Rabu, 04 Desember 2013

She's Dangerous (part 2-end) [FF-cerbung]



---part 2 start

“................................”

‘KROOK, KRROOOKK....’

Suasana malam yang dingin, hujan yang turun begitu deras. Ia tidak bisa mendengar apa yang gadis itu bicarakan.

“Mwoya?” ia mendekatkan telinganya ke depan mulut gadis itu. “Kau bilang apa barusan?”

“....Sudahlah, aku mau pulang. Aku tidak enak badan.”

Kemudian gadis itu merebut payung milik Hongbin, “Hei tunggu! Aku tidak mau basah sampai dirumah nanti! Tunggu aku!”

Pemuda itu berlari kecil demi mengejar sebuah payung yang di pegang gadis itu. “Hey tunggu! Hujannya belum reda! Aku tidak mau basah kuyup, kembalikan payungku!” Hongbin merebutnya, Rae In terguyur air hujan yang dingin.

“AKU PULANG!” teriak gadis itu kemudian berlari menembus hujan yang masih deras.

*****

Pagi hari ia melangkah dengan nafas yang terburu...
Rae In datang dan ia melihat Taekwoon sedang berjalan bersama Jung Ema menuju kelas. Dia mengabaikannya dan mendahului mereka dan menemui Hongbin yang sedang duduk santai di depan kelas bersama Wonshik.

“LEE HONG BIN! Jahat sekali kau semalam membiarkanku kehujanan basah kuyup!!!” teriakan Rae In menggema di kelas yang masih lengang itu. Tentu saja hal itu membuat murid dari kelas lain bersorak riuh.

“YA! YA! Apa yang kau bicarakan?” tanya Hongbin pura-pura tidak tahu.

“Apa yang kalian lakukan semalam?” tanya Wonshik dengan wajah bingungnya. “Hei...kalian semalam...bersama?”

“Ya Wonshik-a tutup mulutmu!” Hongbin menggertaknya, dan ia melihat raut wajah yang pucat dari Rae In, “Kenapa kau masuk hari ini...? Kau terlihat tidak sehat...wajahmu pucat.”

“Kau gila menyuruhku tidak sekolah? Hari ini aku harus mengulang pelajaran minggu lalu...kau tidak ingat aku tidak ikut pelajaran dua kali saat aku di hukum karena terlambat?”

“Kan itu keinginanmu sendiri?! Kau mengatakan itu padaku kan ...?” ucap Hongbin mengejutkan semua pihak.

Semua mata memandang Rae In, “Kau tidak ingat ya malam itu...aku yang mengantarmu pulang..?” pengakuan Hongbin membuat Wonshik, Jung Ema, dan Taekwoon terkejut sekaligus bertanya-tanya....

Rae In hanya menyebut nama pemuda itu, “ah~Hongbin-a...”

*

#Flashback#
“Bagaimana rasanya datang terlambat..? Bagaimana rasanya di hukum..? menyenangkan? Beritahu aku!”

Hongbin tertawa, “Jangan bilang kau ingin mencobanya! Sudahlah, citramu di mata murid yang lain adalah murid teladan dan pendiam...tidak mungkin kau bisa merubah itu! Dasar gadis kutu buku!”

“Kenapa kau terus saja memanggil aku seperti itu? Aku tidak suka membaca buku! Benar! Aku akan melakukannya minggu depan! Aku pegang omonganku! Ingat itu!”

Hongbin menengguk segelas wine, “Apa jaminannya? Aku sama sekali tidak percaya!”

Rae In menghabiskan minuman colanya dalam sekali tegukan, “Jaminannya, jika aku berhasil melakukan apa yang kau lakukan, aku akan menjadi kekasihmu! Ya tapi sepertinya aku terlalu percaya diri...kau kan menyukai gadis yang cantik! Baiklah, apa ya jaminannya..hmm,hmm...”

“OK! Aku terima! Aku bertaruh kau tidak akan bisa melakukan apa yang aku lakukan biasanya di sekolah! Datang terlambat, bermain ponsel di dalam kelas, memecah konsentrasi kelas, tidur di kelas, makan di kantin saat jam pelajaran berlangsung....”

Rae In meremehkan tantangan Hongbin, “Ah! Lihat saja aku akan buktikan!” gadis itu berdiri kemudian terhuyung.

Hongbin yang melihat gadis itu seperti orang mabuk, kemudian mengecek minuman yang ada di gelas Rae In, terang saja ia mengira itu minuman cola padahal Rae In menenggak satu gelas sake. Hongbin mengantarkan gadis itu pulang dan Rae In terus saja bergumam bahwa ia akan bisa memenuhi tantangan dari Hongbin.

“Aku..bisa...pasti...bisa menjadi..kekash.....” gadis itu terkapar di kamarnya sesaat sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
#Flashback End#

“Ah! Hongbin-a...kapan kau mengantarkanku pulang? Aku kan belum pernah mengajakmu ke rumahku! Jadi jangan membuat gosip!!” teriakan Rae In membuat Hongbin tertawa geli.

“Sudahlah, aku tahu kau malu membahas hal ini dihadapan mereka!” ucap Hongbin yang kemudian mengajak Wonshik ke  kantin untuk sarapan.

`Malam itu...memangnya apa yang ku katakan?`

Taekwoon kemudian mendekati Rae In tanpa kata-kata, ia hanya merespon Jung Ema seorang. “Nanti mau makan apa pulang sekolah? Aku ingin memasakkanmu makanan dirumahku.”

“HEH???” respon yang di berikan Jung Ema membuat Rae In mengusap wajahnya pelan. “Oh...jadi kau mengundangku ke rumahmu? Benarkah? Ah, aku tidak ingin merepotkanmu.”

Taekwoon menggeleng, “Daripada harus makan di luar terus, lebih baik aku membuat sesuatu yang enak untuk kita makan.”

Rae In tersenyum dari balik punggung Taekwoon dan mengangguk-angguk ke arah Jung Ema.

“Benarkah...baiklah...makanan apa saja asal enak aku suka ...”

“Oke, sampai bertemu pulang sekolah nanti ya Jung Ema.” Ucap Taekwoon sambil tersenyum ke arah gadis itu.

Sedangkan Rae In yang melihat situasi ini mendadak menjadi senang dan girang.

***

Siang hari di saat pelajaran tengah berlangsung.....Wonshik dan Hongbin tertawa kecil karena pembingbing pengajar mereka tertidur di dalam kelas, dan ketika Wonshik ingin mengajak Rae In untuk mengerjai pembimbing pengajar, ia melihat gadis itu tertidur beralaskan jaket yang ia lipat di atas meja.

“Eh, ketiduran...lucu ya...?” ucap Wonshik kepada Hongbin. “Baru kali ini aku melihatnya tidur di kelas. Iya kan? Eh, apa yang kau bicarakan dengannya pagi tadi? Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”

Hongbin mengamati gadis itu, begitu juga Taekwoon yang ternyata melihat Hongbin sedang mengamati temannya tersebut dari sebuah cermin yang ia pegang. Wajahnya begitu tampak pucat, tidurnya begitu pulas dan sepertinya ia sedang memimpikan sesuatu. Gerakan bola matanya cepat.

“Ya~, jawab pertanyaanku!”

“Hhh~ intinya, ia ingin menjadi nakal seperti kita. Aku memberikan tantangan, dia menyanggupinya. Tapi aku tidak percaya, aku minta sebuah jaminan. Dia mengatakan akan menjadi kekasihku jika ia bisa menyelesaikan semua tantangan yang aku berikan. Tapi dia mengatakan jika aku hanya menyukai gadis yang cantik saja...”

Wonshik mengangguk mengerti, “Kau memang menyukai gadis cantik kan?”

Hongbin mengiyakan, “Iya itu benar. Tapi bagiku, dia juga cantik.”

“Menurutku, dia biasa saja.” Ucapan Wonshik membuat Hongbin menatapnya tajam, “Why..why? Aku suka gadis yang seksi seperti Hyuna dari kelas tari.”

**


“Rae In-a~ bangun!” suara itu mengusik ketenangannya, “Hei bangun...sekolah sudah usai!”

Rae In perlahan membuka matanya, dia perlahan mulai sadar dan menemukan Taekwoon dan Jung Ema di hadapannya. “Egh? Dari kapan aku ketiduran?”

“Jam 9. Cepatlah sadar, aku ingin bertanya sesuatu.” Ucap Taekwoon. Ia menunggu Rae In, dan kemudian bertanya sesuatu. “Aku tidak mau tahu apa yang terjadi antara kau dan mereka...tapi aku tidak ingin melihatmu melanggar aturan sekolah lebih banyak lagi. Aku merasa percuma selama ini membantumu mengerjakan majalah sekolah jika pimpinan redaksinya seperti ini.”

“.....Ini misiku, kau tidak akan mau mengerti dan tidak akan mau peduli. Kau akan mengatakan aku gila jika aku menceritakannya, jadi selama ini aku memang tidak menceritakannya pada siapa pun. Bahkan Jung Ema pun tidak mengetahuinya.”

“Misi? Apa ada hubungannya dengan Hongbin tadi pagi?” tanya Jung Ema mengingat sesuatu.

Rae In mengangguk, “Yap! Kurang 1 misi lagi. Akan ku selesaikan besok, terima kasih sudah membangunkanku.”

“Aku rindu Park Rae In yang dulu.” Ujar Taekwoon sesaat sebelum Rae In meninggalkan kelas.

Dengan senyuman sumringah, Rae In menjawabnya, “Tunggu beberapa hari lagi, dia akan kembali.”

*****

`Misi terakhir untuk di jalankan adalah hari ini! Penentuan! Semangat Park Rae In!`

Sejak semalam, Rae In sengaja tidak makan karena ia ingin memuluskan tantangan yang terakhir. Semoga hal ini tidak membuat Hongbin kecewa terhadapnya.

‘KRIIINGGG’

Bel di pagi hari sudah berbunyi dan Rae In berjalan santai ke arah kantin sekolah, satu menit, dua menit..., “Astaga, pelajaran pertama kan pelajaran seni olah vokal! Aku tidak boleh melewatkannya!” dengan terburu-buru Rae In kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran favoritnya.

Namun di tengah-tengah murid yang sedang bernyanyi untuk persiapan acara HUT sekolah, ia merasa perutnya sakit dan ia menyadari tangannya bergetar memegang kertas lirik yang di bagikan, ia menghentikan aktivitas bernyanyinya dan mundur perlahan ke belakang.

“Heh, sedang apa kau?” bisik Wonshik. “Tempatmu di depan sana!”

“Kau...kenapa ada di sini? Biasanya kau kan tidak pernah ikut pelajaran ini?” sambil berpura-pura sehat, ia mengobrol santai dengan Wonshik.

“Kau tidak tahu ya, ini kan pelajaran kesukaan si kacang! Aku jadi ikut suka...tadi aku melihatmu mau ke kantin sekolah, kenapa kembali ke kelas?”

Konsentrasi Rae In bercabang, ia harus nampak sehat di hadapan Wonshik, padahal ia menahan sakit lambung ya begitu menyiksa. Biasanya ia tidak pernah sampai seperti ini, ini kedua kalinya terjadi di sekolah. Dengan yang sebelumnya saat ia di temukan terkapar oleh Hongbin dan Wonshik di toilet perempuan.

“Kau kenapa? Sepertinya gelisah sekali?” tanya Hongbin kemudian yang pindah dari posisinya. “Jadi, hari ini tantangan terakhir kan? Bagaimana, kau masih sanggup?”

“Jika aku gagal, bagaimana jadinya?” tanyanya kembali.

Hongbin melipat kertas liriknya, “Tentu saja kau harus mengulangnya dari awal!”

“Gila~! Kau sudah gila Hongbin!”

Wonshik mengamati dua orang itu, sepertinya di antara mereka ada atmosfer yang berbeda. “Pssttt!”

Rae In gelisah, ia terus saja mengamati jam tangannya. Kelas ini usai satu jam lagi, sedangkan ia sepertinya sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya. “Hongbin-a...jika tantangan terakhirnya aku ganti dengan pura-pura sakit...apa aku tetap....bisa lulus?”

Hongbin menatapnya, “Pura-pura sakit ya? Hmm....hm....tapi kau harus terlihat benar-benar seperti orang sakit,  baru kau akan lulus!”

“Benarkah? Kau serius? Tidak bercanda lagi? Karena aku akan segera memulai aktingku....”

“Buatlah seisi kelas ini heboh! Itu tantangan terakhirku!!”

Rae In mengambil nafas dalam-dalam, kemudian ia melepasnya dan itu membuat Wonshik terkejut karena Rae In sudah tidak sadarkan diri dengan badannya membentur sebuah meja dan Hongbin melihat apa yang di lakukan oleh Rae In adalah sempurna.

“Rae In!” Taekwoon memanggilnya kemudian membangunkannya, menepuk-nepuk pipinya, “Ia berkeringat dingin, tolong aku, bawa dia ke ruang kesehatan!” ucap Taekwoon dengan dibantu beberapa teman.

“Hey....aku rasa itu bukan pura-pura....” bisik Wonshik kepada Hongbin. “Apakah kau berfikir dia baik-baik saja? Aku jadi sedikit khawatir...”

“Ah! Dia itu memang ahli berpura-pura! Kau tertipu olehnya!”

Wonshik tetap menyimpan kecurigaan, “Ada baiknya kita menyusulnya, ayo!”

***

Rae In berakhir di ruang inap rumah sakit. Dengan infus yang tersambung di lengannya.

“Aku hebat kan....aku sudah pasti lolos kan...?” tanyanya kepada Hongbin yang menjenguknya seorang diri, menjelang tengah malam.

“Baboya! Bukan ini yang kumaksud! Jika sudah seperti ini, aku jadi merasa sungguh bersalah! Kau mau membunuhku dengan cara seperti ini?” Hongbin melemparkan sebuket bunga kepada Rae In. “Kau tidak lulus!”

“Mwo? YA~~! Aku sudah terkapar seperti ini, dan kau mengatakan jika aku tidak lulus! Kau gila Lee Hongbin!”

Hongbin membekap mulut gadis itu, “Ini rumah sakit, bukan sekolahan! Jangan berisik!”

“Kau gila, aku sudah seperti ini, kenapa aku tidak lulus!” bisiknya kemudian, “Aku tidak mau tahu, kau harus meluluskan aku!!”

Hongbin menepuk pipinya sndiri, “Kau membohongiku, kau tidak melakukan akting...kau pikir penyakitmu itu mainan?! Tapi kan kau katakan padaku sebuah akting! Bukan seperti ini yang ku maksud!”

“Tadi pagi aku sudah niat untuk membolos pelajaran jam pertama, tapi begitu aku ingat kalau jam pertama itu pelajaran olah vokal, aku langsung kembali ke kelas...padahal dari kemarin sore aku tidak makan apa-apa...maafkan aku...”

Hongbin menghela nafas, “Tidak begitu caranya...kenapa kau bodoh sekali Rae In..kalau sudah begini, kau kan jadi tidak bisa masuk sekolah lagi...”

“Kau peduli? Bukankah ada atau tidaknya kehadiranku,...itu tidak berpengaruh terhadapmu?”

Hongbin kembali meraih buket bunga yang ia lempar tadi dan menatanya ke dalam vas bunga. “Oh, apa yang kau katakan malam itu? Aku tidak mendengarnya...”

Rae In tampak mengingatnya, “Ah...itu....sudahlah itu bukan hal yang penting.” Rae In menatap mata bulat Hongbin, “Baiklah...baiklah, akan ku beri tahu...kemarilah, mendekat padaku...” Rae In menarik lengan Hongbin dan membisikkan sesuatu.

~Aku mau menjadi kekasihmu...~

Sebenarnya Hongbin tidak terkejut lagi dengan pernyataan itu, namun tentu saja ia berfikir gadis ini begitu agresif. “Seharusnya...kalimat itu aku yang mengucapkannya padamu.”

“Kalau begitu, katakan padaku sekarang!”

Hongbin mengelus rambutnya dan merapikannya, pandangannya tidak fokus...bibirnya tampak terkatup-katup. “Karena kau sudah mengatakannya...maka sepertinya aku harus memberikan penjelasan...hmm...”

“Aku sudah tahu....pasti kau akan mengatakan, `aku menyukaimu sebagai teman saja..tidak lebih..` ya kan? Aku sudah menebaknya...!”

Hongbin menatap gadis yang murung itu, “Kalau begitu...berikan aku satu kali saja.”

“Nah ini! Aku tidak mengerti apa maksudmu..kau juga mengatakan hal serupa malam itu kan!?”

Hongbin tertunduk malu, “Sudahlah, aku pulang saja!”

“Tunggu dulu!” rajuk Rae In, “Selesaikan apa yang kau mulai! Jangan meninggalkan rasa penasaran kepadaku!”

Hongbin menatap gadis itu dengan tawa, “Bagaimana ya menjelaskannya....agak susah...”

“Ya sudah kalau susah di jelaskan dengan kata-kata, kau bisa jelaskan dengan bahasa isyarat kan!?”

Hongbin menatap gadis itu, “Jjinjayo? Are you serious?”

Pemuda itu dengan cepatnya mengecup dalam bibir Rae In beberapa saat kemudian tersenyum dan tertunduk. Ia melihat ekspresi Rae In yang terbelalak tidak percaya.

Hongbin kemudian membisikkan sesuatu, “Don’t tell anyone ‘bout this our secret night..”

*****

“Jadi, itu permainan yang mereka mainkan?” tanya Taekwoon memastikan kepada Jung Ema. “Cukup bisa di terima...”

“Maaf ya, selama ini aku menyampaikan setengah-setengah....aku takut kau akan salah paham jika aku ceritakan langsung...aku juga baru tahu belakangan...”

“Lalu, setelah ini apa? Padahal aku sudah mulai menikmati permainan yang mereka lakukan. Itu semacam hiburan.”

Jung Ema meremas-remas tangannya sendiri, “Haha, aku bahkan mengira kau akan benar-benar jengkel dengan mereka...terkesan seperti anak kecil memang, berlebihan juga menurutku...”

“Aku tahu, reaksimu terkadang juga berlebihan...”

“Hah?” Jung Ema mulai merapatkan mantelnya, mereka sedang duduk santai di taman menikmati salju yang turun.

Taekwoon tersenyum namun menyembunyikannya dari Jung Ema. “Kalau aku bilang, aku mulai menyukaimu....apakah kau percaya? Ah, ini, aku membelinya untukmu.” Taekwoon menyodorkan sebuah kotak kecil berpita pink.

Jung Ema membukanya dan ia terkejut, “OMO! Kau membeli ini untukku? Dalam rangka apa?” Gadis itu menerima sepasang anting cantik bermatakan mutiara putih. “Ini pasti mahal kan?”

Taekwoon menggeleng, “Kau pantas memakainya. Aku melihatmu begitu khawatir saat itu, saat kau menghilangkan sebelah antingmu..ingat kan?”

`Taekwoon-a....padahal itu kan hanya pura-pura saja....` “Gomapda Taekwoonie~ ini cantik sekali...” Tidak terasa sebutir airmata menetes dari mata Jung Ema.

“Tidakkah kau tahu,......,,” Taekwoon menggantung kalimatnya kemudian memeluk Jung Ema dan menyandarkan dagunya di pundak gadis itu, “Kau sama cantiknya dengan mutiara itu..” ujarnya kemudian tersenyum.

**********************
She’s Dangerous.
-END-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar