a New Fanfiction from LIGHT (a.k.a C Dragon)
Staring : Kim SangBeom, Jang GeunSeok, Lee HongKi, and OC Park RaeIn
*a requested FF actually (?)*
HongKi’s scene
***To Be Continue***
“HongKi oppa~!” aku mendengar suara malaikat itu lagi. “HongKi oppa! Aku datang!” ia berseru lagi. Aku tidak menjawab, tapi ia pasti tahu aku ada di dalam.
Kudengar langkah kaki pelan masuk kedalam kamarku dan tak lama aku merasakan aura hangat berada tepat disebelahku. Padahal hari ini sudah masuk musim dingin, bahkan kudengar semalam sudah turun salju. Tapi aura hangatnya tetap bisa ku rasakan.
“HongKi oppa sudah makan?” ia bertanya padaku, kemudian kudengar suara dentingan di meja yang ada di sebelahku.
“Sudah..” jawabku ramah padanya.
“Sudah minum obat?” ia bertanya lagi.
Kami terdiam sebentar. Namun aku mendengar suara krasak-krusuk dari arah yang sama dengan suara gadis yang biasa datang mengunjungiku itu. Sedetik kemudian kurasakan leherku menghangat. Aku merabanya. Ia baru saja mengalungkan sebuah syal.
“Hangat?” katanya. Aku mengangguk namun tidak berhenti meraba syal tebal yang melingkar di leherku ini. “Sudah lama aku membuatnya, semalam baru bisa ku selesaikan! Tapi karena masih belajar, jadi masih belum bisa rapi!” ia menjelaskan dengan rendah hati.
“Gwaenchana.. lagi pula aku tidak bisa melihatnya.” jawabku miris. Yah. Aku memang tidak akan pernah bisa melihatnya. Aku buta.
Tiba-tiba kurasakan hangat di pipiku. Hembusan nafas. Dan beberapa helai rambut juga sedikit menggelitik bagian pipiku yang sama. Dua buah lengan baru melingkar di leherku. Dia memelukku. Gadis itu. “Oppa jangan menyerah! Kau pernah bisa melihat! Kau pasti akan bisa melihat lagi!” katanya. Ia memberiku semangat seperti biasa.
Tanpa aba-aba, tiba-tiba dingin menyentuh kulit wajahku. Air. Apakah gentengnya bocor karena hujan? Dan lagi-lagi beberapa jemari menyentuh wajahku dan menghilangkan air yang baru saja menetes entah dari mana itu. “Uljima~(jangan menangis~) oppa..” katanya. Aku menangis?
HongKi’s scene END
***
RaeIn’s scene
Aku bergegas ke kampus setelah usai mengunjungi HongKi, seorang teman yang karena suatu alasan mungkin ia tidak mampu mengingat siapapun termasuk dirinya sendiri. Meski ia bilang sangat familiar dengan suaraku, tapi ia tetap tidak bisa mengingat siapa aku.
Lee HongKi, mengalami kecelakaan 2 tahun yang lalu. Menghindari pengendara mobil yang mabuk, dan motornya jatuh ke jurang. Ia ditemukan dalam ke adaan luka parah setelah jatuh terbanting dan mendarat beberapa meter dari motornya yang sudah terbakar. Setelah bangun, ia tidak bisa mengingat apapun, dan melihat apapun.
Dan sejak dua tahun yang lalu, ia di rawat di sebuah panti rehabilitasi untuk perawatan dan membantu ingatannya kembali. Namun untuk penglihatan aku tidak tahu apakah itu bisa kembali seperti semula. Yang bisa aku lakukan hanya mensuportnya dengan datang setiap hari menghiburnya agar kondisinya tidak drop.
“RaeIn-yang!” kudengar suara yang sangat familiar di telingaku memanggilku dengan penuh percaya diri. Menggoyahkan lamunanku tentang HongKi dengan suara menyebalkannya itu. Bukannya berhenti, aku malah mempercepat langkahku kea rah kelas. Namun kudengar suara hentakan sneakernya makin lama makin mendekat dan sesaat kemudian kurasakan seseorang meraih lenganku dan membuatku berhenti. Berhenti? Tidak! Jangan panggil aku RaeIn kalau hanya dengan cara seperti ini aku langsung berhenti. Aku masih berusaha melangkahkan kaki pergi dari orang ini meski sepertinya aku tidak berpindah sedikitpun. Yang ada genggaman tangannya jadi semakin kuat.
“Ya! Lepas! Aku ada kelas nih!” teriakku setelah cukup lelah berusaha melarikan diri. Aku berusaha melepaskan lenganku dari genggamannya. Tapi dia terlalu kuat. “YA!!”
Ia tersenyum lebar, memperlihatkan eye smilenya yang kata orang menyenangkan itu. “Hai! Kau mau ke kelas? Bareng yuk!” katanya sok akrab padaku. Namun tangannya belum melepaskanku.
“Lepaskan dulu tanganku!!” protesku berteriak-teriak padanya. Dia langsung melepas genggamanku tanpa aku harus berkata-kata lagi. Ku gosok lenganku, sakit sekali. Dia ini makan apa sih? Pegangannya kuat sekali! “Sudah! Aku pergi!”
Tapi bukannya ia pergi atau melakukan yang lain, bocah ini malah mengikutiku. Ia menyamai langkahku, belagak sok akrab denganku. Aku menghentikan langkahku tiba-tiba dan berteriak kesal padanya, “Kau kenapa sih?? Berhenti mengikutiku!”
“Wae? Kita kan masuk ke kelas yang sama! Jalan kita se arah!” katanya beralasan.
Aku memutar mataku. Bocah ini.. jincha! “Ya! Sejak kapan mahasiswa fotografi ikut kelas praktek lukis???” aku berteriak padanya. “Jangan mengikutiku! Arraseo???”
Ia hanya tersenyum. Entah kenapa senyum itu benar-benar membuatku selalu ingin berteriak kesal padanya. Tapi meski aku berteriak-teriak sampai aku tuli mendengar suaraku sendiri, ia tetap keukeuh pada pendiriannya. Mengikuti sampai kelas dan ikut duduk di salah satu bangku didepan kanvas. Namun tangannya memegang sebuah kamera. Ia tidak ikut melukis, tapi memotret, yah, aku adalah objeknya. Sejak beberapa bulan yang lalu.
~FLASHBACK~
FLASH!
Sekelebat kurasa blitz kamera baru saja mengganggu pandanganku yang tengah membuat sketch di atas sketchbook yang sering aku bawa kemanapun aku pergi. Sesaat ku kerjap-kerjapkan mataku. Aku benar-benar tidak suka dengan blitz kamera, itulah kenapa aku jarang mau di foto. Aku menoleh ke segala arah, mencari dari arah mana cahaya kilat itu datang. Dan kulihat seorang anak laki-laki tengah mengarahkan lensa kameranya kearahku.
FLASH!
Sekali lagi, dan kali ini aku benar-benar melihat cahaya putih yang begitu menusuk kedalam mataku itu. Ah.. aku jadi tidak jelas melihat apapun.
“Ya! Kau ini apa-apaan sih??” aku berteriak setelah cukup merasa bahwa mataku sudah baik-baik saja.
Aku tidak bisa melihatnya begitu jelas, tapi sepertinya ia datang ke arahku dan duduk di sebelahku, kemudian memperlihatkan layar digital kamera DSLR-nya. “Mau lihat? Kau benar-benar fotogenik!” katanya, tangannya sibuk menekan-nekan tombol next dan memperlihatkan semua hasil jepretannya padaku. “Tidak berniat jadi model?”
Aku tidak menjawab. Hanya memandangnya dengan tatapan aneh. Apa-apaan sih orang ini? Datang-datang sok kenal begitu! Imut sih, tapi kalo kelakuannya seperti ini males juga rasanya kenalan! Apa dia stalkerku?
“Iya! Aku nge-stalk kamu udah lama! Kaget ya? Habisnya kau itu objek yang tidak bisa di lewatkan sih!” jawabnya. HEE?? Dia bisa membaca pikiranku?? Aku memegangi kepalaku dengan bodohnya. Maksudku berusaha menutupi pikiranku agar ia tidak bisa membacanya. Oke, aku tampak benar-benar bodoh! “Kau kenapa?” katanya dengan tatapan polos.
Aku sadar sudah bertindak sangat bodoh, dan segera menurunkan tanganku. “A..ahni..” jawabku.
Ia tersenyum lagi. “Aku Kim SangBeom by the way! Tapi panggil saja Kim Beom! Mahasiswa jurusan seni fotografi.” Katanya memperkenalkan diri. “Kau Park RaeIn kan? Mahasiswa jurusan seni rupa! Senang berkenalan denganmu!”
Dan aku hanya bisa terbengong menghadapinya. Bocah ini siapa sih sebenarnya??
~FLASHBACK END~
Dan sampai sekarang ia masih terus mengikutiku kemanapun aku pergi sebelum dia sendiri memutuskan untuk pergi karena keperluannya sendiri. Yang aku tidak habis piker, kenapa dosen membiarkannya menggangguku saat jam praktek sedang berlangsung?? Bahkan memperingatkannya untuk diam pun tidak!
***
Jam 5 sore. Akhirnya aku bisa lepas dari bocah bernama Kim Beom itu! Dengan sedikit intrik aku mempermainkannya kemudian kabur, dan kini sedang memeriksa keadaan sekitar untuk segera pulang.
Namun sebelum aku sempat melangkahkan kaki keluar dari semak-semak ini.. yah, semak-semak.. ponsel di saku jaketku berdering. Aku segera membukanya untuk mencegah bocah Kim Beom itu datang, karena entah bagaimana ia bisa tahu dering ponsel itu milikku meski aku sudah menggantinya berkali kali.
“Suk-i wae?” tanyaku segera setelah mengangkat teleponnya. “Sedang sembunyi dalam perang! Sebentar lagi aku pulang! Iya! Dah, sampai nanti!” dan segera ku tutup ponselku dan mengantonginya.
“RaeIn-yang~!” oh tidak.
Pelan aku menole ke belakang. “GYAHHH!!!” aku mendorongnya hingga dia yang tengah berjongkok di belakangku itu terjengkang dan aku segera berlari menjauhinya. AHH!! Dia benar-benar seperti setan!!
RaeIn’s scene END
***
“Hahh!! Jincha!!” RaeIn berteriak kesal setelah akhirnya ia masuk kedalam kedai milik orang tuanya yang berada di bagian depan rumah mereka.
“Selamat datang~!” seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan di kedai mereka menyambut. “RaeIn eonni sudah pulang?”
RaeIn tidak menjawab. Ia berusaha mengendalikan nafasnya yang engap-engapan karena habis berlari jauh menghindari bocah fotografer yang akhir-akhir ini sedikit membuatnya risih. “Berikan aku air!” hanya itu yang di katakannya, kemudian duduk di salah satu meja kedai.
Tak lama gadis yang sama datang dengan segelas air mineral di tangannya. “Silakan~!” katanya, kemudian ikut duduk di meja yang sama dengan RaeIn. Malam ini agak sepi, jadi dia bisa sedikit santai.
“Suk-i mana?” tanya RaeIn pada gadis di hadapannya setelah menghabiskan airnya dalam sekali minum.
“Dia ke toilet sebentar! Sudah dari tadi GeunSuk oppa menunggu eonni ~!” jawab gadis dengan celemek seragam kedai itu.
“Berapa lama?”
“Sekitar hampir satu jam!” jawab gadis pelayan itu lagi. “Memangnya eonni kemana saja? Kenapa akhir-akhir ini hobinya pulang larut sih?”
RaeIn melirik gadis itu, seperti hendak menanyakan sesuatu, namun di urungkannya. “Sudahlah~! Hanya ada sesuatu yang menyebalkan yang tidak boleh sampai kubawa ke rumah!” jawab RaeIn asal. Tapi ia benar-benar tidak mau masalah ini di bawa sampai rumah. Maksudnya, KimBeom tidak boleh sampai tahu dimana rumahnya!
“Apanya yang menyebalkan?” tiba-tiba sebuah suara familiar terdengar bersamaan dengan munculnya seorang bocah laki-laki tinggi dengan jumper abu-abu dan rambut gondrong yang diikat asal. Jang GeunSuk. Dan setelah itu gadis pelayan tadi bergegas pergi untuk membantu bos nya yang berada di dapur sambil menunggu pelanggan datang.
GeunSuk duduk di bangku yang semula di tempati gadis pelayan tadi. “Bagaimana HongKi?” katanya memulai. “Maaf aku masih belum bisa datang hari ini!” katanya lagi dengan nada maaf.
RaeIn tersenyum tipis. “Gwaenchanayo. Dia baik-baik saja! Aku harap dia bisa terus baik-baik saja sampai sembuh nanti..”
Keduanya terdiam, hanya terdengar suara helaan nafas dari RaeIn yang benar-benar merasakan apa yang HongKi rasakan. Dan GeunSuk? Ia malah mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu itu yang membuat batinnya sendiri menjadi sedikit canggung.
“Aku ingin HongKi kembali..” ujar GeunSuk tiba-tiba. Ia mengalihkan pandangannya dari meja ke arah RaeIn. “Paling tidak, aku ingin penglihatan HongKi kembali! Kita cari donor mata! Biar yang lain aku yang tanggung!” lanjutnya.
“Suk-i..”
“Hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya..” jawab GeunSuk, memotong interupsi RaeIn. Dan RaeIn hanya bisa diam dan mengiyakan apa yang GeunSuk katakan.
“Lalu bagaimana dengan pertandinganmu kemarin? Maaf aku tidak bisa datang!” tanya RaeIn kemudian, mencairkan suasana yang mulai sedikit membeku.
“Sukses!! Seperti biasanya!!” GeunSuk menjawab dengan riang dan senyum lebar. “Satu bulan lagi akan ada olimpiade tingkat propinsi! Jika aku bisa masuk 3 besar, aku akan di rekrut menjadi atlit nasional dan bertanding di asian games dan olimpiade internasional!! Impianku!”
“Jinchayo?? Ahh.. hwaiting suk-i a~! Aku akan terus mendukungmu!” RaeIn ikut senang mendengar informasi yang di katakan GeunSuk. Impian yang sejak lama di galinya. Menjadi atlit renang tingkat dunia.
***
Tomorrow
RaeIn’s scene
Sudah hampir senja, namun aku belum selesai mengerjakan pekerjaanku. Jadi mungkin aku akan datang ke tempat HongKi agak malam. Ia pasti sudah menungguku sejak tadi.
Setelah kuusahakan menyelesaikan tugas di perpustakaan kampus dengan cepat, aku segera mengemasi semua buku dan barang-barangku, memasukkannya kedalam back pack ku kemudian bergegas pergi. Hingga sebuah kilatan cahaya menyilaukan mataku dan membuatku berhenti sejenak untuk beradaptasi dengan keadaan. Aku tahu, pasti bocah menyebalkan itu baru saja muncul.
“YA!!” aku berteriak padanya setelah sedikit bisa melihatnya. Sedikit demi sedikit. Dan kulihat bocah itu menyeringai riang sambil memperlihatkan kamera yang selalu di bawanya itu.
“Sudah senja, kau masih disini?” katanya dengan senyum riang tak lepas dari wajahnya. Aku berpikir, mungkin meski aku marah padanya hingga kepalaku meledak, ia akan tetap tersenyum seperti itu.
“Itu bukan urusanmu!” jawabku seadanya dan bergegas pergi. Berusaha menganggapnya tak ada, karena aku harus segera menemui HongKi.
“Kau mau kemana?” katanya sambil mengikutiku.
“Kau tak perlu tahu!” jawabku tanpa menghentikan langkahku.
“Tapi aku mau tahu..”
“YA!!” mendadak aku berhenti, berteriak, membuatnya kaget dan hampir menabrakku. Ia mundur beberapa langkah. Tak ada senyum di wajahnya, hanya tampang kaget yang membuat wajah imut nya jadi sedikit polos. “Bisakah berhenti mengikutiku?? Ka~(pergi~)!” teriakku kesal. Dia tampan! Tapi sifat menyebalkannya ini sangat menggangguku!
“Eobseoyo (aku tidak bisa)..” jawabnya. Terlalu jujur. Dan terlalu frontal!
Aku mendengus. Bocah ini. Ku tatap matanya tajam. “Kenapa kau selalu mengikutiku? Bahkan aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya! Tiba-tiba datang dan selalu mengikutiku dengan kameramu yang menyebalkan itu.. aish~! Jincha!” aku ngamuk-ngamuk sendiri. “Neon..”
“Karena aku menyukaimu..” katanya.
“Jeongmal.. .. HEHH??” aku baru sadar setelah sepersekian detik setelah ia mengatakannya. “Hehh?” aku berharap aku salah dengar.
“Nan, Park RaeIn ga, jhohayo~!” jelasnya dengan senyum terkembang di wajahnya.
“Hehhh??” dan bersamaan dengan ini, aku melupakan HongKi. Aku tidak datang menjenguknya.
RaeIn’s scene END
***
HongKi’s Scene
“Keadaanmu bagus. Kau tidak demam. Hari ini kau makan dengan baik kan?” seorang ahjumma yang kini sedang memeriksaku terus bertanya padaku. Mengajakku bicara banyak hal. Ia terdengar menyenangkan. Apa mungkin sebenarnya ia adalah ibuku?
“Ne, ahjumma..” jawabku tenang.
“Sudah pukul tujuh malam, sebaiknya kau minum obat sekarang.” Katanya kemudian terdengar dentingan gelas. “Minumlah!” katanya. Ia menyerahkan dua buah kapsul obat dan segelas air padaku untuk diminum. Setelah aku menenggak semuanya, ku kembalikan benda-benda itu padanya. “Tetap jaga kesehatanmu! Aku akan datang lagi besok untuk mengontrol keadaanmu!” katanya sambil menepuk bahuku pelan. Dan kudengar langkah kaki pergi menjauh dariku.
“Umh.. ahjumma, jamkanmanyo(tunggu sebentar)~!” ujarku menghentikan langkahnya.
“Ya, ada apa, HongKi-ssi?” katanya.
“Apakah.. gadis itu datang?” tanyaku. Hening. Apa ia tahu yang aku maksud? “Gadis yang selalu datang setiap hari itu..”
“Ahh.. ia belum muncul. Mungkin hari ini ia sedang sibuk! Ia pasti akan mengunjungimu besok!” katanya bernada halus. Ia pasti tersenyum. Aku bisa mengenali dari cara bicaranya. “Baiklah, aku pergi dulu! Selamat malam!” katanya dan beberapa saat kemudian terdengar suara pintu tertutup.
Ia tidak datang. Gadis malaikatku itu.
Kuhela nafasku. Aku tak bergerak, tetap duduk di atas kursi rodaku. Kurasakan dingin membalut tubuhku tiba-tiba. Mungkin malam ini salju turun lagi. Atau karena penghangatku tidak datang kali ini?