dinding yang ada diruangan itu, kemudian ia mengangguk dan menyudahi semuanya. Mereka menghampiri Dayoung yang sedang asyik minum soda dan kemudian Changsub mengatakan sesuatu.

“Nuna, itu tidak baik buat kesehatan! Jangan terlalu banyak minum minuman bersoda, dan aku lihat sepertinya berat badanmu naik, yah? Haha...”

Raein melihat perubahan diwajah Dayoung, ia tampak tidak senang dengan candaan Changsub barusan, kemudian seperti biasa perempuan itu berjalan mendahului yang lain.

Setelah Changsub selesai membayar tagihan, mereka bergegas menyusul Dayoung.

*

Aku pasti bisa membuat Changsub lebih dekat denganku daripada dengannya.

“Terima kasih ya, kalian sudah menemani aku bermain biliar..kapan-kapan kita bertemu lagi...sudah ya aku masuk ke dalam rumah. Bye..bye...” Dayoung berjalan menuju rumahnya yang berada lebih tinggi dari rumah yang lainnya.

“Hhhh~.....” terdengar Raein menghela keras setelah perempuan yang lebih tua 4 tahun darinya itu menghilang di balik tangga yang lumayan tinggi itu.

Changsub menatapnya, “Kenapa? Kau merasa tidak enak badan Raein-a?” kemudian Changsub sedikit memijat pundak Raein namun gadis itu tidak menginginkannya.

Raein berlalu dan Changsub mengantarnya pulang ke rumah yang lebih mirip Dojo. Disanalah Raein tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga seorang adik laki-lakinya yang berusia 17 tahun.

“Sudah sampai, hmm~ apa kau senang bermain biliar tadi?” tanya Changsub sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya.

Raein merebutnya, ia tidak suka melihat orang-orang disekitarnya merokok. Dan kemudian ia menggeleng keras. Raein tidak suka basa-basi, ia akan mengatakan apapun sesuai dengan apa yang ia rasakan.

“Oh, kalau begitu maaf ya...pasti ada yang membuatmu tidak nyaman, iya kan?”

Raein menatap Changsub, “Besok, pagi-pagi datanglah lagi. Aku...aku ada perlu denganmu.” Ucapnya kemudian masuk ke dalam rumah.

Changsub merasakan Raein tidak seperti biasanya, “Eh, kau membawa rokokku!” teriaknya dari luar pintu, namun Raein sudah berlalu di dalam rumah.

*

Raein merasa lelah dan ia melepas maskernya, menyibak poni rambutnya dan menggulung rambutnya rapi. Ia tampak lebih rapih dari pada tampilan sehari-harinya, dan kemudian ia pergi ke halaman belakang rumahnya untuk membakar sekotak rokok yang rupanya masih utuh itu.

Nuna~!” panggil adik laki-lakinya yang perlahan menghampirinya. “Kemana saja? Tadi aku sendirian dirumah! Dan kau tidak dapat  bagian pizza yah! Appa dan Eomma tadi membelikannya untukku! Oh, apa yang kau lakukan, Nuna? Ah, itu....!”

“Kenapa kau berisik sekali, Byung-a! Diamlah, ini bukan milikku. Aku menyitanya dari Changsub tadi. Aku tidak suka melihatnya menghisap benda ini.”

Byung menyipitkan mata, “Nuna, kau menyukai Hyung itu ya? Padahal aku kira orang itu menyukai tipe gadis seperti temanmu yang lagi satu itu...yang jalannya seperti model itu!”

Raein melemparkan kotak rokok itu dan mulai membakarnya, ia melamun melihat api yang mulai membesar, menyambar lapisan luar kotak rokok, perlahan mulai membakar tembakaunya, bau khasnya mulai tercium. “Sedang apa kau jam segini, kenapa belum tidur? Anak kecil tidak boleh begadang!”

YA~ Nuna....aku menunggumu! Aku sudah tidur dari jam 8 tadi. Aku terbangun karena mendengarmu datang. Janganlah sering pergi meninggalkan rumah, setidaknya Nuna harus mengabari aku!”

Bahkan aku tidak menyadari jika Byung sudah mulai beranjak dewasa saat ini..aku bukan Nuna yang baik...kurasa.

Mian, Byung-a...lain kali aku akan mengajakmu keluar bersama ya. Tapi kau jangan berisik ketika pergi bersamaku. Oh iya, besok pagi-pagi tolong bangunlah lebih awal. Aku menyuruh Changsub datang kerumah.”

“Ada apa? Ada apa?”

Raein sedikit tersenyum, “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengenalkannya pada kalian.”

***

Keesokan harinya Byung bangun lebih awal dan menunggu kawan kakaknya itu di depan pintu. Namun sudah jam 8 lewat tidak ada tanda-tanda dari orang itu.

“Mana...ini sudah siang..”

‘KLAK’

Pintu terbuka dan Eomma heran mengapa anak bungsunya begitu tampak risau dan bangun lebih pagi darinya. “Byung-a, sedang apa kau disini?”

“O~ Eomma, aku menunggu teman Nuna, katanya mau datang pagi ini..tapi aku sudah menunggunya satu jam lebih tidak ada siapa pun yang datang.”

“Teman Raein? Teman? Atau kekasih?” tanya Appa kemudian yang sudah tampak tampan dengan setelan jasnya. Pria berusia setengah abad itu merapikan sedikit dasinya. “Yeobo ppali~ ppali kita akan terlambat!” ucapnya kemudian menuju ke mobilnya.

“Byung-a, jaga rumah ya, Eomma dan Appa akan datang ke acara pernikahan, dan tempatnya agak jauh. Jadi pulangnya mungkin sore hari.” Wanita itu mengecup kening anak bungsunya.

Ne, Eomma.” Kenapa mereka suka sekali pergi sih? Padahal aku kan ingin ikut juga.

*

Ia terjebak disana sudah satu setengah jam. Namun karena makanan yang disajikan lezat, ia jadi melupakan janjinya dengan gadis bermasker itu.

“Changsub-a! Bagaimana rasa masakanku? Enak?”

Changsub mengangguk dan terus mengunyah apa yang ia makan, “Aku baru tahu, Nuna bisa memasak masakan selezat ini. Lain waktu kita harus piknik, dan pasti Raein suka sekali dengan rasa masakanmu!”

Dayoung kesal, ia tidak melanjutkan menuangkan susu di gelas Changsub. “Hmm~ kalau boleh aku tahu, apa yang kau lakukan di sekitar rumahku?”

“AH~ aigooo~ Nuna ya~ aku sampai lupa jika pagi ini sebenarnya aku di undang ke rumah Raein, tapi karena kau memanggilku untuk mencicipi masakanmu, aku jadi tidak bisa beranjak dari sini! Aku sungguh lapar!”

Dayoung kembali mendapatkan senyumnya, “Kalau begitu, sering-seringlah datang ke sini! Aku suka jika kau...maksudnya, aku senang bisa berbagi jatah makananku bersamamu!”

Changsub tersenyum karena senang ia mendapatkan sarapan gratis pagi ini, tapi sebenarnya ia tidak yakin jika semua ini Dayoung yang membuatnya.

***

Nuna, aku tidak suka melihat wajahmu yang seperti itu!” Byung duduk di meja makan dan mengamati wajah Raein yang sedikit kesal. “Mungkin lain waktu dia bisa menemui kita, jangan berburuk sangka padanya!”

“Byung-a...aku biasa saja, jadi tolong kurangi intensitas protesmu. Tidak lihat kah kau aku sedang sibuk? Jangan buat aku semakin bingung...atau kuas ini akan mengotori wajahmu!”

Raein yang memiliki kemampuan melukis di atas rata-rata sering menjadikan adiknya sebagai objek lukisannya, dan hasilnya selalu mengagumkan, ia tidak pernah menceritakan pada siapa pun tentang keahliannya, karena ia tidak ingin terlihat menonjol di antara mahasiswa di jurusan kesenian lainnya.

Nuna, aku ingin ke kamar kecil...apakah lukisanmu sudah selesai? Sudah satu jam aku menahannya....” ucap Byung sambil mengeluarkan ekspresi yang lucu bagi Raein.

Raein tak dapat menahan tawanya, “Tunggu apalagi? Apa kau mau mengeluarkan itu disini?” kemudian ia melihat adiknya lari terbirit-birit ke kamar mandi dan ia melanjutkan lukisannya yang sebentar lagi selesai. “Selalu saja, berakhir di atas kanvas. Hhhhh~...” eluhnya.

‘DOK, DOK, DOK’

“Raein-a~ apa kau di dalam? Ini aku, Changsub!”


Mendengar itu, Raein terlihat panik. Rumahnya sedang berantakan, tube cat minyak dan cat poster ada di mana-mana. Ia tidak bisa segera membukakan pintu untuk lelaki itu.

“Aisshh! Orang itu kenapa datang di saat seperti ini!? Dimana harus ku letakkan lukisan ini?”

Raein memindahkan lukisan itu ke halaman rumput di belakang rumah, begitu juga kursinya dan segala perlengkapan lukisnya. Dan tidak lupa menarik adiknya untuk duduk di menghadap kanvas.

Nuna, Nuna,....apa yang...”

“Diamlah! Apa pun yang terjadi katakan iya saja! Jangan mengatakan hal yang lain!” Raein mengambil maskernya dan membuka gelungan rambutnya, kemudian ia membukakan pintu untuk Changsub.

“Ah~ Raein-a! Maaf, maaf....aku datang kesiangan...aku, aku lupa menyetel alarmnya...” namun kebohongannya sudah di ketahui oleh  Raein, karena ia mendapat MMS dari Dayoung dimana tampak Changsub yang sedang lahap makan di rumahnya.

Raein mencoba mengatur nafas, kemudian mengangguk dan mengajak pria itu masuk. “Tidak masalah...kau sudah datang pun aku senang. Tapi maaf, aku tidak menyisakan sarapan untukmu.

Changsub melihat sekeliling, rumah yang mirip sebuah Dojo dengan banyak lukisan di dindingnya. Kemudian perhatiannya tertuju pada sesosok pria yang duduk tenang sambil melukis. “Dia, siapa?”

“Teman dekatku, dia sering melukis disini. Semua lukisan yang ada dirumahku, hasil karyanya. Namanya Park Byung Jae, dia...tampan~ ah! Maksudku, banyak gadis-gadis yang menyukainya, jadi dia disini bersembunyi disini agar tidak terus-terusan di kejar oleh gadis-gadis itu.”

Changsub mengamati mata Raein ketika menceritakan tentang Byung Jae. Ia merasa sedikit curiga, jika selama ini Raein menyukai orang yang sedang melukis itu. “Kau...sejak kapan mengenalnya?”

Raein menggiring Changsub ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari Byung berada, “Sudah lama, lebih lama dari mengenalmu. Iya, kurang lebih seperti itu.”

“Oh....” hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Changsub. “Rumahmu sepi sekali? Kemana orang tuamu? Apa kau tinggal seorang diri atau....”

“Mereka sedang keluar, eksekutif. Selalu sibuk bahkan di saat akhir pekan. Makanya aku mengundangmu ke sini untuk menemaniku.” Sebenarnya itu bukan alasan yang sesungguhnya.

Changsub melihat Byung Jae menunjuk-nunjuk Raein, “A...sepertinya dia memanggilmu.”

Raein menghampirinya dan berbicara sedikit lalu mengajak Byung Jae untuk berkenalan dengan Changsub.

Annyeonghaseyo...” sapa Byung kepada Changsub. Mereka saling membungkuk dan lalu mereka mengobrol.

Ku harap Byung tidak terlalu cerewet...tapi aku merasa...ah! Kenapa aku jadi membohongi Changsub? Jika aku katakan dia adikku,...kenapa aku tidak mengatakannya saja tadi!? Aishhh.....Babo!

“Mm, Hyung....apakah kau satu kampus dengan N...dengan Raein?”

Raein sempat membelalakkan matanya ke arah Byung Jae.

“Oh..ah, itu iya satu kampus..tapi jurusan yang ku tempuh berbeda dengan Raein...di universitas Howon...” ucapnya sambil melirik ke arah Raein.

Byung tampak mengangguk mengerti dan kemudian ia sibuk dengan smartphone yang Raein genggam. Mereka tampak begitu dekat di mata Changsub, ia bahkan merasa minder dengan pemuda tersebut.

YA~ apa yang kau lakukan Byung-a...? Jangan meracauku!” Raein memegang leher Byung Jae dan pemuda itu nampak geli dan tidak bisa menahannya. Canda mereka lepas, tampak dari wajah Byung Jae.

“Changsub-a, bagaimana jika kita pergi? Aku sebenarnya ingin membeli sesuatu...apa kau mau menemaniku? Kita pergi bertiga, biar aku yang menyetir mobil.” Ucap Raein tanpa menunggu Changsub untuk menjawabnya, ia segera bersiap.

Changsub merasa canggung ditinggal berdua dengan Byung Jae.

“Byung Jae-ssi..” panggilnya sedikit ragu. “Kau kuliah dimana?”

Byung tampak bingung menjawab pertanyaan itu, “Ah, Hyung...jangan seformal itu padaku...aku masih SMA~ tahun ini akan lulus.”

Ah...bocah ternyata....tapi dia bahkan lebih tinggi dariku...

Changsub memutar-mutar cangkir yang ada di hadapannya. “Apa kau pernah melihat wajah Raein? Aku tidak pernah, soalnya dia selalu memakai maskernya. Bahkan aku kesusahan mengajaknya makan diluar.”

Byung Jae terlihat mengangguk-angguk, “Hyung~ dia itu cantik sekali...apalagi jika sedang menggelung rambutnya!”

Changsub agak terperanjat mendengar pengakuan Byung Jae... sejauh itu kah bocah ini mengetahui tentang Raein? Aku kira selama ini, aku yang benar-benar mengetahui Raein dengan baik.... “Oh ya? Secantik apa?”

Byung memutar matanya, “Eumm~ cantik, cantik...menurutku sih.” Jawabnya seperti kalimat yang belum selesai.

***

Changsub merasa tersisihkan karena kehadiran Byung Jae, bocah yang tampak tidak mau berpisah dengan Raein itu. Ia sebenarnya jengah, karena bocah itu begitu hiperaktif dan tidak berhenti mengoceh. Ia selalu  mengomentari apa yang ia lihat.

“Byung-a..mian...menyeretmu ke dalam masalahku..” bisik Raein terlihat begitu mesra di mata Changsub. Ia berbisik sambil memainkan ekspresi matanya.

“Ah Nuna..., tidak masalah! Aku senang bisa membuat temanmu itu kesal. Lihatlah, bahkan ia tidak sempat berbicara padamu selama kita berbelanja!”

Raein menarik maskernya, Changsub melihatnya namun rangkulan Byung Jae menghalangi wajah gadis itu.  Dia membuka maskernya!! Omo, omo!

Raein menarik napas panjang, “Sudahlah..aku menyesal kenapa harus berbohong padanya. Nanti aku jelaskan dirumah! Dan jangan merangkulku seperti itu!” Raein menyingkirkan tangan adiknya dari pundaknya. Ia hanya mendengar Byung terkekeh senang karena bisa mengerjai teman kakaknya tersebut.

Mereka itu...tampak seperti lebih dari teman biasa....apa ini Cuma perasaanku saja? Bocah itu dekat sekali dengan Raein....

***

“Kenapa kosong? Byung-a! Raein-a~....” teriak Eomma yang mendapat rumahnya kosong dengan peralatan lukis yang belum di bereskan. “Anak-anak ini....kenapa selalu seperti ini!” gumam Eomma yang kesal karena mereka tidak pernah membereskan peralatan lukis itu.

Ternyata mereka berdua datang bahkan sebelum sore tiba, mereka ternyata batal menghadiri acara rekan mereka karena jalan menuju lokasi acara begitu padat dan mereka sudah terjebak kemacetan selama berjam-jam.

Yeobo, anak gadismu sedang berbelanja dengan Byung juga temannya. Barusan aku menelfonnya. Apakah kau mau menitip sesuatu?”

Perempuan yang masih terlihat cantik dan bugar itu menggeleng, ia masih sibuk membereskan peralatan lukis Raein dan menengok kanvas yang di letakkan di gazebo taman belakang. “Yeobo, tolong bawakan kemarin lukisan disana itu.”

Appa cukup terkagum dengan lukisan yang anak perempuannya buat untuk Byung Jae. “Kenapa ia tidak pernah menjual lukisan-lukisannya.........”

*

“Changsub-a, ini untukmu.” Raein memberikan sebungkus jajanan rumput laut kering untuknya. Dia tahu apa yang Changsub suka dan tidak suka. Kemudian ia sibuk membuka bagasi dan mengeluarkan semua barang belanjaan.

“Biar aku yang bawakan?” tanya Changsub sambil merebut kantong plastik berat yang dibawa ole Raein.

Hyung, sini biar aku saja...sepertinya sudah ada orang dirumah....” ujar Byung Jae membuat Raein menjadi sedikit panik.

Ya~ Ya~ bawa ini semuanya ke dalam.” Ucap Raein begitu santai kepada Byung Jae. “Jangan lupa yang ini masukkan ke dalam kulkas. Raein menunjuk kantong plastik yang berisi daging kalkun.

Changsub melihat bocah itu dengan seksama, dan ia menyadari sesuatu, “Raein-a, ini hanya perasaanku saja atau....garis kelopak matamu...mirip sekali dengan Byung Jae.”

Raein menatap Changsub, “Mungkin kami jodoh? Eum, terima kasih ya sudah menemani aku belanja, tapi maaf, aku akan sibuk setelah ini...tidak bisa menemanimu lagi....jika sudah sampai dirumah tolong kabari aku.”

Ah...dia mengusirku... “Baiklah! Aku juga senang bisa menemanimu, katakan pada Byung Jae, aku pergi.”

Raein menatap orang itu sampai ia terlihat begitu kecil seperti titik hitam di ujung jalan sana. “Hhhhh~...” ucapnya keras sambil membuka masker yang menutupi setengah wajahnya. “Kenapa dia berbohong padaku...dan kenapa aku juga membohonginya..”

Nuna, apakah aktingku bagus?” tanya Byung Jae sambil menutup pintu garasi. “Dia membohongiku, kau juga kan? Aku rasa  itu impas. Lagipula, orang itu tampak senang bisa sarapan bersama temanmu yang aneh itu.”

Raein menatap Byung Jae, “Apa yang kau bicarakan hah? Kau tidak mengerti apa yang kurasakan...”

Byung melirik kakaknya yang tampak masih kesal tersebut, namun ia berusaha lebih keras untuk menghiburnya. Ia tidak mau melihat Rae In menjadi penyendiri lagi.

***

Jadi mereka baru saja pergi bersama? Dan siapa orang yang bersama Raein? Orang itu tampak lebih tampan dari Changsub.....

Perempuan itu berpenampilan seperti sasaeng fan, ia membalut tubuh dengan mantel panjang dan memakai syal untuk menyembunyikan wajahnya. Dayoung mengamati rumah Raein semenjak Changsub datang kesana sampai dia pulang.

“Seperti apa wajah orang itu? Mengapa ia terus menggunakan masker? Ada apa dengan wajahnya? Aku harus bisa melihatnya! Harus!”

Dayoung kemudian kembali menuju rumahnya yang sebenarnya terletak sejalur dengan rumah Raein, sudah lama sekali ia mengikuti dan memata-matai Raein, bahkan sebelum mereka kenal. Dan perkenalan dirinya dengan Raein bahkan sudah ia atur sedemikian rupa.

Dayoung hanya merasa iri dengan apa yang Raein lakukan, ia tidak bisa menjadi seperti Raein yang memiliki karisma begitu kuat, ia selalu saja gagal membina hubungan dengan sesama, selalu berujung dengan hal yang tidak baik. Maka dari itu ia mendekati Raein demi bisa berkenalan dengan Changsub yang notabene adalah seorang penyanyi di cafe dimana Dayoung rutin mengunjunginya. Namun sepertinya sekarang ia lebih ingin mengetahui siapa yang bersama Raein hari ini. Pemuda itu tampak berbinar dimatanya.

***

Beberapa hari sudah berlalu dan hampir 3 hari belakangan Byung selalu saja mengatakan hal yang apa dilihatnya di depan rumah Dayoung. Hal ini membuat Raein gerah, sebenarnya ia tidak begitu menyukai eonni itu, karena orang itu terlalu membuatnya mual ketika melihatnya. Bagaimana tidak, Dayoung pernah pura-pura jatuh agar Changsub menolongnya, dan perempuan itu mengatakan kebohongan dengan mengkambing hitamkan dirinya. Namun Changsub hanya menganggap hal itu candaan saja.

Nuna, hari ini aku melihat.....”

“Byung-a, aku tidak mau mendengarnya lagi...kau tahu kan, orang itu....sungguh mencari perhatian sana-sini.”

Byung Jae menggoncang tubuh kakaknya yang terduduk lemas di gazebo taman, “Bukan itu Nuna! Aku tidak melihat Changsub hari ini di rumah itu, tapi, aku melihat temanmu itu begitu buruk!”

Raein tidak mengerti apa yang adiknya bicarakan, “Maksudnya? Dia kan memang tidak cantik. Aku juga tidak.”

Aish...why this nuna so stupid?! Bukan, bukan itu maksudku! Aku melihatnya baru datang dari suatu tempat, ia datang dengan taksi, ia pergi bersama seseorang, mungkin temannya, dan aku melihat wajahnya....dia melakukan operasi plastik! Total!”

Raein terbelalak dengan sendiri mendengar penjelasan Byung, ia tidak percaya jika Dayoung sungguh-sungguh  melakukannya. “Jinjja? Ah~ itu kan hal yang lumrah di negara kita...kenapa harus terkejut seperti itu...” padahal Raein lebih terkejut mendengar hal itu.

Nunaa-aaa~~~, bukan hanya itu saja! Selama ini, ternyata dia mengamati kita! Nuna tahu kan tiang listrik besar yang ada di seberang jalan? Dia sering mengamati kita dari sana!”

“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Jangan membuat berita bohong!”

Byung Jae kebingungan bagaimana  menjelaskan keadaan yang sebenarnya, “Untuk apa aku membohongimu? Aku sungguh melihatnya beberapa kali...awalnya aku tidak mengenalinya. Tapi lusa kemarin, aku juga mengawasinya...ternyata orang itu memang dia!”

“Hhhhh~......” Raein menghela napas panjang, “Byung-a, kenapa kamu membuang waktumu untuk hal-hal yang seperti itu..aku kan tidak pernah mengajarimu untuk melakukan hal seperti itu. Lagipula, itu urusannya...untuk apa kita mencari tahu? Aku sama sekali tidak peduli.”

Byung tampak kesal dan membuang roti yang ia makan ke dalam kolam ikan, “NUNA!” ia berteriak begitu keras sampai Appa yang berada di dalam rumah menoleh ke arah mereka. “Aku selalu salah dimatamu, padahal aku sudah mencoba bertindak benar! Tapi kenapa kau tidak pernah melihatku dari sisi yang lain?! Kau tidak pernah tahu kan mengapa aku melakukan hal itu?”

Ani.” Jawab Raein cepat.

“Hhhhh~..” giliran Byung yang menghelas nafas, “Karena aku sayang padamu, Nuna! Aku tidak mau hal buruk terjadi padamu! Aku tahu banyak pihak yang tidak menyukaimu, maka dari itu, aku rela membohongi orang, tapi rasanya apa yang sudah ku perbuat selama ini tidak ada harganya di matamu!” Byung kesal dan meninggalkan Raein seorang diri di taman belakang rumah.

Melihat reaksi anak bungsu mereka yang seperti itu, Eomma dan Appa hanya bisa memandanginya sampai bocah itu menghilang di balik pintu kamarnya.

‘BRAK!’

“Byung-a! Jangan membanting pintu seperti itu!” tegur sang Ibu yang mencoba membuat suasana lebih tenang.

*

Raein memandangi roti yang Byung lempar ke dalam kolam ikan, perlahan roti itu tenggelam dan menghilang di dalam pekatnya air kolam. Sepertinya dirinya, yang tenggelam dalam tangisan. Ia menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya. Ia merasa apa yang dikatakan adiknya ada benarnya juga. Hanya saja, ia tidak pernah menyadari jika Byung sudah begitu mengerti dan begitu peduli pada dirinya.

***

Paginya, ia sama sekali tidak melihat Byung keluar kamar. “Sudah jam sembilan...apa dia masih tidur?” Raein menunggu di depan kamar bocah itu, sampai akhirnya seseorang membuatnya beralih.

“Oh, Raein-a....boleh aku masuk?” tanyanya sambil memarkir sepeda motor persis di sebelah pintu rumah.

“Changsub? Ada apa? Kenapa tidak memberitahuku dulu kalau kau mau kesini?” dengan tampang yang bingung Raein mempersilakan  Changsub untuk duduk.

“Maunya aku mengajak Dayoung Nuna keluar sebentar, tapi barusan aku dari sana....orang dirumahnya bilang, dia sedang sakit dan untuk sementara waktu tinggal di rumah kakaknya.”

Rupanya, Byung tidak mengarang cerita semalam.

Aku tidak bisa merespon Changsub, aku tidak bisa berkonsentrasi, sementara aku masih belum menyelesaikan masalahku dengan adikku sendiri.

“Raein-a...kau memakai masker 24 jam yah? Bahkan saat dirumah? Aku belum pernah melihat wajahmu...apa kau memiliki bekas luka di wajahmu?”

Raein menggeleng, “Aku, aku sedang bertengkar dengan Byung Jae. Aku bingung, maaf ya.” Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

“Oh? Ah ~... lalu?” sejujurnya aku bingung harus menjawabnya dengan bagaimana. Aku sebenarnya iri dengan bocah itu, bisa begitu dekat dengan Raein...aku seperti tidak rela saja... “Kalian sudah bertemu untuk menyelesaikan ini?”

Rae In menggeleng, “Belum...aku tidak tahu, dia begitu susah kuhubungi setelah itu. Apalagi, sekarang sudah masuk masa liburan. Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan teman sebayanya. Padahal aku ingin sekali mengajaknya ke amusement park. Dia dulu pernah bilang padaku, ingin naik roller coaster bersamaku...Hhhh~...”

Changsub melihat gadis itu benar-benar tidak bersemangat hari ini. “Mungkin besok kau bisa menghubunginya lagi, apa perlu aku antarkan ke rumahnya?”

Ani...aniya...aku bisa sendiri, ah~....ottokhae?” lalu seisi ruangan itu hanya terdengar isakan tangis gadis itu.

*

Nuna....mianhae...

Byung menguping semua pembicaraan itu dari balik pintu kamarnya, ia merasa kasihan kepada sang kakak. Ia menyadari jika perbuatannya semalam terlalu kasar dan sudah membuat Raein begitu merasa bersalah.

***

Pada akhirnya Changsub mengajak Raein berkeliling hanya sekedar membuat tenang hati sahabatnya itu. Walaupun memakai masker, Raein begitu jelas menunjukkan wajah sedihnya. Changsub tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa menenangkan sahabatnya itu.

“Raein-a...kau mau gulali tidak?” tanya Changsub sambil memperhatikan penjual gulali kapas di ujung jalan.

“Kau mau?” tanyanya kembali, lalu mereka berjalan menyusuri pertokoan untuk menuju penjual gulali tersebut. Sampai akhirnya Changsub melihat segerombolan pemuda yang sedang duduk-duduk sambil meminum minuman yang mengandung alkohol tinggi.

Changsub lalu memindah posisinya ke kiri Raein karena sudah dari tadi mata pemuda itu memperhatikan Raein. “Aku tidak suka melihat mereka seperti itu. Kuharap teman SMAmu itu tidak seperti mereka...”

Raein jadi ikut mengamati segerombolan pemuda yang rupanya sudah mulai mabuk itu. Mata mereka, entahlah, memandang Raein seperti ingin menerkam mangsa saja. “Ku harap juga begitu, Changsub-a...”

Saat keduanya sedang bingung memilih gulali kapas yang mana akan dibeli, sebuah suara yang Raein kenali terdengar di sekitarnya.

“Kalian? Sedang apa disini, YA~ pulanglah! Jangan sampai kepala sekolah menahan malu dengan apa yang kalian lakukan disini!” tegur pemuda itu kepada pemuda-pemuda yang mulai kehilangan kesadaran di sana.

Byung Jae? Ia mengenalnya?

Ya Jae Hyung~..... aku melihat pacarmu sedang jalan dengan laki-laki lain....” ujar salah seorang dari mereka. “Bahkan aku bisa melihat betapa cantiknya pacarmu walaupun wajahnya tertutupi masker..” sahut yang lainnya.

“Aku bilang PULANG!!” teriak Byung membuat gerombolan itu buyar dengar sendirinya.

Raein menatap adiknya yang tampak bukan seperti yang ia kenal dan ketahui selama ini. Apa yang di katakan Byung semalam semuanya benar, ia berbohong kepada semua orang tentang statusnya, semata-mata melindungi dirinya dari semacam gerombolan tadi.

Eung~ Byung-a..mianhae!” teriakan Raein membuat Changsub menyadari kehadiran Byung Jae.

Mereka ini...seperti punya magnet....

N~.....Raein-a, gwaenchanayo. Aku juga minta maaf...aku tidak bermaksud seperti itu semalam....”

Semalam katanya? Semalam?

Changsub benar-benar merasa kecolongan, padahal semalam ia berniat untuk menelfon Raein, namun pulsanya tidak mencukupi. “Selesaikanlah urusanmu, aku tinggal sebentar yah.” Changsub menyingkir masuk ke dalam sebuah kedai kecil menjual minuman.

Changsub-a...maaf aku membohongimu... “Byung-a,....eung~.....aku sadar, selama ini...”

‘GREB’

Nuna, sudah jangan bahas hal yang sudah lewat. Sepertinya Changsub merasa iri padaku karena bisa memelukmu seperti ini, maaf ya aku menganggu waktu kalian berdua.” Bisik Byung Jae kepada kakaknya. “Kalau begitu aku pulang, Appa Eomma akan segera pulang, aku tidak mau melihat mereka berceloteh karena rumah kosong.”

Mata Raein memerah, ia terharu sekaligus bangga dengan adik kesayangannya itu. “Pulanglah, tunggu aku dirumah.” Raein menarik kerah baju Byung dan mengecup sayang kening bocah itu dari balik masker kainnya. “Nuna sayang Byung Jae.” katanya kemudian.

Raein-a........  segelas susu yang Changsub pegang terjatuh ketika ia tidak percaya apa yang ia lihat barusan.

***

Hari, minggu, bulan sudah banyak berlalu. Changsub masih menyimpan rasa yang ia tujukan kepada Raein. Aku menyukainya, tapi aku tidak bisa menyampaikan perasaan ini. Aku tidak tahu, mereka bagaimana. Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu status di antara mereka.

Sementara Changsub tengah ragu dengan status antara Raein dan Byung Jae, Dayoung yang beberapa bulan lalu melakukan bedah plastik kini sudah kembali ke rumahnya dan ia terlihat lebih cantik dengan wajah barunya. Dengan begini ia akan lebih percaya diri menemui kawan lamanya.

Ia berjalan begitu angkuh menuju rumah Raein, sampai ia melihat gadis itu sedang menggunakan maskernya.

“Lama tidak berjumpa, Park Rae In...”

Raein menatapnya tanpa ekspresi, ia tidak terkejut dengan perubahan wajah itu. “Hai Dayoung. Apa kabar?”

Dayoung duduk di kursi panjang dekat tempatnya berdiri, ia begitu angkuh dengan wajah tanpa makeup yang sempurna karena tangan dokter bedah tersebut. “Sudah pasti aku sangat baik dan hariku menyenangkan...ku dengar kau sudah punya kekasih? Siapa dia?”

Orang ini...aku gemas ingin memukul hidungnya yang palsu itu dengan ember ini.... “Bukan urusanmu.” Jawabku ketus. Aku sudah tidak bisa berpura-pura menyukainya lagi setelah aku tahu apa yang ia lakukan kepadaku. “Lebih baik kau bercermin sampai puas. Wajahmu sudah bagus kan? Apa mau diubah lagi?” ucapnya pelan tapi begitu menusuk hati yang mendengarnya.

Terlihat Dayoung menahan amarahnya, namun gesture tubuhnya berbicara. “Aku kira kita bisa menjalani semua ini dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi aku tidak akan mengalah, karena sekarang kita adalah rival.”

Ucap gadis dengan penampilan yang feminin dan melenggang seperi model profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah primadona di kampusnya, bagaimana tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan kini setelah ia menjadi jauh lebih cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa ‘tinggi’ dan selalu memandang rendah serta sebelah mata terhadap kawannya sendiri, Park Raein.

“Terserah apa katamu, aku tidak takut.” Jawab Raein santai.

“Bagaimanapun caranya, aku akan membuatmu menyesal karena sudah menantangku. Park Byung Jae akan menyukaiku, begitu juga dengan Changsub. Jadi aku tidak memberimu kesempatan untuk mengambilnya kembali.”

Raein tidak terima wanita itu  ingin berlaku semena-mena pada adiknya, “Kau bisa mengambil Changsub atau siapapun, tapi tidak Byung Jae. Atau aku akan membuat wajahmu rusak.” Dengan tegas dan tidak main-main Raein menyampaikan hal itu, kemudian Dayoung pergi dengan amarah yang ia tahan.

“Orang itu...sepertinya dia tidak sehat,....” sahut seseorang yang  baru muncul dari balik pintu. “Nuna~ bagaimana jika besok kita menginap di vila milik Hwan ahjussi? Lama kelamaan aku jengah melihat orang itu...”

Raein terduduk lemas, ia belum pernah berkata sekasar itu. Terakhir kali ia melakukan hal itu sudah 6 tahun yang lalu. “Byung-a....” panggilnya sambil memandangi tangannya yang gemetaran. “Bisa pegang tanganku sebentar?”

Nuna...jangan terlalu memaksakan diri...aku tidak mau kau sesak napas lagi seperti waktu itu..aku takut tidak bisa menolongmu lagi...” ucap Byung sambil berlutut di hadapan kakaknya sambil menggenggam erat tangannya.

Dan sepertinya aku selalu datang di waktu yang salah...Hhhh~ Things are only difficult now...

Changsub mengurungkan langkahnya memasuki areal halaman rumah Raein.

***

Bahkan mereka sudah mengasingkan diri di tempat yang direkomendasikan oleh Byung, namun teror seakan tidak berhenti sampai disini. Sampai pada suatu malam di vila tersebut...

“Changsub-a, aku kedinginan. Bisakah kau mengambilkan aku selimut lagi?”

“Tentu saja!”

Changsub menuju ke sebuah kamar untuk mengambilkan selimut, namun Raein merasa dari luar vila ada suara aneh yang seolah seperti mengetuk-ngetuk jendela. Ia pergi untuk memeriksanya, namun diluar tampak sepi. “Mungkin hanya perasaanku saja....” kemudian ia mengkhawatirkan adiknya yang keluar terlalu lama untuk  melihat semua peliharaan milik Hwan ahjussi. Dia berniat memeriksa ke bagian belakang rumah, namun sebelumnya ia mencari Changsub. “Changsub-a, aku ingin mencari Byung Jae, mau menemaniku?”

“Oke, pakailah ini. Semoga ini cukup tebal.” Changsub memakaikan jaketnya di tubuh Raein dan ia hanya membekap tubuhnya dengan selimut tebal. “Ayo kita cari sekarang.”

Mereka berjalan menyusuri lorong remang-remang untuk menuju ke kandang anjing-anjing itu namun mereka merasa aneh, kenapa anjing-anjing itu tidak berisik.

“Aku rasa ada yang tidak beres....” ujar Changsub sebelum mendekat ke kandang anjing. “Ke mana Byung Jae?”

Raein mulai panik, ia melihat anjing-anjing itu sedang tertidur pulas. Namun ia tidak melihat tanda-tanda kehadiran adiknya disana.

‘BUKH’

Terdengar samar suara bantingan pintu mobil dari arah depan, Raein langsung berlari meninggalkan Changsub. Ia sudah curiga semenjak kedatangan mereka 2 hari yang lalu disini.

“RAE IN-A~ !”

Byung pasti ada disana!

*

“Akhirnya aku mendapatkanmu, sayang.”

“BYUNG JAE!” teriak Raein dalam larinya, namun yang ia lihat adalah orang itu. Orang yang sungguh ‘cantik’. “Apa yang kau lakukan Dayoung?”

Karena ia ketahuan, Dayoung langsung masuk kedalam mobil dan menghidupkan mesin mobil, namun betapa beruntungnya Byung Jae, mobil itu mendadak macet.

Itu memberikan Changsub kesempatan untuk menarik Dayoung turun dari mobil, namun rupanya aksi Changsub sudah di perkirakan oleh Dayoung sebelumnya. Ia menyembunyikan belati di lengan bajunya dan sabetannya mampu mengenai leher Changsub. Sementara itu Raein berusaha membuka bagasi belakang dan menarik adiknya keluar.

Byung Jae setengah sadar, rupanya ia baru saja di pukul dengan benda tumpul di kepalanya. “Nuna..? Enghh~...”

“Byung-a...sadar...Byung-a!”

Dayoung mencoba lari, namun Changsub bisa menangkap tubuhnya. Wanita itu benar-benar melawan Changsub dengan keras, sampai akhirnya Raein mendekat dan mencoba meraih belati yang Dayoung genggam.

“Changsub-a! Pegang kakinya!!”

Dengan sigap Changsub langsung mendekap kaki jenjang itu. Bahkan keningnya sempat tertendang oleh sepatu hak tinggi Dayoung.

“Aku sudah memperingatkanmu, kan? Huh, kenapa kau begitu santai menghadapi aku?” ucap Dayoung kacau, ia benar-benar ingin membuat Byung menjauhi Raein.

“Dayoung, sadarlah. Kau tidak perlu melakukan hal ini padaku!!!”

Keadaan terkendali untuk beberapa saat sampai Dayoung menemukan celah untuk menggores wajah di balik masker itu.

‘SRAT!’

Apa yang dia ......

“Raein-a!” teriak Changsub setelahnya.

Kain itu terjatuh tepat di samping kepala Dayoung, sayatan yang ia berikan hanya memotong tali masker milik Raein.

“....Dayoung, aku sudah muak dengan ini semua...” ucap Raein tanpa menggunakan masker lagi. Kemudian ia mengambil segenggam pasir dan mengoleskannya dengan kasar di wajah cantik Dayoung. “Aku sudah katakan, aku akan merusak wajahmu!!!”

Kemudian semuanya berakhir ketika Byung memanggil Hwan ahjussi untuk menangani apa yang telah terjadi.

***

Pagi menjelang, semuanya tampak begitu masih shock dengan apa yang terjadi semalam. Perempuan itu memandangi Byung yang tertidur pulas di hadapannya. Sesekali ia terlihat menghela napas, seakan tidak percaya Dayoung sudah membuat adiknya dan Changsub sampai cedera ringan.

“Tenanglah Raein-a, semua sudah aman....minumlah..” Changsub memberikan segelas air putih. “Betapa beruntungnya Byung Jae, memiliki kekasih seberani dirimu.”

‘UHUK!’ Raein tersedak, “Sebenarnya, dia bukan...kekasihku! Sama sekali bukan...”

Changsub terkejut mendengar pengakuan Raein, “Lalu? Selama ini aku, aku kira kalian pasangan? Adakah yang aku lewatkan?”

Raein menghapus sisa air di bibirnya dengan punggung tangan, “Mianhae Changsub-a, aku membohongimu selama ini...Byung Jae, dia adikku. Jadi apa yang kau lihat selama ini hanya sebatas hubungan saudara...tidak ada yang lebih dari itu..”

Sungguh, aku lega mendengar hal itu! Mungkin dia punya alasan tersendiri, mengapa ia melakukan hal itu padaku.

“Raein-a, aku tidak punya alasan untuk marah...maksudku aku memang tidak bisa...”

Wajah itu menatapku, kali ini aku bisa jelas melihat wajahmu....benar apa yang dikatakan Byung Jae, perempuan ini memang cantik seperti bayanganku selama ini.

Raein menatap bingung ke arah Changsub, ia menenggak susunya dan menunggu Changsub menyelesaikan kalimatnya. “Kenapa tidak bisa?”

Changsub memikirkan kata yang tepat sebelum ia menjawabnya... “Bagaimana bisa....maksudku, aku tidak bisa marah terhadap orang yang aku suka.”

Sesaat suasana menjadi hening, Raein menatap kawannya yang ternyata selama ini menyimpan perasaan padanya.

Raein kemudian mengangguk pelan dan memandang ke arah lain, “Aku cukup bisa menerima jawabanmu.”

Changsub ikut mengangguk dan melihat Byung yang masih tertidur, “Eumh...”

“Kau...tidak memerlukan responku?” tanya Raein membingungkan Changsub. “Atau kau hanya suka aku sebegai temanmu saja?”

“OH!” Changsub kemudian menyadari kekeliruan dari kalimatnya tadi, “Suka. Aku suka.” Jawabnya sambil lebih menonjolkan maksudnya dari ekspresi wajahnya saja.

“Sebentar, aku tidak mengerti, kau menyukaiku? Suka? Atau ‘suka’...?” tanya Raein lagi sambil mengatakan kata suka dengan dua jari naik turun. “Bisakah kau menjelaskannya lebih spesifik lagi?”

‘CUP’

Raein terlihat begitu terkejut ketika ia merasakan kecupan kecil di bibirnya. “Sekarang mengerti kan, Rae In? Dan aku ingin tahu, kenapa kau berbohong padaku,..”

“Eum, itu....aku hanya ingin melihat bagaimana reaksimu...sejujurnya aku mengharapkanmu cemburu...” ujar Raein sambil sesekali memandang pria menggemaskan itu.

Changsub tertawa dan mengusap lembut bahu Raein, “Aku cemburu, sangat cemburu.” Jawabnya membuat gadis itu tersenyum puas.

***

Seiring berjalannya waktu, orang-orang sudah melupakan apa yang terjadi di vila waktu itu. Sesekali Raein dan Byung sempat menjenguk Dayoung dan benar saja, orang gitu memang mengidap penyakit kejiwaan. Terkadang ia menatap Raein dengan tatapan yang  begitu benci, hal ini membuat Byung menarik kakaknya agar tidak terlalu dekat dengan Dayoung ketika pergi menjenguknya.

“Sudah ku kira dari awal, aku tidak pernah menyukai orang itu....”

Raein mengusap lembut kepala adiknya, “Semoga dia cepat sembuh, aku kasihan melihat keluarganya menanggung malu waktu kita temui mereka saat itu. Terutama kakak sepupunya yang terlihat begitu depresi.”

Byung membalas kakaknya dengan merangkul pundaknya, “Hyung pasti sudah menunggu kita, ayo bergegas!”

***

[Changsub’s]
Aku tidak menyangka saja, perasaanku terbalas. Sebenarnya aku mengetahuinya diawal, namun aku kembali ragu ketika bertemu dengan Byung pertama kali, maka aku memutuskan untuk perlahan mundur. Namun itu begitu sulit sampai di saat terakhir ketika aku hendak melepas semuanya, aku mendengar sebuah pengakuan yang ku tunggu-tunggu selama ini. Gomawo Park Rae In. Kau telah membantuku mencapai goal terbesar dalam hidupku, menyatakan perasaan padamu...kebohongan putih kecil yang membuatku sadar bagaimana perasaanku padamu!


TAMAT


-----------

“Oh apakah aku terlihat cantik dengan wajah baruku? Pasti Byung Jae dan Changsub menyukai aku....aku kini sudah lebih cantik dari yang dulu.....” ucapnya sambil terus memandangi cermin kecil yang ia pegang. Terkadang tersenyum sumringah, terkadang ia melempar keras cermin itu ke dinding dan mengutuk, bersumpah serapah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar