Jumat, 13 April 2012

The House of Doll -7- [END]



#Flashback
“Tuan Felis! Ku mohon jangan jadikan kekasihku sebagai bonekamu selanjutnya! Aku bersedia jika aku harus mati demi menggantikannya!”

Tuan Felis memandang pemuda itu dengan sinis, ia merencanakan sesuatu dari lama dan kini saatnya ia merasa bisa memanfaatkan pemuda polos ini. “Benarkah kamu akan mengorbankan apa pun demi Putri Hammington itu?”

“Bahkan di tukar dengan nyawaku pun aku sanggup!”

“Nyawamu tidak berharga! Aku mengincar gadis yang datang bersama Rosemary...aku yakin Mary tidak memiliki saudara kembar! Jadikan dia pengganti Mary, aku akan menjadikan ia bonekaku...”

Peter menyanggupi persyaratan itu dan tentu saja itu bukan satu-satunya persyaratan tunggal, “Namun aku memiliki dua syarat...”

“Apakah dengan menyanggupi dua syarat itu aku dan Mary bisa keluar dari sini?”

“Aku hanya menginginkan tubuh gadis itu dan sebuah mantra keabadian.”

“Mantra? Aku tidak pernah mengetahui soal mantra apapun, harus darimana aku memulainya?” Peter tidaklah mengetahui jika yang sedang ia hadapi saat ini bukanlah Tuan Felis yang sebenarnya.

Mary mendengar semuanya dari ruangan memasak, ia menggelengkan dan tidak percaya begitu hebat tingkat kesetiaan Peter, namun yang ia sesalkan adalah mengapa harus mengorbankan orang lain untuk kebahagiaannya? Benar, tubuh Mary masih ada di dunia Sera. Dan ia merasa harus membalas perbuatan Sera yang sudah menolongnya bertemu Peter, namun tak disangka ini yang harus di jalani Mary.

~`Aku akan di jadikan boneka? Siapa sebenarnya orang tua itu? Aku harus bagaimana? Aku tidak bisa membiarkan Sera menjadi penggantiku, namun aku juga tidak ingin berakhir disini! Aku harus minta penjelasan Peter!~`

*
Sebelum malam terlalu gelap, Mary yang meninggalkan Sera sejenak menghampiri Peter dan meminta penjelasan. Mereka cukup lama berdebat sampai larut tiba. Pada awalnya Mary sama sekali tidak setuju dengan usul Peter yang akan menukarnya dengan Sera dan sebuah rapal mantra.

“Mantra? Aku tidak akan memberitahukannya pada orang tua picik itu! Selamanya aku tidak akan memberikannya!”

“Dengarkan aku Mary!” Peter sedikit membentak, “Ini demi kehidupanmu! Aku berjanji akan menemuimu di dunia Sera! Demi kita, relakan gadis itu! Dia bukan siapa-siapa, dia bukan orang yang penting buat kita!”

“Peter! Jika tidak ada dia, kita tidak akan bertemu sekarang! Aku tidak bisa mengorbankan dia....bagaimanapun, dia adalah dewi penolongku!”

“Tolong, katakan mantra itu padaku...maka kita akan keluar dari sini, kamu kembalilah ke dunia Sera, tunggu aku, aku pasti akan menyusulmu!”

Rosemary ragu, ia bimbang. Sedangkan Peter mendesaknya agar segera memberikan kalimat mantra itu.

“Baiklah, aku akan memberitahukannya padamu. Bawa aku pergi dari sini.”
#Flashback End

*

“Aku bukan Tom! Aku hanya meminjam tubuhnya untuk mencarimu dan mendekatimu Sera....mohon maafkan aku Sera....”

~`Ameno stelus viarka.`~

“Aku tidak mengenalmu....” tiba-tiba Sera bisa bersuara, ia merasa kekuatannya pulih kembali, tentunya tidak begitu saja ia mendapatkan kembali kekuatannya.

Setelah Mary membocorkan mantra itu pada Peter, ia memberikannya pada Sera, dia tidak tahu jika mantra itu bisa membuat sang perapal menjadi memiliki tenaga yang lebih, tergantung pada siapa mantra itu di ucapkan. Mantra ini bersifat fleksibel, tergantung harapan si perapal. Pada Rosemary, mantra ini bekerja seperti oksigen yang memberikan kehidupan panjang, dan akan berlaku lain kepada Sera.

“Biarkan aku pulang.”

Makhluk yang mirip iblis itu kemudian kembali merantai tubuh Sera dan memulai mengaduk sebuah cairan kental yang kemudian ia letakkan di kaki pemuda yang ada di sebelah Sera.

“Siapa dia? Mana Tom, kembalikan dia...”

Makhluk mengerikan itu menatap nanar Sera, “Sedalam apa pun kamu meminta, ia tidak akan pernah ada lagi untukmu!”

“Apa maumu? Apakah kamu orang tua itu? Mengapa kamu menculik Tom, kenapa kamu membawaku kesini!?”

Ia melempar adonan itu menjadi berserakan di lantai, ia melepas rantai Sera lagi, dan ia pun memandangnya dalam-dalam.

“Tidakkah kamu mengingatku? Sungguh aku minta tolong kepadamu, ingat aku!” makhluk yang tubuhnya berkombinasi itu mengambil sebilah pisau dan mengiris dadanya di hadapan Sera. Bukan darah atau semacamnya yang keluar ketika itu, hanya busa-busa putih yang sama seperti Sera lihat pada lengan Tom. Makhluk itu merogohnya dengan tangannya sendiri, ia mengambil sesuatu yang rupanya tertanam di dalamnya. “Sekarang apa kamu mengingatku?” wajah makhluk itu begitu menyedihkan, penuh ego disana.

Sera menerima sesuatu dari tangan makhluk itu, sebuah liontin berbentuk telapak tangan dengan tengah yang berlubang dan berbentuk hati.

Makhluk itu menangis keras sampai terjatuh ke lantai, perlahan berubah; ekor menyerupai kuda itu lenyap, begitu juga dengan badan bantengnya yang berangsur menjadi tubuh manekin laki-laki, total berubah menjadi seperti bentuk manusia normal, namun tetap ia adalah manekin.

Sera masih memandangi liontin itu, ia seperti kembali ke 10 tahun yang lalu...

---

“Sera Agatha Moresia!!” panggil suara besar yang tidak lain adalah Papanya. “Sudah siap sayang?”

“Sudah Papa!”

Gadis cilik berusia lebih kurang 6 tahun itu adalah Sera. Anak perempuan bermata biru itu hari ini akan pergi ke sebuah taman hiburan di pinggiran kota. Mama dan Papanya begitu senang mengantarkan Sera karena hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun gadis tersebut.

Sera sungguh aktif, ia mengajak bermain ini-itu sampai orang tuanya kelelahan dan karena kelalaian kedua orang tuanya melepaskan Sera di keramaiannya seperti ini.

Sera yang bingung itu hanya bisa melihat satu persatu wajah orang yang melewatinya sampai ia berjalan ngawur dan ditemukan oleh seseorang.

“Ouh? Adik kecil, apa kamu tersesat?”

Sera hanya mengangguk dan tidak ada kepanikan sama sekali di wajahnya.

“Ayo aku bantu mencari orang tuamu.”

Sera tidak melepaskan pandangannya dari kakak cantik yang menuntunnya, sampai akhirnya Sera merengek ingin naik permainan Carrousel.

“Itu, itu!!!” rengek Sera ketus.

“Ah baiklah, sekali saja ya?”

Kakak cantik itu mengajaknya naik Carrousel dan juga memberikan sebuah hadiah untuk Sera, sepasang kalung pasangan. Ini memang tidak seharusnya digunakan oleh anak perempuan seusia Sera pada waktu itu, namun ternyata Sera menyukainya.

“Ah kamu suka kalung yang aku berikan? Lihat, kalungnya bisa dipisahkan...taraaa~”

“Akakaaakkk~!” Sera kegirangan melihat aksi si kakak cantik itu saat memisahkan kalungnya. Kemudian Sera lebih memilih liontin berbentuk telapak tangan itu dan menyimpan liontin berbentuk hati kecil itu di saku roknya.

“Jadi, kamu menyukai yang ini?”

Sera mengangguk kencang. Kemudian setelah Carrousel berhenti berputar kakak cantik itu kembali mengantarkan Sera kepada orang tuanya. Namun lagi-lagi ada sesuatu hal yang menariknya keluar jalur. Sera menarik tangan kakak cantik itu begitu kuat dan menghampiri sesuatu yang membuat kakak cantik itu tertawa lumayan keras dan menggeleng pelan.

Kakak cantik itu mengerti apa yang di inginkan Sera, ia menggendongnya dan membantu membukakan sebuah pintu rahasia tepat di dada si manekin tampan itu. Adalah sebuah manekin laki-laki dewasa dengan wajah yang tampan dan itu adalah manekin yang akan dipakai untuk pertunjukkan malam nanti, “The Heart of Doll” begitu tulisan yang tertempel di atas kepala manekin itu. Sebuah pertunjukkan Opera dengan menggunakan manekin menyerupai manusia.

“Apa kamu menyukai boneka ini gadis manis?” tanya kakak cantik itu sambil menutup kembali apa yang telah ia buka tadi.

“Aku suka dia! Bawa pulang!” Sera mengguncangkan tubuhnya kencang namun kakak cantik itu malah membawanya pergi sejauh mungkin dari manekin itu.

Sera tidak memindahkan pandangannya dari manekin tampan itu, ia berlalu dengan segenap perasaannya kepada manekin Opera itu.

---

Sera mengingat semuanya, ia mengingat benar dua liontin itu. Namun apa yang bisa ia perbuat? Apa yang ada di hadapannya sekarang adalah manekin, bukan manusia.

“Apa kamu yang selama ini memanggilku? Kenapa...kenapa kamu lakukan hal ini kepada Tom?”

“Maafkan aku Sera...” manekin itu hidup, hanya saja ia tetaplah sebuah manekin.

Sera bergidik, ia merinding karena tidak mempercayai apa yang selama ini ia harapkan menjadi sebuah kenyataan. “Kenapa...jelaskan padaku...”

“Aku memang sebuah boneka, aku sangat berterima kasih kamu telah memberikan aku jantung, itu yang membuat aku hidup...ketulusanmu akan harapan ingin membawaku pulang kerumahmu telah tertanam di hati itu...namun adalah sebuah kesalahan ketika aku mempercayai iblis untuk membukakan jalan agar bisa menemuimu...iblis banteng itu telah merubahku menjadi manekin yang menakutkan...Tuan Felis lalu menemukanku di tumpukan manekin sampah, ia membawaku dan merawatku...tapi baru saja iblis dalam diriku membantainya...”

“Lalu, bagaimana cara mengusir iblis itu?”

Belum sempat manekin itu menjawab, ia sudah berubah lagi menjadi sosok menakutkan itu.

“Berusaha untuk menghancurkanku Sera? HAHAHAHAHA~ aku yang akan menjadikanmu sebuah manekin untuk koleksiku!” iblis itu mengaduk adonan lagi dan menuangkannya di kaki Sera yang terantai itu.

~`Aku harus bagaimana? Bagaimana jika manekin itu ikut hancur bersama iblis ini?~`

Sera sepertinya pasrah, ia duduk dengan lemas sambil menggenggam erat kedua liontin itu. Iblis itu terus menuangkan adonan mirip bahan porselen ke kaki Sera sampai mencapai paha.

~`Akankah hidupku berakhir disini?~`

Sera menunduk, ia kembali mengingat semua kebaikan kakak cantik yang telah memberinya kesempatan untuk menjalani takdir yang seperti ini. Ia merasa tidak bisa berakhir disini, ia merasa tidak bisa mati sia-sia untuk semua usahanya.

Dengan penuh keyakinan ia menjalankan apa yang sedang berjalan di dalam kepalanya; mengucapkan mantra sembali menyatukan kembali kalung itu.

"Ameno stelus viarka." , ‘KLIK.’

Sera dikejutkan oleh Tom yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya kemudian segera loncat dan menghancurkan seketika porselen yang sudah mengkakukan kakinya.

Iblis itu nampak kebingungan, ia menekan erat dadanya, tepat di irisan tadi. Kemudian ia berbalik dan setengah wajahnya adalah manekin yang di harapkan muncul oleh Sera.

“Sera?!” Tom memecah konsentrasi Sera, “Cepat keluar dari sini!!” Sera yang bingung itu memilih mendekati iblis itu walaupun sangat susah untuk melangkah dengan rantai seperti itu.

“Jangan pergi!” teriak Sera namun Tom yang berhasrat untuk keluar itu keburu menariknya. “Ku mohon cari aku!!! Aku yakin kamu pasti bisa!!!!!” Sera melemparkan kalung itu dan mendarat di tanduk iblis itu. Tersamar, wajah tampan itu tersenyum walau terkesan kaku.

“Kamu harus menjelaskan semua ini!” Tom terus menarik Sera sampai akhirnya mereka berlari menelusuri gorong-gorong yang dipenuhi tikus dan air yang baunya amat menyengat.

“Dimana Mary dan Peter? Mary!!! Rosemary!!”

“Cepatlah Sera! Ini akan segera lenyap!”

---

Mereka sudah keluar dari gorong-gorong tanah itu, kemudian plasshhh~ tiba-tiba semuanya terasa ringan dan Sera merasa rantai yang membelit kakinya hilang.

“Tu...tunggu,....aku tidak kuat berdiri lagi! Apa kita sudah aman?”

Tom menoleh ke belakang, “Kita sudah kembali. Syukurlah!”

Terdengar suara klakson mobil, ya mereka sedang berada di gorong-gorong tengah kota dan mereka akan kembali dengan badan super bau.

---

Kejadian satu minggu yang lalu itu benar-benar di luar akal sehat. Sera kembali kerumah itu dengan selamat dan yang ia dapatkan hanya omelan dari Mamanya karena kembali kerumah dengan keadaan yang 1000% kotor.

Namun yang selama ini ia fikirkan ialah manekin berwajah tampan itu. Bahkan ia sudah tidak peduli lagi dengan keberadaan Mary dan Peter. Tom yang masih tidak percaya dengan hal itu, ingin menggali lebih dalam lagi namun sesuatu menghentikannya.

*

“Sudah Sera, jangan memikirkan hal yang tidak ada gunanya! Toh itu hanya sebuah manekin! Aku bisa membelikanmu banyak manekin!”

“Kamu tidak mengerti...tidak sesederhana itu Tom..”

Tom melihat sekeliling, mereka sedang mengobrol di ruang baca dirumah Sera. Ruangan dimana Sera dan Mary terjatuh kedalam tumpukan boneka mirip manusia.

“Pintu rahasia itu sudah tidak ada lagi. Pasti tidak ada, jika ada aku sudah menemukannya...”

Tom yang sudah mendengar kisahnya memang sudah berkali-kali mencari pintu rahasia itu, namun nihil. “Ayolah kita pergi, cari udara segar...” Tom mengajak Sera keluar, ia ingin temannya itu menjadi ceria kembali.

Sera mengikuti Tom yang ternyata mengajaknya ke sebuah taman hiburan. Ini menjadi sebuah peringatan tersendiri bagi Sera yang menemukan manekin tampan itu pertama kali di tempat seperti ini. Carrousel, komedi putar, gulali, dan hal-hal semacamnya benar-benar seperti waktu itu, hanya saja tidak ada kakak cantik lagi yang menuntunnya kini.

“Apa kamu mau naik Carrousel?”

Sera menggeleng, matanya sibuk mencari sesuatu.

“Atau kita beli gulali kapas saja? Biar aku yang bayar!”

Sera terusik, “Sudahlah Tom, sekeras apa pun kamu menghiburku aku tidak bisa bahagia secepat itu...”

Tom yang kehabisan akal itu akhirnya mengajak Sera duduk dan berbincang, “Hmm, baiklah aku tidak membantun sama sekali, tapi kuharap satu ini bisa mengobati kerinduanmu!”

Tom menarik kasar Sera menuju sebuah lokasi bermain. Lebih cocok dikatakan sebagai museum boneka. Entahlah mengapa taman hiburan itu membuka koleksi boneka disana.

Mulai dari boneka terkecil di dunia sampai boneka raksasa ada disana, berbagai macam jenis boneka ada disana, porselen maupun kain. Plastik atau semen juga ada, dengan serius Sera mengelilingi tempat yang cukup luas itu, besar sekali harapannya untuk menemukan manekin tampan itu.

Semakin malam, tempat itu semakin ramai dan penuh. Tom meninggalkan Sera seorang diri di sana. Entahlah, Sera sudah beberapa kali mengelilingi tempat itu sampai akhirnya pihak panitia pengurus museum itu mendatangkan lagi beberapa patung yang ukurannya lumayan besar. Betapa terkejutnya Sera melihat beberapa boneka porselen itu, Mary dan Peter, masih dengan pakaian yang sama saat terakhir kali mereka bertemu.

“Rosemary...dan Peter?”

Boneka itu menyatu di dalam kotak kaca, sungguh manis ketika Mary mengunci lengan Peter, Sera tidak akan pernah menyangkan akan bisa bertemu dengan mereka lagi walaupun dalam keadaan seperti itu.

‘SLASH..’

Tanpa sengaja Sera melihat seseorang yang berlari dari arah berlawanan dan ia memakainya, memakai liontin hati kecil. Sera mengejarnya, namun lagi-lagi Tom menariknya, mengingat hari sudah larut.

“Sudah cukup mainnya, ayo kita pulang sekarang!”

Sera yang keburu jengkel itu menepis Tom dan mengejar orang tersebut, ia mencari-mencari di antara beribu manusia yang berbaur disana. Sayangnya, yang Sera lihat hanyalah liontin itu, tanpa melihat wajah pemiliknya.

“Bagaimana jika aku salah orang? Seharusnya ia yang menemuiku...”

Dengan segala asa yang ia bawa saat ini, bagaimana pun Sera harus menemukannya.

“Sera, ayo pulang!!” Tom kembali menariknya.

“Bisa sabar sedikit tidak sih? Jika kamu mau pulang, duluan saja! Aku akan menyusul!” Sera kembali mencari orang itu, tapi masih ada ketidakyakinan di dalam hatinya. Sera takut jika itu hanya halusinasinya saja.

“Ke mana aku harus mencarimu, bahkan aku tidak tahu siapa namamu....” gumam Sera sambil terus mencari.

‘EXIT.’

Sampai akhirnya Sera menemui tulisan ini di salah satu arah. Dan ini memang satu-satunya arah yang harus ia tuju.

“Exit? Haruskah aku melangkah keluar?” kemudian Sera berbalik sejenak melihat kembali kerumunan yang bergerak padat seperti koloni semut.

Tanpa sadar ia menangis dalam kebimbangan, memilih antara meninggalkan atau ditinggalkan. Hanya sebuah manekin dari masa kecilnya, dapat mengubah seluruh hidupnya dimasa depan...

“Sera,...” Tom tetap menunggunya santai, ia mengerti benar bagaimana perasaan Sera saat ini. “Pulanglah,..” Tom menatap serius kali ini, berbicara pelan tanpa memaksanya.

---

“Seeee.....raaaaaaah ~”



T A M A T