Jumat, 24 Februari 2012

BUCKGER -1-


Seorang putri kerajaan lahir disaat hujan badai sedang menyerang kerajaan Buckger. Bersamaan dengan itu pula dua orang putra kembar lahir di sebuah kandang kambing yang kotor dan basah. Ketiga bayi ini lahir dengan keadaan yang bertolak belakang. Latar belakang kedua orang tua mereka juga terlampau jauh dan sama sekali bukan datang dari satu kesenangan.  Raja dan Ratu sangat senang karena keinginannya untuk memiliki seorang putri benar-benar terwujud. Bayi perempuan mungil itu diberi nama Laika Buckger. Tetapi tidak semua orang dalam istana bersuka cita. Adik Ratu yang bernama Korsa sangat tidak menginginkan kehadiran dari Laika. Karena Korsa tahu, umur Kakaknya hanya tinggal beberapa tahun. Dan jika Kakaknya meninggal, maka si Korsa yang akan menjadi Ratu menggantikan posisi Ratu Adelia. Lain Laika, lain pula pasangan bayi laki-laki kembar Yora dan Bigum. Tak satu pun keluarganya menginginkan anak ini lahir. Mereka bilang ini sebuah kutukan yang akan membuat kerajaan hancur. Ternyata hal ini memang bukan main-main, tetua kerajaan pun mengatakan hal yang sama. Dia melihat jika Laika akan bertemu Yora dan juga Bigum dan disini akan terjadi sesuatu hal yang bisa membawa kebaikan juga keburukan dalam waktu yang bersamaan. Tapi Ratu tidak percaya dengan hal itu dan menganggap semua itu hanya bualan belaka.
βϋϗϕέπ
Dua orang itu sedang berjalan ditengah padang pasir yang tak berujung. Panas, sudah pasti. Haus apalagi. Tetapi mereka tidak punya pilihan selain melanjutkan perjalanan untuk mencari kehidupan yang lebih layak dari pada harus menjadi prajurit yang hobinya memungut pajak liar dari penduduk yang miskin. Tetapi salah satu dari mereka tidak sanggup, jatuh pingsan akhirnya. Tidak lama, lewatlah serombongan pengembara berunta yang melewati mereka. Salah satu dari mereka turun dan melihat orang yang pingsan itu. Karena memiliki persediaan air yang lebih, dengan bak hati pengembara itu memberikannya pada kedua orang itu. Perlu beberapa saat untuknya siuman dan lalu berterimakasih kepada rombongan pengembara itu. Karena merasa memiliki hutang budi kepada pengembara itu, maka kedua orang itu memohon untuk ikut rombongan pengembara itu dan rela untuk menjadi pelayan mereka. Tetapi para pengembara itu tidak pernah membutuhkan jasa pembantu dalam hidup mereka. Dengan senang hati para pengembara menjadikan kedua orang itu anggota dari mereka. Ternyata tujuan mereka sama, yaitu Buckger. Ternyata mereka membawa misi rahasia dari Kerajaan nun jauh disana, Kerajaan Aserlatus. Dan kedua orang ini tidak tahu menahu tentang misi rahasia ini. Tetapi keadaan bisa saja berubah tanpa keinginan mereka.

Putri Buckger, begitulah mereka memanggil Laika kala dia sedang berkeliling kota dengan diarak tandu oleh beberapa prajurit. Melihat Putri Laika tumbuh dengan baik dan memesona setiap Pangeran, Bibi Korsa benar-benar muak dan ingin sekali menyingkirkan Laika agar dia diusir dari Buckger. Tetapi dia tahu hal itu sangat tidak mungkin karena kedua orang tuanya benar-benar sangat membatasi pergaulan Putri Laika. Hanya saja, Pangeran Lubin sangat senang memanjakan adiknya itu. Apapun yang diminta Laika, Pangeran Lubin pasti menurutinya. Bahkan pernah pada suatu saat Pangeran Lubin membawa Laika jauh sekali dari daerah kerajaan. Ketika Raja mengetahui hal itu, dia menghukum Lubin dan semenjak saat itu Putri Laika menjadi “emas” di Buckger. Sepeninggal Ratu Adelia, Laika jadi sangat sedih begitu juga dengan Pangeran Lubin. Korsa senang, mengetahui Kakaknya meninggal karena sakit. Tetapi sulit, untuk Korsa menyingkirkan Laika yang juga mempunyai Kakak yaitu Pangeran Lubin.

Suatu siang, Pangeran Lubin mengajak adiknya berburu rusa dihutan.
“Lihat, kamu harus benar-benar fokus pada rusa itu. Usahakan agar dia sama sekali tidak merasakan kehadiranmu.”

Putri Laika mulai membidik sasarannya. Rusa itu sudah dibayangkannya sebagai daging bakar yang lezat. Tetapi anak panah milik orang lain sudah mengenai buruannya terlebih dahulu. Laika pikir itu milik Lubin, tetapi bukan. Merasa tidak terima hewan buruannya di ambil, Laika mencari tahu siapa yang lancang ditanahnya.

“Hei, mau kemana?” Lubin menyusul Laika yang sudah marah itu.

Tampaklah dua pemuda tampan yang sedang mengikat rusa itu dengan seutas tali tambang. Mengetahui hal itu, Laika langsung marah.

“Hei kalian! Kembalikan rusaku!”

Salah satu dari mereka berdiri dan memasang wajah sok. “Memangnya ada tulisan jika rusa ini milikmu Nona?”

“Sudahlah Kak!” cegah salah satu dari mereka.

“Kamu tidak tahu siapa aku?” Laika mulai menunjuk-nunjuk orang itu dengan busurnya.

Jika tidak, bermasalah? Lagi pula, ini hutan. Masih banyak rusa yang lain kan?” dengan cueknya dia langsung menyeret rusa itu ke depan Putri Laika.

“Kembalikan rusa itu atau kamu akan rasakan akibatnya!”

“Kamu ini siapa? Kamu pasti belum tahu kami kan?”

Laika menampar laki-laki yang seumuran dengannya itu.
L
ubin yang melihatnya langsung memisahkan mereka. “Cukup!”

“Lancang!” teriak Putri Laika kemudian pergi dengan melempar busurnya dengan kasar.

“Pangeran?” sebut salah satu laki-laki itu.

“Maafkan adikku, Putri Laika. Atas namanya aku meminta maaf. Bagaimana jika malam ini kalian berdua aku undang dalam perjamuan makan malam? Suatu kehormatan jika kalian berdua bisa hadir..”

Baik, tidak masalah. Kami pengembara, sudah biasa menerima perlakuan seperti itu.” Katanya.

“Jika aku boleh tahu, siapa nama kalian?”

“Kami anak kembar. Namaku Yora, dan ini adikku Bigum. Untuk tawaran makan malam dikerajaan akan kami pikirkan. Jangan tunggu kami.”

“Maafkan kami Pangeran, kami lancang sudah mengambil hewan buruan milik Putri.” Ucap Bigum.

Seharusnya pihak kami yang meminta maaf. Begitulah Putri Laika, sifatnya keras seperti ayahnya.”

“Baiklah kami harus kembali ke camp. Yang lain sudah menunggu rusa ini. Permisi Pangeran Lubin.”

Disini Lubin baru tahu jika ada tamu segerombolan pengembara yang datang jauh dari padang pasir sana. Dan kali ini dia merasa harus menasihati adiknya yang baru berumur 15 tahun itu. Segeralah ia pulang untuk menceritakan hal ini kepada sang raja.

Tetapi Laika malah melampiaskan kekesalannya di tengah hutan, dia memanahi pohon-pohon itu dengan anak panahnya. Meskipun tadi dia sudah membuang busurnya, ternyata pengawalnya memungutnya kembali.

“Aku benar-benar tidak terima dengan perlakuannya tadi! Cepat cari tahu siapa mereka, dan ada kepentingan apa mereka ditanah kita!” Laika membentak pengawalnya.

Segeralah pengawal itu mencari informasi tentang siapa Yora dan Bigum. Dia menyamar sebagai penduduk dan bergabung dengan para pengembara itu. Pengembara itu tidak curiga dengan kehadiran pengawal Laika yang memakai jenggot palsu untuk melengkapi penyamarannya. Sehingga info yang didapatnya sangat banyak. Dia berpikir pasti Putri Laika sangat senang mendengar informasi mahal ini darinya. Sementara itu Pangeran Lubin membawa Laika pulang kerumah dan menjelaskan suatu hal. Lubin sudah melaporkan hal ini kepada Raja, dan Lubin pun terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan ayahnya itu. Segerombolan pengembara itu ternyata adalah utusan penting dari negara tetangga yang membawa kabar tentang peperangan yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Akan tetapi Raja tidak mengatakan perang apa itu dan dilakukan atas dasar apa. Hanya saja Beliau mengatakan jika mereka adalah utusan penting, dan kelakuan Laika sudah mencoreng nama baik kerajaan Buckger. Raja meminta Laika meminta maaf kepada orang yang sudah dimarahinya dihutan tadi. Tetapi Laika menolak keras, malah langsung pergi tanpa pengawal. Dia ingin melampiaskan kemarahannya itu dengan memanah di tengah hutan.

Sampai tengah hutan, ia langsung memanah pohon tua itu dengan penuh amarah. Dia membayangkan jika yang ada dihadapannya itu adalah lelaki yang sudah mencuri buruannya. Sampai mata anak panah tumpul, Laika masih saja kesal. Sampai sore menjelang gelap Laika masih ada didalam hutan. Karena anak panahnya sudah rusak, ia bingung harus melampiaskan dengan apa lagi. Saat dia sadar, hari mulai gelap dan dia tidak membawa penerangan. Kemudian Laika keluar hutan, tapi sialnya dia berjalan ke arah yang salah. Semakin ia melangkah, rasanya semakin gelap dan jauh dari keramaian. Sampai dia tahu, jika arah yang dia tempuh itu salah. Bingung mencari jalan keluar, sampai ia mendengar suara seperti auman beberapa meter di depannya.

“Suara apa itu? Tidak mungkin ada harimau atau binatang buas lainnya disini! Aku sudah kenal hutan ini semenjak aku kecil. Dan seharusnya aku berjalan di arah yang benar!”

Laika marah kepada dirinya sendiri, dia tidak terima dengan kondisinya yang memang sedang tersesat dihutan. Suara itu nampak semakin jelas dan semakin dekat. Perasaan Laika sudah berdebar, takut jika auman itu memang benar seekor harimau atau singa yang sewaktu-waktu bisa menerkamnya. Tetapi lagi-lagi dia menepis pikiran buruknya, ia ingin mempunyai pikiran jika itu hanyalah gema suara dari semua pengembara itu. Tetapi nyatanya itu tidak berhasil, suara auman itu seperti berada dekat sekali dengan dirinya. Mengerang, juga mengaum. Tetapi sesaat suasana menghening, suara auman itu hilang dan berganti dengan suara langkah kaki. Mungkinkah itu manusia, atau mungkin beruang madu?

“Hei Tuan Putri, sedang apa kau malam-malam begini berada di tengah hutan seorang diri?”

“Kamu!! Kamu mengikuti aku dan ingin menculik aku ya?!” Laika sudah keburu berprasangka buruk.

“Kamu tidak lihat apa yang aku bawa ini?” Yora memperlihatkan hasil buruannya, yaitu seekor harimau putih.

“Jadi…yang mengaum tadi…ini?” tanya Laika yang tiba-tiba merinding  melihat harimau itu bersimbah darah.

“Seharusnya kamu berterima kasih kepadaku. Jika harimau ini tidak mati, kamu yang akan mati dimakan harimau ini.”

Karena merasa nyawanya tertolong, Laika membuang jauh-jauh rasa kesalnya kepada Yora.

“Hei, masalah yang tadi siang…aku benar-benar sudah keterlaluan. Aku minta maaf.”

“Tak apa. Anggap saja kamu kurang beruntung. Lagi pula aku dan adikku sudah sering mendapat perlakuan kasar seperti itu.”

“Ya terserah kamu. Aku memang terlalu kasar ke setiap orang.”

“Putri Laika, seharusnya kamu merubah sikapmu. Namamu bagus, wajahmu cantik. Tidak seharusnya perlakuanmu seperti itu. Jika kau terus bersikap seperti itu, tidak akan mempunyai teman.” Yora berlalu sambil menyeret harimau putih itu.

“Namamu siapa? Dan pemuda yang bersamamu tadi siang itu saudara kembarmu ya?”

“Panggil saja aku Yora, adikku bernama Bigum. Semoga kita bisa berbincang dilain waktu.”

“Tapi aku tidak bisa keluar dari hutan ini! Aku tersesat!” teriaknya saat Yora sudah mulai tak terlihat.

“Ikuti saja jalan yang tadi, pasti kamu akan menemukan jalan keluar!” Yora melambaikan tangannya.

Laika mengeluh, “Yang benar saja, ini kan sudah sangat gelap sekali. Bagaimana jika ada ular kobra yang mematuk kaki indahku ini?”

Tetap saja Laika mengikuti jalan yang ia lewati tadi menggunakan instingnya. Kemudian terlihat banyak obor, dan itu adalah pasukan Pangeran Lubin yang sengaja mencari Laika.

“Astaga! Kamu ini memang benar-benar nakal! Kamu tidak takut apa jika ada binatang buas yang menerkammu ditengah kegelapan seperti ini? Ayo pulang, lihatlah betapa kotornya Putri Laika yang angkuh ini?”

“Hei, jangan sebut aku ‘angkuh’ lagi! Aku tidak mau menjadi orang sombong!”

“Jika kamu tidak ingin dipanggil ‘angkuh’, maka kamu harus benar-benar belajar Putri Laika. Karena Ayah sudah memanggil guru pendidikan moral untukmu! Dan mulai besok acara berburu ditiadakan!”

“Ayolah! Ini sama sekali tidak asyik!?”

“Tidak Laika. Aku tidak mau mempunyai adik seperti kamu ini. Bercerminlah, sudah banyak pengawal yang diberhentikan gara-gara ulahmu selama 15 tahun ini! Lihat semua pengawal kita ini. Mereka sama dengan kita, hanya saja mereka mengabdi untuk kita! Tidak seharusnya kita sebagai kaum yang diteladani oleh mereka malah memperlakukan mereka dengan semena-mena!”

“Baik! Aku sanggup belajar pendidikan moral! Tapi dengan syarat, aku tetap mau berburu denganmu. Jika tidak ada acara berburu, aku tidak akan mau belajar!”

"Baik! Iya, kegiatan berburu tetap dilaksanakan! Tetapi pada sore hari, dari pagi sampai siang kamu harus mengikuti pelajaran!”

“Tapi…”

“Jika tidak setuju, kegiatan berburu akan aku hapus.”

“Baiklah…” dengan sangat terpaksa Laika menuruti kemauan Pangeran Lubin.

Ketika sampai di istana, makan malam sudah mulai disiapkan. Tidak nampak Raja diruangan itu, tetapi ada Bibi Korsa yang tampak jijik melihat Laika lusuh seperti itu. Maka mulailah omelan kepada Laika.

“Lihat siapa yang baru pulang? Seekor anak landak yang tersesat dihutan?” sindir Bibi Korsa.

“Lihatlah, ada seorang yang menjadi parasit di istana kita semenjak berabad-abad lamanya. Sampai rambutnya keriting seperti itu.” Laika membalas sindiran itu.

“Laika!” Lubin membentak pelan lalu membawa Laika ke kamarnya.

“Tunggu saja, sebentar lagi aku akan menjadi penguasa disini. Kamu dan Lubin dan juga ayahmu yang kolot itu akan menjadi budak dikerajaannya sendiri.” Ucap Bibi Korsa ketika mereka sudah pergi.

“Kenapa sih, setiap aku bertemu dengan nenek sihir itu selalu saja seperti ini?” Laika merendam dirinya di sebuah bak kayu dengan air hangat. Sedangkan Lubin berada di dalam satu ruangan yang sama dengan adiknya. Mereka hanya dipisahkan dengan sekat triplek saja.

“Ya, untuk yang satu ini aku setuju denganmu. Dari dulu dia selalu bersikap seperti ini kepada kita. Bahkan aku merasa tidak punya kesalahan kepadanya!”

“Kenapa Ibu membawanya ke sini Kak? Bukankah dia hanya seorang adik angkat Ibu? Dan itu berarti mereka tidak punya hubungan darah dengan kita kan? Lihat saja wajahnya, sangat berbeda dengan Ibu. Terkadang aku ingin sekali menendang bokongnya yang semok itu, agar dia keluar dari istana ini!”

“Jangan kira aku tidak ingin melakukannya. Jika tidak karena Ayah, sudah dari dulu aku menendangnya keluar dari istana kita. Wanita semacam dia itu hanya racun, berbahaya bagi istana kita. Aku tahu, dia ingin sekali menikah dengan Ayah dan menjadi Ratu di sini.”

“Aku tidak akan sudi!! Ibu pasti menangis dari surga jika kita memiliki ibu tiri seperti itu. Lagi pula, kehadiran dia di sini hanya membuat suasana menjadi panas. Aku harus membicarakan hal ini kepada Ayah!”

“Jangan gila kamu Laika. Ayah tidak akan setuju dengan ide kita.Korsa akan terus bersikap manis di depan Raja. Bahkan aku khawatir jika Ayah terkena sihirnya.”

“Memangnya Korsa memakai sihir?”

“Itu hanya perumpamaan, bodoh! Atau kita kerjai saja dia tanpa sepengetahuan Ayahanda?”

“Tidak ah, hanya buang-buang waktu.”

“Ini sebuah kesenangan, Laika! Kesenangan dan kamu akan mendapat kepuasan saat jebakanmu berhasil!”

“Akan kupikirkan nanti. Mungkin aku akan setuju? Entahlah, aku masih merasa bersalah kepada Yora.”

“Yora, pengembara itu? Ada apa?”

“Sebenarnya tadi didalam hutan aku bertemu dengan dia. Dia menyelamatkan aku dari harimau putih. Disitu aku minta maaf kepadanya tentang kejadian tadi siang. Apa sikapku sudah benar?”

“Ah, kamu masih harus belajar! Aku mengundang mereka makan malam disini.”

“Apa? Kenapa tidak bilang dari tadi?”

“Kamu ingin bertemu dengan Yora lagi?”

“Bukan seperti itu, dia kan tamu penting negeri kita..jadi harus disambut dengan baik dong!? Gimana sih Kakak ini…cepat bersiap sana!”

“Benar juga, harus menyambut dengan baik…”

Laika kebingungan mencari gaun yang pas untuk makan malam. Yora memang sekilas mirip dengan kawan lamanya yang sudah lama meninggal. Jadi Laika tidak canggung saat bertemu Yora dan Bigum.

Mereka datang untuk memenuhi undangan makan malam. Bigum tampak ketakutan malam ini, mungkin karena teringat amarah Putri Laika yang meledak seperti tadi siang itu. Bigum, adik Yora memang tidak seperti Yora yang berani dan kuat. Secara fisik mereka memang sama. Hanya saja ini masalah mental. Mental baja adalah Yora, selalu berpegang teguh dengan apa yang menjadi prinsipnya. Sedangkan Bigum, lemah dan mudah terpengaruh hasutan orang lain. Maka dari itu Yora memang benar-benar harus menjaga adiknya yang satu ini. Mereka sudah mempunyai cukup banyak riwayat buruk semenjak mereka dilahirkan. Salah satunya diusir dari keluarga mereka sendiri hingga teresat di padang pasir yang tak berujung. Dan kini mereka bertemu dengan Putri Laika yang benar-benar tak bermoral. Betapa malunya jika mendiang ibunya tahu anak perempuannya yang seorang putri bertingkah seperti itu.

Laika menarik kursi dan duduk dengan anggun disamping Lubin. Laika melihat sepasang saudara kembar yang wajahnya benar-benar tidak bisa dibedakan. Hanya saja Bigum tampak lebih pucat dibandingkan Yora. Dengan gagahnya Yora menyapa Laika yang baru keluar dari kamarnya. Terlihat Raja menghela napas panjang, kemudian meminta maaf kepada Yora dan Bigum karena insiden tadi siang.

“Sangat terhormat kami berdua bisa di undang secara pribadi oleh Raja Buckger, dan kami berdua sama sekali tidak memperhitungkan kejadian tadi siang.” Ucap Yora sambil melirik ke arah Laika.

“Meskipun seperti itu, kami merasa tidak enak jika tidak mengganti kerugian atas kejadian tadi siang. Saya akan memberikan seekor sapi untuk bekal makan kalian selama perjalanan nanti. Bagaimana?”

Laika melotot, dia ingin protes tapi Lubin mencoba menahan adiknya.

“Tetapi, seekor sapi itu sangat mahal Rajaku? Rasanya tidak pantas kami menerimanya!” Bigum menunduk, merasa tidak enak menerima pemberian istimewa itu.

Laika melihat Bigum yang tidak membalas tatapannya.

“Terimalah, itu adalah hadiah dari Buckger untuk kalian para pengembara.”

Sang Raja belum tahu jika mereka berdua tidak mengetahui tentang misi rahasia itu. Sebenarnya seekor sapi itu untuk mereka yang tahu akan misi rahasia ini. Karena pesan yang akan disampaikan pengembara yang lain adalah sangat penting dan bisa merubah masa depan kerajaan. Akan tetapi belum saatnya bagi mereka untuk memberitahukan rahasia ini. Gerombolan ini akan mengutus salah satu dari mereka untuk memberitahu Raja.

“Terima kasih Tuanku, semoga Anda selalu panjang umur.” Yora menghaturkan rasa terima kasih sambil membungkuk dalam. Laika yang melihat Yora sebenarnya kagum, tapi dia tidak mau menunjukkan rasa itu di hadapan Yora. Yora tumbuh di antara orang-orang yang tata kramanya tidak sebagus di lingkungan istana, tetapi dia bisa jauh lebih sopan dibandingkan dirinya. Tertanam doktrin baru di dalam diri Laika, melihat Yora seperti itu maka dia pun ingin segera merubah sikapnya yang buruk itu.

Keesokan paginya Laika bangun lebih  pagi dari pada biasanya. Udara segar dihirupnya dan dia langsung menghampiri Lubin yang sedang memandikan kudanya.

“Mana guru yang Kakak janjikan kepadaku?”

“Kenapa kamu bangun lebih awal?”

“Ya, aku ingin segera melihat tampang guruku itu. Pasti dia bukan orang biasa, buktinya dia bisa mengajari seorang putri seperti aku.”

“Kamu ini mau menghina atau memujinya?”

“Mungkin tidak keduanya? Aku hanya penasaran bagaimana cara dia mengajari seseorang yang bandel seperti aku ini.”

Datanglah seseorang muda, mendekati pengawal lalu pengawal mengantarkannya ke Lubin. Dia lusuh, tetapi rapi. Dia tampak sumringah ketika bertemu dan bersalaman dengan Lubin. Rambutnya disisir rapi dan disanggul dengan mawar merah tepat di atas rambut sanggulnya. Dia tidak berbau, dia juga tidak memakai parfum.

“Selamat pagi Pangeran Lubin..” wanita itu menarik roknya kesamping dan membungkuk memberi hormat.

“Selamat pagi, Miss Andrea. Senang Anda bisa hadir tepat waktu, bahkan sampai lebih awal.”

“Suatu kehormatan bisa mengajar Putri Laika di istana yang megah ini.”
Mendengar hal itu, Laika yang bersembunyi dibalik kuda hitam milik Lubin perlahan mencoba kabur.

“Putri, jangan coba untuk menghindar!” teriak Pangeran Lubin kepada Laika yang sudah mengendap-ngendap seperti tikus itu.

Laika mendengus dan berdiri disana, dia melihat wajah gurunya itu. Keras tetapi bersahaja, dia sudah membayangkan dirinya akan hancur bersama guru itu di saat-saat belajarnya.

Tidak, bayangkan saja dari pagi hingga sore aku harus bersama orang itu? Oh tidak, lebih baik aku belajar etika dan tata krama dengan Yora saja. Terkesan lebih santai dan asyik, walaupun tampilannya mengerikan..

Guru itu menghampiri Putri Laika, dan mengamati Putri Laika dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia sedikit tersenyum dan juga nyengir, Laika tidak berani menatap matanya. Dia hanya menunduk membayangkan pelajaran yang menakutkan ini.

“Sangat senang bisa menjadi guru Anda, Putri Laika.”

“Aku harap kamu tidak mempersulit aku.”

“Well, tata bahasamu memang benar-benar harus diperbaiki. Silakan ikut saya Putri. Pelajaran akan segera dimulai.”

“Sekarang? Hari ini?”

“Tidak ada tawar menawar lagi Tuan Putri. Setelah Anda bisa tata krama dengan baik dan benar, tugas berat sudah menunggu Anda.”

“Tugas berat? Maksudnya?”

Si guru itu tidak menjawab, malah pergi menuju ruangan pembelajaran. Putri Laika mengikutinya, saat mengekor di belakang sang guru, tidak sengaja Laika melihat Yora dan Bigum sedang berburu jauh di hutan sana. Dengan tidak sengaja pula Yora menatap sosok Putri Laika yang bergaun biru muda itu. Dengan beraninya Yora mengedipkan mata kepada Putri. Benar-benar tidak sopan! Batin Laika. Tetapi dia tidak mengepalkan tangan atau sewot seperti biasanya karena ada sang guru tata krama berdiri di depannya.

Mereka masuk ke dalam ruangan yang besar dan sudah ada kursi serta bangku untuk Putri Laika.

“Silakan duduk yang tenang dan rapi disana Putri. Kita akan segera mulai pelajaran hari ini.”

Aku berharap aku bisa mempercepat waktu!


 “Lihat, jangan sampai burung itu terbang gara-gara dirimu menginjak ranting!”

Bigum mencoba memegang senapan dengan benar, tetapi karena dia baru sekali ini, senapan jatuh dan burung pun terbang. Yora menepuk jidat, “Sial!”

“Maafkan aku…”

“Tak apa, kita coba lain kali Bigum..”

“Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Yora?”

“Sepertinya boleh, apa?”

“Tadi sepertinya aku melihat Putri melihat ke arah kita?”

“Memang.” Jawab Yora acuh dengan memegang senapan sambil mencari mangsa baru yang sedang bertengger di ranting pohon

“Jujur padaku, kamu menyukai Putri Laika? Aku melihat pada pertama kali pandanganmu berbeda  saat menatapnya.”

“Kamu memang hebat adikku, kamu ahli membaca isyarat mata.”

“Jadi, benar? Benar yang aku bilang?”

“Mau tidak mau aku harus mengatakan ‘iya’.”

“Oh tidak, kamu akan menghadapi Nona Galak itu.”

“Tidak lagi mungkin, kurasa dia mendengarkan nasehatku.”

“Kalian pernah bertemu tanpa aku?”

“Kemarin malam, di tengah hutan saat aku membunuh harimau aku menemukan dia tersesat didalam hutan, seorang diri pula. Ya begitulah, aku menyuruh dia untuk belajar tata krama. Dan apa yang kita lihat pagi ini, dia mempunyai guru tata krama.”

“Tetapi kamu tidak mengharapkan balasan perasaan darinya kan?”

“Tidak, itu masalah dia. Bukan masalahku.”

“Okelah, terserah padamu. Tapi kamu bisa percaya denganku, aku tidak suka padanya.”

“Oya? Kenapa? Karena dia gadis kasar?”

“Yap, dan aku tidak suka. Kamu tahu itu kan?”

“Ya ya ya…aku tahu. Sangat tahu…aku percaya padamu. Bagaimana jika kita taruhan?”

“Tidak baik, aku tidak mau.”

“Yakin kamu tidak tertarik jika yang kita pertaruhkan itu seekor burung elang?”
Mendengar hal itu, Bigum menarik ucapannya.

“Oke, aku ikut. Bagaimana aturan mainnya wahai saudaraku?”

“Jika dalam waktu 2 bulan Putri bisa menyatakan perasaannya padaku, maka aku akan memburu seekor burung elang untukmu.”

“Baiklah, aku setuju.”

“Jika Anda selalu salah mengartikan yang saya maksud…Anda akan bisa belajar hal ini selama berbulan-bulan. Tidak adakah motivasimu untuk bisa menjadikan pelajaran pertama ini sebagai langkah awal untuk memperbaiki tingkah lakumu, Putri?”

Laika diam, mengumpat dan mulai berpikir motivasi seperti apa yang dimaksud oleh gurunya tersebut. “Motivasi? Maksudnya?”

“Seseorang yang ada didalam pikiran Anda saat ini, yang membuat Anda mau belajar tata krama bersama saya.”

“Tapi Pangeran Lubin memaksaku. Aku tidak suka dipaksa.”

“Itu berarti bukan Pangeran Lubin orangnya. Adakah seseorang yang menyuruh Anda, atau menasehati Anda agar belajar tata krama?”

“Semua orang bilang seperti itu dan semua orang menyarankan seperti itu.”

“Adakah seseorang yang membuat Anda berpikir untuk mengikuti tata krama bersama saya? Kekasih misalkan?”

“Aku tidak punya!” Laika membentak karena dia merasa difitnah oleh sang guru.

“Jangan membentak Putri, itu tidak sopan. Tadi kan saya bilang ‘misalkan’, jadi jika Anda tidak memiliki kekasih seharusnya Anda mengatakannya dengan sopan.”

“Maaf.” Baru kali ini Laika mengucapkan permintaan maaf kepada seseorang.

Laika berpikir lagi, siapa seseorang yang telah membuatnya mau mengikuti pelajaran tata krama ini. Dan dia teringat satu nama, yaitu Yora. Ya! Yora! Dia mengangguk keras dan mengungkapkan hal itu kepada gurunya, Miss Andrea.

“Namanya Yora.”

Miss Andrea sedikit terbelalak mungkin terkejut mendengar nama seorang laki-laki disebut oleh Putri Laika. “Yora? Siapa dia?”

“Dia salah satu pengembara yang singgah di Buckger ini. Aku bertemu dengannya kemarin siang saat aku sedang belajar berburu dengan Pangeran. Dia merebut hewan buruanku. Lalu kami bertemu secara tidak sengaja di tengah hutan malam kemarin.”

“Jika aku boleh tahu, sedang apa Tuan Putri malam-malam ditengah hutan?”

“Aku tersesat ketika berjalan-jalan, aku tidak bisa keluar dari hutan kemudian aku bertemu dengannya. Aku tidak salah kan?”

“Tidak, itu hanya sebuah kecelakaan. Dan biasakan ketika Anda bercerita mengenai Anda, kata ‘aku’ tolong ganti dengan kata ‘saya’ itu jauh lebih sopan. Dan jika Anda salah, biasakan meminta maaf kepada orang tersebut. Dan membentakk orang itu tidak baik walaupun mereka hanya pengawal Anda.”

“Iya. Saya mengerti.”

Satu bulan lamanya Putri Laika belajar tata krama kerajaan bersama Miss Andrea. Sering kali Miss Andrea dibuat jengkel setengah mati oleh Putri Laika. Tetapi dengan begitu kelakuan Laika berubah banyak dibandingkan sebulan yang lalu. Ketika di hari libur, seharian penuh Laika belajar berburu dengan Pangeran Lubin di hutan. Ketika Laika sedang berkonsentrasi dengan zebra yang ada di depannya, lagi-lagi Laika kalah cepat. Melihat itu Laika hanya berdiri dengan kesal, tidak seperti dulu langsung marah-marah. Melihat itu malah Pangeran Lubin yang jengkel setengah mati.

“Kenapa selalu seperti ini sih? Arrrgggghhhh!” Pangeran menendang batu sehingga kesakitan.

Siapa? Apa pengembara itu masih disini selama ini? Bukankah aku dengar mereka sudah pergi ke tempat yang lebih jauh dari Buckger?

Laika menghampiri bangkai zebra itu dan bangkai itu tidak segera diambil oleh pemiliknya. Laika penasaran siapa yang membunuh zebra ini, tidak mungkin Yora atau Bigum karena mereka sudah tidak beradi di tanah Buckger. Tapi siapa yang menyangka ternyata Yora serius dengan taruhannya dengan Bigum. Laika melihat Bigum yang sedang terlilit semak belukar di dalam hutan.

Ya ampun! Kamu bak-baik saja? Maksudku ada yang terluka?”

“Tuan Putri? Ah, apakah saya mengambil buruan Putri lagi?”

“Zebra itu? Lupakan, pegang tanganku. Kamu tidak akan bisa keluar dari semak itu seorang diri.”

Bigum meraih tangan Laika dan dibantu berdiri. Semak belukar itu memang seperti pemangsa makhluk hidup, siapa pun yang sudah terjebak akan susah untuk melepaskan diri.

“Putri Laika?” sebut Yora yang kemudian menyusul mereka.

“Yora? Hai apa kabar? Em..bukannya kalian sudah pergi dari Buckger beberapa minggu yang lalu? Apa ada urusan lain yang belum selesai disini?” tanya Laika dengan penuh senyuman.

“Ada.” Jawab Yora cukup gugup melihat Putri Laika yang benar-benar banyak berubah, tidak saat pertama kali bertemu.

“Oh ya? Apa?”

“Hm…” Yora dan Bigum saling bertukar pandang. “Sesuatu yang rahasia.”

“Wow, sangat misterius sekali? Bolehkah aku tahu apa itu? ……………. Hahaha, sudah sangat jelas, rahasia kan? Oke…zebra itu milik Bigum. Iya kan?” Laika tidak kalah gugupnya saat menatap Yora yang gagah dengan pedang di tangannya.

“Ya, zebra itu hasil buruannya yang pertama.”

“Jadi kamu belajar berburu juga? Kenapa kita tidak belajar bersama saja? Kebetulan hari ini aku juga belajar dengan Pangeran Lubin. Tetapi dia rupanya sudah kembali terlebih dahulu. Jadi,….keberatan tidak jika aku bergabung dengan kalian?”

“Jelas, kami sangat senang jika ada Putri kerajaan yang belajar dari pengembara seperti kami ini.” Senyum mengembang di wajah Yora, dia tersipu malu sekaligus bangga.

Ditemani beberapa pengawalnya, Putri Laika belajar memanah dengan Yora. Sedangkan Bigum sedang melatih dirinya dengan mengincar mangsa tak jauh dari sana. Laika serius dengan kesukaannya terhadap memanah. Dan dalam dirinya ia ingin sekali ikut bertempur dan melumpuhkan semua musuhnya dengan anak panahnya. Tapi tentu saja Raja tidak pernah akan mengijinkannya.

“Seperti ini?” Laika membidik sasaran dengan benar.

“Iya, jangan sampai meleset.” Kata Yora.

Di saat Laika sedang serius membidik sasaran, tiba-tiba Bigum berteriak riang sehingga membuat bidikan Laika meleset jauh. Yora dan Laika sama-sama terkejut dengan teriakan Bigum.

“Ada apa sih?” Yora menghampiri Bigum disusul dengan Laika.

“Lihatlah! Pasti kalian tidak akan percaya!” teriak Bigum membuat yang lain sungguh amat penasaran.

Ternyata apa yang dikatakan Bigum benar. Yora dan Laika sama terkejutnya saat melihat apa yang di dapat oleh Bigum. Itu seeokor ular raksasa yang amat besar dan seperti kelaparan. Anak panah Bigum tidak membuat ular itu mati, malah ular itu mendekati mereka bertiga dan ingin memakan salah satu dari mereka.

“Kamu sudah gila Bigum? Kamu tahu itu ular jenis apa?”

“Tidak, dan aku yakin pasti dagingnya sangat lezat!”

“Menjauh! Atau ular itu akan memakan salah satu dari kita!” teriak Laika mengingatkan.

Mereka belari cukup jauh dari ular tersebut. Ular itu masih meraba-meraba dimana tempat mereka berdiri sekarang. Laika siap dengan anak panahnya, tanpa dikomando dia langsung mengarahkan ke bawah, tepat ingin membidik kepala ular raksasa itu.

“Hei, apa yang akan Putri lakukan? Itu sangat berbahaya!” Bigum mencoba mencegah Laika.

Anak panahnya dikacau oleh Bigum, Putri tetap ingin melakukan hal itu. Dia seketika itu melepaskan anak panahnya. Zlleeppphhbb..!! Tepat 100% mengenai kepaa ular itu sampai tembus ke rahang bawah. Ular itu menggeliat, merasa kesakitan. Tidak bisa membuka mulutnya karena tertahan anak panah itu. Lidahnya menjulur tidak karuan, dan tidak lama kemudian sudah tidak berdaya.

Laika bengong melihatnya, masih tidak percaya jika dirinya telah membunuh ular raksasa itu. Ular yang sangat besar itu mati, sudah tidak bergerak. “Aku rasa aku telah membunuhnya?” tanya Laika tidak yakin.

“Ya, itu hewan buruanmu yang pertama, Putri Laika.” Yora mencoba memberitahunya.

“Benarkah? Aku telah membunuh ular yang sangat besar ini hanya dengan satu anak panahku yang sedikit tumpul itu?”

“Aku salut dengan Tuan Putri yang sudah menyelamatkan nyawa kami.” Bigum membungkuk di belakangnya.

“Bukan!” teriak Laika, “Ini bukan hewan buruanku, Bigum sudah memanahnya terlebih dahulu. Bukan aku.”

“Tidak Tuan Putri, itu milikmu. Kamu sudah menyelamatkan nyawa kami berdua.”

“Yora, kamu tidak mengerti!” rupanya Laika merasa tidak berguna di hadapan Yora dan Bigum. Karena anak pertama milik Bigum sudah mengenai perut ular raksasa itu, dan Laika menganggap itu bukan miliknya melainkan milik Bigum. Laika duduk di depan bangkai ular itu, sepertinya ular itu menangis dan meminta ampun kepadanya untuk tidak di panah, tetapi apa daya panah itu sudah tertancap di kepalanya. Laika mengusap wajahnya sendiri, menghela napas dan dia merasa sangat bodoh dalam berburu, karena Bigum kini jauh lebih jago dari dirinya.

“Sudahlah Putri, ini milikmu. Bigum hanya iseng memanahnya. Bagaimana pun ini milikmu, kamu yang telah menyelamatkan nyawa kami.” Yora membantu Putri berdiri.

“Pengawal, tolong bawa bangkai ular ini. Masukkan ke dalam kandang dan pajang di alun-alun. Biar semua orang disini tahu jika ada banyak bahaya yang masih bersembunyi di hutan. Dan aku perintahkan agar kalian menjamah hutan ini, temukan dan bunuh semua binatang yang berbahaya.”

Merasa agak letih, Putri Laika kembali ke istana ditemani dengan Yora dan Bigum.

Di dalam kamarnya, Laika masih melamun teringat wajah ular itu. Laika menatap tangannya dengan gemetar, tidak percaya jika dirinya sudah membunuh ular itu. Pasalnya, selama ini tidak pernah ia membunuh hewan dengan anak panahnya yang sudah tumpul itu. Entah Pangeran Lubin tahu atau tidak tentang hal ini, tapi cepat atau lambat pasti semua orang akan tahu.

“Lihatlah Putri Buckger yang sadis ini, sudah mulai berani rupanya membunuh binatang yang tidak bersalah.” Bibi Korsa datang dan bersandar di pintu kamar Laika.

“Maaf, saya sedang malas berbicara pada Bibi.” Ucap Laika penuh kesadaran walaupun dia masih emosi.

“Oh, rupanya dirimu sudah bisa bertata krama? Tapi aku rasa belajar atau tidak kelakukanmu tetap sama bejat seperti saudara laki-lakimu.”

“Terserah Bibi mau berkata apa, maaf jika Bibi ingin sedang mengajak berdebat sekarang saya tidak punya waktu.” Laika pergi ke alun-alun kota untuk menyatakan bahwa hutan masih berbahaya dimasuki seorang diri.

Sekarang kamu masih bisa mengatakan hal itu, tunggu saja Laika aku akan membuatmu jelek dimata semua orang termasuk orang-orang yang dekat denganmu tidak akan bisa mempercayaimu.

Di alun-alun, Laika mengatakan jika di hutan itu masih ada banyak bintanang buas dan harus segera dibunuh agar tidak membuat resah warga Buckger yang sering keluar masuk hutan untuk mencari kayu bakar atau berburu. Dan setelah itu para warga mulai memburu hewan-hewan yang mengancam kehidupan. Setelah beberapa jam mencari, akhirnya 34 binatang buas ditemukan. Mulai dari singa, macan, harimau, ular dan binatang berbahaya lainnya ditemukan. Betapa terkejutnya Raja ternyata di hutannya masih ada binatang seperti ini. Raja sangat berterimakasih kepada Yora yang telah menemukan harimau yang akan menerkam putrinya.

bersambung . . . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar