Tittle :
Little White Lie -2- [another story]
Cast :
Cha Hakyeon, Hyuk & Ravi (VIXX) – Han MiRa (OC)
Genre : friendship,
lover
Rated :
15+
Theme
Song :
-
Park Ki Woong (I Close My Eyes, You Are My Baby,
Confession)
-
Daesung (I Love You)
-
J.Ae (Blue Sky)
-
MBLAQ (Smoky Girl)
-
Infinite (Destiny, Request)
-
Nell (Ocean of Light)
-
Z.Hera (Peacock)
-
Yoo Ji Ae (Delight)
-
Kang Seung Yoon (Stealer)
-
Seo In Guk (No Matter What)
-
Song Ji Eun (False Hope)
-
Block B (Be The Light)
-
LC9 (Hold On)
Author
: Ravla.L.
--------------------------------------------------------
‘PLETAK!’
Suara lemparan batu kerikil yang
tidak sengaja mengenai helmnya membuatnya menengok ke atas, “YA! Han Sang Hyuk,
apa yang kau lakukan di atas sana?” tegur seorang perempuan yang menengadah
sambil mengangkat sedikit helmnya.
“A! Nuna! Kenapa?” teriak bocah
laki-laki 18 tahun tersebut. “Sedang apa Nuna di bawah sana?”
Hanmi merasa sedikit kesal karena
permainan bebatuan yang sedang di mainkan oleh adiknya mengenai pelindung
kepalanya, “Sudahlah, aku mau keluar sebentar, apa kau mau menitip sesuatu?”
“Belikan aku es krim ya Nuna
sayang!” teriaknya membuat burung-burung yang hinggap tenang di seutas tali
menjadi terusik.
Kemudian terlihat dari atas sana, Hanmi
berlalu dengan skuter mini berwarna hijau. Nuna itu terlihat gelisah belakangan
ini, seperti itu yang di rasakan adiknya, Hyuk.
*
Dengan mengatur ekpresi wajahnya, Hanmi
terus melaju dengan kecepatan rendah di pinggir jalan raya. Ia pergi untuk
membuang pikiran jelek yang beberapa hari ini menumpuk, tugas kampus membuatnya
benar-benar tidak bisa bersantai walaupun hanya satu hari. Bahkan ia bolos
kelas sore ini, ia ingin rehat sejenak.
“Es krim apa yang harus aku belikan
untuk Hyuk?” gumamnya ketika sesaat sebelum sampai di sebuah supermarket. Ia
berlalu menuju tempat parkir dan kemudian ia melihat pria itu, tapi ia tidak
pernah mengenal siapa pria tersebut.
“Orang itu....aku sering melihatnya,
tapi aku tidak tahu dia siapa...siapa...siapa yang peduli?” Hanmi melepas
atribut berkendaranya dan merapikan rambut sedikit di ujung sana dan sini,
kemudian ia mulai berkeliling supermarket.
Namun rupanya ia lebih tertarik
mengikuti orang misterius tersebut, karena beberapa kali orang ini tertangkap
pandangan berada di sekitarnya.
***
“Kakakmu mana Hyukie?” tanya seorang
lelaki berpenampilan berandal yang membuat Hyuk kesal setengah mati dengan
orang itu sejak pertama kali bertemu. “Aku ingin mengajaknya berkumpul dengan
teman-temanku!”
Hyuk menunjukkan ekspresi wajah yang
kesal, “Tidak ada, sedang pergi.”
“Eung?! Ya sudah sampaikan saja jika
aku mencarinya, aku mau memberikan kejutan kecil untuknya! Jangan lupa ya adik
kecil!” ucap pemuda itu sambil menggosok rambut Hyuk berantakan. Hyuk
menghindarinya karena ia tidak suka dengan orang itu.
Orang itu bahkan datang bersama
seseorang yang penampilannya tidak karuan ; dengan anting di hidung dan
bibirnya. “Seharusnya Hanmi Nuna tidak bergaul dengan orang yang seperti itu.
Aku benar-benar tidak menyukai orang-orang yang seperti itu...HUH!”
***
Mengapa
ia membeli begitu banyak susu rasa pisang? Apakah ini enak? Enak sekali?
Batin Hanmi yang mengambil 1 botol
susu beraroma pisang tersebut, ia membayarnya dan mencoba meminumnya.
“EEUUAAKKK! Minuman apa ini?!
Bleeehhhh~....”
Hanmi langsung memuntahkannya dan
meminum air putih sebanyak-banyaknya, lalu ia melempar botol susu itu ke dalam
bak sampah. “Orang macam apa dia? Bisa meminum minuman aneh seperti ini....”
Hanmi mengikuti orang misterius itu
sampai ia menghilang. Hanmi tidak mempunyai alasan dengan apa yang ia lakukan,
ia hanya ingin membunuh waktu dan terlepas sejenak dari semua apa yang
membuatnya pusing selama ini termasuk sikap Ravi yang sudah tidak seperti dulu
lagi.
*
Karena lokasi tempat parkir yang
lumayan jauh, dan Hanmi harus memutar karena di gedung ini sedang ada renovasi,
dan betapa terkejutnya ia ketika menyadari ada seseorang yang telah mencuri
helmnya.
“Helmku! Dimana? Aku yakin sudah
meletakkan di sini tadi! Bagaimana ini?! Aku tidak akan bisa pulang jika tidak
memakai pelindung kepala itu!”
Hanmi mengadukannya ke penjaga
setempat, namun sepertinya memang benda itu sudah hilang begitu saja.
“HHhhhh~...”
Hanmi meraih ponselnya, namun betapa
sial dirinya karena gadget itu tertinggal di kamarnya. “Ponsel...,” Hanmi
menepuk jidatnya, “ah...bagaimana bisa....kenapa aku jadi seperti ini
sekarang...lalu, bagaimana caraku pulang?”
“Kau mencari ini?” tegur sebuah
suara.
“OH! Helmku!!!” Hanmi meraihnya dan
memeluknya, “Oh? Bagaimana ini bisa bersamamu?”
“.....tadi aku merebutnya dari
seseorang yang mencurinya. Kebetulan aku melihatnya sendiri mereka mengambilnya
dari skutermu.”
Hanmi sempat tak bisa berkata-kata,
“Oh...oh, oh begitu rupanya..emm, thank you. Aku jadi merasa berhutang
budi...padamu....”
Dialah orang misterius yang Hanmi
ikuti tadi, pria itu mengajaknya bersalaman, “Cha Hakyeon.”
“Oh...aku Hanmira,...” jawabnya
dengan malu, ia merasa kagok dengan orang baru. “Jadi, sekalil lagi, terima
kasih, Cha Hakyeon-ssi.”
Cha terlihat mengangguk kecil,
“Kalau begitu, sudah beres kan?”
“Ah tunggu sebentar!” Hanmi
mengeluarkan note dan sebuah pensil, “..bisakah aku mengajakmu minum teh
sebagai ucapan terima kasihku? Ponselku tertinggal di rumah, jadi,....bisakah
aku meminta nomor ponselmu?”
Cha terlihat tersenyum, “Tentu saja,
Hanmi-ssi.” Ia meraih note dan pensil itu dan menuliskan sederetan nomor
ponsel. “Tolong sertakan namamu ketika mengirimiku pesan. Yah..kau tahu kan
sekarang banyak nomor iseng yang mengganggu?”
“Ok...baiklah, aku simpan ini.
Terima kasih.”
Mereka membungkuk satu sama lain dan
berlalu begitu saja.
***
Hyuk menikmati es krimnya begitu
sibuk, bahkan ia melewatkan makan malam yang sudah Hanmi sediakan.
“Nuna, tadi ada yang mencarimu....”
Hanmi terlihat begitu bersemangat,
“Ravi yah? Apa katanya..? Apakah ia mengajakku pergi?”
Hyuk melirik Hanmi dengan tidak
bersemangat, “Ya kurang lebih seperti itu...Nuna, jujur saja...aku tidak suka
melihatnya terus mengajakmu pergi.”
“Waeyo?”
“...kita tahu kan, dia sudah berubah
banyak semenjak bergabung dengan sekumpulan rocker itu...aku hanya khawatir kau
akan berubah juga.”
“Hmm, aku tidak suka dengan
teman-temannya....tidak berarti aku tidak menyukai Ravi juga kan? Maksudku, dia
teman lamaku, tidak ada alasan untuk menjauhinya hanya karena ia berubah. Dan
kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan berubah seperti Ravi.”
Hyuk menghela napas panjang, “Ku
pegang omonganmu Nuna, tidak tahu....yah. Aku hanya merasa,...bagaimana ya mengatakannya...”
Hyuk membenarkan posisi duduknya dan mengelus ringan tengkuknya. “Aku punya
firasat tidak baik mengenai orang itu...”
“Apa yang kau katakan
Hyukie...jangan suka berprasangka buruk, itu tidak baik! Sudah ya, sudah malam,
aku ingin istirahat dan terserah kau ingin melakukan hal apa, jika membutuhkan
aku, aku ada di kamar.”
*
Setelah merebahkan diri sejenak dan
merapihkan kertas-kertas yang berserakan, ia teringat dengan note kecil
berwarna hijau yang tertera nomor ponsel Cha Hakyeon.
“Cha Hakyeon.....ssi......” kemudian
ia menempelkan note mungil itu di cermin. Ia berencana menghubungi orang itu beberapa
hari ke depan.
***
“Hanmi! Hanmi!” panggil Ravi ketika
ia berada di sebuah persimpangan jalan. “Tunggu!”
Hanmi menghentikan skuternya,
“Ravi-ya! Astaga, ada apa?”
Pemuda itu terlihat sedikit rapih
hari ini, “Hyuk sudah menyampaikannya kan?”
Hanmi membuka helmnya, “Omo! Mianhae
Ravi-ya! Iya Hyuk sudah memberitahuku, tapi sungguh aku lupa memberi kabar
padamu!”
“Sudahlah, tidak apa-apa...mau ke
kampus? Sini biar aku yang antarkan!” Ravi memaksa Hanmi untuk turun dan duduk
santai di belakang.
“Ravi-ya...tapi...ini helmnya hanya
ada satu....”
Ravi terlihat tersenyum nakal,
“Sudahlah, kau pakai saja! Aku tahu jalan rahasia menuju kampusmu! Kaja!”
Hanmi menurut saja dan Ravi
mengedarai skuter itu cukup cepat dan membuat Hanmi khawatir, “Ravi-ya!
Pelan-pelan saja, aku tidak terburu-buru!”
Namun sepertinya Ravi tidak
mendengarkan kawannya tersebut, sampai akhirnya mereka tiba di kampus dan Hanmi
turun dari skuter dengan diamnya.
“Nah benar kan kataku, lebih cepat
sampai dan tanpa hambatan! Hanmi-ya....eung?”
Ravi melihat Hanmi memegangi lengan
kirinya dan terlihat agak sedikit pucat. “Aku masuk dulu ya, agak sedikit lama,
kau mau menunggu kan?”
“Ba..baiklah...aku akan
menunggumu...eh Hanmi, kau mau ke dalam menggunakan helm itu?”
Hanmi kembali lagi dan meminta
tolong Ravi agar melepaskan helmnya. “Bisa tolong lepaskan helmku?”
Ravi mendengus geli, “Hei kamu ini
sudah besar kenapa tidak lepaskan sendiri saja?” ucapnya dengan tetap membantu
melepaskan kaitan pelindung kepala.
*
Hanmi berlari ke dalam toilet dan
meringis kesakitan. Lengan kirinya berdarah cukup banyak, dan Ravi tidak
menyadarinya jika ternyata lengan gadis itu tergores tembok beton yang
bertekstur kasar.
“Eotteokhaji?”
Beruntung seorang teman yang biasa
berjaga di UKS kampus menemukannya di dalam toilet dan kemudian merujuknya dan
mengobati luka Hanmi.
“Lukanya jangan terkena air dulu ya,
kurang lebih satu minggu.”
“Gomawoyo Jung-nim....aku tidak tahu
jika kau tidak masuk ke toilet tadi...hhhh~”
“Kenapa Han-nim? Apa kau terjatuh
dari skutermu? Lukanya lumayan parah, mungkin jika sembuh bisa meninggalkan
bekas...”
“Jinjjayo? Ah, aku tidak mau
memiliki bekas luka seperti ini....tidak, aku tidak mengalami kecelakaan,
tidak, aku hanya ceroboh saja..”
“Baiklah...jika besok-besok kau
ingin mengganti perbannya, cari aku saja ya? Maaf harus ku tinggal, aku sudah
terlambat masuk kelas.”
“A, mianhaeyo Jung-nim! Membuatmu
terlambat...”
“That’s okay, aku pergi ya! Semoga
lekas sembuh!”
*
Setelah usai menyetor tugas dan
meminjam buku di perpustakaan kampus, Hanmi melihat Ravi dari kejauhan di
datangi oleh seseorang teman dan mengobrol akrab.
“Ravi-ya...” tegur Hanmi pelan dan
ia kemudian melihat orang itu ; seorang perempuan berdaya ladies rock dengan
stocking hitam sobek-sobek.
“Hanmi, ini temanku dari Kanada.
Namanya Isyela.”
“Hi, Hanmi, nice to meet you!” sapa
perempuan asing itu dengan ramah.
“Nice to meet you, too, Isyela. Your
name so beautiful.” Ucap Hanmi dengan ekspresi yang datar.
“Yeah, every i met new person like
you, they always say like that. I’m glad to hear that.”
Hanmi mengangguk-angguk tanpa
mengomentari orang asing itu lagi. “Ravi-ya, jadi, kau mau menemaninya atau
mengantarkan ku pulang?”
“Hey, come on! You said want to do a
graffity with others? Let’s do it.” Perempuan asing itu kemudian berkata
seperti itu kepada Ravi.
“Yeah it will be fun, Kim Ravi. Go,
what you waiting for?” sahut Hanmi kemudian.
Ravi kemudian menyerahkan kunci
skuter kepada Hanmi dan ia berbisik sesuatu, “Mianhae, Hanmi.” Kemudian
memberikannya kecupan kecil di pipi gadis asia itu.
Ravi berlalu, namun Hanmi masih bisa
mendengar percakapan perempuan asing gitu, “Is she yours?”
Hanmi lalu bergumam pelan, “I should
be, but he never tell me about his feeling.” Kemudian Hanmi kembali menyusuri
jalan raya di senja hari, ia membalut perbannya dengan sebuah scraft berwarna
hijau daun. Ia tidak mau membuat Hyuk mengetahui insiden ini secara mendetail.
‘KLAK.’
“Hyukie, kau di dalam?” Hanmi pulang
dengan membawa banyak makanan, karena malam ini orang tua mereka akan segera
kembali dari Jeju.
“Ne Nuna!” teriak Hyuk dari dalam
kamar mandi. “Kenapa lama sekali Nuna? Kau kemana saja?”
“Mianhae, tadi aku agak lama di
kampus...lalu aku mampir membeli makanan. Apakah Eomma sudah menghubungimu?”
“Hmm, Nuna-ya..kenapa tanganmu? Apa
kau terjatuh dari skuter?” Hyuk begitu cepat menyadarinya. “Nuna, apa kau
bertemu dengan Ravi Hyung hari ini?”
“Hmm, tadi tidak sengaja lenganku
tergores besi, jadi aku ke klinik untuk membalutnya. Tidak, aku tidak bertemu
dengannya. Apa dia mencariku lagi?”
Hyuk menggeleng, “Dengarkan aku,
Nuna sayang. Jangan terlalu sering bertemu dengan Ravi Hyung lagi. Kurasa gaya
hidupnya yang sekarang tidak cocok lagi dengan kita.”
“Hyukie, kau ini kenapa? Aku dan
Ravi kan baik-baik saja, seharusnya pergaulan dia tidak mempengaruhi hubungan
kami..apakah kau mempunyai masalah pribadi dengannya?”
Hyuk menggeleng lagi, “Tidak, aku
tidak mempunyai masalah pribadi dengannya. Aku tidak suka dengan orang itu.”
Sebenarnya hari ini Hanmi pulang
dengan sejumput kekesalan di hatinya, ia juga menginginkan kejelasan antara
dirinya dan juga Ravi. “Sudahlah, sekarang bukan saatnya membahas orang
itu...cepat ambilkan piring dan gelas, bantu aku mengeluarkan makanan-makanan
ini.”
***
5 hari berikutnya....
“Maaf ya, aku sedikit
terlambat...kau sudah lama menunggu?” sambut Cha Hakyeon, pemuda yang ia temui
di supermarket kala itu.”
“Tidak masalah, aku baru saja tiba.
Maaf ya aku benar-benar sibuk jadi baru bisa bertemu hari ini.”
Pemuda berkulit tanned itu tersenyum, menerima alasan Hanmi. “Kau tahu, aku
menunggu-nunggu pesan darimu. Hahaha...!”
“Eung? Ah, begitukah? Aduh, aku
benar-benar minta maaf ya Hakyeon-ssi....aku jadi merasa tidak enak....”
Cha melihat scraft yang ada di
lengan Hanmi, “Lenganmu kenapa? Terluka?”
“Oh..iya ini...hmm, beberapa hari
yang lalu lenganku tergores tembok sewaktu naik skuter....hhhh~”
Cha membelai lembut scraft yang
digunakan Hanmi, “Aku suka scraftnya...ini cocok denganmu. Lalu, apakah kau
terjatuh dari skutermu?”
Hanmi menggeleng, “Waktu itu temanku
yang membawa dengan kecepatan tinggi, bahkan ia tidak tahu jika aku mendapatkan
luka ini. Aku tidak mau dia tahu...”
“Kau tidak mengganti perbannya?
Kurasa, sudah waktunya menggantinya dengan yang baru.”
Hanmi mengangguk sambil sedikit
tersenyum, “Iya, setelah ini aku mau menggantinya, dikampus. Temanku bilang,
aku harus menghubunginya jika aku mau mengganti ini.”
“Oh ya? Teman kampusmu? Hm...kalau
begitu, boleh aku menemanimu kesana?”
Hanmi cukup terkejut karena Cha
Hakyeon menawarkan diri untuk menemaninya mengganti perban, “Eh? Apa tidak merepotkanmu?
Kampusku cukup jauh dari sini...aku tidak mau mengganggu aktifitasmu,
Hakyeon-ssi.”
“Aku senang bisa bertemu dan
menemanimu mengganti perban itu. Kita berteman kan, sekarang?”
Hanmi sempat menganga tidak percaya
bisa bertemu orang dengan perlakuan yang terlihat begitu tulus, `Ku harap ini semua bukan sandiwara...aku
jadi ingat Ravi...dulu dia orang yang serupa dengan Hakyeon-ssi, namun sekarang
semua itu sudah luntur...`
“Jika memang tidak merepotkanmu, aku
juga jadi senang..”
*
“Bagaimana lukanya?” tanya Hanmi
kepada Jung-nim dan Cha. “Apakah semakin memburuk?”
“Tidak Han-nim, lukamu sudah kering,
namun aku harus membalutnya lagi untuk beberapa hari ke depan, karena luka
dalam masa ini begitu rentan terbuka lagi.” Ujar Jung-nim sambil membalutkan
perban yang baru di lengan Hanmi.
“Kenapa kau tidak mau melihatnya
Han-ssi?” tanya Cha.
“Euh....aku tidak suka melihatnya,
pasti itu sungguh buruk. Jung-nim, apakah itu akan berbekas begitu jelas?”
Jung-nim kemudian memasangkan kembali
scraft itu, “Hmm...kurasa tidak begitu. Nanti aku carikan krim yang bisa
mengurangi bekas luka yah. Aku rasa aku masih menyimpannya di rumahku. Kau mau
menunggu kan?”
“Benarkah? Ah, aku jadi
merepotkanmu, Jung-nim!”
“Tidak masalah, karena minggu depan
aku harus pulang menjenguk Ibuku. Jadi sekalian akan ku carikan. Jika tidak aku
akan membelikannya untukmu, Han-nim!”
Cha kemudian bertanya sesuatu kepada
kawan Hanmi, “Berapa lama lagi perban yang ini bisa di buka?”
“Sekitar 3 sampai 4 hari lagi,
hubungi aku saja lagi, okay?”
*
“Terima kasih ya Hakyeon-ssi,..sudah
menemani..”
“HANMIRA!” kemudian suara itu
kembali dan mengacaukan suasana hati Hanmi yang mulai membaik. “Sedang apa kau
di sini? Hey, sejak kapan kau mengikuti aku menggunakan scraft di lengan
seperti itu?”
“Tidak boleh ya aku bergaya juga?
Kau fikir hanya perempuan asing itu yang bisa menggunakan stocking
robek-robek?”
Ravi terkejut mendengar Hanmi
mengomentari temannnya kali ini, “Ada apa denganmu Hanmi? Tidak biasanya kau
seperti......AH! AKU TAHU! Kau pasti cemburu kaaaan melihatku dengan Isyela?
Aku tidak ada hubungan spesial dengannya!”
“Aku kan juga tidak memiliki
hubungan spesial denganmu!.” Jawaban Hanmi membuat Ravi terlihat salah tingkah.
“Lalu, kenapa kau mencariku?”
Cha hanya mengamati teman pria Hanmi,
“Temanmu?” bisiknya. Kemudian Hanmi mengangguk mengiyakan.
“Siapa dia? Kau tidak pernah
bercerita padaku jika mempunyai teman dekat lain selain aku?” tanya Ravi sambil
berkeliling di sekitar Cha Hakyeon.
“Benarkah kau mau tahu, Ravi-ya?”
Ravi kemudian melirik Hanmi,
“Memangnya siapa dia?”
Hanmi tersenyum licik, “Sungguh kau
ingin tahu? Kau tidak akan menyesal, jika aku beritahukan siapa dia?”
“Huh, siapa dia...tidak penting
bagiku....”
Kemudian Hanmi meraih tangan Cha dan
mengajaknya pulang. “Sudah ya Kim Ravi, aku mau pulang dulu~ annyeong!”
“YA~ Hanmi, mengapa kau menggenggam
tangan orang itu?”
Hanmi menghentikan langkahnya, dan
kemudian berbalik, “Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh menggandeng tangan kekasihku
sendiri?” kemudian ia berlalu lagi.
“APA KATAMU!? YA~ HANMIRAAAAA~~!”
*
“Maaf ya, maaf aku tidak bermaksud
begitu tadi...aku jadi tidak enak, kau sudah menolongku 2 kali tapi aku malah
melakukan hal ini padamu, cwesongie Hakyeon-ssi!”
Dengan berkali-kali membungkuk dan
menyatukan tangan di depan dada, Hanmi meminta maaf karena sudah melakukan hal
yang tidak terpuji kepada teman barunya itu.
Namun Cha malah tersenyum kan
sedikit tertawa karena melihat gadis ini. “Tidak masalah. Apakah dia orang yang
kau sukai? Kim Ravi?”
“Hm...bukan...dia hanya teman lama
saja. Jangan katakan jika kau mengenalnya?”
“Tentu saja tidak, aku tidak
mempunyai teman dengan gaya rocker seperti itu. Tapi sepertinya tadi kau
benar-benar kesal dengannya. Apa dia yang membuatmu terluka?”
Hanmi menghela napas dan duduk
bersila di rerumputan, di bawah binar lampu taman. “Hebat kau, Hakyeon-ssi...ya
kau benar...dia yang mengendarai skuterku dan membuatku terluka seperti ini.
Jadinya aku tadi benar-benar kesal. Karena bukan hanya itu saja, waktu itu, dia
tidak mengantarkanku pulang. Dia memaksa mengantarku ke kampus, namun dia tidak
mengantarkanku pulang, dia lebih memilih teman Kanadanya untuk membuat
grafiti.”
Cha terlihat mengangguk mengerti,
“Lalu, kau menyukainya? Kau terlihat begitu kesal ketika membahas temannya, apa
itu alasannya?”
Hanmi memandang aneh Cha, “Kau
ini...aku kan sudah katakan, aku tidak menyukainya. Iyah....tidak lagi untuk
sekarang. Dulu memang iya, lambat laun aku bosan menunggunya...dia tidak pernah
mengatakan jika dia menyukaiku, namun dia sering mencuri kesempatan dengan
mencium pipiku.”
“Bukankah itu bentuk dari rasa
suka?”
“Hakyeon-ssi....bukan seperti itu
yang aku inginkan...ah sudahlah...hal itu tidak penting lagi sekarang....”
“Waeyo hhm?”
“Sudahlah, kita pulang saja
sekarang....sudah malam, pasti Hyuk akan mencariku jika aku pulang terlalu
malam dan lalu dia akan membahas Ravi semalaman dirumah.”
Cha mengikuti gadis itu bangkit dari
duduknya dan kemudian berjalan santai menyusuri taman. “Jadi, siapa Hyuk?”
“Dia adikku, Han Sang Hyuk. Dia lebih
muda 3 tahun dariku....kau ingin berkenalan dengannya? Dia murid yang cerdas,
aku bangga padanya, karena dia begitu peduli padaku. Ia juga sangat menyukai
lingkungan yang bersih...”
Cha terlihat tersenyum sambil terus
mendampingi Hanmi. “Pasti sangat menyenangkan, bukan? Aku jadi tertarik ingin
mengenalnya juga. Jadi, dia lebih muda darimu 3 tahun?”
Hanmi mengangguk, “18 tahun. Tapi dia
terlihat jauh dewasa dari umurnya, aku terkadang malu, Hyuk pernah mengatakan
jika aku dan dia jika sedang berjalan bersama lebih mirip sepasang kekasih dari
pada adik kakak. Teman-temanku mengatakannya juga, jika aku terlihat lebih muda
dari adikku sendiri...tidak kah itu menggelikan?” Hanmi menjelaskan dengan tawa
gelinya. Namun terpancarkan kebahagiaan ketika menceritakan hal itu kepada
kawan baru.
“Aku 5 tahun lebih tua dari Hyuk....”
aku Cha yang membuat Hanmi terkejut. “Ah, mulai sekarang panggil Oppa
saja...kan kita sudah berteman. Bagaimana? Hanmi-ya?”
Hanmi hanya meresponnya dengan dua
jempol ke atas.
***
“Oppa...Hakyeon Oppa....Hakyeon
Oppa...”
“Nuna~ sedang apa? Apa yang kau
lakukan dengan gelas kosong itu?” tanya Hyuk yang melihat Hanmi sedang
menempelkan gelas plastik kosong di bibirnya. “Ingat usiamu Nuna sayang, kau
bukan anak kecil lagi..jadi berhentilah melakukan hal itu!” ucap Hyuk kemudian
tertawa geli.
“Hyukie, kenapa kau tidak
mengenalkan kekasihmu padaku? Aku ingin melihatnya, aku ingin tahu bagaimana seleramu
dalam memilih...”
Hyuk mengabaikan pertanyaan
tersebut, “Kenalkan dulu kekasihmu, setelah itu aku berjanji akan
mengenalkannya pada kalian.”
“Jadi, sekarang gadis kecil Appa
sudah punya kekasih?” dengan tiba-tiba orang tuanya muncul dan menggoda Hanmi. “Jadi
siapa orangnya?”
Setelah itu sang Ibu ikut menggoda
anak gadisnya yang selama ini masih sendiri.
***
“Ah..~ aku bosan!” ucap Ravi yang
tengah berdua saja dengan temannya di sebuah taman.
“Ravi-ya, mana temanmu yang biasa
dengan skuter itu? Kau tidak pernah mengajaknya lagi sekarang, teleponlah dia,
ajak dia kesini.”
“Sungguh? Aku rasa kami sedang
bertengkar. Aku tidak ingin membuat suasana hatinya lebih buruk lagi.” Ucap Ravi
sembari memaikan saklar lampu taman.
“Percayalah padaku, dia tidak akan
bisa lama-lama marah kepadamu! Cepat ajak dia kesini!”
Tak beberapa lama kemudian Ravi berhasil
membawa Hanmi bersamanya, bagaimana bisa Hanmi menolak ajakan itu? Dia masih
ingin Ravi menjadi temannya.
“Mengapa kau mengajakku ke sini? Kau
tidak tahu ya tentang gosip yang beredar di taman ini?”
“Gosip? Gosip apa?” tanyanya
kemudian meraih tangan Hanmi. “Coba beritahu aku!”
“Tidak ah, nanti kau takut dan
berlari meninggalkan aku sendirian disini. Kau kan takut dengan cerita
seram...mana temanmu? Kau bilang kau sedang bersama temanmu?”
Ravi kemudian kebingungan mencari
temannya, “Tadi dia disini, menunggu kita...tunggu ya, aku akan menghub....”
Hanmi menyita ponsel Ravi dan tidak
sengaja melihat foto mesra antara Isyela dan Ravi terpampang jelas menjadi
wallpaper utama. “Kau dengan Isyela? Kalian....”
“Ah, itu...hanya foto biasa...bukan
kah kita pernah berfoto seperti ini juga dulu?”
Hanmi terkekeh geli, “Yang bisa
menciumku di bibir hanya kekasihku, kau kan bukan. Jadi kapan kita pernah
membuat foto seperti itu? Mungkin kau salah mengingat orang, Kim Ravi...”
Ravi merebut ponselnya kembali dan
kemudian terlihat sedikit panik ketika membuka kotak pesan, “Ok, kau mau es
krim kan? Aku akan membelikannya untukmu sebagai permintaan maafku!”
“Jinjjayo? Bisa kah aku
mempercayaimu? Perasaanku jadi tidak enak....Kim Ravi, berhenti bermain-main
denganku!”
“Kali ini aku sungguh-sungguh! I swear!
Swear! Tapi, kau harus menutup matamu seperti ini terlebih dahulu, aku akan
memberikanmu rasa mint, oke, oke? Jangan dibuka sampai aku kembali! Aku berjanji,
sungguh!”
Hanmi menutup kedua matanya dengan
tangannya, entahlah, mengapa Hanmi begitu mudah untuk di tipu...alasan Ravi
meninggalkannya adalah karena Isyela sedang mencarinya ke taman itu. Tentu
saja, teman Ravi menghilang untuk mengadu domba antara Ravi, Hanmi, juga
Isyela.
*
20 menit berlalu, dan Hanmi masih
menutup matanya dalam diam. Kenapa gadis ini begitu percaya kepada seorang Kim
Ravi?
“Sudah, turunkan tanganmu, Hanmi-ya.”
Seseorang meraih tangan itu dan membawa sesuatu.
“Lho? Hakyeon Oppa? Kenapa bisa tahu
aku disini?”
“Tadi aku menghubungimu tapi kau
tidak merespon, lalu aku kerumahmu dan bertemu Hyuk, dia mengatakan Ravi membawamu
kesini. Lalu aku menyusulmu kesini.”
Kemudian terlihat Hanmi yang melihat
sekeliling, “Dia meninggalkanku lagi. Aku tidak mau percaya lagi dengannya. Dan
... Oppa kenapa kau membawa es krim?”
“Hyuk berpesan agar membelikan es
krim untukmu, sepertinya dengan makan ini kau akan merasa lebih baik..?”
“Tentu saja! Aku lebih menyukai es
krim daripada Kim Ravi. Gomawoyo Oppa, aku merepotkanmu lagi...dan kenapa kau
mencariku? Ada hal yang ingin kau bicarakan?”
Cha terdiam sejenak, “Tidak,...tadinya
aku hanya ingin mengobrol santai di telepon saja, tapi aku menghubungimu
berkali-kali dan tidak ada respon, aku jadi sedikit khawatir...”
“Oh, mianhada Oppa...aku memang
selalu merepotkan...lain kali aku akan membawa ponselku...kau tidak marah kan?”
Cha menggeleng dan tersenyum.
***
3 hari kemudian, Hanmi kembali
menemui Jung-nim untuk melepaskan perban dan membersihkan kulit mati di sekitar
luka. Itu memang berbekas namun untungnya tidak begitu parah.
“Aku lega karena luka ini tidak
begitu berbekas...” ungkap Cha ikut senang ketika melihat kulit Hanmi yang
sudah sehat.
“Hanmi, aku bisa jelaskan...ku
mohon!” kemudian lagi-lagi Kim Ravi datang dari luar kampus, di saat suasana
hati Hanmi sedang bagus.
Hanmi hendak menghindar, namun Cha
mengatakan sesuatu, “Jika kau menghindar, masalahnya tidak akan pernah selesai.”
Hanmi kembali berbalik dan
menghadapi Kim Ravi. “Aku menunggu penjelasanmu.”
“Aku benar-benar minta maaf
Hanmi-ya! Aku tidak bermaksud seperti itu kemarin...sungguh, apa kau marah
padaku?”
Hanmi tidak langsung menjawabnya, ia
hanya bisa berkeluh.
“Dan mengenai aku dan Isyela, aku
sudah tertipu....aku tidak tahu kalau ternyata dia bukan....bukan....”
“Bukan apa?!”
“Isyela bukan perempuan asli....”
bisik Kim Ravi membuat Hanmi tertawa terbahak-bahak. “Jadi aku benar-benar
menyesal......”
“Jadi, kau tahu saat kau ingin
menidurinya, bukan?” pertanyaan Hanmi memang begitu pedas, tidak lain ia
lakukan hanya ingin membuat Ravi sadar jika selama ini ia telah kehilangan jati
dirinya. “Sudah berapa perempuan yang tidur denganmu? 5, 10, 100?”
“Hanmi-ya....apa yang kau
bicarakan...seperti itu kah aku dimatamu?”
“Aku mengenalmu bukan dari 10 jam
yang lalu, tentu saja aku tahu apa yang kau lakukan selama ini. Seharusnya aku
mendengarkan perkataan Hyuk dari kemarin-kemarin. Benahilah dirimu, kemudian
tunjukkan padaku kau bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sekarang.”
“Hanmi-ya, jika aku sudah menjadi
pribadi yang lebih baik, apakah itu akan menjamin kau akan tetap ada untukku?”
“Tidak ada yang bisa menggantikanmu,
sebagai temanku. Aku akan menunggumu, bukankah, kau pernah melakukannya untukku
waktu itu? Bahkan aku tidak marah padamu ketika kau mengendarai skuterku begitu
cepat hingga tanganku terluka.” Ujar Hanmi sambil menunjukkan bekas lukanya. “Jadi,
sebagai jaminan penyembuhan bekas luka ini adalah dirimu. Jadi, ku harap kau
bisa mempertanggung jawabkannya, Kim Ravi.”
“Hanmi-ya...!” Ravi begitu terkejut
dan sekarang mengerti mengapa scarft hijau itu selama ini melekat di lengan
Hanmi. “Tunggu aku, Hanmi. Aku pasti akan bertanggung jawab!”
*
“Hanmi-ya, kau tidak apa-apa kan?”
tanya Cha yang melihat gadis itu tertunduk di subway.
“Aku tidak apa-apa...” ia berbohong,
Cha dapat dengan jelas melihat air mata gadis itu menetesi sepatunya. “Aku
ingin makan es krim, Oppa...”
Cha tersenyum kemudian memeluk,
menenangkan gadis itu. Ia tahu, pasti hal yang terjadi selama ini antara Hanmi
dan Ravi begitu menguras emosi keduanya. Hal yang sangat wajar jika gadis ini
akhirnya menangis. “Ravi pasti akan melakukannya. Kali ini kau harus
mempercayainya, Hanmi-ya.”
Kemudian, isakan kecil gadis itu
terdengar agak mengeras dan membasahi baju Cha Hakyeon.
*
“Aku seperti melihat magic sekarang.” Ucap Cha sambil
mengamati gadis itu melahap rakus es krim strawberry-nya.
“Magic?
Magic apa?”
Cha tertawa kemudian menghapus sisa
air mata yang bergulir di wajah gadis itu, “Kau begitu terlihat sedih, namun
hanya dengan makanan manis ini kau terlihat begitu baik-baik saja. Kau tahu,
aku seperti melihat orang yang menangis terharu karena terlalu menikmati
memakan es krim ini. Bukankah itu bisa disebut magic?”
Hanmi kemudian ikut tertawa sambil
terus memakan es krimnya, “Oppa, jeongmal gomawoyo...aku tidak tahu jika aku
terus menghindarinya...mungkin aku tidak bisa selega ini sekarang...tapi aku
sekarang lebih merasa berhutang banyak kepadamu...eottokhae?”
Cha tersenyum dan menengadahkan
tangannya. Hanmi melihatnya bingung, kemudian Cha mengisyaratkan agar gadis itu
meraih tangannya yang terbuka. “A~ Oppa, ige mwoya?” tanya Hanmi ketika
terkejut tangannya di genggam begitu erat oleh Cha Hakyeon.
Senyuman Cha membuat Hanmi tertawa
geli. “Cepat habiskan es krimmu, atau dia akan meleleh!”
***************
Di sebuah kedai kopi....
“Ah, hyung-nim!” pemuda itu
melambaikan tangan, “apa kabar? Kenapa tidak pernah mampir ke rumah lagi?”
“Mianhae Hyukie, aku begitu sibuk
mengurus tempat karaoke..aku akan memperluas lagi, jadi harus mengurus banyak
hal.”
Hyuk menuangkan segelas susu
beraroma pisang untuk Cha. “Hyung, aku ingin berterima kasih karena semuanya
sekarang berjalan sebagaimana mestinya...aku sungguh senang melihat Ravi Hyung
untuk sementara waktu tidak ada disekitar Hanmi Nuna!”
Cha menepuk pundak Hyuk ramah, “Mungkin
jika waktu itu kau dan Hanmi tidak berkunjung ke tempat bisnisku, aku juga
tidak akan bisa menjadi kekasih Hanmi sekarang. Bukankah, hal yang kita
inginkan berjalan lancar?”
Mereka tertawa bersama, “Aku tidak
menyangka, jika Hyung orang yang baik dan perhatian kepada Hanmi Nuna...aku
kira dulu Hyung orang yang angkuh dan sombong!”
“Ya~ Hyukie-a, tidak kah ingin tahu
bagaimana aku bisa dekat dengan Hanmi waktu itu?”
“Iya Hyung, kau harus memberitahuku!”
Mereka membahas sesuatu yang
mengejutkan di sana, sampai malam menjelang....
------
“Jadi,
beberapa hari setelah kau menghubungiku via pesan singkat, aku mulai mengikuti
Hanmi, sampai akhirnya dia penasaran denganku dan mengikutiku di supermarket
waktu itu, aku sengaja menghilang dari pantauannya, sehingga aku bisa diam-diam
mengambil helmnya dan menyembunyikannya seolah itu hilang. Aku sebenarnya
kasihan melihatnya begitu panik. Tapi tentu aku tidak bodoh! Aku sudah
berkoordinasi terlebih dahulu dengan penjaga parkir, setelah ku rasa cukup, aku
berpura-pura merebut helm itu dari pencuri dan kemudian mengembalikannya. Aku ingat,
kau pernah mengatakan jika Hanmi seseorang yang sangat mengingat kebaikan orang
lain, jadi aku gunakan metode itu untuk mendapatkan simpatinya, kau lihat
sekarang Hyukie, aku berhasil! Terima kasih juga karena selama ini kau selalu
memberitahukan dimana posisi Hanmi ketika ia lepas dari jangkauanku. Dan ku
harap Hanmi tidak pernah tahu tentang kebohongan putih kecil ini!”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar