Minggu, 24 Juni 2012

Puppet of Death -10-






Lyn tidak bisa mengatur nafasnya, ia tengadah dan lehernya juga robek. Darah segar keluar, boneka itu meminum seperti orang kehausan ditengah padang pasir. Tatapannya kini sejajar dengan Kevin. Ia melihat Kevin menangis.

“Kevin....” ucapnya Lyn lirih.

Lyn meraih tangan Kevin, ia merasakan pedihnya. Sungguh amat pedih, amat menyakitkan. Dan ia tidak pernah berfikir seperti ini sebelumnya; ia menyukai Kevin. Namun Kevin besikeras menemukan Sera bahkan disaat kondiri mereka seperti ini.

Lautan merah berada di sekeliling mereka. Kini iblis bertanduk itu malah sudah keluar dengan sendirinya. Ia tampak lemas karena memaksa masuk ke dalam tubuh Kevin. Ia bukanlah sebuah manekin lagi, tubuh itu hidup, berdenyut dan berdetak. Tidak seperti manekin yang terbuat dari porselen.

Boneka Pullip itu juga sudah tergolek menjadi sebuah benda mati, lama-lama tanduk iblis itu mencari menjadi sebuah lendir seperti lava gunung merapi yang panas. Sementara, Kevin terus tidak bisa menghentikan airmatanya. Dan Lyn, ia berusaha agar tetap sadar dengan meremas tangan Kevin.

“Kev.......vin......jangan mati....” desahnya.

Sebuah cahaya putih menyilaukan datang dari sebuah lorong, ia berlari membawa sebuah burung dara yang terbang rendah di samping kedua kakinya, sepasang. Kevin dan Lyn hanya bisa melihat sepasang kaki tak beralaskan sandal atau pun sepatu.

Terdengar begitu banyak kepakan sayap burung, dan benar-benar terang.

“Kevin...” ucapnya. Sepasang tangan hangat dan lembut menyentuh badan Kevin, ia membalikkan badan itu dan mengikatkan sesuatu di lehernya. “Hiduplah, kenang aku dalam indahmu. Jangan pernah cari aku...kita sudah impas.” Bisiknya lembut setelah itu mengecup kening Kevin.

Ialah Sera. Dia datang tepat pada waktunya.

Lyn hanya bisa melihat iblis itu meleleh menjadi sebuah cairan putih yang menggenangi mereka berdua. Ia membersihkan darah itu; ia telah di sucikan oleh hadirnya Sera.

Kemudian tangan halus itu merangkul kepala Lyn dan juga berbisik, “Aku percaya padamu... tolong jagalah Kevinku...”

Tidak lama setelah itu terasa sebuah benda masuk ke dalam leher Lyn. Ia merasakannya betul! Sebuah rantai yang dingin terpasang disana.

‘PLASSSHHH~’

Ia menghilang meninggalkan banyak bulu-bulu putih yang jatuh di tubuh Kevin dan Lyn. Dan Lyn menutup mata.

@.@

Kehebohan. Bahkan petugas pameran pun tidak tahu kenapa boneka-boneka itu berhamburan keluar dari kotak kaca. Penyebabnya sementara karena hendak di curi oleh pihak yang memang menginginkan barang antik itu. Pihak panitia mengutarakan pameran ini akan di tunda pembukaanya sampai keadaan benar-benar aman dan terkendali.”

“Astaga, berita ini benar-benar melebih-lebihkan!” Sabia melempar keras koran tidak berguna itu. Ia menjaga Lyn sampai benar-benar sembuh. Namun bagaimana pun ia tak kan bisa melupakan kejadian mengerikan yang terjadi pada saat itu. Ia bertekad akan segera meminta maaf kepada Kevin jika ia sadar nanti.

Chia tampak begitu lelah, ia menjaga Kevin siang malam. Begitu juga dengan Tom, ia bergantian menjaga Lyn dirumah sakit. Sudah dua bulan, dua bulan Kevin koma.

“Kak, apakah lehermu masih terasa sakit?” tanya Sabia sambil mengupaskan buah untuk Seniornya itu.

“Tidak seberapa...mungkin minggu depan aku sudah bisa pulang...apakah kamu sudah melihat Kevin hari ini?”

Sabia mengangguk, “Masih sama seperti kemarin-kemarin...ia masih tidur tenang disana. Aku kasihan melihat Kak Chia, ia sudah sering bolos kuliah demi menjaga Kevin.”

“Ia sudah bekerja keras menjaga Kevin. Oiya, apakah Chia tidak mengambil kalung yang Kevin pakai?”

Sabia menggeleng, “Aku sudah mengatakan hal itu padanya, bahkan ia tidak berani menyentuh kalung itu. Tapi aku sungguh minta maaf Kak, meninggalkan Kevin pada saat itu...aku merasa bersalah.”

Lyn hanya tersenyum, ia meraba liontin berbentuk tangan itu. Baginya, itu bukanlah hanya sebuah liontin, itu adalah sebuah mandat, sebuah pesan mulia.

@.@

Suatu hari di musim semi....

Tom kali ini mengajak Chia makan siang, terpaksa ia harus meninggalkan Kevin untuk beberapa saat.

“Tidak apa, ia akan baik-baik saja disini Chia.”

Chia sangat ingin Kevin bisa segera sadar, ia ingin Kevin kembali seperti dulu lagi.

“Baiklah, tidak lebih dari 2 jam.” Sahut Chia seraya meninggalkan Kevin seorang diri.

Begitu sunyi, senyap. Tubuh Kevin benar-benar damai. Suhu ruangannya tidak terlalu dingin untuknya. Ia tampak seperti manekin tampan, garis rahang yang sempurna dan rambut yang agak gondrong dan  tersisir rapi dengan poni kesamping kanan.

Namun bola mata itu bergerak kesana kemarin, mencari sesuatu sampai akhirnya...mata itu terkejap setelah sekian lama tak pernah terbuka.

‘TAP, TAP, TAP...’

Sebuah langkah mendekat, begitu dekat.

“Kevin???!!” panggilnya dengan sejuta ekspresi bahagia di wajahnya. Wanita berambut panjang itu langsung memeluk tubuh Kevin dengan luapan kebahagiaan selama penantian setahun lamanya.


END .