cast : Lee Hong Ki - Nara - Jang Geun Suk
Lee Hong Ki’s Scene
“Hong-ah, bagaimana ini?” Jason rupanya terus mendesakku dengan urusan audisi band itu. Tidak mungkin jika aku mengatakan hal yang sebenarnya.
“Jujur aku tanya, apa kamu masih bersemangat dengan semua ini setelah Hyuri merusaknya?”
Ku lihat Jason menghelas nafas, dia berfikir sejenak. “Tidak, tapi aku masih ingin mengusahakannya..namun setelah melihat reaksi yang lain aku jadi malas..namun disisi lain aku masih ingin mengikuti audisi itu. Kamu sudah mendaftar kan?”
Aku menggangguk, namun fikiranku masih melayang oleh selebaran yang kemarin aku temukan di dekat rumah Geun Suk.
“YA Hong-ah, ada yang sedang kamu fikirkan?”
“Aa, aniyo...jadi kesimpulannya kita mundur dari audisi itu? Harinya semakin dekat...”
“Tapi bagaimana dengan yang lain? Apa mereka tidak akan kecewa?”
Aku membuang pandangan ke sekitar taman kampus, ku lihat yang lainnya sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. “Lihat saja mereka, sepertinya sama sekali tidak memikirkan audisi itu.”
“Lalu, formulirnya sudah dikirim kan?”
“Ah, itu tidak jadi masalah. Kan bisa di skip, atau jika memang belum dikirim oleh Ahjussi, aku bisa memintanya lagi nanti malam. Apa kamu mau ikut aku ke klub malam nanti?”
Jason menggeleng, “Tidak bisa, aku sudah ada janji.” Kemudian dia berlalu.
*
Pukul 11 malam aku mengunjungi Ahjussi, niatku sebenarnya mau meminta kembali formulir yang ku isi beberapa hari yang lalu. Tapi sepertinya niat itu jadi tak terlaksana.
“Ahjussi!”
“Eh Hong Ki, apa mau membantuku?”
Aku menggeleng, “Tidak, aku hanya.....”
Seseorang merangkulku tiba-tiba, “Eh bocah! Aku punya berita bagus untukmu.” Geun Suk Hyung berbisik padaku, “bagaimana jika kita membuat band, bersama?”
Aku melepaskan rangkulannya, masih ingat benar jika dia itu seorang gay. Aku merinding geli. “Aku kan belum tahu bagaimana caramu bermusik.”
Geun Suk mentoyor kepalaku, “Ayo kerumahku, akan ku tunjukkan keahlianku berpiano!”
“Andwae!” aku mendorong Hyung cukup keras, “Hyung, aku tidak mau dekat-dekat denganmu!” kulihat Ahjussi memperhatikan kami, dia pasti tahu jika laki-laki gondrong ini seorang gay.
“Aniyo....aku tidak menyukaimu seperti apa yang kamu fikir selama ini! Yang ku katakan waktu itu benar! Tenang saja aku sudah mempunyai kekasih!!”
Aku merapat lagi, “Apa dia seorang wanita?”
Geun Suk mentoyorku lagi, “Bukanlah! Aigoo, dia tampan sekali!”
Aku refleks memukul lengannya, “Ish! Aku tidak mau dekat-dekat denganmu!” ku tinggalkan Hyung begitu saja.
“YA Hong Ki-ah! Tunggu!”
Lee Hong Ki’s Scene End
***
Geun Suk mengejar bocah berambut orange itu, di saat seperti ini Hong Ki masih saja sempat mengubah warna rambutnya.
“Hong Ki, apa kamu menolak tawaranku?”
Hong Ki mendengus, “Kapan aku bilang seperti itu?”
“Artinya kamu setuju?” Geun Suk memegangi tangan Hong Ki, dia menepisnya. “Kemarin, ada gadis yang memohon-mohon padaku agar aku menjadi salah satu anggota bandnya...” Geun Suk tampak menggantungkan kalimatnya.
:: Flashback ::
“Ku mohon, jadilah keyboardist untuk bandku!!”
Geun Suk nampak mengamati dandanan gadis itu, namun ia berasa tidak bisa tidak membukakan pagar rumahnya untuk gadis itu.
“Masuklah, bicara di dalam saja.”
Nara, dia mengucapkan nama itu untuk Geun Suk dan hal yang tanya pertama kali pada laki-laki tinggi dengan rambut bergelombang itu adalah piano yang terletak di ujung ruangan.
“Itu, piano itu bukan milikmu kan?”
Geun Suk menoleh kebelakang, ke arah gadis itu. “Bagaimana kamu tahu?”
Nara sedikit tersenyum, “Yah seperti itulah, aku tahu begitu saja. Hahaha..” imbuhnya dengan tawa garing.
“Itu milik mendiang kakekku. Sudah lama sekali, oya...kamu berlutut memohon apa tadi?”
“Ah! Bagaimana jika kamu menjadi anggota bandku? Aku mendengar kamu bermain piano tadi, aku suka irama itu.”
“Kamu suka dengan irama itu?” Geun Suk tiba-tiba tampak antusias dengan mengambil map hijaunya.
Nara menggangguk, “Iya, suka. Tapi aku mendengarnya samar, bisa kamu ulangi lagi? Aku ingin dengar.”
Geun Suk menuju pianonya dan memainkan lagu itu. Nara mendengarkan dengan seksama setiap nada yang keluar penuh dengan emosi dan perasaan, seperti ingin menyampaikan sesuatu yang tak sempat disampaikan kepada orang yang di tuju, banyak nada yang menggantung namun jika di dengarkan keseluruhan akan menjadi indah.
“Ah, sepertinya aku tahu jaket ini deh....” Nara bergumam saat melihat jaket kulit yang tertinggal di tempat tidur sutra itu.
“Kenapa Nara?”
“Ini...sepertinya aku mengenalnya...Ah, ku mohon, aku ingin menggunakan melodi itu untuk lagu bandku, maka bergabunglah denganku!”
Geun Suk terlihat menambah beberapa gambar not balok di kertas didalam map hijau itu, “Memangnya, bandmu aliran musik apa?”
“Sebenarnya...aku baru saja keluar dari bandku...kini rencanaku membuat band baru dan ku harap kamu bisa mengisi posisi yang kosong..”
“Ah, jadi kamu sekarang ingin membuat band dan mengajakku begitu?”
“Dari tadi kan itu yang ku bahas! Bagaimana..mau ya? Oppa, jebal!”
“Eh? Apa aku terlihat setua itu?” Geun Suk menuju cermin. “Aku sih mau mau saja, tapi sepertinya aku harus mengajak seorang temanku lagi..”
“Apa yang semalam menabrakku itu? Orang mabuk itu?”
“Hmm, baiklah begini saja...datanglah besok malam ke sini lagi, aku akan membawa dia untukmu.”
Nara menjabat tangan Geun Suk tanda setuju.
:: Flaschback End::
Hong Ki tidak banyak berbicara saat bertemu dengan Nara, namun dari pandangan gadis itu pada Hong Ki memancarkan keingintahuan yang besar.
“Aku sudah menepati janjiku.”
“Hyung, cepat main kan piano mu. Aku ingin lihat dan juga mendengar lagu-lagumu.”
Geun Suk memulai dentingan pertamanya, Nara yang merinding itu segera mengambil posisi duduk santai dan seksama mendengarkan nada yang akan keluar, sedangkan Hong Ki berdiri, entahlah mungkin dia sedang memikirkan sesuatu.
~`Geun Suk benar-benar berbakat, namun apa yang sedang ia rencanakan? Sebagian fikiranku masih melayang pada audisi RF..~`
[[pembaca diminta mendengarkan lagu JGS Bye Bye Bye]]
Hong Ki terlihat memandang kosong bangku yang ada di depannya, padahal Geun Suk sudah selesai beberapa detik yang lalu.
“Great work Oppa!” teriak Nara sambil melompat. “Itu nada-nada yang bagus, dan bagaimana dengan permintaanku?”
“Hong Ki, apa kamu mau bergabung dengan kami?”
Sejenak Hong Ki menutup matanya, “Aku belum bisa memastikan, aku belum melihat gadis ini dengan kemampuannya.”
“Aku tidak bisa menunjukkannya disini....” Nara melihat sekeliling.
“Kenapa? Tinggal menyanyi apa masalahnya?” tanya Geun Suk yang juga jadi ikut melihat sekeliling.
“Eh? Oppa kira aku menyanyi? Aku bermain drum, dan aku butuh seperangkat alat drum untuk menunjukkan kemampuanku..”
“DRUM?” Hong Ki terkejut. “Kenapa...lalu jika aku bergabung dengan kalian siapa yang akan menjadi vokalis?”
“Oh itu...” Nara memilit-milit ujung rambutnya, “..ku rasa Oppa denganmu bisa bernyanyi kan?”
Geun Suk dan Hong Ki saling melempar pandang.
*
Nara’s Scene
Aku di ajak ke studio musik oleh dua orang lelaki ini. Hong Ki bilang ingin melihatku bermain drum, jika Geun Suk Oppa tidak mengatakan bahwa Hong Ki juga seorang drummer mungkin aku tak kan sesemangat ini.
“Kamu mau aku memainkan ritme yang pelan atau.....”
“Mainkan lagu sesukamu, aku hanya ingin lihat seberapa jauh skillmu.” Ucap Hong Ki dengan ekspresi yang tidak menentu, sepertinya ia sedang menimbang(?) aku?
Ku mulai dengan menginjak pedal agar bass drum ini berbunyi sesuai dengan ritme detak jantungku, di susul dengan membunyikan snare drum dengan pelan dan lembut, lalu aku membunyikan hi-hat dengan kaki kiriku, tidak berhenti sampai disitu, floor tom dan rack tom pun aku bunyikan dengan cepat dan lalu aku bermain ritme dan melodi drum pada permainanku. Aku bermain dengan emosi saat itu juga, aku terkadang menutup mata untuk merasakan bagaimana dentuman yang aku ciptakan lewat tongkat drum di tanganku.
‘PROK..PROOK..PROOOK’
“Nara! Permainanmu bagus sekali!” Oppa mengguncang tubuhku keras, hampir saja aku menjatuhkan hi-hat stand.
“Gomawoyo..hey, bermainlah...aku ingin mendengarkan!” aku menyodorkan stick padanya.
Hong Ki menggeleng, dia hanya tersenyum, “Baiklah, aku mau bergabung dengan kalian!”
Ku lihat Geun Suk Oppa hendak memeluknya namun Hong Ki menghindar.
“Nah, sekarang apa kamu masih mencari anggota lain?” tanya Hong Ki padaku.
“Kurasa tidak...kamu bisa bermain gitar kan? Merangkap saja,....”
Hong Ki langsung mengambil gitar di sudut studio, “Baiklah ini latihan pertama kita!” ucapnya, ku lihat ia berusaha semangat.
Geun Suk berdiri di belakang keyboard, “Tunggu, kita akan memainkan lagu apa ini?” tanyanya sambil memandang kami bergantian.
“Bagaimana jika lagumu Oppa? Nanti kami menyesuaikan, masalah lirik kita buat bersama saja?”
“Okay!!” Oppa terlihat bersemangat di latihan pertama kita ini.
Nara’s Scene End
***
“Wah ini sudah jam 3 pagi...” ucap Nara menengahi perbincangan mereka di kedai dekat rumah sakit itu.
Hong Ki dan Nara melihat ke arah yang sama; Geun Suk mabuk.
“YA, Hyung!” Hong Ki mengguncang tubuh itu, ia hanya menggeliat sebentar. “Eh, bagaimana ini?” tanyanya pada Nara yang sibuk menghabiskan daging panggangnya.
“Gendong dia!”
“Engga ah! Aku ngga mau bersentuhan dengannya! Asal kamu tahu, orang ini gay! GAY!”
Nara tidak terkejut mendengar hal itu, dia melanjutkan kegiatannya. “Memangnya kenapa kalau dia gay? Bukankah kamu pacarnya?”
“CARI MATI?” teriak Hong Ki begitu keras. “Aku juga baru tahu beberapa hari yang lalu, aku juga belum lama mengenalnya! Beberapa malam yang lalu dia membawaku kerumahnya, begitu bangun seluruh badanku merah-merah! Kiss mark!”
“Oya? Bagaimana kamu tahu itu benar kiss mark atau bukan?”
“Sudah pasti itu kiss mark! Aku yakin sekali!” ucapnya begitu emosi.
Nara membabat habis daging-daging sapi mereka. “Apa kamu sudah tanya dengan benar? Apa katanya?”
“Dia bilang merah-merah di kulitku akibat nyamuk yang ia pukuli di badanku. Tapi aku tidak percaya itu!”
“Kamu terus mengatakan tidak percaya, bukannya itu secara tidak sadar kamu menginginkan jika ingin di beri kiss mark?”
“YAA~!”
“Cepat gendong dia! Aku menunggu kalian di depan rumah sakit!”
*
Hong Ki akhirnya menggendong Hyung itu dengan sempoyongan. Badan Geun Suk ternyata lebih berat dari perkiraan Hong Ki, Nara juga ikut mengantarkan sampai rumah Geun Suk.
“Eh, benar yang itu rumahnya kan? Sepertinya ada yang menunggunya di teras rumahnya...” Nara menunjuk seseorang yang sedang duduk di teras rumah Geun Suk.
Mereka mendekati untuk mengeceknya.
“Apa menunggu Geun Suk?” tanya Hong Ki.
Orang itu lumayan terkejut melihat Geun Suk pulang dalam keadaan mabuk seperti itu. “I’m sorry, uh? Suk-ah? Kenapa dia? Apakah dia baik-baik saja? Cepat bawa dia ke kamarnya!”
Nara dan Hong Ki bertukar pandang, melihat sesuatu yang aneh disini.
“Apa kamu teman Geun Suk Oppa?” sepertinya pertanyaan Nara membuat orang itu sedikit tersinggung.
“Kamu memanggilnya Oppa? Apa kamu pacarnya?”
Lagi, Hong Ki dan Nara bertukar pandang.
“Kamu sendiri, siapanya Hyung?”
Orang itu dengan sombongnya menjawab, “Tentu saja aku orang yang peduli kepadanya!”
“Jika memang kamu orang yang peduli kepada Hyung, kenapa aku tidak pernah melihatmu selama ini?”
“Apa yang kamu maksud ‘selama ini’?” orang itu mulai mengajak Hong Ki berdebat.
“Jika sudah melukai perasaannya, lebih baik jangan pernah temui Hyung lagi.”
Nara dan orang asing itu terkejut dengan apa yang di katakan Hong Ki.
“Hong Ki....” gumam Geun Suk kemudian memeluknya lebih erat lagi.
“Apa...kalian berpacaran?”
***bingung dengan bagian2 drum ? ada baiknya klik link ini > Drum Set
Tidak ada komentar:
Posting Komentar