Tittle : Little Fish
Cast : Jung Ema (OC) – Kim Meichan (OC) – Han Mira
(OC) – Daehyun (BAP) – Lee Hongbin (VIXX) – Han Seul Gi (OC)
Genre : Romance
Theme
Song : ZiA – Have You Ever Cried
Rated : 15+
Author : Ravla
-------------------------------------------------
“........Aku hanya ikan kecil yang berada di luasnya
samudra ganas.”
LITTLE FISH
3 gadis sedang asyik mengobrol di
salah satu sudut kampus, menunggu sampai waktu kelas seni di mulai.
Tawa mereka begitu lepas, sungguh
binar-binar kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Namun salah seorang dari
mereka begitu terlihat tenang, senyumnya begitu elegan namun terkesan ramah.
“Hanmi, dia sedang menuju
kemari...mau apa lagi sih orang itu?” gumam kesal Meichan, yang sama-sama
membenci pemuda yang tidak berhenti mengejar di mana pun Hanmi berada.
“HAN MIRA!!! Ke mana saja kau?!
Kenapa tidak memberitahuku! Apa kau sudah makan? Uh, kau terlihat cantik
seperti biasanya!”
Jung Ema dan Meichan melihat pemuda
itu dengan tatapan yang benar-benar sinis. Gadis-gadis ini benar-benar tidak
menyukai Daehyun, mahasiswa dari jurusan seni peran.
Tentu saja, Hanmi merasa risih dan
segera pergi dengan teman-temannya. Namun seperti biasanya, Daehyun
menghentikan langkah pada gadis itu dengan bertingkah berlebihan. “Hei hei, mau
kemana? Aku baru saja datang! Jangan pergi dulu!”
Hanmi kemudian mengisyaratkan agar
Ema dan Meichan pergi terlebih dahulu.
“Hanmi-ya! Lihat, aku membawakan
sesuatu untukmu!” Daehyun memberikan sekotak sushi, sepertinya pemuda itu
benar-benar membuatnya sendiri.
Hanmi menghela napas, ia mengangguk
dan mengambil kotak itu tanpa banyak
bicara. Tanpa ucapan terima kasih. Daehyun mengikutinya, “Kelasmu kan disana?” tunjuk
pemuda itu ke arah kiri, namun Hanmi pergi ke arah kanan.
“Puuss!”
Sebuah suara kucing terdengar samar,
binatang mamalia itu kemudian keluar dari balik meja yang terletak di sudut
sebuah lorong dan bermanja ria di kaki Hanmi. “Lihat, kau tidak akan kelaparan
hari ini.”
Hanmi memberikan sushi itu kepada
kucing betina yang biasa ia rawat di kampus itu, melihat itu entah apa yang di
rasakan Daehyun, ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi yang kosong; lebih
tepatnya ‘tidak tahu harus mengatakan apa’.
“Berhenti menyukaiku, Daehyun. Ku
mohon.” Ucap Hanmi pelan dan pasti, kemudian ia berlalu dengan langkah terburu
menuju kelasnya.
“Tapi....kenapa?” gumam Daehyun yang
seperti mendapat tamparan keras di pagi hari.
***
Hanmi melihat kedua sahabatnya sibuk
dengan gosip kampus. Ia selalu duduk terpisah dari mereka, terkadang Hanmi
duduk di tribun paling atas agar jelas melihat dosen ketika mengajar. Terkadang
ia duduk di bagian tribun yang paling dekat dengan dosen agar mendengar jelas
apa yang dosen katakan. Namun kali ini, ia duduk menyendiri di tribun paling
atas sebelah pojok kiri.
Sesekali ia bisa mendengar apa yang
Jung Ema bahas dengan Meichan, “mahasiswa
itu pasti sungguh tampan...aku dengar dia menjadi idola disana...”
Hanmi hanya menggeleng pelan
sesekali menghela napas. Ia sering merindukan kehidupannya yang dulu, yang
sudah lama sekali ditinggalkan. Namun ia tidak akan mau kembali ke masa itu...,
atau mungkin hanya menunda?
******
Beberapa hari kemudian, Hanmi sedang
mengecek jadwal kelas di dekat pintu kelas seni peran. Tentu saja kampus masih
begitu sepi, entah apa yang membuat gadis ini begitu pagi terbangun hanya untuk
melihat jadwal harian yang baru.
“Kau tahu dimana ruangan dosen dari
kelas seni musik?” tanya seseorang dari arah belakangnya.
“Tahu, ikuti aku.” Tanpa melihat
wajah orang tersebut, Hanmi melangkah menuju ruangan dosen yang biasa
mengajarnya. Namun kala itu sepertinya sang dosen sedang berdebat dengan
kerabatnya.
“Eung? Ada apa?” tanya orang
tersebut.
“Sepertinya kau tidak bisa
menemuinya saat ini....,” sesaat sebelum Hanmi melihat wajah orang tersebut,
pertengkaran yang cukup besar terjadi di ruangan dosen tersebut. Karena
terkejut, Hanmi menarik orang tersebut menuju sebuah ruangan praktek seni peran
di lantai dua kampus.
Karena bingung, orang tersebut
kemudian menutup pintu dan mata mereka bertemu. “Kenapa kau menarikku kesini?”
Hanmi seperti terpana, dia terdiam,
dia juga bingung kenapa ia menarik orang asing tersebut ke dalam ruang praktek
seni peran. “Aku hanya,...aku tidak mau kita di tegur olehnya.”
“Kenapa harus di tegur? Aku kan
memang sedang mencarinya..?”
Hanmi menggeleng dan melonggarkan
syal yang melilit lehernya, “Maksudku, aku.... Beliau kurang bisa mengontrol
emosinya, kebetulan aku tidak ada kelas hari ini. Maksudku, aku...bukan, dia
dosenku. Aku mahasiswi kelas seni musik.”
“Oh? Asisten dosen?” orang itu
tampak terkejut.
“Bukan! Bukan, ... tapi tidak lama
lagi aku akan jadi asisten dosen. Kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu
disini?”
“Aku mahasiswa pindahan, ku kira kau
sudah tahu beritanya...? Ku rasa mahasiswi disini suka menggosip? Ternyata aku
salah...”
....jadi
ini yang Jung Ema dan Meichan bicarakan kemarin? “Lalu, jangan
katakan jika kau akan masuk di kelas seni musik bersamaku?”
Belum sempat orang itu menjawabnya,
seseorang dari luar sudah sibuk memutar knop pintu, “Hey, kenapa ini terkunci?”
ucapnya dari arah luar.
Hanmi dan orang itu sempat
kebingungan, namun akhirnya mereka bersembunyi di balik korden besar yang
menutupi jendela kaca di bagian sisi ruangan.
“Psst!!” seru Hanmi kepada orang
itu.
Begitu banyak barang di balik korden
itu sampai-sampai kehadiran mereka disana bukanlah suatu hal yang mencurigakan.
“Kau tadi mengunci pintunya?” tanya Hanmi berbisik, namun orang itu menggeleng
keras, “Tidak, aku hanya menutupnya biasa.”
Beberapa menit kemudian sepertinya
orang yang hendak masuk ke dalam ruangan itu telah pergi dan keadaan menjadi
hening. Namun Hanmi dan orang itu masih bersembunyi di balik korden.
Perlahan namun pasti, Hanmi
menanggalkan syalnya karena ia merasa pengap dan panas. Tidak biasanya Hanmi
terlihat berkeringat seperti itu.
“Are you okay?” tanya orang
tersebut, namun sepertinya Han Mira tidak mendengarnya.
Orang itu kemudian keluar dari balik
korden dan meninggalkan Han Mira, ia mencoba membuka pintu dan terbuka.
Kemudian ia keluar dari sana.
“Kemana orang tadi?” tanya pelan Han
Mira kepada dirinya. Ia membehani pakaiannya dan hendak melangkah menuju pintu,
namun orang itu kembali masuk dan
menutup pintu kemudian menarik lengan Hanmi dan bersembunyi di balik korden.
“Ada apa? Ada apa?” tanya Han Mira
panik namun ia tetap menunjukkan sikap tenang.
Saking terburunya pemuda itu,
pijakan sterofoam yang ada disana menjadi rusak dan hal itu membuat Hanmi tidak
bisa naik ke bagian paling atas, ia akan tetap terlihat oleh orang lain jika
ada yang memasuki ruangan itu.
“Aku tidak bisa naik!” teriaknya
kemudian orang tersebut turun lagi dan menggendong Han Mira.
“Diam dan jangan protes!”
Orang itu membawa Han Mira sedikit
naik dan pijakan di atas hanya bisa untuk satu orang, dengan terpaksa Han Mira
menginjak kaki orang itu dan mereka menutupi diri mereka dengan kain putih
usang yang tersampir di sana.
Han Mira bisa dengan jelas mendengar
deru nafas pemuda yang menghadap ke arahnya. Mereka tertutup oleh kain putih,
begitu pengap dan panas.
“Apakah ada orang masuk ke sini?”
tanya Hanmi.
“Mereka ke sini, sekitar 2 atau 3
orang. Maaf ya, bertahan sebentar lagi saja.”
Benar saja, ada beberapa junior
Hanmi yang datang dan mengambil beberapa barang di ruangan ini. Namun tentu
saja mereka tidak mengetahui jika ada dua orang yang sedang bersembunyi di
balik korden.
Pemuda itu mengamati wajah Han Mira
begitu dekat, gadis itu tampak sedang melempar pandangan ke arah luar jendela,
melihat atap atap rumah penduduk dengan antusias sampai sebuah pergerakan
mengejutkan pemuda tersebut.
“Maaf! Aku, aku sepertinya akan
jatuh...bagaimana ini?” tanya Han Mira panik melihat pijakan itu terasa semakin
bergetar.
Pemuda itu kemudian meraih kedua
tangan Han Mira dan melingkarkannya di lehernya sendiri. “Aku tidak mau kau
jatuh...”
Dengan posisi yang seperti itu, Han
Mira hanya bisa menyandarkan dagunya di pundak pemuda itu, mereka berpelukan,
mau tidak mau, suka tidak suka. “Maaf, aku jadi...membuatmu susah. Kurasa aku
menginjak kakimu terlalu lama...”
Pemuda itu tidak membalasnya, namun
hanya satu pertanyaan yang terlontar dari mulutnya, “Boleh aku tahu namamu?”
Tentu saja sebagai seorang gadis
yang normal, hal ini membuat dadanya berdebar dengan cepat, “Han Mira.”
Setelahnya terdengar orang-orang itu
pergi dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan itu.
“Ku rasa mereka sudah pergi...bisa
kita turun sekarang?” pinta Han Mira, ia sudah tidak nyaman berada dalam posisi
berpelukan seperti itu.
Mereka kemudian turun dengan
perlahan, sampai Han Mira menjaga jarak dengan orang itu, “Jadi, anggap saja yang
tadi hanya...penyelamatan diri.”
Pemuda itu terlihat sedikit
tersenyum namun ia berbalik untuk menyembunyikannya. “Jadi, kau Hanmi? Kau
terkenal di kampus ini kan? Begitu yang aku tahu.”
Gadis ini tidak suka jika ia di
katakan sebagai mahasiswi yang terkenal di kampusnya, ia hanya menganggap itu
bonus dari kerja kerasnya selama ini mengenai betapa susahnya lolos untuk
menjadi salah satu anggota kelas seni musik. “Aku tidak terkenal, aku
menakutkan.”
Han Mira meninggalkan orang itu dan
hendak meraih knop pintu, namun begitu cepatnya pemuda itu menghalangi dan
mendorong Hanmi ke posisi semula, pemuda itu mencuri ciuman pertama gadis itu.
Tidak banyak yang bisa Han Mira
perbuat, ia tampak menikmati ciuman pertamanya bersama orang asing tampan itu.
******
Besok, besoknya, besoknya, dan
besoknya lagi Han Mira masih terngiang dengan insiden di ruang praktek seni
peran. Ia masih tidak mengerti, bagaimana ia bisa mengalami pelecehan itu.
“Pelecehan..?! Tapi, ......kenapa
aku menikmatinya?!”
Ia hanya terdiam, raut wajahnya
tidak enak namun terkadang ia terlihat merona walaupun kacamata dan syalnya
menutupi sebagian wajahnya. Tentu saja ia menceritakan ini kepada dua
sahabatnya.
“Hanmi-ya, jadi....sungguhkah itu
terjadi di antara kalian?” tanya Jung Ema yang duduk di sebelah kanan Hanmi
sambil mengamati gerak gerik mahasiswa baru itu. “Lihat dia, beberapa kali ia
mencuri pandang kepadamu....sepertinya dia menyukaimu..?” ujar Meichan kemudian
yang membuat Han Mira melirik ke arah pemuda tersebut.
“Bahkan aku tidak tahu namanya. Dia
tidak memperkenalkan diri kepada kita kan? Berani-beraninya dia menciumku
sampai meninggalkan luka di bibirku ini!” ucapnya begitu kesal namun tak
terlihat raut kemarahan di wajahnya. “Sudahlah! Sebaiknya kita cari bahan untuk
tugas tadi di perpustakaan kampus saja!” teriaknya cukup menggaung.
Pemuda itu menoleh dan kemudian
melihat 3 gadis tersebut berlalu. “Kenapa dia berteriak?” tanya pemuda itu
penasaran.
**
Han Mira begitu sibuk mencari
sumber-sumber bacaan untuk tugasnya sampai ia tiba di ujung ruangan
perpustakaan. “Eung? Hhhh....” ucapnya kemudian membereskan buku-buku.
“Hai Hanmi, kau sudah menemukan
bahan untuk tugasnya?” sahut sebuah suara, “Tentang yang waktu itu...kenapa kau
tidak menampar atau memukulku?”
Pemuda itu menghampiri, dan
mendekati Hanmi seperti saat itu.
“Aku bukan orang yang gampang
marah.” Ucapnya dengan pandangan yang tajam ke arah pemuda itu. “Apa yang kau
mau dariku?”
Pemuda itu memojokkan Hanmi ke sudut
ruangan, “Aku tidak bisa berhenti mengingatnya,....” pemuda itu mendekatkan
wajahnya ke wajah Hanmi, namun Hanmi menyentuh dada pemuda itu, mengisyaratkan
jika ia tidak ingin mendapat ciuman dari pemuda itu lagi.
“Jika kau ingin menciumku lagi, kau
harus menjadi kekasihku terlebih dahulu..” ucap Han Mira tampak serius. “Aku
tidak murahan seperti yang lain, jika saja waktu itu aku bisa menghindar, sudah
pasti aku akan menghindar.”
Pemuda itu kemudian meraih pinggang Han
Mira dan membisikkan sesuatu, “Kau mau menjadi kekasihku, Hanmi?”
“Menurutmu, aku mau atau tidak?”
sungguh menarik bagi Hanmi, ia membalas pertanyaan itu dengan sebuah pertanyaan
lain.
Kemudian pemuda itu mundur perlahan
dan mengamati Han Mira. “Hmm, oke, mulai sekarang katakan padaku jika ada
seseorang yang menganggu atau mengancammu.” Ucapnya dengan gagah kemudian pergi
dengan wajah yang sumringah.
....bagaimana
dia tahu jika tadi aku memang tidak menolaknya? Apakah ekspresiku mudah di
baca?
*
Setelah Han Mira menyalin beberapa
sumber bacaan, kemudian ia melihat kedua temannya sedang mengobrol dengan
Daehyun. Tanpa ekspresi yang berart Hanmi menghampiri mereka.
“Oh! HAN MIRA! Chagiya, chagiya! Ayo
kita beri makan kucing itu lagi!” ucapnya begitu berisik sampai penjaga
perpustakaan menegurnya galak.
Kemudian dengan wajah penuh protes
Meichan bertanya, “Sejak kapan kau menjalin hubungan dengan orang ini?” Meichan
terlihat begitu risih ketika Daehyun berada di sekeliling mereka. Bagi Meichan,
Daehyun tak lebih dari sekedar benalu yang susah di basmi.
Hanmi hanya tersenyum dan menepuk
pundak Mei, “Sudahlah, ayo kita pulang saja. Esok, kita kerjakan lagi tugas ini
disini.”
“Haniya!” teriak Daehyun dari arah
belakang Han Mira di luar perpustakaan.
Tiba-tiba Jung Ema berbalik dan
terlihat kesal, “Heh! Seenaknya saja kau mengganti nama orang! Namanya Han
Mira, bukan Haniya!”
Daehyun tampak tidak mau mengalah,
“Haniya, itu maksudnya HO-NEY-YA~ kau ini tidak pernah memanggil seperti itu
kepada Taekwoon-mu itu? Aku sih maklum ya, kekasihmu itu kan hanya memiliki
satu ekspresi saja!”
Hal itu membuat Jung Ema kesal dan
hendak memukul Daehyun benalu itu namun Meichan menarik gadis itu, “Sudahlah!
Manusia seperti dia tidak pantas menerima pukulan indah darimu~ ayo kita pulang
saja!”
Sementara mereka sedang tampak
berdebat, Han Mira tengah mempertanyakan sebuah pertanyaan penting di dalam
kepalanya. ....kekasih? Siapa nama
kekasihku?
******
Beberapa hari kemudian, Han Mira
hanya merapalkan nama itu terus menerus dalam hatinya. Walaupun insiden yang ia
alami beberapa hari belakangan memang tidak sewajar biasanya, namun perlahan ia
benar-benar jatuh kedalam pelukan pemuda itu.
Tentu saja ia memberitahukan hal ini
hanya kepada 2 sahabatnya, mereka tidak terkejut dengan apa yang Hanmi alami,
karena kedua sahabatnya sering membaca kisah seperti ini di dalam karangan
cerita fantasi yang Hanmi sering tuliskan.
“Dimana si kacang? Tidak biasanya ia
telat masuk kelas?” tanya Jung Ema yang mulai akrab dengan Lee Hongbin, kekasih
Han Mira.
“Kau tidak membiarkannya bertemu
dengan Hyemi kan? Aku khawatir jika Hyemi akan merebutnya darimu. Kita
sama-sama tahu kan, dia primadona di kampus ini.” Terang Meichan yang kurang
suka kepada gadis kampus nomor 1 bernama Sun Hyemi.
Seperti biasanya, Hanmi hanya tenang
mendengar apa yang menjadi keluh kesah dua sahabat karibnya.
“Semenjak awal ada di kampus ini,
aku sudah muak dengan Hyemi. Aku akui, dia memang cantik, dia berhasil
membuatku iri! Entahlah, yang bisa aku katakan hanya aku tidak
menyukainya...aku tidak punya alasan! Aku hanya merasakan itu dari pertama kali
melihatnya!”
Kemudian Hanmi keluar dari kelas
mencoba mencari keberadaan Hongbin, benar saja apa yang Meichan khawatirkan.
...mereka
sedang mengobrol...hanya mengobrol kan?
Wajah Hongbin tampak senang, begitu
juga Hyemi yang terlihat asyik mengobrol dengan pemuda tampan nomor 1 di kampus
itu sekarang.
Hanmi mendekat dan menegur
kekasihnya, “Kelas di mulai 15 menit lagi. Kau tidak ingin terlambat, kan?”
“Kita bicarakan nanti lagi ya Hyemi!
Aku harus segera kembali ke kelas, senang bisa menjadi panitia acara kampus
bersamamu! Bye!”
Tentu saja Hanmi mendengarnya dengan
jelas walaupun ia sudah berjalan meninggalkan mereka. Cemburu? Sudah jelas,
namun Hanmi menunjukkan sikap semua seolah itu tidak pernah terjadi. Ia
berakting seolah ia tidak pernah mendengarnya.
“Hei, gadis kacamata! Terima kasih
sudah mencariku...”
Namun Hanmi terus melangkah, ia mengabaikannya,
namun dalam hatinya ia kesal dan sebal. Hongbin sadar benar, hal itu sudah
membuat orang yang ia sukai jadi mengabaikannya. Pemuda itu hanya ingin melihat
bagaimana perasaan gadis itu kepadanya, ia tidak ingin cintanya hanya berdiri
sepihak.
******
“Kau...pulang dengannya lagi,
Hanmi-ya?” tanya Meichan seusai kelas bubar.
Hanmi tidak menjawab, karena ia
tidak tahu harus menjawabnya dengan bagaimana.
“Kau yakin akan menunggunya lagi?
Kalau ternyata dia tidak mengantarkanmu pulang, bagaimana? Kau harus tegas
dengan kacang itu.” Protes Jung Ema yang lama kelamaan jengah mendengar
janji-janji dari Hongbin kepada Han Mira.
“Sudahlah, jika memang benar-benar
masih rapat, aku bisa pulang sendirian. Kalian lupa? Aku kan biasa pulang
sendirian dulu sebelum bertemu dengan kacang.”
Dua orang gadis itu akhirnya
meninggalkan Hanmi seorang diri di perpustakaan kampus. Sudah beberapa hari ini
Hanmi menunggui Hongbin yang berjanji akan mengantarkannya pulang, namun
faktanya, Hanmi selalu pulang seorang diri.
...aku
tidak menuntutnya, dia sendiri yang mengatakan akan mengantarkanku pulang.
Namun, aku cukup sadar diri dia sibuk. Aku tidak pernah mempermasalahkannya,
hanya saja lama-kelamaan aku seperti menjadi beban untuknya. Masalah
Hyemi....aku tidak mau tahu tentang itu, selama aku tidak melihatnya secara
langsung, itu tidak menjadi masalah bagiku. Bisa ku katakan, Hongbin mungkin
sedikit beruntung karena aku begitu sabar dan tidak banyak mengeluh. Walaupun
aku sedikit merasa kecewa...itu manusiawi.
Gerutunya dalam hati ketika ia sadar
telah menunggu kekasihnya sampai 3 jam lebih. Dan Hanmi memutuskan untuk
meninggalkan kampus seorang diri.
“Han Mira! Tunggu!” sebuah suara
mencegahnya tuk pergi lebih jauh. “Kau masih di kampus?”
“Ah~ Bang Geun-ssi..?”
Dosen dari kelas seni peran
menghampirinya, mengajaknya mengobrolkan sesuatu di ruangannya.
*
“...pertukaran pelajar dengan Kampus
Gilbaek? Berapa lama?”
“3 bulan, bukankah dulu kau pindahan
dari sana ya? Seharusnya kan senang akan bertemu dengan teman lama, iya kan?”
Han Mira bukanlah mahasiswi asli
dari kampus ini, ia sama seperti Hongbin, seorang murid pindahan dari Kampus
Gilbaek.
“Kapan program ini akan dimulai?
Saya harap ini menjadi sebuah kemajuan dari kampus ini..”
******
Tepat satu minggu dari obrolan
bersama Bang Geun-ssi, akhirnya Han Mira melakukannya. Seharusnya hal ini
dilakukan oleh murid dari jurusan seni peran, namun semuanya menolak dan malah
merekomendasikan kelas seni musik yang sudah terkenal dan banyak pengalaman.
“Hanmi-ya....kau akan meninggalkanku
juga Meichan! Kenapa kau begitu tega dengan kami!?” Jung Ema terus menerus
menarik lengan Hanmi, ia tidak ingin Hanmi pergi untuk 3 bulan ke depan, karena
Jung Ema selalu merasa terbantu ketika ada tugas dari dosen seni musik.
“Ya~..hanya 3 bulan, dan orang itu
akan menggantikan aku disini! Ku harap kalian bisa akrab, ku dengar ia juga
pintar....bahkan aku kalah darinya.”
Meichan dan Jung Ema melihat ke arah
murid yang akan menggantikan posisi Han Mira, “Aku tidak yakin, penampilannya
hampir menyerupai Hyemi...”
“Yang ku dengar, dia memang adik
Hyemi. Sun Hara. Sudahlah, aku jadi dapat kesempatan bisa bertemu dengan
teman-teman lamaku. Sudahlah, jangan cemberut seperti itu! Aku akan baik-baik
saja, kalian kan masih bisa ke rumahku atau menghubungi aku! Aku tidak akan
menghilang!”
Han Mira kemudian pergi jauh, dengan orang-orang dari kampus
Gilbaek. Kampus lamanya, dia akan bertemu dengan kawan lamanya.
“Hanmi, tunggu!” Jung Ema
mengejarnya, “Hongbin bagaimana?”
“Hmm? Bagaimana apanya?”
“Kau sudah memberitahukannya , kan?”
Han Mira tidak menjawab, ia hanya
melempar pandangan ke gedung kampus, melihatnya dari ujung kanan ke ujung kiri.
“Beritahu dia jika kalian memang bertemu dengannya.” Ujarnya kemudian naik
sebuah mobil van hitam dan menjauhi kampus.
***
Kampus Gilbaek bukanlah seperti
kampus pada umumnya. Hampir 80% mahasiswanya badung dan nakal. Tapi mereka
tidak pernah melakukan kriminal, namun mereka bisa di temukan di setiap gang
sempit yang gelap. Keahlian utama mereka; tawuran.
3 tahun yang lalu, Kampus Gilbaek
memiliki sekelompok mahasiswa baru yang benar-benar di takuti oleh senior
ataupun murid dari kampus lain. Mereka menyebut diri mereka ‘Nine Cat Eyes’.
Mereka sungguh di elu-elukan semua orang, mereka sebenarnya menghindari tawuran
yang tak berarti, karena salah satu dari mereka adalah Han Mira, yang biasa di
sebut ‘Killer Smile Cat”.
Tentu saja, Han Mira begitu terkenal
di Kampus Gilbaek. Dia seorang yang penuh bakat, namun sang kakak, Han Seul Gi
selalu melarangnya bernyanyi karena menurutnya sikap ceria dan riang seperti
itu tidak cocok bagi Nine Cat Eyes.
Suatu malam, tiba untuk Nine Cat
Eyes menemui musuh bebuyutan mereka dan mereka berkelahi membabi buta di sebuah
lokasi kosong di pinggiran kota. SeulGi tentunya menyembunyikan Hanmi di sebuah
tempat, karena sudah di pastikan musuh mereka mengincar gadis kecil itu. Semua
bajingan ingin memiliki gadis itu. Sebagian karena memang menyukainya dan
sebagian lagi ingin menyakiti Hanmi sebagai aksi pembalasan dendam kepada
SeulGi.
Singkat cerita, tentu saja
kemenangan ada di pihak Nine Cat Eyes, namun malam itu Hanmi sudah tidak berada
di tempatnya lagi.
Ternyata seseorang menculiknya dan
berniat buruk terhadapnya, namun sebelum semuanya terjadi, seseorang menolongnya dan menghajar penculik
itu dengan teknik bela diri yang terlihat mahir.
“Tunggu apa lagi?! Larilah!” teriak
orang yang sudah menolongnya, sampai akhirnya ia bertemu dengan yang lainnya
dan menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia tidak akan pernah melupakan siluet
orang yang sudah menolongnya.
**
Lamunan itu pecah, ketika banyak
orang menyambutnya di Gilbaek. Ia merasa menemukan kebahagiaan yang telah lama
hilang. “Aku kembali! Tapi hanya 3 bulan bisa bersama kalian, guys.”
Seseorang mengejek penampilannya,
“Killer Smile Cat sekarang seperti ini? Demi apa kau menggunakan kacamata dan
syal seperti itu? Lihat betapa culunnya dirimu, Hanmi!”
“Sudahlah! Yang penting aku terlihat
cantik dengan seperti ini!”
Hanmi berubah, ia tidak lagi
terlihat menyeramkan seperti apa yang
biasa ia tunjukkan di hadapan dua sahabat karibnya. Ia bisa sejenak
lepas dari kampus Yongsun.
***
Sekitar satu bulan lebih 15 hari
sosok Han Mira tidak lagi ada di Kampus Yongsun. Semuanya terasa berbeda,
terutama yang dirasakan Hongbin. Ia belakangan merasa bersalah karena sudah
mencampakkan Han Mira. Namun ia masih yakin jika Han Mira tidak akan pergi
meninggalkannya, hanya saja ia menjadi khawatir karena ia tahu, Hanmi akan ikut
tawuran bersama kawan-kawan lamanya.
Bagaimana Hongbin bisa seyakin itu?
Tentu saja semua ada penjelasannya.
#Flashback#
“Pokoknya
malam ini kau harus dirumah! Aku tidak mau tahu, aku akan kirim orang untuk
mengawasimu!”
Hongbin
mendengar Han Seul Gi Hyung berteriak-teriak dengan seseorang yang berada di
saluran telepon miliknya, hal ini mengusiknya. “Nuguji, Hyung? Sepertinya
belakangan ini kau begitu terlihat kesal..?”
Han Seul
Gi melemparkan dirinya ke sofa, ia melepas genggaman smartphonya. “Adikku,
begitu mengesalkan, aku berfikir akan mengirimnya ke luar negeri saja. Aussie
atau Jepang...aku bosan, bosan mendengar celotehnya.”
“Kau
memiliki seorang adik? Kenapa kau tidak pernah menceritakannya, Hyung?”
“Hhhhh~.....”
terdengar keluh kesah yang berat dari seorang Han Seul Gi, “..tidak seharusnya
aku mengajaknya tawuran...aku merasa bersalah sudah meracuninya dengan hal hal
kejam selama ini.”
“Ku
fikir, dia tidak pernah ikut berkelahi dengan yang lain?”
Han Seul
Gi menyulut rokoknya, “Tidak, aku tidak pernah menyuruhnya untuk berkelahi,
namun sepertinya bocah itu diam-diam belakangan ini sengaja belajar bela
diri...saat ku tanya, dia tidak menjawabnya.”
Hongbin
yang kurang paham dengan cerita yang sebenarnya, menekankan sebuah pertanyaan.
“Adikmu, perempuan atau laki-laki? Apakah dia menjelaskan dengan jelas siapa
yang menolongnya?”
Han Seul
Gi merasa curiga, “Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau tahu tentang hal ini?
Kau tidak bisa membohongiku,...”
Pengakuan
kemudian meluncur dari Hongbin bahwa ialah yang menolonya adiknya waktu itu,
awalnya ia memang benar-benar tidak sengaja melihat seorang gadis memberontak.
Kemudian Hongbin menghampiri dan benar saja akan ada tindak pelecehan terhadap
wanita.
Ia
menceritakan semuanya kepada Han Seul Gi dan ia memohon agar tidak mengatakan
hal ini kepada Hanmi. Karena ia sudah menyusun rencana agar bisa bertemu dengan
Hanmi di situasi dan kondisi yang lebih layak.
#Flashback
End#
*****
“Oppa, lusa aku akan kembali ke
Yongsun...tapi...aku, masih betah di sini. Aku merasa seperti dulu...”
Han Seul Gi menuangkan wine ke gelas
adiknya, “Tempatmu bukan di Gilbaek. Aku sudah senang kau berada di Yongsun,
aku tidak mau kau terkena dampak buruk selama hidupmu. Cukup aku saja, dan
teman-teman kita yang lain.”
“Tapi aku....sedang tidak ingin
kembali kesana...Oppa, apakah baik jika aku memiliki seorang kekasih saat ini?
Apakah kau akan setuju dengan orang ini? Apakah kau akan menghajarnya terlebih
dahulu untuk melihat seberapa jauh dia bisa melindungiku?”
Han Seul Gi tidak meresponnya, namun
ia memberikan satu pesan kepada adik semata wayangnya. “Itu sepenuhnya hidupmu
dan pilihanmu. Pesanku hanya satu, jika memang dia bermain dengan
perasaanmu....tentunya kau tahu harus melakukan apa padanya kan? Mungkin ilmu
bela diri yang sudah kau pelajari selama ini akan berguna.” Ucapnya kemudian
mengelus lembut kepala gadis itu.
“Tidurlah, tenangkan pikiranmu. Esok
kan harus berkemas dari Gilbaek kan?”
***
Han Mira kembali. Kembali Ke
Yongsun, tempat dimana seharusnya ia berada. Namun dua sahabatnya tidak
menyambutnya seperti waktu mereka melepasnya 3 bulan yang lalu. Mereka terlihat
sibuk dengan Sun Hara, dan juga mereka terlihat berfoto bersama sebelum
akhirnya Han Mira benar-benar berada disisi kedua sahabatnya.
“Wajahmu kenapa Hanmi? Kenapa terlihat
kusam dan tidak seperti biasanya? Mana kacamatamu?” tanya Jung Ema yang
mengamati dekat wajah Hanmi. Penuh dengan luka goresan ringan, dan juga lebam
di beberapa bagian.
Meichan yang menyadari hal itu,
lebih banyak diam dan menyerahkan sebuah amplop. “Ku harap kau baik-baik saja. Oh
iya, apakah kau sudah menyelesaikan tugas yang waktu itu? Kita harus
menyetorkannya lusa. Bisa aku lihat?”
Meichan merogoh dalam tas gendong
kuning dengan wajah bebek yang menggantung di punggung Hanmi dan mengambil
sebuah buku besar kemudian berlalu meninggalkan Hanmi seorang diri.
...Hongbin...dimana
dia?
Hanmi berkeliling gedung kampus, ia
mencari sosok itu. Sampai ia bertemu Hyemi dan mencoba menanyakannya, namun
Hyemi juga sejak kemarin tidak bertemu dengan Hongbin. Hanmi mencoba meminta
nomor ponselnya namun tak ada jawaban.
Satu jam berlalu dan ia tetap tidak
bisa menemukan Hongbin. Sampai ia terdampar di lantai tiga kampus, dan sejenak
melihat futsal yang berlangsung di lapangan. Ia sedikit merilekskan badannya
dan bertopang dagu.
..apa
yang sudah aku lakukan selama ini? Bukankah ini hanya perkiraanmu saja, Han
Mira? Bahkan kau tidak pernah menanyakan langsung apa yang Hongbin rasakan
terhadapmu, namun kau sudah menghakiminya seperti itu. Bukankah kau jahat
sekali, Hanmi? Lalu kau sejenak kembali ke kehidupan lamamu, berkelahi di malam
hari dan kau rela mereka melukai wajah cantikmu itu. Tidakkah kau pernah berfikir
jika Hongbin akan terluka melihat kau berkelahi dengan lelaki dan kemudian
lelaki itu menyakitimu? Bukankah sama saja kau menyakiti Hongbin? Tidak kah kau
pernah berfikir jika, .... jika Hongbin benar-benar menyukaimu dengan tulus? Kenapa
kau tidak pernah menanyakan hal itu padanya? Mengapa kau menganggap Hyemi lebih
baik darimu dan lebih cocok untuk Hongbin? Kemana kepercayaan dirimu, Hanmi? Untuk
apa kau melakukan pertukaran pelajar kemarin? Hanya untuk menghindari Hongbin
yang selalu mangkir dari janjinya? Bukan kah kau dulu mengatakan kau baik-baik
saja dan tidak menuntut apa-apa? Kau sungguh-sungguh ingin menghindarinya,
lalu, jika memang itu kehendakmu, kenapa sekarang kau mencarinya dengan
sungguh-sungguh? Bukankah itu berarti kau tidak ingin kehilangannya? ......aku
sungguh bodoh sekali.
Hanmi tersentak, ia tengah berdebat
dengan hati kecilnya. Ia menyadarinya, bahwa selama ini yang ia lakukan adalah
hal yang tidak tepat untuk masalah yang ia rasakan.
“Aku...aku kenapa?”
...kebimbanganmu
merusak semuanya, Hanmi. Bagaimana jika, jika Hongbin saat ini tengah bersama
gadis lain? Bagaimana jika Hongbin saat ini menghindarimu seperti apa yang kau
lakukan selama 3 bulan kemarin? Kau asyik tenggelam di dunia lamamu dengan maskara
dan eyeliner yang begitu mencolok di jalanan malam. Kenapa kau lakukan hal itu?
Bukankah kau pernah berjanji dengan dirimu sendiri jika tidak akan kembali
seperti itu? Kau menggunakan softlens agar dirimu terlihat menarik, namun apa
yang kau dapat dengan berdandan seperti itu? Kau tidak pernah mendapatkan
apa-apa. Kau berangkat dengan dandanan seperti itu dan pulang dengan banyak
luka goresan dan lebam-lebam di wajahmu. Ada apa denganmu? Kau mengingkari
janjimu sendiri, dan kau tidak pernah mendengarkan apa kata Han Seul Gi, dia
lebih tahu bagaimana dirimu di bandingkan dirimu sendiri! Sadarlah Hanmi! Kau
sudah berada di duniamu yang tepat! Jangan kembali ke masa kelammu!
Begitu tersadar, Han Mira segera
mencari Hongbin. Ia harus meminta maaf karena sudah membalikkan keadaan menjadi
renggang dan berjarak. Namun ia menghentikan langkahnya dan merogoh tasnya. Membuka
amplop itu dengan terburu.
“Aku harus tahu isi surat ini.”
Dear Hanmi...
Aku tidak tahu
harus memulainya darimana...ku rasa aku harus minta maaf kepadamu karena aku
sudah mencoba menguak bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya kepadaku...ku
harap kau tidak salah paham dengan Hyemi...dan kau tidak salah paham tentang
janjiku mengantarkan kau pulang seusai kelas selesai...aku benar-benar rapat
waktu itu, dan aku tahu, seharusnya aku tidak menjanjikan hal itu disaat aku
pun tidak tahu aku akan kembali ke rumah jam berapa...dan jujur saja, aku
terkejut kau menerima tawaran pertukaran pelajar ini...karena sebenarnya, aku
sudah mengenalmu sejak lama.
Hanya saja kita
kala itu bertemu di waktu yang tidak wajar, aku sengaja menyembunyikan semuanya
selama ini, aku juga ingin melihat bagaimana sikapmu terhadapku setelah apa
yang aku lakukan ketika pertama kali bertemu dan terjebak di ruangan praktek
seni peran bersamamu...sebenarnya aku sudah tahu siapa kau dan bagaimana
dirimu.
Aku ingin
memastikannya lagi, karena Han Seul Gi Hyung sering menceritakan tentangmu
padaku, dulu disaat kau masih menyandang gelar Killer Smile Cat di Gilbaek. Aku
juga dulu disana, bagian dari kelompok kakakmu, namun sangat disayangkan, kau
terlebih dahulu pindah ke Yongsun jadi aku tidak sempat mengenalmu lebih jauh.
Mungkin ini
takdir kita....
Malam itu, kau
berteriak histeris. Jika saja aku terlambat sedetik, mungkin aku akan
benar-benar menyesal saat ini. Namun takdir berkata lain, aku menghajar orang
itu dan menyuruhmu lari, untuk kembali pulang. Aku hanya bisa mengingat raut
wajahmu yang begitu panik, dan aku senang bisa melihatnya lagi ketika
itu....ciuman itu, adalah tanda terima kasihku kepadamu karena aku tahu, kau
tidak pernah berubah untuk beberapa hal....
Tanpa menunggu, Hanmi segera menuju
ruang praktek seni peran dan benar saja ia menemukan sosok itu disana. Tengah menunggunya.
“Hongbin!” teriak gadis itu dengan
nafas yang berderu. “Mianhada..” ucapnya dengan raut wajah sedih. “Aku merasa,
bukan aku yang terbaik bagimu...bagaimana kau bisa mempercayaiku? Tidak seharusnya
kau mempercayai siapapun....”
Hongbin tersenyum, ia mendekat dan
mengelus lembut wajah Hanmi. “Kumohon, jangan pergi lagi. Aku percaya, apa yang
kau lakukan pasti ada alasannya. Aku selalu menunggumu menjelaskannya, tapi
seperti harus tertunda selama 3 bulan.”
Hanmi meraih tangan pemuda tersebut,
menggenggamnya cukup erat. “Tidak...aku yang salah, aku bertindak tanpa
memikirkan perasaanmu. Tidak seharusnya aku pergi menghindar...aku memang
cemburu, itu manusiawi kan?”
Pemuda itu tersenyum lagi, memeluk
gadis yang ia sukai.
“Aku, aku sudah bertindak
egois...aku menyesal. Tapi ada satu hal yang ingin aku ketahui...”
“Apa?”
“Bagaimana kau bisa tahu, jika aku
memang menginginkanmu..? Di perpustakaan...aku bahkan tidak ...”
Hongbin kemudian mengajak Hanmi
keluar dari ruangan itu, ia tampak mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan
itu.
“Haniya! Haniya! My chagiya!” teriak
sebuah suara yang mendekat, Daehyun. “Ku dengar kau terlibat perkelahian? Bagaimana
keadaanmu? Apa yang terjadi dengan kacamatamu? Bagian mana yang sakit? Katakan padaku!”
ucap Daehyun sambil memeriksa seluruh wajah Han Mira.
“Kau pernah mengatakan padaku, jika
ada orang yang menggangguku aku harus mengatakannya padamu kan, Bin-ah?” ujar
Hanmi sambil menunjuk tepat di hidung Daehyun.
“YA~ siapa kau berani menyentuh Han
Mira?” tanya Hongbin sambil membelakangi gadis itu. “Siapa yang kau panggil ‘chagiya’
?”’
Daehyun yang kalah tinggi dengan
Hongbin terlihat terkejut juga kecewa karena selama ini ia benar-benar tidak
tahu jika ini adalah alasan mengapa Han Mira menolaknya mentah-mentah.
“Aku sudah katakan padamu, Daehyun.
Jangan ganggu aku lagi! Jika kau masih mau hidup, jauhi aku! Mengerti?!”
“....Seharusnya kau mengatakan hal
ini dari awal, Hanmi. Aku...aku minta maaf!” seru Daehyun membungkuk kemudian
berlari, kecewa.
“Kau belum menjawab pertanyaanku!”
Sebelum Hongbin menjawab pertanyaan itu,
ia memeluk tubuh Han Mira. “Tentu saja aku tahu...aku tahu semenjak kau tidak
menolak ciumanku waktu itu. Matamu tidak bisa membohongiku. Kau juga menyukaiku
kan, lalu kenapa kau menyukaiku? Bisa saja aku mencelakaimu waktu itu...kita
belum saling mengenal kala itu...”
“....aku tidak tahu, aku hanya
menyukaimu...suka begitu saja...”
TAMAT
-Karena
menyukai sesuatu hakikatnya tidak memiliki sebuah alasan.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar