Minggu, 26 Januari 2014

Little Fish [FF-oneshot]


Tittle : Little Fish
Cast : Jung Ema (OC) – Kim Meichan (OC) – Han Mira (OC) – Daehyun (BAP) – Lee Hongbin (VIXX) – Han Seul Gi (OC)
Genre : Romance
Theme Song : ZiA – Have You Ever Cried
Rated : 15+
Author : Ravla

-------------------------------------------------

“........Aku hanya ikan kecil yang berada di luasnya samudra ganas.”


LITTLE FISH


3 gadis sedang asyik mengobrol di salah satu sudut kampus, menunggu sampai waktu kelas seni di mulai.

Tawa mereka begitu lepas, sungguh binar-binar kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Namun salah seorang dari mereka begitu terlihat tenang, senyumnya begitu elegan namun terkesan ramah.

“Hanmi, dia sedang menuju kemari...mau apa lagi sih orang itu?” gumam kesal Meichan, yang sama-sama membenci pemuda yang tidak berhenti mengejar di mana pun Hanmi berada.

“HAN MIRA!!! Ke mana saja kau?! Kenapa tidak memberitahuku! Apa kau sudah makan? Uh, kau terlihat cantik seperti biasanya!”

Jung Ema dan Meichan melihat pemuda itu dengan tatapan yang benar-benar sinis. Gadis-gadis ini benar-benar tidak menyukai Daehyun, mahasiswa dari jurusan seni peran.

Tentu saja, Hanmi merasa risih dan segera pergi dengan teman-temannya. Namun seperti biasanya, Daehyun menghentikan langkah pada gadis itu dengan bertingkah berlebihan. “Hei hei, mau kemana? Aku baru saja datang! Jangan pergi dulu!”

Hanmi kemudian mengisyaratkan agar Ema dan Meichan pergi terlebih dahulu.

“Hanmi-ya! Lihat, aku membawakan sesuatu untukmu!” Daehyun memberikan sekotak sushi, sepertinya pemuda itu benar-benar membuatnya sendiri.

Hanmi menghela napas, ia mengangguk dan mengambil kotak itu tanpa  banyak bicara. Tanpa ucapan terima kasih. Daehyun mengikutinya, “Kelasmu kan disana?” tunjuk pemuda itu ke arah kiri, namun Hanmi pergi ke arah kanan.

“Puuss!”

Sebuah suara kucing terdengar samar, binatang mamalia itu kemudian keluar dari balik meja yang terletak di sudut sebuah lorong dan bermanja ria di kaki Hanmi. “Lihat, kau tidak akan kelaparan hari ini.”

Hanmi memberikan sushi itu kepada kucing betina yang biasa ia rawat di kampus itu, melihat itu entah apa yang di rasakan Daehyun, ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi yang kosong; lebih tepatnya ‘tidak tahu harus mengatakan apa’.

“Berhenti menyukaiku, Daehyun. Ku mohon.” Ucap Hanmi pelan dan pasti, kemudian ia berlalu dengan langkah terburu menuju kelasnya.

“Tapi....kenapa?” gumam Daehyun yang seperti mendapat tamparan keras di pagi hari.

***

Hanmi melihat kedua sahabatnya sibuk dengan gosip kampus. Ia selalu duduk terpisah dari mereka, terkadang Hanmi duduk di tribun paling atas agar jelas melihat dosen ketika mengajar. Terkadang ia duduk di bagian tribun yang paling dekat dengan dosen agar mendengar jelas apa yang dosen katakan. Namun kali ini, ia duduk menyendiri di tribun paling atas sebelah pojok kiri.

Sesekali ia bisa mendengar apa yang Jung Ema bahas dengan Meichan, “mahasiswa itu pasti sungguh tampan...aku dengar dia menjadi idola disana...”

Hanmi hanya menggeleng pelan sesekali menghela napas. Ia sering merindukan kehidupannya yang dulu, yang sudah lama sekali ditinggalkan. Namun ia tidak akan mau kembali ke masa itu..., atau mungkin hanya menunda?

******

Beberapa hari kemudian, Hanmi sedang mengecek jadwal kelas di dekat pintu kelas seni peran. Tentu saja kampus masih begitu sepi, entah apa yang membuat gadis ini begitu pagi terbangun hanya untuk melihat jadwal harian yang baru.

“Kau tahu dimana ruangan dosen dari kelas seni musik?” tanya seseorang dari arah belakangnya.

“Tahu, ikuti aku.” Tanpa melihat wajah orang tersebut, Hanmi melangkah menuju ruangan dosen yang biasa mengajarnya. Namun kala itu sepertinya sang dosen sedang berdebat dengan kerabatnya.

“Eung? Ada apa?” tanya orang tersebut.

“Sepertinya kau tidak bisa menemuinya saat ini....,” sesaat sebelum Hanmi melihat wajah orang tersebut, pertengkaran yang cukup besar terjadi di ruangan dosen tersebut. Karena terkejut, Hanmi menarik orang tersebut menuju sebuah ruangan praktek seni peran di lantai dua kampus.

Karena bingung, orang tersebut kemudian menutup pintu dan mata mereka bertemu. “Kenapa kau menarikku kesini?”

Hanmi seperti terpana, dia terdiam, dia juga bingung kenapa ia menarik orang asing tersebut ke dalam ruang praktek seni peran. “Aku hanya,...aku tidak mau kita di tegur olehnya.”

“Kenapa harus di tegur? Aku kan memang sedang mencarinya..?”

Hanmi menggeleng dan melonggarkan syal yang melilit lehernya, “Maksudku, aku.... Beliau kurang bisa mengontrol emosinya, kebetulan aku tidak ada kelas hari ini. Maksudku, aku...bukan, dia dosenku. Aku mahasiswi kelas seni musik.”

“Oh? Asisten dosen?” orang itu tampak terkejut.

“Bukan! Bukan, ... tapi tidak lama lagi aku akan jadi asisten dosen. Kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu disini?”

“Aku mahasiswa pindahan, ku kira kau sudah tahu beritanya...? Ku rasa mahasiswi disini suka menggosip? Ternyata aku salah...”

....jadi ini yang Jung Ema dan Meichan bicarakan kemarin? “Lalu, jangan katakan jika kau akan masuk di kelas seni musik bersamaku?”

Belum sempat orang itu menjawabnya, seseorang dari luar sudah sibuk memutar knop pintu, “Hey, kenapa ini terkunci?” ucapnya dari arah luar.

Hanmi dan orang itu sempat kebingungan, namun akhirnya mereka bersembunyi di balik korden besar yang menutupi jendela kaca di bagian sisi ruangan.

“Psst!!” seru Hanmi kepada orang itu.

Begitu banyak barang di balik korden itu sampai-sampai kehadiran mereka disana bukanlah suatu hal yang mencurigakan. “Kau tadi mengunci pintunya?” tanya Hanmi berbisik, namun orang itu menggeleng keras, “Tidak, aku hanya menutupnya biasa.”

Beberapa menit kemudian sepertinya orang yang hendak masuk ke dalam ruangan itu telah pergi dan keadaan menjadi hening. Namun Hanmi dan orang itu masih bersembunyi di balik korden.

Perlahan namun pasti, Hanmi menanggalkan syalnya karena ia merasa pengap dan panas. Tidak biasanya Hanmi terlihat berkeringat seperti itu.

“Are you okay?” tanya orang tersebut, namun sepertinya Han Mira tidak mendengarnya.

Orang itu kemudian keluar dari balik korden dan meninggalkan Han Mira, ia mencoba membuka pintu dan terbuka. Kemudian ia keluar dari sana.

“Kemana orang tadi?” tanya pelan Han Mira kepada dirinya. Ia membehani pakaiannya dan hendak melangkah menuju pintu, namun orang  itu kembali masuk dan menutup pintu kemudian menarik lengan Hanmi dan bersembunyi di balik korden.

“Ada apa? Ada apa?” tanya Han Mira panik namun ia tetap menunjukkan sikap tenang.

Saking terburunya pemuda itu, pijakan sterofoam yang ada disana menjadi rusak dan hal itu membuat Hanmi tidak bisa naik ke bagian paling atas, ia akan tetap terlihat oleh orang lain jika ada yang memasuki ruangan itu.

“Aku tidak bisa naik!” teriaknya kemudian orang tersebut turun lagi dan menggendong Han Mira.

“Diam dan jangan protes!”

Orang itu membawa Han Mira sedikit naik dan pijakan di atas hanya bisa untuk satu orang, dengan terpaksa Han Mira menginjak kaki orang itu dan mereka menutupi diri mereka dengan kain putih usang yang tersampir di sana.

Han Mira bisa dengan jelas mendengar deru nafas pemuda yang menghadap ke arahnya. Mereka tertutup oleh kain putih, begitu pengap dan panas.

“Apakah ada orang masuk ke sini?” tanya Hanmi.

“Mereka ke sini, sekitar 2 atau 3 orang. Maaf ya, bertahan sebentar lagi saja.”

Benar saja, ada beberapa junior Hanmi yang datang dan mengambil beberapa barang di ruangan ini. Namun tentu saja mereka tidak mengetahui jika ada dua orang yang sedang bersembunyi di balik korden.

Pemuda itu mengamati wajah Han Mira begitu dekat, gadis itu tampak sedang melempar pandangan ke arah luar jendela, melihat atap atap rumah penduduk dengan antusias sampai sebuah pergerakan mengejutkan pemuda tersebut.

“Maaf! Aku, aku sepertinya akan jatuh...bagaimana ini?” tanya Han Mira panik melihat pijakan itu terasa semakin bergetar.

Pemuda itu kemudian meraih kedua tangan Han Mira dan melingkarkannya di lehernya sendiri. “Aku tidak mau kau jatuh...”

Dengan posisi yang seperti itu, Han Mira hanya bisa menyandarkan dagunya di pundak pemuda itu, mereka berpelukan, mau tidak mau, suka tidak suka. “Maaf, aku jadi...membuatmu susah. Kurasa aku menginjak kakimu terlalu lama...”

Pemuda itu tidak membalasnya, namun hanya satu pertanyaan yang terlontar dari mulutnya, “Boleh aku tahu namamu?”

Tentu saja sebagai seorang gadis yang normal, hal ini membuat dadanya berdebar dengan cepat, “Han Mira.”

Setelahnya terdengar orang-orang itu pergi dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan itu.

“Ku rasa mereka sudah pergi...bisa kita turun sekarang?” pinta Han Mira, ia sudah tidak nyaman berada dalam posisi berpelukan seperti itu.

Mereka kemudian turun dengan perlahan, sampai Han Mira menjaga jarak dengan orang itu, “Jadi, anggap saja yang tadi hanya...penyelamatan diri.”

Pemuda itu terlihat sedikit tersenyum namun ia berbalik untuk menyembunyikannya. “Jadi, kau Hanmi? Kau terkenal di kampus ini kan? Begitu yang aku tahu.”

Gadis ini tidak suka jika ia di katakan sebagai mahasiswi yang terkenal di kampusnya, ia hanya menganggap itu bonus dari kerja kerasnya selama ini mengenai betapa susahnya lolos untuk menjadi salah satu anggota kelas seni musik. “Aku tidak terkenal, aku menakutkan.”


Han Mira meninggalkan orang itu dan hendak meraih knop pintu, namun begitu cepatnya pemuda itu menghalangi dan mendorong Hanmi ke posisi semula, pemuda itu mencuri ciuman pertama gadis itu.

Tidak banyak yang bisa Han Mira perbuat, ia tampak menikmati ciuman pertamanya bersama orang asing tampan itu.

******

Besok, besoknya, besoknya, dan besoknya lagi Han Mira masih terngiang dengan insiden di ruang praktek seni peran. Ia masih tidak mengerti, bagaimana ia bisa mengalami pelecehan itu.

“Pelecehan..?! Tapi, ......kenapa aku menikmatinya?!”

Ia hanya terdiam, raut wajahnya tidak enak namun terkadang ia terlihat merona walaupun kacamata dan syalnya menutupi sebagian wajahnya. Tentu saja ia menceritakan ini kepada dua sahabatnya.

“Hanmi-ya, jadi....sungguhkah itu terjadi di antara kalian?” tanya Jung Ema yang duduk di sebelah kanan Hanmi sambil mengamati gerak gerik mahasiswa baru itu. “Lihat dia, beberapa kali ia mencuri pandang kepadamu....sepertinya dia menyukaimu..?” ujar Meichan kemudian yang membuat Han Mira melirik ke arah pemuda tersebut.

“Bahkan aku tidak tahu namanya. Dia tidak memperkenalkan diri kepada kita kan? Berani-beraninya dia menciumku sampai meninggalkan luka di bibirku ini!” ucapnya begitu kesal namun tak terlihat raut kemarahan di wajahnya. “Sudahlah! Sebaiknya kita cari bahan untuk tugas tadi di perpustakaan kampus saja!” teriaknya cukup menggaung.

Pemuda itu menoleh dan kemudian melihat 3 gadis tersebut berlalu. “Kenapa dia berteriak?” tanya pemuda itu penasaran.

**

Han Mira begitu sibuk mencari sumber-sumber bacaan untuk tugasnya sampai ia tiba di ujung ruangan perpustakaan. “Eung? Hhhh....” ucapnya kemudian membereskan buku-buku.

“Hai Hanmi, kau sudah menemukan bahan untuk tugasnya?” sahut sebuah suara, “Tentang yang waktu itu...kenapa kau tidak menampar atau memukulku?”

Pemuda itu menghampiri, dan mendekati Hanmi seperti saat itu.

“Aku bukan orang yang gampang marah.” Ucapnya dengan pandangan yang tajam ke arah pemuda itu. “Apa yang kau mau dariku?”

Pemuda itu memojokkan Hanmi ke sudut ruangan, “Aku tidak bisa berhenti mengingatnya,....” pemuda itu mendekatkan wajahnya ke wajah Hanmi, namun Hanmi menyentuh dada pemuda itu, mengisyaratkan jika ia tidak ingin mendapat ciuman dari pemuda itu lagi.

“Jika kau ingin menciumku lagi, kau harus menjadi kekasihku terlebih dahulu..” ucap Han Mira tampak serius. “Aku tidak murahan seperti yang lain, jika saja waktu itu aku bisa menghindar, sudah pasti aku akan menghindar.”

Pemuda itu kemudian meraih pinggang Han Mira dan membisikkan sesuatu, “Kau mau menjadi kekasihku, Hanmi?”

“Menurutmu, aku mau atau tidak?” sungguh menarik bagi Hanmi, ia membalas pertanyaan itu dengan sebuah pertanyaan lain.

Kemudian pemuda itu mundur perlahan dan mengamati Han Mira. “Hmm, oke, mulai sekarang katakan padaku jika ada seseorang yang menganggu atau mengancammu.” Ucapnya dengan gagah kemudian pergi dengan wajah yang sumringah.

....bagaimana dia tahu jika tadi aku memang tidak menolaknya? Apakah ekspresiku mudah di baca?

*

Setelah Han Mira menyalin beberapa sumber bacaan, kemudian ia melihat kedua temannya sedang mengobrol dengan Daehyun. Tanpa ekspresi yang berart Hanmi menghampiri mereka.

“Oh! HAN MIRA! Chagiya, chagiya! Ayo kita beri makan kucing itu lagi!” ucapnya begitu berisik sampai penjaga perpustakaan menegurnya galak.

Kemudian dengan wajah penuh protes Meichan bertanya, “Sejak kapan kau menjalin hubungan dengan orang ini?” Meichan terlihat begitu risih ketika Daehyun berada di sekeliling mereka. Bagi Meichan, Daehyun tak lebih dari sekedar benalu yang susah di basmi.

Hanmi hanya tersenyum dan menepuk pundak Mei, “Sudahlah, ayo kita pulang saja. Esok, kita kerjakan lagi tugas ini disini.”

“Haniya!” teriak Daehyun dari arah belakang Han Mira di luar perpustakaan.

Tiba-tiba Jung Ema berbalik dan terlihat kesal, “Heh! Seenaknya saja kau mengganti nama orang! Namanya Han Mira, bukan Haniya!”

Daehyun tampak tidak mau mengalah, “Haniya, itu maksudnya HO-NEY-YA~ kau ini tidak pernah memanggil seperti itu kepada Taekwoon-mu itu? Aku sih maklum ya, kekasihmu itu kan hanya memiliki satu ekspresi saja!”

Hal itu membuat Jung Ema kesal dan hendak memukul Daehyun benalu itu namun Meichan menarik gadis itu, “Sudahlah! Manusia seperti dia tidak pantas menerima pukulan indah darimu~ ayo kita pulang saja!”

Sementara mereka sedang tampak berdebat, Han Mira tengah mempertanyakan sebuah pertanyaan penting di dalam kepalanya. ....kekasih? Siapa nama kekasihku?

******

Beberapa hari kemudian, Han Mira hanya merapalkan nama itu terus menerus dalam hatinya. Walaupun insiden yang ia alami beberapa hari belakangan memang tidak sewajar biasanya, namun perlahan ia benar-benar jatuh kedalam pelukan pemuda itu.

Tentu saja ia memberitahukan hal ini hanya kepada 2 sahabatnya, mereka tidak terkejut dengan apa yang Hanmi alami, karena kedua sahabatnya sering membaca kisah seperti ini di dalam karangan cerita fantasi yang Hanmi sering tuliskan.

“Dimana si kacang? Tidak biasanya ia telat masuk kelas?” tanya Jung Ema yang mulai akrab dengan Lee Hongbin, kekasih Han Mira.

“Kau tidak membiarkannya bertemu dengan Hyemi kan? Aku khawatir jika Hyemi akan merebutnya darimu. Kita sama-sama tahu kan, dia primadona di kampus ini.” Terang Meichan yang kurang suka kepada gadis kampus nomor 1 bernama Sun Hyemi.

Seperti biasanya, Hanmi hanya tenang mendengar apa yang menjadi keluh kesah dua sahabat karibnya.

“Semenjak awal ada di kampus ini, aku sudah muak dengan Hyemi. Aku akui, dia memang cantik, dia berhasil membuatku iri! Entahlah, yang bisa aku katakan hanya aku tidak menyukainya...aku tidak punya alasan! Aku hanya merasakan itu dari pertama kali melihatnya!”

Kemudian Hanmi keluar dari kelas mencoba mencari keberadaan Hongbin, benar saja apa yang Meichan khawatirkan.

...mereka sedang mengobrol...hanya mengobrol kan?

Wajah Hongbin tampak senang, begitu juga Hyemi yang terlihat asyik mengobrol dengan pemuda tampan nomor 1 di kampus itu sekarang.

Hanmi mendekat dan menegur kekasihnya, “Kelas di mulai 15 menit lagi. Kau tidak ingin terlambat, kan?”

“Kita bicarakan nanti lagi ya Hyemi! Aku harus segera kembali ke kelas, senang bisa menjadi panitia acara kampus bersamamu! Bye!”

Tentu saja Hanmi mendengarnya dengan jelas walaupun ia sudah berjalan meninggalkan mereka. Cemburu? Sudah jelas, namun Hanmi menunjukkan sikap semua seolah itu tidak pernah terjadi. Ia berakting seolah ia tidak pernah mendengarnya.

“Hei, gadis kacamata! Terima kasih sudah mencariku...”

Namun Hanmi terus melangkah, ia mengabaikannya, namun dalam hatinya ia kesal dan sebal. Hongbin sadar benar, hal itu sudah membuat orang yang ia sukai jadi mengabaikannya. Pemuda itu hanya ingin melihat bagaimana perasaan gadis itu kepadanya, ia tidak ingin cintanya hanya berdiri sepihak.

******

“Kau...pulang dengannya lagi, Hanmi-ya?” tanya Meichan seusai kelas bubar.

Hanmi tidak menjawab, karena ia tidak tahu harus menjawabnya dengan bagaimana.

“Kau yakin akan menunggunya lagi? Kalau ternyata dia tidak mengantarkanmu pulang, bagaimana? Kau harus tegas dengan kacang itu.” Protes Jung Ema yang lama kelamaan jengah mendengar janji-janji dari Hongbin kepada Han Mira.

“Sudahlah, jika memang benar-benar masih rapat, aku bisa pulang sendirian. Kalian lupa? Aku kan biasa pulang sendirian dulu sebelum bertemu dengan kacang.”

Dua orang gadis itu akhirnya meninggalkan Hanmi seorang diri di perpustakaan kampus. Sudah beberapa hari ini Hanmi menunggui Hongbin yang berjanji akan mengantarkannya pulang, namun faktanya, Hanmi selalu pulang seorang diri.

...aku tidak menuntutnya, dia sendiri yang mengatakan akan mengantarkanku pulang. Namun, aku cukup sadar diri dia sibuk. Aku tidak pernah mempermasalahkannya, hanya saja lama-kelamaan aku seperti menjadi beban untuknya. Masalah Hyemi....aku tidak mau tahu tentang itu, selama aku tidak melihatnya secara langsung, itu tidak menjadi masalah bagiku. Bisa ku katakan, Hongbin mungkin sedikit beruntung karena aku begitu sabar dan tidak banyak mengeluh. Walaupun aku sedikit merasa kecewa...itu manusiawi.

Gerutunya dalam hati ketika ia sadar telah menunggu kekasihnya sampai 3 jam lebih. Dan Hanmi memutuskan untuk meninggalkan kampus seorang diri.

“Han Mira! Tunggu!” sebuah suara mencegahnya tuk pergi lebih jauh. “Kau masih di kampus?”

“Ah~ Bang Geun-ssi..?”

Dosen dari kelas seni peran menghampirinya, mengajaknya mengobrolkan sesuatu di ruangannya.

*

“...pertukaran pelajar dengan Kampus Gilbaek? Berapa lama?”

“3 bulan, bukankah dulu kau pindahan dari sana ya? Seharusnya kan senang akan bertemu dengan teman lama, iya kan?”

Han Mira bukanlah mahasiswi asli dari kampus ini, ia sama seperti Hongbin, seorang murid pindahan dari Kampus Gilbaek.

“Kapan program ini akan dimulai? Saya harap ini menjadi sebuah kemajuan dari kampus ini..”

******

Tepat satu minggu dari obrolan bersama Bang Geun-ssi, akhirnya Han Mira melakukannya. Seharusnya hal ini dilakukan oleh murid dari jurusan seni peran, namun semuanya menolak dan malah merekomendasikan kelas seni musik yang sudah terkenal dan banyak pengalaman.

“Hanmi-ya....kau akan meninggalkanku juga Meichan! Kenapa kau begitu tega dengan kami!?” Jung Ema terus menerus menarik lengan Hanmi, ia tidak ingin Hanmi pergi untuk 3 bulan ke depan, karena Jung Ema selalu merasa terbantu ketika ada tugas dari dosen seni musik.

“Ya~..hanya 3 bulan, dan orang itu akan menggantikan aku disini! Ku harap kalian bisa akrab, ku dengar ia juga pintar....bahkan aku kalah darinya.”

Meichan dan Jung Ema melihat ke arah murid yang akan menggantikan posisi Han Mira, “Aku tidak yakin, penampilannya hampir menyerupai Hyemi...”

“Yang ku dengar, dia memang adik Hyemi. Sun Hara. Sudahlah, aku jadi dapat kesempatan bisa bertemu dengan teman-teman lamaku. Sudahlah, jangan cemberut seperti itu! Aku akan baik-baik saja, kalian kan masih bisa ke rumahku atau menghubungi aku! Aku tidak akan menghilang!”

Han Mira kemudian  pergi jauh, dengan orang-orang dari kampus Gilbaek. Kampus lamanya, dia akan bertemu dengan kawan lamanya.

“Hanmi, tunggu!” Jung Ema mengejarnya, “Hongbin bagaimana?”

“Hmm? Bagaimana apanya?”

“Kau sudah memberitahukannya , kan?”

Han Mira tidak menjawab, ia hanya melempar pandangan ke gedung kampus, melihatnya dari ujung kanan ke ujung kiri. “Beritahu dia jika kalian memang bertemu dengannya.” Ujarnya kemudian naik sebuah mobil van hitam dan menjauhi kampus.

***

Kampus Gilbaek bukanlah seperti kampus pada umumnya. Hampir 80% mahasiswanya badung dan nakal. Tapi mereka tidak pernah melakukan kriminal, namun mereka bisa di temukan di setiap gang sempit yang gelap. Keahlian utama mereka; tawuran.

3 tahun yang lalu, Kampus Gilbaek memiliki sekelompok mahasiswa baru yang benar-benar di takuti oleh senior ataupun murid dari kampus lain. Mereka menyebut diri mereka ‘Nine Cat Eyes’. Mereka sungguh di elu-elukan semua orang, mereka sebenarnya menghindari tawuran yang tak berarti, karena salah satu dari mereka adalah Han Mira, yang biasa di sebut ‘Killer Smile Cat”.

Tentu saja, Han Mira begitu terkenal di Kampus Gilbaek. Dia seorang yang penuh bakat, namun sang kakak, Han Seul Gi selalu melarangnya bernyanyi karena menurutnya sikap ceria dan riang seperti itu tidak cocok bagi Nine Cat Eyes.

Suatu malam, tiba untuk Nine Cat Eyes menemui musuh bebuyutan mereka dan mereka berkelahi membabi buta di sebuah lokasi kosong di pinggiran kota. SeulGi tentunya menyembunyikan Hanmi di sebuah tempat, karena sudah di pastikan musuh mereka mengincar gadis kecil itu. Semua bajingan ingin memiliki gadis itu. Sebagian karena memang menyukainya dan sebagian lagi ingin menyakiti Hanmi sebagai aksi pembalasan dendam kepada SeulGi.

Singkat cerita, tentu saja kemenangan ada di pihak Nine Cat Eyes, namun malam itu Hanmi sudah tidak berada di tempatnya lagi.

Ternyata seseorang menculiknya dan berniat buruk terhadapnya, namun sebelum semuanya terjadi,  seseorang menolongnya dan menghajar penculik itu dengan teknik bela diri yang terlihat mahir.

“Tunggu apa lagi?! Larilah!” teriak orang yang sudah menolongnya, sampai akhirnya ia bertemu dengan yang lainnya dan menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia tidak akan pernah melupakan siluet orang yang sudah menolongnya.

**

Lamunan itu pecah, ketika banyak orang menyambutnya di Gilbaek. Ia merasa menemukan kebahagiaan yang telah lama hilang. “Aku kembali! Tapi hanya 3 bulan bisa bersama kalian, guys.”

Seseorang mengejek penampilannya, “Killer Smile Cat sekarang seperti ini? Demi apa kau menggunakan kacamata dan syal seperti itu? Lihat betapa culunnya dirimu, Hanmi!”

“Sudahlah! Yang penting aku terlihat cantik dengan seperti ini!”

Hanmi berubah, ia tidak lagi terlihat menyeramkan seperti apa yang  biasa ia tunjukkan di hadapan dua sahabat karibnya. Ia bisa sejenak lepas dari kampus Yongsun.

***

Sekitar satu bulan lebih 15 hari sosok Han Mira tidak lagi ada di Kampus Yongsun. Semuanya terasa berbeda, terutama yang dirasakan Hongbin. Ia belakangan merasa bersalah karena sudah mencampakkan Han Mira. Namun ia masih yakin jika Han Mira tidak akan pergi meninggalkannya, hanya saja ia menjadi khawatir karena ia tahu, Hanmi akan ikut tawuran bersama kawan-kawan lamanya.

Bagaimana Hongbin bisa seyakin itu? Tentu saja semua ada penjelasannya.

#Flashback#
“Pokoknya malam ini kau harus dirumah! Aku tidak mau tahu, aku akan kirim orang untuk mengawasimu!”

Hongbin mendengar Han Seul Gi Hyung berteriak-teriak dengan seseorang yang berada di saluran telepon miliknya, hal ini mengusiknya. “Nuguji, Hyung? Sepertinya belakangan ini kau begitu terlihat kesal..?”

Han Seul Gi melemparkan dirinya ke sofa, ia melepas genggaman smartphonya. “Adikku, begitu mengesalkan, aku berfikir akan mengirimnya ke luar negeri saja. Aussie atau Jepang...aku bosan, bosan mendengar celotehnya.”

“Kau memiliki seorang adik? Kenapa kau tidak pernah menceritakannya, Hyung?”

“Hhhhh~.....” terdengar keluh kesah yang berat dari seorang Han Seul Gi, “..tidak seharusnya aku mengajaknya tawuran...aku merasa bersalah sudah meracuninya dengan hal hal kejam selama ini.”

“Ku fikir, dia tidak pernah ikut berkelahi dengan yang lain?”

Han Seul Gi menyulut rokoknya, “Tidak, aku tidak pernah menyuruhnya untuk berkelahi, namun sepertinya bocah itu diam-diam belakangan ini sengaja belajar bela diri...saat ku tanya, dia tidak menjawabnya.”

Hongbin yang kurang paham dengan cerita yang sebenarnya, menekankan sebuah pertanyaan. “Adikmu, perempuan atau laki-laki? Apakah dia menjelaskan dengan jelas siapa yang menolongnya?”

Han Seul Gi merasa curiga, “Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau tahu tentang hal ini? Kau tidak bisa membohongiku,...”

Pengakuan kemudian meluncur dari Hongbin bahwa ialah yang menolonya adiknya waktu itu, awalnya ia memang benar-benar tidak sengaja melihat seorang gadis memberontak. Kemudian Hongbin menghampiri dan benar saja akan ada tindak pelecehan terhadap wanita.

Ia menceritakan semuanya kepada Han Seul Gi dan ia memohon agar tidak mengatakan hal ini kepada Hanmi. Karena ia sudah menyusun rencana agar bisa bertemu dengan Hanmi di situasi dan kondisi yang lebih layak.
#Flashback End#

*****

“Oppa, lusa aku akan kembali ke Yongsun...tapi...aku, masih betah di sini. Aku merasa seperti dulu...”

Han Seul Gi menuangkan wine ke gelas adiknya, “Tempatmu bukan di Gilbaek. Aku sudah senang kau berada di Yongsun, aku tidak mau kau terkena dampak buruk selama hidupmu. Cukup aku saja, dan teman-teman kita yang lain.”

“Tapi aku....sedang tidak ingin kembali kesana...Oppa, apakah baik jika aku memiliki seorang kekasih saat ini? Apakah kau akan setuju dengan orang ini? Apakah kau akan menghajarnya terlebih dahulu untuk melihat seberapa jauh dia bisa melindungiku?”

Han Seul Gi tidak meresponnya, namun ia memberikan satu pesan kepada adik semata wayangnya. “Itu sepenuhnya hidupmu dan pilihanmu. Pesanku hanya satu, jika memang dia bermain dengan perasaanmu....tentunya kau tahu harus melakukan apa padanya kan? Mungkin ilmu bela diri yang sudah kau pelajari selama ini akan berguna.” Ucapnya kemudian mengelus lembut kepala gadis itu.

“Tidurlah, tenangkan pikiranmu. Esok kan harus berkemas dari Gilbaek kan?”

***

Han Mira kembali. Kembali Ke Yongsun, tempat dimana seharusnya ia berada. Namun dua sahabatnya tidak menyambutnya seperti waktu mereka melepasnya 3 bulan yang lalu. Mereka terlihat sibuk dengan Sun Hara, dan juga mereka terlihat berfoto bersama sebelum akhirnya Han Mira benar-benar berada disisi kedua sahabatnya.

“Wajahmu kenapa Hanmi? Kenapa terlihat kusam dan tidak seperti biasanya? Mana kacamatamu?” tanya Jung Ema yang mengamati dekat wajah Hanmi. Penuh dengan luka goresan ringan, dan juga lebam di beberapa bagian.

Meichan yang menyadari hal itu, lebih banyak diam dan menyerahkan sebuah amplop. “Ku harap kau baik-baik saja. Oh iya, apakah kau sudah menyelesaikan tugas yang waktu itu? Kita harus menyetorkannya lusa. Bisa aku lihat?”

Meichan merogoh dalam tas gendong kuning dengan wajah bebek yang menggantung di punggung Hanmi dan mengambil sebuah buku besar kemudian berlalu meninggalkan Hanmi seorang diri.

...Hongbin...dimana dia?

Hanmi berkeliling gedung kampus, ia mencari sosok itu. Sampai ia bertemu Hyemi dan mencoba menanyakannya, namun Hyemi juga sejak kemarin tidak bertemu dengan Hongbin. Hanmi mencoba meminta nomor ponselnya namun tak ada jawaban.

Satu jam berlalu dan ia tetap tidak bisa menemukan Hongbin. Sampai ia terdampar di lantai tiga kampus, dan sejenak melihat futsal yang berlangsung di lapangan. Ia sedikit merilekskan badannya dan bertopang dagu.

..apa yang sudah aku lakukan selama ini? Bukankah ini hanya perkiraanmu saja, Han Mira? Bahkan kau tidak pernah menanyakan langsung apa yang Hongbin rasakan terhadapmu, namun kau sudah menghakiminya seperti itu. Bukankah kau jahat sekali, Hanmi? Lalu kau sejenak kembali ke kehidupan lamamu, berkelahi di malam hari dan kau rela mereka melukai wajah cantikmu itu. Tidakkah kau pernah berfikir jika Hongbin akan terluka melihat kau berkelahi dengan lelaki dan kemudian lelaki itu menyakitimu? Bukankah sama saja kau menyakiti Hongbin? Tidak kah kau pernah berfikir jika, .... jika Hongbin benar-benar menyukaimu dengan tulus? Kenapa kau tidak pernah menanyakan hal itu padanya? Mengapa kau menganggap Hyemi lebih baik darimu dan lebih cocok untuk Hongbin? Kemana kepercayaan dirimu, Hanmi? Untuk apa kau melakukan pertukaran pelajar kemarin? Hanya untuk menghindari Hongbin yang selalu mangkir dari janjinya? Bukan kah kau dulu mengatakan kau baik-baik saja dan tidak menuntut apa-apa? Kau sungguh-sungguh ingin menghindarinya, lalu, jika memang itu kehendakmu, kenapa sekarang kau mencarinya dengan sungguh-sungguh? Bukankah itu berarti kau tidak ingin kehilangannya? ......aku sungguh bodoh sekali.

Hanmi tersentak, ia tengah berdebat dengan hati kecilnya. Ia menyadarinya, bahwa selama ini yang ia lakukan adalah hal yang tidak tepat untuk masalah yang ia rasakan.

“Aku...aku kenapa?”

...kebimbanganmu merusak semuanya, Hanmi. Bagaimana jika, jika Hongbin saat ini tengah bersama gadis lain? Bagaimana jika Hongbin saat ini menghindarimu seperti apa yang kau lakukan selama 3 bulan kemarin? Kau asyik tenggelam di dunia lamamu dengan maskara dan eyeliner yang begitu mencolok di jalanan malam. Kenapa kau lakukan hal itu? Bukankah kau pernah berjanji dengan dirimu sendiri jika tidak akan kembali seperti itu? Kau menggunakan softlens agar dirimu terlihat menarik, namun apa yang kau dapat dengan berdandan seperti itu? Kau tidak pernah mendapatkan apa-apa. Kau berangkat dengan dandanan seperti itu dan pulang dengan banyak luka goresan dan lebam-lebam di wajahmu. Ada apa denganmu? Kau mengingkari janjimu sendiri, dan kau tidak pernah mendengarkan apa kata Han Seul Gi, dia lebih tahu bagaimana dirimu di bandingkan dirimu sendiri! Sadarlah Hanmi! Kau sudah berada di duniamu yang tepat! Jangan kembali ke masa kelammu!

Begitu tersadar, Han Mira segera mencari Hongbin. Ia harus meminta maaf karena sudah membalikkan keadaan menjadi renggang dan berjarak. Namun ia menghentikan langkahnya dan merogoh tasnya. Membuka amplop itu dengan terburu.

“Aku harus tahu isi surat ini.”

Dear Hanmi...
Aku tidak tahu harus memulainya darimana...ku rasa aku harus minta maaf kepadamu karena aku sudah mencoba menguak bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya kepadaku...ku harap kau tidak salah paham dengan Hyemi...dan kau tidak salah paham tentang janjiku mengantarkan kau pulang seusai kelas selesai...aku benar-benar rapat waktu itu, dan aku tahu, seharusnya aku tidak menjanjikan hal itu disaat aku pun tidak tahu aku akan kembali ke rumah jam berapa...dan jujur saja, aku terkejut kau menerima tawaran pertukaran pelajar ini...karena sebenarnya, aku sudah mengenalmu sejak lama.
Hanya saja kita kala itu bertemu di waktu yang tidak wajar, aku sengaja menyembunyikan semuanya selama ini, aku juga ingin melihat bagaimana sikapmu terhadapku setelah apa yang aku lakukan ketika pertama kali bertemu dan terjebak di ruangan praktek seni peran bersamamu...sebenarnya aku sudah tahu siapa kau dan bagaimana dirimu.
Aku ingin memastikannya lagi, karena Han Seul Gi Hyung sering menceritakan tentangmu padaku, dulu disaat kau masih menyandang gelar Killer Smile Cat di Gilbaek. Aku juga dulu disana, bagian dari kelompok kakakmu, namun sangat disayangkan, kau terlebih dahulu pindah ke Yongsun jadi aku tidak sempat mengenalmu lebih jauh.
Mungkin ini takdir kita....
Malam itu, kau berteriak histeris. Jika saja aku terlambat sedetik, mungkin aku akan benar-benar menyesal saat ini. Namun takdir berkata lain, aku menghajar orang itu dan menyuruhmu lari, untuk kembali pulang. Aku hanya bisa mengingat raut wajahmu yang begitu panik, dan aku senang bisa melihatnya lagi ketika itu....ciuman itu, adalah tanda terima kasihku kepadamu karena aku tahu, kau tidak pernah berubah untuk beberapa hal....

Tanpa menunggu, Hanmi segera menuju ruang praktek seni peran dan benar saja ia menemukan sosok itu disana. Tengah menunggunya.

“Hongbin!” teriak gadis itu dengan nafas yang berderu. “Mianhada..” ucapnya dengan raut wajah sedih. “Aku merasa, bukan aku yang terbaik bagimu...bagaimana kau bisa mempercayaiku? Tidak seharusnya kau mempercayai siapapun....”

Hongbin tersenyum, ia mendekat dan mengelus lembut wajah Hanmi. “Kumohon, jangan pergi lagi. Aku percaya, apa yang kau lakukan pasti ada alasannya. Aku selalu menunggumu menjelaskannya, tapi seperti harus tertunda selama 3 bulan.”

Hanmi meraih tangan pemuda tersebut, menggenggamnya cukup erat. “Tidak...aku yang salah, aku bertindak tanpa memikirkan perasaanmu. Tidak seharusnya aku pergi menghindar...aku memang cemburu, itu manusiawi kan?”

Pemuda itu tersenyum lagi, memeluk gadis yang ia sukai.

“Aku, aku sudah bertindak egois...aku menyesal. Tapi ada satu hal yang ingin aku ketahui...”

“Apa?”

“Bagaimana kau bisa tahu, jika aku memang menginginkanmu..? Di perpustakaan...aku bahkan tidak ...”

Hongbin kemudian mengajak Hanmi keluar dari ruangan itu, ia tampak mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu.

“Haniya! Haniya! My chagiya!” teriak sebuah suara yang mendekat, Daehyun. “Ku dengar kau terlibat perkelahian? Bagaimana keadaanmu? Apa yang terjadi dengan kacamatamu? Bagian mana yang sakit? Katakan padaku!” ucap Daehyun sambil memeriksa seluruh wajah Han Mira.

“Kau pernah mengatakan padaku, jika ada orang yang menggangguku aku harus mengatakannya padamu kan, Bin-ah?” ujar Hanmi sambil menunjuk tepat di hidung Daehyun.

“YA~ siapa kau berani menyentuh Han Mira?” tanya Hongbin sambil membelakangi gadis itu. “Siapa yang kau panggil ‘chagiya’ ?”’

Daehyun yang kalah tinggi dengan Hongbin terlihat terkejut juga kecewa karena selama ini ia benar-benar tidak tahu jika ini adalah alasan mengapa Han Mira menolaknya mentah-mentah.

“Aku sudah katakan padamu, Daehyun. Jangan ganggu aku lagi! Jika kau masih mau hidup, jauhi aku! Mengerti?!”

“....Seharusnya kau mengatakan hal ini dari awal, Hanmi. Aku...aku minta maaf!” seru Daehyun membungkuk kemudian berlari, kecewa.

“Kau belum menjawab pertanyaanku!”

Sebelum Hongbin menjawab pertanyaan itu, ia memeluk tubuh Han Mira. “Tentu saja aku tahu...aku tahu semenjak kau tidak menolak ciumanku waktu itu. Matamu tidak bisa membohongiku. Kau juga menyukaiku kan, lalu kenapa kau menyukaiku? Bisa saja aku mencelakaimu waktu itu...kita belum saling mengenal kala itu...”

“....aku tidak tahu, aku hanya menyukaimu...suka begitu saja...”


TAMAT


-Karena menyukai sesuatu hakikatnya tidak memiliki sebuah alasan.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar