**
‘PRAK!’
“Kenapa aku bisa begitu bodoh dihadapan
wanita itu?!” umpat Kevin sehabis menggebrak meja porselen di WC umum
kampusnya. Beberapa orang yang lalu lalang masih menertawainya, berita seperti
ini akan cepat sekali menyebar ke seluruh penjuru kampus.
Kevin berjalan menuju ke gedung
kampusnya dengan menutupi wajahnya dengan masker yang ia dapat dari seorang
teman dari jurusan Kimia. Ia benar-benar malu karena sekarang semua orang
dikampus itu menjulukinya ‘Baka Kevin’ dengan kata lain ‘Kevin yang Bodoh’.
“Hei Kevin!” teriak teman wanitanya
yang kemarin menitip boneka padanya, Chia. “Sedang apa kamu? Kenapa menutupi
wajah seperti itu?” Chia menarik maskernya namun Kevin memakainya kembali.
“Hhhhh~” Kevin menghela napas, “Tadi
aku melakukan hal yang bodoh di depan wanita itu...”
Merasa bingung dengan pernyataan
Kevin, Chia berusaha meminta penjelasan lebih. “Wanita? Wanita siapa?”
**
Chia akhirnya mengajak Kevin
berkunjung kerumahnya, begitu takjub saat Kevin memasukin rumah yang lebih
mirip apartemen itu. Semuanya, di dekorasi seperti rumah boneka. Iya, Chia
memang suka mengoleksi boneka jenis Pullip.
“Ini semua kamu yang beli?”
“Ah? Oh, boneka Pullip ini yang kamu
maksud? Beberapa temanku memberikan, hadiah ulang tahun, juga hadiah kejutan.
Sebagian lagi aku membelinya sendiri. Kenapa? Apa kamu juga suka?”
Kevin mendengus, “Tidak, aku kan
cowok. Aku lebih suka robot dan mainan-mainan action figure. Tapi aku
akui boneka jenis ini memang bagus sekali, lalu Barbie? Apa kamu mengkoleksinya
juga?”
Chia menggeleng, “Aku tidak begitu
suka, ekspresinya kurang greget. Kalau Pullip memang di desain sebagai boneka
fashion, ya Barbie juga sih, tapi Pullip keren sih...ah kenapa kita jadi bahas
boneka? Kamu ku ajak ke sini kan buat membicarakan tentang wanita berambut
tosca yang kamu lihat hari ini..”
Sungguh, dinding itu di penuhi oleh
rak-rak putih membentuk kotak-kotak untuk meletakkan boneka Pullip yang lengkap
dengan dress unik dan rambut yang berwarna warni. Kevin melihatnya satu
persatu, membandingkan dengan boneka action
figure miliknya. Dan ia menangkap satu Pullip yang tidak asing.
“Ah ini-ini!! Yang ini!” Kevin
menunjuk heboh Pullip itu sambil meloncat-loncat seperti anak kecil.
Chia berbalik dan melihat apa yang
ditunjuk oleh Kevin, “Kenapa? Apa kamu mau yang seperti itu?”
“Eh? Bukan-bukan! Wanita yang
kulihat itu seperti ini, persis! Bisakah aku melihatnya lebih detil lagi?”
Chia mengambil kursi tinggi dan
mengambil boneka Pullip Prunella itu. “Ada lagi?”
“Tidak, tidak!!”
Kevin meraih Pullip Prunella yang
tersimpan rapi di dalam kotaknya. Ia melihat dengan detil. “Iya, mirip sekali!
Masa’ iya boneka ini meniru gaya dandanan orang itu?” gumamnya namun Chia
mendengarnya.
“Duduk Kev, bawa saja bonekanya
tidak apa-apa. Jadi, dikampus kemarin dan hari ini kamu melihat wanita seperti
boneka itu?”
“Iya, tapi pakaiannya tidak seperti
ini...tapi rambutnya panjang seperti ini...aku juga baru pertama kali ini
melihat wanita seunik itu dikampus. Tapi tadi siang aku melihat dia di kantin
Utara kampus, di gedung Teknik Sipil, dia ngobrol dengan seorang laki-laki. Aku
juga tidak pernah melihat kedua orang itu dikampus...aku kira mahasiswa
pindahan..”
Chia membawakan teh dan juga
beberapa biskuit. “Sungguh? Aku jadi ingin bertemu dengannya..lalu, buat apa
kamu mencari wanita yang belum jelas identitasnya itu?”
‘GLEK.’
Kevin menyeka keringat di dahinya, “Ah
itu...aku hanya penasaran! Makanya aku mengikutinya! Hanya untuk memastikan dia
mahasiswa baru atau bukan!”
“Jadi....kamu mau aku bagaimana?”
“Heh?” Kevin melongo kebingungan. “Apa
maksudnya?”
Chia menyalakan AC agar mendinginkan
suasana, “Kamu mau aku bantu tidak mencari tahu identitas wanita itu? Aku bisa
saja sih....mengingat aku punya teman disemua fakultas...”
“OH! Oh, iya,..em boleh juga..”
Kevin salting, “Dan, boneka ini boleh aku pinjam kan?”
“Lho, tadi kamu bilangnya lebih suka
action figure? Kenapa sekarang jadi
ingin meminjam Pullipku? Apa karena boneka ini mirip dengan wanita itu?”
“Ah!” Kevin meneguk sekaligus teh
dan menepuk pundak Chia, “sudah, pinjamkan saja ya! Aku berjanji akan
merawatnya dengan baik! Jika sudah bosan, aku akan mengembalikannya! Baiklah aku
pulang dulu!”
“Eh Kev.....,” belum selesai Chia
berbicara, Kevin sudah menutup pintu kayu coklat itu. “Hm, padahal aku ingin
bilang sebuah mitos padanya....ah sudahlah! Itu kan hanya sebuah mitos!”
**
“Seraaa~~~.......”
‘HOSH, HOSH, HOSH.’
Lagi dan lagi. Kevin terbangun pada
pukul setengah empat dini hari dan badannya berkeringat. Setiap malam ia harus
merasakan hal aneh terjadi pada tubuhnya.
“Hh, aku ini kenapa sih?”
Kevin melirik boneka Pullip Prunella
yang terkena bias lampu neon dari arah luar, cantik dan elegan. Rambutnya yang
panjang berwarna tosca dan gaun bergaya lolita Jepang menambah nilai plus. Boneka
itu memandang lurus ke depan, sebenarnya Kevin ingin mengeluarkan boneka itu
dari kotaknya, namun mengingat ia hanya meminjamnya jadi ia hanya memajang
boneka itu beserta kotaknya.
Kevin bergerak menuju lemari yang
ada di sampingnya untuk mengambil tisu. Namun sejenak ia merasa aneh. Kevin melihat
ulang isi kamarnya, karena ia tidak menemukan hal yang mengganjal, ia
meneruskan kegiatannya.
‘KRASAKK.’
~`Eh suara apaan sih itu?~`
Kali ini Kevin benar-benar
menghidupkan lampu kamarnya dan memeriksa detil sudut-sudutnya. Ia tidak
menemukan apa-apa, ia juga memeriksa di luar kamarnya yang langsung berbatasan
dengan halaman tetangga.
“Mungkin kucing...”
‘KRASAKK, KRASAAK!’
Suara itu muncul lagi, Kevin
kebingungan mencari sumber bunyi itu sampai....
“KYAAAAAAAAAA.........~~!!!”
Pullip Doll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar