***
‘SRENG, SRENG.’
Mama sedang sibuk dengan masakan yang ia buat semenjak sore tadi. Sera hanya menunggu tenang sambil mengiris wortel sebagai bahan sayuran. Sedangkan Papa sedang membetulkan pintu belakang yang engselnya karatan dimakan usia.
“Hhhh~” begitu panjang Sera menghela nafas, membuat Mamanya menoleh, menghentikan aktivitas memasaknya.
“Kenapa Sera? Kamu tidak suka dengan rumah baru kita?”
Sera menggeleng, ia menatap potongan-potongan wortel itu sambil serius memotong. “Bukan Mam, aku nyaman dengan rumah barunya...tapi sepertinya tetangga baru kita tidak memiliki anak seusiaku..aku tidak bisa berdiam diri dirumah seperti ini. Aku juga tidak tahu dimana sekolahan..jika jauh kasian Pap yang mengantar.”
“Kalau begitu berkelilinglah diluar, siapa tahu kamu menemukan remaja seusiamu.”
Sera melirik keluar jendela, “Sudah gelap Ma, besok pagi saja.”
Tapi Mama merebut pisau dan mengusir Sera, “Setidaknya cari udara segar di luar, cuaca disini bagus tidak seperti di kota.”
Melihat Mamanya yang keras kepala seperti itu, Sera kembali menghelas nafas dan menerima saran. Ia menengok Papa sebentar lalu ia duduk di teras depan, kemudian berjalan ke halaman rumah yang cukup luas itu dan memandangi rumah besar berwarna Peach itu.
`Rumah ini sangat besar...kamarku yang mana ya? Ah, sepertinya aku salah memilih kamar...aku jadi tidak bisa melihat halaman ini...`
Sera mengelilingi halaman dengan lebar 17 meter dan panjang 6 meter. Ia berencana akan menyapu halaman ini esok pagi.
Rumah itu mirip seperti rumah boneka, dari tekstur dindingnya, gaya atapnya, pintu, bisa dikatakan ini adalah replika dari House Doll.
‘KLOTAK!’
Sera segera mencari sumber bunyi itu, ia mempertajam indera pendengarannya dan menemukan sebuah titik tidak jauh dari tempat ia berdiri. Ia menemukan sebuah lantai kayu namun hanya berukuran 60x60 cm yang terdapat di antara lantai keramik coklat. Sera merabanya, ia menemukan sebuah benjolan kecil. Awalnya ia berfikir itu pintu rahasia, namun sepertinya itu hanya sebuah variasi pada lantai.
‘PETT!’
Seketika itu pun aliran listrik padam dan semuanya menjadi gelap. Terdengar dari dalam rumah Mama berteriak ketakutan dan membuat keadaan menjadi panik.
“KYAAAAAA~~~!” terdengar teriakan dari dalam, namun Sera merasa tenang saja karena itu memang kebiasaan buruk si Mama yang sangat takut pada kegelapan.
Sera terduduk di lantai, ia masih memasang kedua telinganya dengan radar penuh.
Seraaa...~ Seee........... Raaaaaahh........~
Sera merapat ke dinding ia tidak bisa melihat apa pun, langit pun tak berbintang, tak lama kemudian petir menyahut dan hujan deras tanpa di duga.
“Sera?!” panggil seseorang, ia memastikan—itu bukan suara Papa atau Mama. “Sera?!” nada panggilnya sama, dengan suara yang sama namun ini terkesan amat jauh tapi Sera begitu jelas mendengarnya.
Sera mendengar nafasnya yang mulai menderu, degup jantungnya semakin cepat dan dalam gelap ia menghilang.
---
“Tidak Papi! Aku cuma mau dia! Bukan orang bejat itu, aku tidak mau!!!” teriak seorang perempuan, Sera mendengarnya samar-samar.
‘PLAK!’ begitu keras lelaki berumur 48 tahun itu menampar putrinya sendiri sampai perempuan 16 tahun itu tersungkur tepat di depan wajah Sera. Sera yang baru membuka matanya itu terkejut. Karena wajah perempuan itu identik dengan dirinya.
`Apa ini? Dimana aku?`
“Papi!” teriak perempuan itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Aku tidak mau walaupun aku harus mati di tanganmu aku akan tetap menikah dengan Peter!!!”
Sera menyaksikan semuanya dengan bingung, yang ia ingat hanya malam yang tenang dan gelap beberapa menit yang lalu. Namun sekarang ia sudah berada di tempat yang aneh. Apakah ia melewati dimensi ruang dan waktu?
Perempuan itu di kunci di dalam sebuah ruangan dan Sera masih menatap karpet merah, ia masih butuh waktu untuk meluruskan apa yang tengah terjadi pada dirinya.
“Papi!!!” perempuan itu menggedor pintu yang terlihat tebal itu, ia berusaha mendobraknya namun lengan bajunya tersangkut gagang pintu, tangannya tergores keras, berdarah.
“Ah Nona tanganmu!” teriak Sera tanpa sadar, namun ternyata perempuan yang berwajah sama seperti Sera itu tidak mendengar, mungkin juga ia tidak melihat Sera ada di sekitarnya saat ini.
Sera bangkit dan meninggalkan sejenak perempuan itu, ia melihat keluar melalui jendela dan menemukan sebuah kota kecil yang sungguh indah, namun kenapa diruangan ini tak seindah diluar...
Sera mencoba mendekati perempuan itu, namun ia menghentikan langkahnya ketika hendak menyentuh bahu perempuan itu.
Mata dua gadis berwajah serupa itu saling bertatapan. Sera seperti bercermin.
‘DEG.’ Sera mundur, ia mengurungkan niatnya, namun mata perempuan masih memburunya.
“Ka...kamu bisa mm..melihatku?”
Perempuan itu hanya menatap dengan tatapan yang sedih namun sarat akan makna. Pertanyaan Sera seakan tidak terdengar oleh wanita itu. Sera mencoba memindah posisinya, mata perempuan itu tidak berpindah ia hanya memandang lurus seperti tadi.
“Apakah dia tidak bisa mendengar suaraku? Tapi dia bisa menatapku? Dimana aku?” Sera mencoba membuka pintu itu, tidak bisa. Tangannya malah terasa sakit.
“AH!” terdengar suara seseorang dari arah jendela. Sera berbalik dan menemukan sesosok laki-laki gagah namun compang camping.
Sera menajamkan pandangannya, ia mendekati sosok laki-laki yang memanjat melalui jendela.
“Kamu?” dia menatap Sera, dan Sera nampak terkejut. “Bagaimana bisa kamu berada disini?”
Sera menunjuk dirinya sendiri menggunakan jemarinya, “Kamu...berbicara denganku?”
“Memangnya disini ada orang lain lagi?”
Sera mengeryitkan dahi, ia kemudian menunjuk wanita dengan tatapan kosong itu. “Dia..?”
“Mereka tidak akan bisa melihat kita. Tapi jangan sesekali kamu menyentuh mereka, atau kamu lambat laun tidak akan bisa kembali ke duniamu.”
“Mereka?”
Laki-laki berparas tampan itu menunjuk ke arah jendela, namun sebelumnya ia menepuk pundak Sera dari belakang.
Sera sekali lagi melihat keluar jendela, sesuatu yang tak terduga terjadi di mata Sera.
kalimat paling terakhir typo im sorry , tertuda itu terduga maksudnya .
BalasHapusahh elu mah udah mau tegang di putus2 mulu~ xOOO
BalasHapusterusin~!!hhh
wk kan biar seruuuu
Hapus