Kamis, 10 Oktober 2013

Little White Lie -2- [another story]




Tittle : Little White Lie -2- [another story]

Cast : Cha Hakyeon, Hyuk & Ravi (VIXX) – Han MiRa (OC)

Genre : friendship, lover

Rated : 15+

Theme Song :
-       Park Ki Woong (I Close My Eyes, You Are My Baby, Confession)
-       Daesung (I Love You)
-       J.Ae (Blue Sky)
-       MBLAQ (Smoky Girl)
-       Infinite (Destiny, Request)
-       Nell (Ocean of Light)
-       Z.Hera (Peacock)
-       Yoo Ji Ae (Delight)
-       Kang Seung Yoon (Stealer)
-       Seo In Guk (No Matter What)
-       Song Ji Eun (False Hope)
-       Block B (Be The Light)
-       LC9 (Hold On)

Author :  Ravla.L.

--------------------------------------------------------

‘PLETAK!’

Suara lemparan batu kerikil yang tidak sengaja mengenai helmnya membuatnya menengok ke atas, “YA! Han Sang Hyuk, apa yang kau lakukan di atas sana?” tegur seorang perempuan yang menengadah sambil mengangkat sedikit helmnya.

“A! Nuna! Kenapa?” teriak bocah laki-laki 18 tahun tersebut. “Sedang apa Nuna di bawah sana?”

Hanmi merasa sedikit kesal karena permainan bebatuan yang sedang di mainkan oleh adiknya mengenai pelindung kepalanya, “Sudahlah, aku mau keluar sebentar, apa kau mau menitip sesuatu?”

“Belikan aku es krim ya Nuna sayang!” teriaknya membuat burung-burung yang hinggap tenang di seutas tali menjadi terusik.

Kemudian terlihat dari atas sana, Hanmi berlalu dengan skuter mini berwarna hijau. Nuna itu terlihat gelisah belakangan ini, seperti itu yang di rasakan adiknya, Hyuk.

*

Dengan mengatur ekpresi wajahnya, Hanmi terus melaju dengan kecepatan rendah di pinggir jalan raya. Ia pergi untuk membuang pikiran jelek yang beberapa hari ini menumpuk, tugas kampus membuatnya benar-benar tidak bisa bersantai walaupun hanya satu hari. Bahkan ia bolos kelas sore ini, ia ingin rehat sejenak.

“Es krim apa yang harus aku belikan untuk Hyuk?” gumamnya ketika sesaat sebelum sampai di sebuah supermarket. Ia berlalu menuju tempat parkir dan kemudian ia melihat pria itu, tapi ia tidak pernah mengenal siapa pria tersebut.

“Orang itu....aku sering melihatnya, tapi aku tidak tahu dia siapa...siapa...siapa yang peduli?” Hanmi melepas atribut berkendaranya dan merapikan rambut sedikit di ujung sana dan sini, kemudian ia mulai berkeliling supermarket.

Namun rupanya ia lebih tertarik mengikuti orang misterius tersebut, karena beberapa kali orang ini tertangkap pandangan berada di sekitarnya.

***

“Kakakmu mana Hyukie?” tanya seorang lelaki berpenampilan berandal yang membuat Hyuk kesal setengah mati dengan orang itu sejak pertama kali bertemu. “Aku ingin mengajaknya berkumpul dengan teman-temanku!”

Hyuk menunjukkan ekspresi wajah yang kesal, “Tidak ada, sedang pergi.”

“Eung?! Ya sudah sampaikan saja jika aku mencarinya, aku mau memberikan kejutan kecil untuknya! Jangan lupa ya adik kecil!” ucap pemuda itu sambil menggosok rambut Hyuk berantakan. Hyuk menghindarinya karena ia tidak suka dengan orang itu.

Orang itu bahkan datang bersama seseorang yang penampilannya tidak karuan ; dengan anting di hidung dan bibirnya. “Seharusnya Hanmi Nuna tidak bergaul dengan orang yang seperti itu. Aku benar-benar tidak menyukai orang-orang yang seperti itu...HUH!”

***

Mengapa ia membeli begitu banyak susu rasa pisang? Apakah ini enak? Enak sekali?

Batin Hanmi yang mengambil 1 botol susu beraroma pisang tersebut, ia membayarnya dan mencoba meminumnya.

“EEUUAAKKK! Minuman apa ini?! Bleeehhhh~....”

Hanmi langsung memuntahkannya dan meminum air putih sebanyak-banyaknya, lalu ia melempar botol susu itu ke dalam bak sampah. “Orang macam apa dia? Bisa meminum minuman aneh seperti ini....”

Hanmi mengikuti orang misterius itu sampai ia menghilang. Hanmi tidak mempunyai alasan dengan apa yang ia lakukan, ia hanya ingin membunuh waktu dan terlepas sejenak dari semua apa yang membuatnya pusing selama ini termasuk sikap Ravi yang sudah tidak seperti dulu lagi.

*

Karena lokasi tempat parkir yang lumayan jauh, dan Hanmi harus memutar karena di gedung ini sedang ada renovasi, dan betapa terkejutnya ia ketika menyadari ada seseorang yang telah mencuri helmnya.

“Helmku! Dimana? Aku yakin sudah meletakkan di sini tadi! Bagaimana ini?! Aku tidak akan bisa pulang jika tidak memakai pelindung kepala itu!”


Hanmi mengadukannya ke penjaga setempat, namun sepertinya memang benda itu sudah hilang begitu saja.

“HHhhhh~...”

Hanmi meraih ponselnya, namun betapa sial dirinya karena gadget itu tertinggal di kamarnya. “Ponsel...,” Hanmi menepuk jidatnya, “ah...bagaimana bisa....kenapa aku jadi seperti ini sekarang...lalu, bagaimana caraku pulang?”

“Kau mencari ini?” tegur sebuah suara.

“OH! Helmku!!!” Hanmi meraihnya dan memeluknya, “Oh? Bagaimana ini bisa bersamamu?”

“.....tadi aku merebutnya dari seseorang yang mencurinya. Kebetulan aku melihatnya sendiri mereka mengambilnya dari skutermu.”

Hanmi sempat tak bisa berkata-kata, “Oh...oh, oh begitu rupanya..emm, thank you. Aku jadi merasa berhutang budi...padamu....”

Dialah orang misterius yang Hanmi ikuti tadi, pria itu mengajaknya bersalaman, “Cha Hakyeon.”

“Oh...aku Hanmira,...” jawabnya dengan malu, ia merasa kagok dengan orang baru. “Jadi, sekalil lagi, terima kasih, Cha Hakyeon-ssi.”

Cha terlihat mengangguk kecil, “Kalau begitu, sudah beres kan?”

“Ah tunggu sebentar!” Hanmi mengeluarkan note dan sebuah pensil, “..bisakah aku mengajakmu minum teh sebagai ucapan terima kasihku? Ponselku tertinggal di rumah, jadi,....bisakah aku meminta nomor ponselmu?”

Cha terlihat tersenyum, “Tentu saja, Hanmi-ssi.” Ia meraih note dan pensil itu dan menuliskan sederetan nomor ponsel. “Tolong sertakan namamu ketika mengirimiku pesan. Yah..kau tahu kan sekarang banyak nomor iseng yang mengganggu?”

“Ok...baiklah, aku simpan ini. Terima kasih.”

Mereka membungkuk satu sama lain dan berlalu begitu saja.

***

Hyuk menikmati es krimnya begitu sibuk, bahkan ia melewatkan makan malam yang sudah Hanmi sediakan.

“Nuna, tadi ada yang mencarimu....”

Hanmi terlihat begitu bersemangat, “Ravi yah? Apa katanya..? Apakah ia mengajakku pergi?”

Hyuk melirik Hanmi dengan tidak bersemangat, “Ya kurang lebih seperti itu...Nuna, jujur saja...aku tidak suka melihatnya terus mengajakmu pergi.”

“Waeyo?”

“...kita tahu kan, dia sudah berubah banyak semenjak bergabung dengan sekumpulan rocker itu...aku hanya khawatir kau akan berubah juga.”

“Hmm, aku tidak suka dengan teman-temannya....tidak berarti aku tidak menyukai Ravi juga kan? Maksudku, dia teman lamaku, tidak ada alasan untuk menjauhinya hanya karena ia berubah. Dan kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan berubah seperti Ravi.”

Hyuk menghela napas panjang, “Ku pegang omonganmu Nuna, tidak tahu....yah. Aku hanya merasa,...bagaimana ya mengatakannya...” Hyuk membenarkan posisi duduknya dan mengelus ringan tengkuknya. “Aku punya firasat tidak baik mengenai orang itu...”

“Apa yang kau katakan Hyukie...jangan suka berprasangka buruk, itu tidak baik! Sudah ya, sudah malam, aku ingin istirahat dan terserah kau ingin melakukan hal apa, jika membutuhkan aku, aku ada di kamar.”

*

Setelah merebahkan diri sejenak dan merapihkan kertas-kertas yang berserakan, ia teringat dengan note kecil berwarna hijau yang tertera nomor ponsel Cha Hakyeon.

“Cha Hakyeon.....ssi......” kemudian ia menempelkan note mungil itu di cermin. Ia berencana menghubungi orang itu beberapa hari ke depan.

***

“Hanmi! Hanmi!” panggil Ravi ketika ia berada di sebuah persimpangan jalan. “Tunggu!”

Hanmi menghentikan skuternya, “Ravi-ya! Astaga, ada apa?”

Pemuda itu terlihat sedikit rapih hari ini, “Hyuk sudah menyampaikannya kan?”

Hanmi membuka helmnya, “Omo! Mianhae Ravi-ya! Iya Hyuk sudah memberitahuku, tapi sungguh aku lupa memberi kabar padamu!”

“Sudahlah, tidak apa-apa...mau ke kampus? Sini biar aku yang antarkan!” Ravi memaksa Hanmi untuk turun dan duduk santai di belakang.

“Ravi-ya...tapi...ini helmnya hanya ada satu....”

Ravi terlihat tersenyum nakal, “Sudahlah, kau pakai saja! Aku tahu jalan rahasia menuju kampusmu! Kaja!”

Hanmi menurut saja dan Ravi mengedarai skuter itu cukup cepat dan membuat Hanmi khawatir, “Ravi-ya! Pelan-pelan saja, aku tidak terburu-buru!”

Namun sepertinya Ravi tidak mendengarkan kawannya tersebut, sampai akhirnya mereka tiba di kampus dan Hanmi turun dari skuter dengan diamnya.

“Nah benar kan kataku, lebih cepat sampai dan tanpa hambatan! Hanmi-ya....eung?”

Ravi melihat Hanmi memegangi lengan kirinya dan terlihat agak sedikit pucat. “Aku masuk dulu ya, agak sedikit lama, kau mau menunggu kan?”

“Ba..baiklah...aku akan menunggumu...eh Hanmi, kau mau ke dalam menggunakan helm itu?”

Hanmi kembali lagi dan meminta tolong Ravi agar melepaskan helmnya. “Bisa tolong lepaskan helmku?”

Ravi mendengus geli, “Hei kamu ini sudah besar kenapa tidak lepaskan sendiri saja?” ucapnya dengan tetap membantu melepaskan kaitan pelindung kepala.

*

Hanmi berlari ke dalam toilet dan meringis kesakitan. Lengan kirinya berdarah cukup banyak, dan Ravi tidak menyadarinya jika ternyata lengan gadis itu tergores tembok beton yang bertekstur kasar.

“Eotteokhaji?”

Beruntung seorang teman yang biasa berjaga di UKS kampus menemukannya di dalam toilet dan kemudian merujuknya dan mengobati luka Hanmi.

“Lukanya jangan terkena air dulu ya, kurang lebih satu minggu.”

“Gomawoyo Jung-nim....aku tidak tahu jika kau tidak masuk ke toilet tadi...hhhh~”

“Kenapa Han-nim? Apa kau terjatuh dari skutermu? Lukanya lumayan parah, mungkin jika sembuh bisa meninggalkan bekas...”

“Jinjjayo? Ah, aku tidak mau memiliki bekas luka seperti ini....tidak, aku tidak mengalami kecelakaan, tidak, aku hanya ceroboh saja..”

“Baiklah...jika besok-besok kau ingin mengganti perbannya, cari aku saja ya? Maaf harus ku tinggal, aku sudah terlambat masuk kelas.”

“A, mianhaeyo Jung-nim! Membuatmu terlambat...”

“That’s okay, aku pergi ya! Semoga lekas sembuh!”

*

Setelah usai menyetor tugas dan meminjam buku di perpustakaan kampus, Hanmi melihat Ravi dari kejauhan di datangi oleh seseorang teman dan mengobrol akrab.

“Ravi-ya...” tegur Hanmi pelan dan ia kemudian melihat orang itu ; seorang perempuan berdaya ladies rock dengan stocking hitam sobek-sobek.

“Hanmi, ini temanku dari Kanada. Namanya Isyela.”

“Hi, Hanmi, nice to meet you!” sapa perempuan asing itu dengan ramah.

“Nice to meet you, too, Isyela. Your name so beautiful.” Ucap Hanmi dengan ekspresi yang datar.

“Yeah, every i met new person like you, they always say like that. I’m glad to hear that.”

Hanmi mengangguk-angguk tanpa mengomentari orang asing itu lagi. “Ravi-ya, jadi, kau mau menemaninya atau mengantarkan ku pulang?”

“Hey, come on! You said want to do a graffity with others? Let’s do it.” Perempuan asing itu kemudian berkata seperti itu kepada Ravi.

“Yeah it will be fun, Kim Ravi. Go, what you waiting for?” sahut Hanmi kemudian.

Ravi kemudian menyerahkan kunci skuter kepada Hanmi dan ia berbisik sesuatu, “Mianhae, Hanmi.” Kemudian memberikannya kecupan kecil di pipi gadis asia itu.

Ravi berlalu, namun Hanmi masih bisa mendengar percakapan perempuan asing gitu, “Is she yours?”

Hanmi lalu bergumam pelan, “I should be, but he never tell me about his feeling.” Kemudian Hanmi kembali menyusuri jalan raya di senja hari, ia membalut perbannya dengan sebuah scraft berwarna hijau daun. Ia tidak mau membuat Hyuk mengetahui insiden ini secara mendetail.

‘KLAK.’

“Hyukie, kau di dalam?” Hanmi pulang dengan membawa banyak makanan, karena malam ini orang tua mereka akan segera kembali dari Jeju.

“Ne Nuna!” teriak Hyuk dari dalam kamar mandi. “Kenapa lama sekali Nuna? Kau kemana saja?”

“Mianhae, tadi aku agak lama di kampus...lalu aku mampir membeli makanan. Apakah Eomma sudah menghubungimu?”

“Hmm, Nuna-ya..kenapa tanganmu? Apa kau terjatuh dari skuter?” Hyuk begitu cepat menyadarinya. “Nuna, apa kau bertemu dengan Ravi Hyung hari ini?”

“Hmm, tadi tidak sengaja lenganku tergores besi, jadi aku ke klinik untuk membalutnya. Tidak, aku tidak bertemu dengannya. Apa dia mencariku lagi?”

Hyuk menggeleng, “Dengarkan aku, Nuna sayang. Jangan terlalu sering bertemu dengan Ravi Hyung lagi. Kurasa gaya hidupnya yang sekarang tidak cocok lagi dengan kita.”

“Hyukie, kau ini kenapa? Aku dan Ravi kan baik-baik saja, seharusnya pergaulan dia tidak mempengaruhi hubungan kami..apakah kau mempunyai masalah pribadi dengannya?”

Hyuk menggeleng lagi, “Tidak, aku tidak mempunyai masalah pribadi dengannya. Aku tidak suka dengan orang itu.”

Sebenarnya hari ini Hanmi pulang dengan sejumput kekesalan di hatinya, ia juga menginginkan kejelasan antara dirinya dan juga Ravi. “Sudahlah, sekarang bukan saatnya membahas orang itu...cepat ambilkan piring dan gelas, bantu aku mengeluarkan makanan-makanan ini.”

***

5 hari berikutnya....
“Maaf ya, aku sedikit terlambat...kau sudah lama menunggu?” sambut Cha Hakyeon, pemuda yang ia temui di supermarket kala itu.”

“Tidak masalah, aku baru saja tiba. Maaf ya aku benar-benar sibuk jadi baru bisa bertemu hari ini.”

Pemuda berkulit tanned itu tersenyum, menerima alasan Hanmi. “Kau tahu, aku menunggu-nunggu pesan darimu. Hahaha...!”

“Eung? Ah, begitukah? Aduh, aku benar-benar minta maaf ya Hakyeon-ssi....aku jadi merasa tidak enak....”

Cha melihat scraft yang ada di lengan Hanmi, “Lenganmu kenapa? Terluka?”

“Oh..iya ini...hmm, beberapa hari yang lalu lenganku tergores tembok sewaktu naik skuter....hhhh~”

Cha membelai lembut scraft yang digunakan Hanmi, “Aku suka scraftnya...ini cocok denganmu. Lalu, apakah kau terjatuh dari skutermu?”

Hanmi menggeleng, “Waktu itu temanku yang membawa dengan kecepatan tinggi, bahkan ia tidak tahu jika aku mendapatkan luka ini. Aku tidak mau dia tahu...”

“Kau tidak mengganti perbannya? Kurasa, sudah waktunya menggantinya dengan yang baru.”

Hanmi mengangguk sambil sedikit tersenyum, “Iya, setelah ini aku mau menggantinya, dikampus. Temanku bilang, aku harus menghubunginya jika aku mau mengganti ini.”

“Oh ya? Teman kampusmu? Hm...kalau begitu, boleh aku menemanimu kesana?”

Hanmi cukup terkejut karena Cha Hakyeon menawarkan diri untuk menemaninya mengganti perban, “Eh? Apa tidak merepotkanmu? Kampusku cukup jauh dari sini...aku tidak mau mengganggu aktifitasmu, Hakyeon-ssi.”

“Aku senang bisa bertemu dan menemanimu mengganti perban itu. Kita berteman kan, sekarang?”

Hanmi sempat menganga tidak percaya bisa bertemu orang dengan perlakuan yang terlihat begitu tulus, `Ku harap ini semua bukan sandiwara...aku jadi ingat Ravi...dulu dia orang yang serupa dengan Hakyeon-ssi, namun sekarang semua itu sudah luntur...`

“Jika memang tidak merepotkanmu, aku juga jadi senang..”

*

“Bagaimana lukanya?” tanya Hanmi kepada Jung-nim dan Cha. “Apakah semakin memburuk?”

“Tidak Han-nim, lukamu sudah kering, namun aku harus membalutnya lagi untuk beberapa hari ke depan, karena luka dalam masa ini begitu rentan terbuka lagi.” Ujar Jung-nim sambil membalutkan perban yang baru di lengan Hanmi.

“Kenapa kau tidak mau melihatnya Han-ssi?” tanya Cha.

“Euh....aku tidak suka melihatnya, pasti itu sungguh buruk. Jung-nim, apakah itu akan berbekas begitu jelas?”

Jung-nim kemudian memasangkan kembali scraft itu, “Hmm...kurasa tidak begitu. Nanti aku carikan krim yang bisa mengurangi bekas luka yah. Aku rasa aku masih menyimpannya di rumahku. Kau mau menunggu kan?”

“Benarkah? Ah, aku jadi merepotkanmu, Jung-nim!”

“Tidak masalah, karena minggu depan aku harus pulang menjenguk Ibuku. Jadi sekalian akan ku carikan. Jika tidak aku akan membelikannya untukmu, Han-nim!”

Cha kemudian bertanya sesuatu kepada kawan Hanmi, “Berapa lama lagi perban yang ini bisa di buka?”

“Sekitar 3 sampai 4 hari lagi, hubungi aku saja lagi, okay?”

*

“Terima kasih ya Hakyeon-ssi,..sudah menemani..”

“HANMIRA!” kemudian suara itu kembali dan mengacaukan suasana hati Hanmi yang mulai membaik. “Sedang apa kau di sini? Hey, sejak kapan kau mengikuti aku menggunakan scraft di lengan seperti itu?”

“Tidak boleh ya aku bergaya juga? Kau fikir hanya perempuan asing itu yang bisa menggunakan stocking robek-robek?”

Ravi terkejut mendengar Hanmi mengomentari temannnya kali ini, “Ada apa denganmu Hanmi? Tidak biasanya kau seperti......AH! AKU TAHU! Kau pasti cemburu kaaaan melihatku dengan Isyela? Aku tidak ada hubungan spesial dengannya!”

“Aku kan juga tidak memiliki hubungan spesial denganmu!.” Jawaban Hanmi membuat Ravi terlihat salah tingkah. “Lalu, kenapa kau mencariku?”

Cha hanya mengamati teman pria Hanmi, “Temanmu?” bisiknya. Kemudian Hanmi mengangguk mengiyakan.

“Siapa dia? Kau tidak pernah bercerita padaku jika mempunyai teman dekat lain selain aku?” tanya Ravi sambil berkeliling di sekitar Cha Hakyeon.

“Benarkah kau mau tahu, Ravi-ya?”

Ravi kemudian melirik Hanmi, “Memangnya siapa dia?”

Hanmi tersenyum licik, “Sungguh kau ingin tahu? Kau tidak akan menyesal, jika aku beritahukan siapa dia?”

“Huh, siapa dia...tidak penting bagiku....”

Kemudian Hanmi meraih tangan Cha dan mengajaknya pulang. “Sudah ya Kim Ravi, aku mau pulang dulu~ annyeong!”

“YA~ Hanmi, mengapa kau menggenggam tangan orang itu?”

Hanmi menghentikan langkahnya, dan kemudian berbalik, “Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh menggandeng tangan kekasihku sendiri?” kemudian ia berlalu lagi.

“APA KATAMU!? YA~ HANMIRAAAAA~~!”

*

“Maaf ya, maaf aku tidak bermaksud begitu tadi...aku jadi tidak enak, kau sudah menolongku 2 kali tapi aku malah melakukan hal ini padamu, cwesongie Hakyeon-ssi!”

Dengan berkali-kali membungkuk dan menyatukan tangan di depan dada, Hanmi meminta maaf karena sudah melakukan hal yang tidak terpuji kepada teman barunya itu.

Namun Cha malah tersenyum kan sedikit tertawa karena melihat gadis ini. “Tidak masalah. Apakah dia orang yang kau sukai? Kim Ravi?”

“Hm...bukan...dia hanya teman lama saja. Jangan katakan jika kau mengenalnya?”

“Tentu saja tidak, aku tidak mempunyai teman dengan gaya rocker seperti itu. Tapi sepertinya tadi kau benar-benar kesal dengannya. Apa dia yang membuatmu terluka?”

Hanmi menghela napas dan duduk bersila di rerumputan, di bawah binar lampu taman. “Hebat kau, Hakyeon-ssi...ya kau benar...dia yang mengendarai skuterku dan membuatku terluka seperti ini. Jadinya aku tadi benar-benar kesal. Karena bukan hanya itu saja, waktu itu, dia tidak mengantarkanku pulang. Dia memaksa mengantarku ke kampus, namun dia tidak mengantarkanku pulang, dia lebih memilih teman Kanadanya untuk membuat grafiti.”

Cha terlihat mengangguk mengerti, “Lalu, kau menyukainya? Kau terlihat begitu kesal ketika membahas temannya, apa itu alasannya?”

Hanmi memandang aneh Cha, “Kau ini...aku kan sudah katakan, aku tidak menyukainya. Iyah....tidak lagi untuk sekarang. Dulu memang iya, lambat laun aku bosan menunggunya...dia tidak pernah mengatakan jika dia menyukaiku, namun dia sering mencuri kesempatan dengan mencium pipiku.”

“Bukankah itu bentuk dari rasa suka?”

“Hakyeon-ssi....bukan seperti itu yang aku inginkan...ah sudahlah...hal itu tidak penting lagi sekarang....”

“Waeyo hhm?”

“Sudahlah, kita pulang saja sekarang....sudah malam, pasti Hyuk akan mencariku jika aku pulang terlalu malam dan lalu dia akan membahas Ravi semalaman dirumah.”

Cha mengikuti gadis itu bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan santai menyusuri taman. “Jadi, siapa Hyuk?”

“Dia adikku, Han Sang Hyuk. Dia lebih muda 3 tahun dariku....kau ingin berkenalan dengannya? Dia murid yang cerdas, aku bangga padanya, karena dia begitu peduli padaku. Ia juga sangat menyukai lingkungan yang bersih...”

Cha terlihat tersenyum sambil terus mendampingi Hanmi. “Pasti sangat menyenangkan, bukan? Aku jadi tertarik ingin mengenalnya juga. Jadi, dia lebih muda darimu 3 tahun?”

Hanmi mengangguk, “18 tahun. Tapi dia terlihat jauh dewasa dari umurnya, aku terkadang malu, Hyuk pernah mengatakan jika aku dan dia jika sedang berjalan bersama lebih mirip sepasang kekasih dari pada adik kakak. Teman-temanku mengatakannya juga, jika aku terlihat lebih muda dari adikku sendiri...tidak kah itu menggelikan?” Hanmi menjelaskan dengan tawa gelinya. Namun terpancarkan kebahagiaan ketika menceritakan hal itu kepada kawan baru.

“Aku 5 tahun lebih tua dari Hyuk....” aku Cha yang membuat Hanmi terkejut. “Ah, mulai sekarang panggil Oppa saja...kan kita sudah berteman. Bagaimana? Hanmi-ya?”

Hanmi hanya meresponnya dengan dua jempol ke atas.

***

“Oppa...Hakyeon Oppa....Hakyeon Oppa...”

“Nuna~ sedang apa? Apa yang kau lakukan dengan gelas kosong itu?” tanya Hyuk yang melihat Hanmi sedang menempelkan gelas plastik kosong di bibirnya. “Ingat usiamu Nuna sayang, kau bukan anak kecil lagi..jadi berhentilah melakukan hal itu!” ucap Hyuk kemudian tertawa geli.

“Hyukie, kenapa kau tidak mengenalkan kekasihmu padaku? Aku ingin melihatnya, aku ingin tahu bagaimana seleramu dalam memilih...”

Hyuk mengabaikan pertanyaan tersebut, “Kenalkan dulu kekasihmu, setelah itu aku berjanji akan mengenalkannya pada kalian.”

“Jadi, sekarang gadis kecil Appa sudah punya kekasih?” dengan tiba-tiba orang tuanya muncul dan menggoda Hanmi. “Jadi siapa orangnya?”

Setelah itu sang Ibu ikut menggoda anak gadisnya yang selama ini masih sendiri.

***

“Ah..~ aku bosan!” ucap Ravi yang tengah berdua saja dengan temannya di sebuah taman.

“Ravi-ya, mana temanmu yang biasa dengan skuter itu? Kau tidak pernah mengajaknya lagi sekarang, teleponlah dia, ajak dia kesini.”

“Sungguh? Aku rasa kami sedang bertengkar. Aku tidak ingin membuat suasana hatinya lebih buruk lagi.” Ucap Ravi sembari memaikan saklar lampu taman.

“Percayalah padaku, dia tidak akan bisa lama-lama marah kepadamu! Cepat ajak dia kesini!”

Tak beberapa lama kemudian Ravi berhasil membawa Hanmi bersamanya, bagaimana bisa Hanmi menolak ajakan itu? Dia masih ingin Ravi menjadi temannya.

“Mengapa kau mengajakku ke sini? Kau tidak tahu ya tentang gosip yang beredar di taman ini?”

“Gosip? Gosip apa?” tanyanya kemudian meraih tangan Hanmi. “Coba beritahu aku!”

“Tidak ah, nanti kau takut dan berlari meninggalkan aku sendirian disini. Kau kan takut dengan cerita seram...mana temanmu? Kau bilang kau sedang bersama temanmu?”

Ravi kemudian kebingungan mencari temannya, “Tadi dia disini, menunggu kita...tunggu ya, aku akan menghub....”

Hanmi menyita ponsel Ravi dan tidak sengaja melihat foto mesra antara Isyela dan Ravi terpampang jelas menjadi wallpaper utama. “Kau dengan Isyela? Kalian....”

“Ah, itu...hanya foto biasa...bukan kah kita pernah berfoto seperti ini juga dulu?”

Hanmi terkekeh geli, “Yang bisa menciumku di bibir hanya kekasihku, kau kan bukan. Jadi kapan kita pernah membuat foto seperti itu? Mungkin kau salah mengingat orang, Kim Ravi...”

Ravi merebut ponselnya kembali dan kemudian terlihat sedikit panik ketika membuka kotak pesan, “Ok, kau mau es krim kan? Aku akan membelikannya untukmu sebagai permintaan maafku!”

“Jinjjayo? Bisa kah aku mempercayaimu? Perasaanku jadi tidak enak....Kim Ravi, berhenti bermain-main denganku!”

“Kali ini aku sungguh-sungguh! I swear! Swear! Tapi, kau harus menutup matamu seperti ini terlebih dahulu, aku akan memberikanmu rasa mint, oke, oke? Jangan dibuka sampai aku kembali! Aku berjanji, sungguh!”

Hanmi menutup kedua matanya dengan tangannya, entahlah, mengapa Hanmi begitu mudah untuk di tipu...alasan Ravi meninggalkannya adalah karena Isyela sedang mencarinya ke taman itu. Tentu saja, teman Ravi menghilang untuk mengadu domba antara Ravi, Hanmi, juga Isyela.

*

20 menit berlalu, dan Hanmi masih menutup matanya dalam diam. Kenapa gadis ini begitu percaya kepada seorang Kim Ravi?

“Sudah, turunkan tanganmu, Hanmi-ya.” Seseorang meraih tangan itu dan membawa sesuatu.

“Lho? Hakyeon Oppa? Kenapa bisa tahu aku disini?”

“Tadi aku menghubungimu tapi kau tidak merespon, lalu aku kerumahmu dan bertemu Hyuk, dia mengatakan Ravi membawamu kesini. Lalu aku menyusulmu kesini.”

Kemudian terlihat Hanmi yang melihat sekeliling, “Dia meninggalkanku lagi. Aku tidak mau percaya lagi dengannya. Dan ... Oppa kenapa kau membawa es krim?”

“Hyuk berpesan agar membelikan es krim untukmu, sepertinya dengan makan ini kau akan merasa lebih baik..?”

“Tentu saja! Aku lebih menyukai es krim daripada Kim Ravi. Gomawoyo Oppa, aku merepotkanmu lagi...dan kenapa kau mencariku? Ada hal yang ingin kau bicarakan?”

Cha terdiam sejenak, “Tidak,...tadinya aku hanya ingin mengobrol santai di telepon saja, tapi aku menghubungimu berkali-kali dan tidak ada respon, aku jadi sedikit khawatir...”

“Oh, mianhada Oppa...aku memang selalu merepotkan...lain kali aku akan membawa ponselku...kau tidak marah kan?”

Cha menggeleng dan tersenyum.

***

3 hari kemudian, Hanmi kembali menemui Jung-nim untuk melepaskan perban dan membersihkan kulit mati di sekitar luka. Itu memang berbekas namun untungnya tidak begitu parah.

“Aku lega karena luka ini tidak begitu berbekas...” ungkap Cha ikut senang ketika melihat kulit Hanmi yang sudah sehat.

“Hanmi, aku bisa jelaskan...ku mohon!” kemudian lagi-lagi Kim Ravi datang dari luar kampus, di saat suasana hati Hanmi sedang bagus.

Hanmi hendak menghindar, namun Cha mengatakan sesuatu, “Jika kau menghindar, masalahnya tidak akan pernah selesai.”

Hanmi kembali berbalik dan menghadapi Kim Ravi. “Aku menunggu penjelasanmu.”

“Aku benar-benar minta maaf Hanmi-ya! Aku tidak bermaksud seperti itu kemarin...sungguh, apa kau marah padaku?”

Hanmi tidak langsung menjawabnya, ia hanya bisa berkeluh.

“Dan mengenai aku dan Isyela, aku sudah tertipu....aku tidak tahu kalau ternyata dia bukan....bukan....”

“Bukan apa?!”

“Isyela bukan perempuan asli....” bisik Kim Ravi membuat Hanmi tertawa terbahak-bahak. “Jadi aku benar-benar menyesal......”

“Jadi, kau tahu saat kau ingin menidurinya, bukan?” pertanyaan Hanmi memang begitu pedas, tidak lain ia lakukan hanya ingin membuat Ravi sadar jika selama ini ia telah kehilangan jati dirinya. “Sudah berapa perempuan yang tidur denganmu? 5, 10, 100?”

“Hanmi-ya....apa yang kau bicarakan...seperti itu kah aku dimatamu?”

“Aku mengenalmu bukan dari 10 jam yang lalu, tentu saja aku tahu apa yang kau lakukan selama ini. Seharusnya aku mendengarkan perkataan Hyuk dari kemarin-kemarin. Benahilah dirimu, kemudian tunjukkan padaku kau bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sekarang.”

“Hanmi-ya, jika aku sudah menjadi pribadi yang lebih baik, apakah itu akan menjamin kau akan tetap ada untukku?”

“Tidak ada yang bisa menggantikanmu, sebagai temanku. Aku akan menunggumu, bukankah, kau pernah melakukannya untukku waktu itu? Bahkan aku tidak marah padamu ketika kau mengendarai skuterku begitu cepat hingga tanganku terluka.” Ujar Hanmi sambil menunjukkan bekas lukanya. “Jadi, sebagai jaminan penyembuhan bekas luka ini adalah dirimu. Jadi, ku harap kau bisa mempertanggung jawabkannya, Kim Ravi.”

“Hanmi-ya...!” Ravi begitu terkejut dan sekarang mengerti mengapa scarft hijau itu selama ini melekat di lengan Hanmi. “Tunggu aku, Hanmi. Aku pasti akan bertanggung jawab!”

*

“Hanmi-ya, kau tidak apa-apa kan?” tanya Cha yang melihat gadis itu tertunduk di subway.

“Aku tidak apa-apa...” ia berbohong, Cha dapat dengan jelas melihat air mata gadis itu menetesi sepatunya. “Aku ingin makan es krim, Oppa...”

Cha tersenyum kemudian memeluk, menenangkan gadis itu. Ia tahu, pasti hal yang terjadi selama ini antara Hanmi dan Ravi begitu menguras emosi keduanya. Hal yang sangat wajar jika gadis ini akhirnya menangis. “Ravi pasti akan melakukannya. Kali ini kau harus mempercayainya, Hanmi-ya.”

Kemudian, isakan kecil gadis itu terdengar agak mengeras dan membasahi baju Cha Hakyeon.

*

“Aku seperti melihat magic sekarang.” Ucap Cha sambil mengamati gadis itu melahap rakus es krim strawberry-nya.

Magic? Magic apa?”

Cha tertawa kemudian menghapus sisa air mata yang bergulir di wajah gadis itu, “Kau begitu terlihat sedih, namun hanya dengan makanan manis ini kau terlihat begitu baik-baik saja. Kau tahu, aku seperti melihat orang yang menangis terharu karena terlalu menikmati memakan es krim ini. Bukankah itu bisa disebut magic?”

Hanmi kemudian ikut tertawa sambil terus memakan es krimnya, “Oppa, jeongmal gomawoyo...aku tidak tahu jika aku terus menghindarinya...mungkin aku tidak bisa selega ini sekarang...tapi aku sekarang lebih merasa berhutang banyak kepadamu...eottokhae?”

Cha tersenyum dan menengadahkan tangannya. Hanmi melihatnya bingung, kemudian Cha mengisyaratkan agar gadis itu meraih tangannya yang terbuka. “A~ Oppa, ige mwoya?” tanya Hanmi ketika terkejut tangannya di genggam begitu erat oleh Cha Hakyeon.

Senyuman Cha membuat Hanmi tertawa geli. “Cepat habiskan es krimmu, atau dia akan meleleh!”

***************

Di sebuah kedai kopi....
“Ah, hyung-nim!” pemuda itu melambaikan tangan, “apa kabar? Kenapa tidak pernah mampir ke rumah lagi?”

“Mianhae Hyukie, aku begitu sibuk mengurus tempat karaoke..aku akan memperluas lagi, jadi harus mengurus banyak hal.”

Hyuk menuangkan segelas susu beraroma pisang untuk Cha. “Hyung, aku ingin berterima kasih karena semuanya sekarang berjalan sebagaimana mestinya...aku sungguh senang melihat Ravi Hyung untuk sementara waktu tidak ada disekitar Hanmi Nuna!”

Cha menepuk pundak Hyuk ramah, “Mungkin jika waktu itu kau dan Hanmi tidak berkunjung ke tempat bisnisku, aku juga tidak akan bisa menjadi kekasih Hanmi sekarang. Bukankah, hal yang kita inginkan berjalan lancar?”

Mereka tertawa bersama, “Aku tidak menyangka, jika Hyung orang yang baik dan perhatian kepada Hanmi Nuna...aku kira dulu Hyung orang yang angkuh dan sombong!”

“Ya~ Hyukie-a, tidak kah ingin tahu bagaimana aku bisa dekat dengan Hanmi waktu itu?”

“Iya Hyung, kau harus memberitahuku!”

Mereka membahas sesuatu yang mengejutkan di sana, sampai malam menjelang....

------

“Jadi, beberapa hari setelah kau menghubungiku via pesan singkat, aku mulai mengikuti Hanmi, sampai akhirnya dia penasaran denganku dan mengikutiku di supermarket waktu itu, aku sengaja menghilang dari pantauannya, sehingga aku bisa diam-diam mengambil helmnya dan menyembunyikannya seolah itu hilang. Aku sebenarnya kasihan melihatnya begitu panik. Tapi tentu aku tidak bodoh! Aku sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan penjaga parkir, setelah ku rasa cukup, aku berpura-pura merebut helm itu dari pencuri dan kemudian mengembalikannya. Aku ingat, kau pernah mengatakan jika Hanmi seseorang yang sangat mengingat kebaikan orang lain, jadi aku gunakan metode itu untuk mendapatkan simpatinya, kau lihat sekarang Hyukie, aku berhasil! Terima kasih juga karena selama ini kau selalu memberitahukan dimana posisi Hanmi ketika ia lepas dari jangkauanku. Dan ku harap Hanmi tidak pernah tahu tentang kebohongan putih kecil ini!”


TAMAT





Tidak ada komentar:

Posting Komentar