Minggu, 15 Mei 2011

I K H L A S

Terkadang permata buruk
Itulah nilai seni yang mahal
Dia ada di antara keindahan
Namun keberadaannya misterius

Sama seperti persahabatan
Segenap keikhlasan tumpah ruah
Membersihkan kubangan lumpur
Menggantinya dengan genangan hujan

Dari hati, semuanya transparan
Keterbukaan dan pengertian
Hilangkan keegoisan dan iri hati
Lebur menjadi satu ; IKHLAS


*backsound brothers and me by Rain & JYP
03:15 wita, May 11 2011
 ( to @RenyWahyuSari )

Aku Pelampiasan

Tidak ada yang bisa ditorehkan
Selain sisa kekesalan dihati
Tanpa atau ada kamu
Terasa sama ; hambar terkadang manis

Datang dan pergi sesuka hati
Menyenangkan kemudian mengesalkan
Ya, selalu seperti itu bentuknya
Dan ketika pergi seperti asap

Sesak bergumul di dada sempit
Bilik jantung penuh sisamu
Tidak sisakan nafas buatku
Aku : hanya sebuah pelampiasan

Comeback (?)

"Itu", lagi . . . 
Terbang jauh lewati dimensi
Menembus batas tertentu
Menabrak keputusasaan yang tercipta

Harapan bawah sadar
Membawa "itu" lebih jauh
Dengan doa dan angan
Mencari dia yang di impikan

Kau muncul lagi
"Itu" kah kau? Tampil dalam pembaharuan
Menggantikan dia yang menyiakanku
Lalu kau hadir kembali 'tuk menghiburku

Haruskah. . .
Ku meraihmu lagi?
Pergi dan datang, kembali
Kali ini aku tak menerima ucapan `kecewa` lagi

Cukup sekali.

FF tengah malam -2-


Jenny kembali ke tengah kerumunan, dia hanya berdiri ditengah-tengah dan tidak berani mendongakkan wajahnya.
"Aku khawatir Seung Ri-ah akan khawatir kepadaku..." fikirnya.
Sedangkan Seung Hyun malah mencarinya keluar ruangan dan tidak sengaja bertemu dengan Young Bae, teman lamanya.
"Eh? Sedang apa kamu disini? Sudah lama tidak melihatmu.”
Young Bae terlihat asing dengan wajah Seung Hyun yang berponi kuda itu. "Siapa ya? Apa kita pernah kenal?"
"Astaga! Apakah kamu melupakanku?" Seung Hyun mulai melompat seperti sedang kalah bermain game.
Young Bae melipat tangannya dan mencoba mengingatnya lagi, "TOP?"
 "YA BENAR!!!" teriak Seung Hyun kegirangan menarik perhatian dan sekali lagi sekeliling menatap Young Bae aneh.
*
Jenny duduk disamping Seung Ri dengan gugup, matanya masih merah akibat menahan air mata yang hendak tumpah itu.
"Hei Jenny-ah, kenapa? Seharusnya kamu girang bertemu denganku. Aku sudah menepati janjiku. Atau kamu masih marah padaku tentang mainan robot itu?”
Jenny menggeleng, "bukan. Aku bahkan tidak pernah ingat dengan insiden itu."
"Lalu? Adakah seseorang yang membuatmu seperti ini? Siapa dia, akan ku hajar untukmu!" katanya bersemangat.
"Tidak Seung Ri-ah, aku baik-baik saja." ucapnya datar.
"Hmm....," Seung Ri tidak percaya dengan ucapan gadis ini.
Namun sebelum sempat Seung Ri melanjutkan kalimatnya, Jenny keburu menyelanya, "mana pacarmu?" Jenny melihat sekeliling.
"A..apa? Ah! Candaanmu tidak lucu.."
"Ha? Apa maksudmu?" dengan tatapan polos Jenny bertanya.
Seung Ri menggaruk kepala, "tidak aku belum punya sampai saat ini, kamu kan tahu aku ini super sibuk." kilahnya.
Jenny memukul lengan Seung Ri dengan cukup keras sampai ia mengaduh, "sudah kubilang kan kamu itu harus punya seseorang yang peduli padamu!"

Jenny memarahi Seung Ri seperti adiknya sendiri.
Seung Ri tampak seperti orang bodoh, kemudian Seung Hyun menghampiri mereka. Seung Ri buru-buru berdiri dan memberi salam, kemudian mempersilahkan Hyung-nya duduk dikursinya, "silakan TOP Hyung, apa kabar lama tidak jumpa."
Seung Hyun hanya mengangguk dan mengabaikannya. "Hei tadi kamu kemana saja? Aku bertemu Young Bae, teman lamaku diluar. Bahkan kami sempat mengobrol."
Jenny terbelalak, "Apa? Siapa?"
"Kamu kenapa?" tanya Seung Hyun bingung.
"Hei..." belum sempat Seung Ri melanjutkan kalimatnya, Jenny sudah melotot dengan isyarat agar dirinya tetap diam saja dan dengarkan mereka berbincang.
"Ah...ya, hmm tadi aku bertemu dengan teman lamaku, Yong Bae-ah. Dia dulu kawan semasa sekolah dasar."
"Iya!"
Jenny tiba-tiba mengiyakannya tanpa sebab. "Maksudku, kalian beruntung sekali bisa bertemu di kesempatan seperti ini.
 ~ drtttt drrtttt . Ponsel Jenny bergetar, kekasihnya mengirimi sebuah MMS.
Setelah membuka MMS itu Jenny melunjak kegirangan dan mohon permisi serta mengajak Seung Ri pergi saat itu juga.
*
"Aku jamin dengan begini Jenny pasti akan menemuiku saat ini juga."
Ji Yong mengirim gambarnya yang sedang berfoto dengan tanaman bunga mawar pelangi. Dia tahu Jenny sangat menginginkannya.
Tidak lama kemudian mereka berdua tiba di tempat pembibitan tanaman langka, tepatnya terletak disebuah jalan berkelok dan ditikungan yang cukup lebar.
"Ini dimana? Aku tidak pernah ke sini sebelumnya, hey aku belum memberitahu dia kalau aku sudah pulang. Lagi pula aku tidak ingin mengganggu kalian, bolehkah aku menyingkir dari ini?" pinta Seung Ri.
"Serius? Kamu tidak ingin bersama kami?" tampak sedikit kekecewaan di wajah berseri Jenny.
Seung Ri memutar matanya, "lagi pula aku harus bertemu familiy yang lainnya."

"Okelah jika memang itu harus, hati-hati ya Seung Ri-ah." Jenny mulai melangkah menjauh, Seung Ri hanya bisa menartap punggung gadis itu. "Eh iya, hampir saja aku lupa.."
"Hmm apa?"
"Aku senang kamu menepati janjimu sebelum masa perjanjian kita berakhir."
Seung Ri hanya membalas dengan senyuman, senyuman yang kurang tulus namun ia pintar menutupinya.
Jenny kembali di langkahnya yang tertunda, Seung Ri berlalu dengan mobil Lambhorgini-nya.
"Seandainya aku lebih cepat 1 langkah dibanding Ji Yong hyung..." keluh Seung Ri ketika mulai menjalankan mobilnya.
Jenny membuka pintu tempat itu, lonceng yang terpasang di ujung atas pintu berbunyi, seharusnya ada yang menjemputnya, namun sepi. "Lho? Benar ini kan tempatnya kan?" Jenny melihat MMS itu sekali lagi, mencocokkan lokasinya dan ia tidak salah ini memang tempatnya.
*
Sementara itu Seung Hyun merasa Jenny aneh sekali hari ini. Terutama ketika mengingat ekspresi Jenny ketika kembali ke kerumunan itu dan hanya diam mematung sambil menunduk. Ia tergerak ingin mencari tahu ada apa sebenarnya.
`MAAFKAN YA OPPA, HARI INI SUDAH MEMBUATMU REPOT AKU JADI TIDAK ENAK. LAIN WAKTU AKAN KU BAWAKAN MAKANAN RUMAH UNTUKMU. ~ jenny
Pesan itu Jenny kirimkan ketika sesaat sebelum Ji Yong mengejutkannya dari balik pintu belakang.
"Jenny, ku balas tidak ya pesan ini? Sepertinya tadi setelah menerima sebuah pesan ia nampak amat terburu-buru....sepertinya dia sedang kencan dengan anak brandalan itu. Benar saja, Ji Yong sedang berdua bersama Jenny di gubuk pembibitan tanaman langka milik orang tuanya itu.
*
Di sana sepi, mobil yang lewat pun bisa dihitung menggunakan jari.
"...mana tanaman yang kamu kirimkan dalam MMS tadi? Bukankah kamu ingin memberikannya padaku?" tanya Jenny.
"Rasanya aku ga bilang mau kasi ke kamu deh..." Ji Yong meliriknya, hanya ingin tahu bagaimana ekpresinya.
            "Benarkah?" Jenny memeriksa MMS itu lagi, tidak ada pesan tertera disana. "Ah, iya...aku kira ini mau diberikan padaku." ucapnya sambil menghela napas panjang.
Ji Yong memeluknya dan meletakkan dagunya di bahu kanan Jenny, "jika aku beri mawar pelangi ini, apakah kamu benar-benar akan merawat dan menjaganya?"
            "Tentu saja, itu tidak perlu ditanyakan lagi! Tapi mawar ini sungguh sangat istimewa, aku jadi ragu apa bisa benar-benar merawatnya. Biasanya yang seperti akan mudah sekali berumur pendek."
"Sungguh?" Jenny memandang wajah Ji Yong yang masih bersandar dibahunya itu, "benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?"
"Aku tidak tahu, sungguh."
"...lalu bunga ini, bukan kamu yang merawatnya selama ini?"
"Aku hanya menyiramnya secara berkala sih, awalnya Ibuku yang merawatnya. Begitu ia tahu jika kamu menginginkan ini dia memberikannya padaku."
"Be..benarkah?"
Ji Yong mengangguk pasti, "katanya wajahmu seperti kuncupnya. Kecil namun misterius, setelah mekar akan sangat spesial." ya kalimat di baris yang terakhir karangan Ji Yong sendiri, bukan dari kata Ibunya.
Jenny memutar matanya, "benarkah? Sepertinya itu hanya gombalanmu saja sayang!" Jenny mencubit manis hidung Ji Yong.
Sore itu mereka lalui dengan bercanda dan juga mengobrol sampai semalaman dan ketika Ji Yong mengantarkan Jenny pulang dengan motor sportnya, ternyata Ji Yong memberikan mawar itu kepada gadis yang sudah mengubah hidupnya ini.
"Jadi kamu serius mempercayakan ini padaku? Tapi jika aku tidak berhasil bagaimana?" ada setitik kekhawatiran dihatinya mengenai mawar pelangi itu.
 Ji Yong melepas helmnya, "aku percaya padamu. Aku tahu kamu bisa, jika suatu saat kuncup ini tidak berwarna pelangi lagi artinya salah satu dari kita......" Jenny menyela kalimat itu.
"Tidak! Aku tidak mau melihat kuncup ini berwarna selain pelangi!" Jenny mengembalikan pot itu kepada Ji Yong."
 Ji Yong mendengus kesal, "Nona, kalau ini berwarna pelangi ya ngga mungkin dong kuncup yang lain nanti bisa berubah warna! Berapa sih nilai biologimu?"
"Kamu mempermainkan aku? Hah, untung saja yang mau denganmu hanya aku. Coba saja jika Oppa jatuh ke tangan gadis lain pasti Oppa akan di campakkan berkali-kali."
"Hmm, tidak biasanya kamu memanggilku seperti itu?"
 Jenny mengalungkan kedua lengannya di leher Ji Yong, "tidak suka di panggil seperti itu?"
 Ji Yong menggeleng. Tidak lupa ia menyertakan senyum mautnya, siapa pun yang melihat itu akan jatuh tak berdaya. Hal inilah yang membuat Jenny jatuh cinta.
 Jenny ikut bersenyum, Ji Yong menyentuhkan hidungnya ke hidung Jenny juga.
 "Kamu berjanji tidak akan meninggalkan aku demi apa pun?"
Ji Yong mengangguk pasti.
"Aku,...percaya kamu." ucap Ji Yong kepada Jenny, suasana berubah menjadi romantis. Aroma hujan mulai tercium kuat.
Jenny melihat ke atas, malam yang mendung batinnya dalam hati. "Sepertinya sebentar lagi akan hujan."
"Aku tahu."
"Tinggalah sebentar, mau kan sayang?" tanya Jenny menarik jauh wajahnya dari hadapan Ji Yong.
Ji Yong tampak berfikir, ia tak mau malam ini terjadi yang tidak-tidak antara dirinya dengan Jenny.
"Jika aku melakukan sesuatu yang jahat terhadapmu bagaimana?"
Jenny memainkan rambutnya, dia hanya menaikkan kedua bahunya.
"Aku serius." ucap Ji Yong, namun dia bertanya sambil tersenyum nakal.
"Memangnya 'sesuatu yang jahat' itu seperti apa?" tanya Jenny sambil meninggalkan Ji Yong masuk ke dalam rumahnya. Kali ini hanya ada kakak kedua Jenny saja, Dae Sung.
Ji Yong memarkir kendaraannya dengan benar kemudian menyusul Jenny ke dalam rumah.
*
"Hey kalian, aku tidak bertanggung jawab ya jika ada sesuatu terjadi disini!" keluh Dae Sung kepada mereka berdua yang sedang asyik menonton film horror milik Yong Bae.
"Ngomong apa sih? Tidak akan terjadi apa-apa malam ini, sudahlah kamu tenang saja!" ucap Ji Yong mencoba memberi kepercayaan kepada Dae Sung yang umurnya setahun lebih muda dibanding dirinya.
"Kalau begitu pinjamkan aku motormu, baru aku tidak akan mengganggu kalian malam ini."
"Ya!!!" Jenny mulai tidak suka cara Dae Sung memeras Ji Yong dengan cara licik seperti itu.
Ji Yong melemparkan kunci motornya, "pakailah, tapi hanya untuk malam ini saja."
"Ji Yong!" Jenny merasa tidak setuju dengan tindakan ini. "Kenapa biarkan dia menyentuh motormu?"
"Sepertinya dia berisik sekali yah? Sudah biarkan saja kita menonton film ini dengan tenang saja. Yong Bae kemana?"
"Aku tidak tahu, dia jarang dirumah. Mungkin sedang nongkrong bersama teman-temannya di klub malam. Dia kan bartender senior disana?"
"Ah, aku sudah lama tidak ketempat itu semenjak mengenalmu."
***
To be continue . . .

FF tengah malam -1-



"Makan siang yang sungguh tidak enak!" maki Jenny kepada kotak nasinya yang bahkan belum disentuhnya sama sekali itu. Hanya dilihatnya dari balik tutup bekal makanan yang transparan. Hanya sekumpulan nasi putih tanpa lauk.
Sesosok lelaki berponi kuda mengamatinya dari jauh.
Jenny, bintang sekolah itu hari ini cukup bisa dikatakan sial. Bagaimana tidak? Bahkan semalam dia asyik di klub malam sampai menjelang subuh bersama Ji Yong.
Seung Hyun mendekatinya, "mau makan siang bersama?" tawarnya sambil mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.
Jenny memandang dengan sorot mata 'iya'. "Maaf merepotkanmu Oppa."
"Tidak masalah, tapi hanya sekali ini. Kebetulan aku sedang tidak ada mata kuliah."si putih, benar benar tanpa lauk. Jenny merasa sungkan, namun cacingnya dalam perutnya tidak. Akhirnya mereka pergi ke kedai kecil di sebuah perkampungan pinggiran kota. Menu ala chinese. "Pemandangan yang bagus! Apakah Oppa sering ke sini sebelumnya?"
Belum sempat Seung Hyun menjawab pertanyaan Jenny, tanpa di duga Ji Yong menarik keras lengan Jenny menjauh dan dia bermimik sungguh seperti ramen berjamur.
Terkejut, dalam keadaan seperti ini sudah tidak sempat merasakan hal itu. Ji Yong berada dimana-mana.
"Siapa dia?!" tanya Ji Yong sungguh penuh dengan amarah.
"Itu Seung Hyun Oppa, apa kamu lupa padanya?"
            Ji Yong memandang Seung Hyun dengan tatapan gagaknya, "tidak kenal! Dan...apa yang kamu lakukan disini!?"
"Aku mau makan siang dengannya, kami satu sekolah!" Jenny menaikkan nada bicaranya dan tidak mau kekasihnya berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya juga lelaki berponi kuda itu.
"Kenapa kamu tidak menghubungiku untuk menjemputmu makan siang?!" Sepertinya Ji Yong memang sedang dalam masalah dan menjadikan Jenny juga Seung Hyun sebuah pelampiasan amarah yang tidak tersampaikan.
"Aa...kamu kan tahu ponselku sedang tidak beres!" kini berbalik, Jenny yang terlihat kesal dengan Ji Yong.
"Jenny?" panggil Seung Hyun sambil menunjuk jam tangannya.
Jenny meraih lengan kiri Ji Yong, "astaga!!!!"
"Kenapa?" Ji Yong tampak menahan kalimat pelampiasan selanjutnya.
Jenny mencubit keras kedua pipi chubby Ji Yong, "kami terlambat harus ada di acara sekolah! Aku harus kembali secepatnya!"
            "Tapi...." belum sempat Ji Yong berkata-kata lagi, Jenny sudah terlebih dahulu mengecup kening kekasihnya untuk berpamitan.
Seung Hyun sedikit tercekat melihat pemandangan itu. Sesuatu yang sudah padam kembali mulai menyala ; kecemburuan
"Kenapa Oppa? Apa mau makan dulu setelah itu kembali ke sekolah?" tanya Jenny yang mendapati kedua mata elang itu menatap lolos ke arah bibirnya.
"...ah tidak! Ayolah kita sudah terlambat. Kami permisi dahulu." seraya membungkukkan badan kepada Ji Yong.
Setelah mereka pergi Ji Yong semakin masem, "cih! Tentu saja aku tidak pernah melupakan Hyung brengsek itu. Gara-gara dia aku tidak bisa masuk SMA Umipta! Ingat aku tidak akan melupakan itu Hyung!"
***
Panitia acara sudah komat kamit tidak jelas karena mereka terlambat hampir 1 jam di acara penyambutan murid yang sukses tahun ini. Siapa lagi, tentu saja seseorang dengan lambang V. V for VICTORY alias Seung Ri, teman dekat Jenny semasa sekolah menengah pertama.
"Mana, mana VI? Aku tidak sabar ingin bertemu dan memeluknya!" ucap Jenny meninggalkan Seung Hyun di tengah keramaian para penggemar VI.
"Jenny! Jenny!"
"Seung Ri-ah!! Seung Ri-ah!"
Seung Hyun tidak dapat menerobos kerumunan gadis yang bergegap gempita menengadah ke panggung dan meneriakkan VI.
Seung Ri tidak bisa melihat Jenny ditengah kerumunan seperti itu.
"Aku mendengarmu Kim Rae Jeon!" Seung Ri mengatakan itu ditengah-tengah kata sambutannya.
Seung Ri berusaha melihat satu per satu murid sekolahan yang histeris tidak karuan itu hanya untuk berusaha mencari Jenny. YAP !! Seung Ri menemukan sosok dengan rambut panjang agak bergelombang, itulah Kim Rae Jeon alias Jenny.
 "Je...."
 Sosok itu tiba-tiba hilang, padahal baru setengah detik yang lalu melambai padanya.
"Jenny?"
Seung Hyun yang sudah berhasil sampai di bibir panggung malah tidak menemukan Jenny sama sekali.
*
"Kenapa datang ke acara ini?"
Laki-laki seumuran Ji Yong datang menculiknya dan memisahkan dirinya dari kerumunan itu, "dia minta aku mengawasimu."
"Aku bukan anak kecil!" protes Jenny.
"Tolong dengarkan aku! Jika karena bukan kebaikan Ji Yong kepadaku aku tidak akan mau melakukan ini!"
            "Yong Bae Oppa!!!"
 Jenny rewel seperti anak kecil berumur 10 tahun.
"Apa sih? Malu dilihat banyak orang..."
 Jenny tampak kesal dengan kakak kandungnya itu.
            "Pssttt udah jangan merajuk seperti itu...nanti dikira aku melakukan sesuatu yang tidak-tidak."
            Mata Jenny terbasahi oleh genangan air mata. Tanpa berkata apa-apa dia kembali menemui Seung Ri yang tidak lain adalah adik kekasihnya, Kwon Ji Yong.
To be continue . . .