Minggu, 29 Mei 2011

FF [request by dinar] -5-

Dua lelaki itu terlibat baku hantam, bergantian dan tidak mau berhenti sampai akhirnya salah satu tersungkur.
“Seol Hyo...?”
Jari-jari dingin itu menutup mulutnya yang menganga melihat aksiden tersebut. Ia tidak tahu haru bertindak dan  membela siapa.
“Apa yang kalian lakukan..??!!!!!” Seol Hyo marah, dia bertanya sekaligus dengan nada yang membentak agar keduanya berhenti melakukan hal bodoh itu.
Seung Hyun yang tersungkur, sesungguhnya ia ingin melakukan hal ini sejak pertama kali tahu Seol Hyo menyukai Tae Yang. Menurutnya, Seol Hyo hanya pantas bersanding dengan dirinya.
“Jangan bertindak seperti anak kecil! Aku tidak akan bersimpati pada kalian berdua! Jika seperti itu mau kalian, lebih baik tinggalkan aku sendiri!”
Suasana menghening sejenak, empat mata itu memandang Seol Hyo – sama-sama tidak mau kehilangan gadis lugu dan polos itu.
Seol Hyo meninggalkan mereka, berjalan kembali dari arah kedatangannya. Tae Yang mengejarnya namun Seol Hyo rupanya benar-benar marah dengan sifat kekanak-kanakan mereka.
*
Di lokasi lain Ji Yong dan Rae In kebingungan mencari Seol Hyo karena Seol Hyo pergi dengan Dae Sung tanpa pamit terlebih dahulu.
Ji Yong mendapatkan pesan singkat dari Seung Hyun mengenai kejadian barusan, karena tidak ingin hubungannya dengan Rae In hancur maka ia mengabaikan Seung Hyun dan esok ia berencana membuat semuanya lebih baik.
*
Seol Hyo sudah ada dirumah semenjak pukul 11 malam setelah ia marah kepada dua lelaki itu. Ini sudah lima hari semenjak kejadian itu, dan Seol Hyo masih belum mau bicara dengan mereka padahal Seung Ri dan Ji Yong sudah mengusahakannya.
Semua keputusan ada ditangan Seol Hyo.
Sepertinya hari ini Seol Hyo harus membolos lagi gara-gara Seung Hyun terus memberinya bunga di dua hari terakhir ini. Bagaimana bisa, karena Seung Hyun mengirim toko bunga itu berjualan didepan rumah Seol Hyo dan menghalangi jalan.
“Maafkan aku Seol Hyo-ah.” Ucap Seung Hyun yang nekat melakukan hal itu. Bahkan hanya dia yang berani muncul di hadapan Seol Hyo, padahal Seol Hyo mengharapkan Tae Yang yang melakukan ini semua.
Seol Hyo mengabaikannya dan memindahkan beberapa pot agar ia bisa berjalan menuju sekolah. Seung Hyun menguntitnya, ia tidak peduli bahkan sampai rela menunggu sampai sore disekolah.
Hal ini sudah hampir satu minggu terjadi dan bersamaan dengan itu tidak ada kabar dari Tae Yang yang  masih menjadi kekasihnya itu. Merasa khawatir, Seol Hyo mengunjungi rumah Tae Yang.
Sepi, namun ada tanda kehidupan.
“Oppa? Boleh aku masuk?” tanya Seol Hyo yang sudah melupakan kejadian bodoh malam itu. Beberapa meter dari rumah itu Seung Hyun mengawasi.
“Hm..” hanya terdengar suara pelan itu.
Tae Yang demam, sudah tiga hari dan dia sendirian dirumah sebesar itu.
*
“Kenapa tidak memberitahuku Oppa?” isak Seol Hyo yang mendramatisir keadaan.
Tae Yang tertawa senang, “aku kan hanya sakit biasa...aku masih bisa hidup kok untuk memukul mantanmu itu.” Candanya.
Seol Hyo memukul keras lengan Tae Yang. “Bukan itu yang jadi masalah! Aku tidak mau Oppa sakit karena aku! Atau aku tidak mau aku menjadi tidak peduli kepadamu! Oppa pikir aku masih mau dengan Seung Hyun itu?”
“Bukannya memang sedang bingung ya sekarang? Sepertinya dia memperjuangkanmu sekali?”
“Sudahlah Oppa jangan bahas dia!”
“Tapi jika memang dia beranggapan kamu pantas untuk diperjuangkan, aku setuju.”
Seol Hyo memeras handuk basah dan meletakkannya di dahi Tae Yang, “jika aku memang pantas untuk diperjuangkan, maka aku ingin Oppa yang memperjuangkan aku sampai menang.”
Seol Hyo beres-beres dan ingin pulang namun Tae Yang menariknya dan memeluknya.
“Apa kamu berfikir aku pantas untukmu? Aku ini tidak semenarik dia bagaimana bisa kamu menyukai dan menerima aku menjadi pacarmu? Aku ini payah, bahkan aku takut untuk mendekatimu terlebih dahulu.”
“......jangan tanyakan kenapa aku menyukai Oppa, aku tidak akan pernah bisa menjawabnya. Silakan katakan semua tentangmu ; payah, bodoh, atau apa saja. Tapi bagiku itu adalah bagian dari Oppa yang aku sukai, aku menyukai semua tentang Tae Yang Oppa.”
Seol Hyo melepaskan pelukan itu karena dia harus pulang, rumahnya kosong.
Tapi, Tae Yang menariknya sekali lagi.
“Kalau begitu, peluk aku....3 menit saja.”
Seol Hyo tidak mungkin bisa menolaknya.
*
“Sebaiknya mundur sebelum sepenuhnya hatimu hancur.”
Dengan tatapan tajam ia hanya bisa bersinis ria dengan rumah Tae Yang.
“Aku sudah bilang tidak akan menyerah begitu saja kali ini.”
“Jangan memaksakan dirimu, hatimu hancur jangan buat orang yang kamu sayangi ikut merasakan hancurnya. Lebih indah jika melihat dia bahagia. Meskipun itu menyakitkan.” Ji Yong hanya menghampiri Seung Hyun dan mengatakan itu.
Lebih indah melihatnya bahagia dari pada harus melihatnya ikut hancur bersamamu...
Perkataan Ji Yong terngiang di benak Seung Hyun, kini dia yang bimbang dan ragu harus mengikutinya atau justru menentang arus.

to be continue . . .