Pemandangan indah tadi berubah menyeramkan, orang-orang bergaun indah itu pun berubah menjadi seperti zombie namun mereka masih terlihat seperti manusia, hanya saja kulit putih mereka berubah menjadi biru keunguan seperti menderita luka lebam.
Sera terkejut, ia spontan menutupi mulutnya dan mundur sampai mendorong meja yang ada di belakangnya.
“Apa itu? Zombie?”
Laki-laki itu menggeleng pelan, “Bukan, mereka masih manusia namun mereka sudah tidak sehat.”
“Sakit? Mereka itu zombie!” Sera memperteguh keyakinannya dengan mengatakan jika semua orang dibawah sana adalah zombie.
“Bukan! Mereka manusia! Kota ini sekarang sedang terserang wabah mematikan. Begitu mereka saling menyentuh sama lain, akan menular.”
Sera yang masih belum mengerti dengan ini semua kin semakin di buat bingung oleh lelaki berwajah oriental ini.
“Tunggu,....kamu siapa? Aku ada dimana sekarang?”
Ia mengambil sebuah bola kaca kecil dan menimangnya dari tangan kiri ke kanan, begitu seterusnya. “Ini rumahmu. Tepatnya saat 200 tahun yang lalu.”
Sera kemudian mengerti, sepertinya ia sedang melewati dimensi ruang dan waktu. “Ini...rumah baruku? Tapi sepertinya aku tidak pernah berada diruangan ini...aku baru tiba hari ini...lalu, kamu?”
“Aku sama sepertimu, aku masuk melalui lantai kayu itu di waktu yang pertama...kita datang dari dunia yang sama.”
“Lalu? Bagaimana cara kita kembali, Mama dan Papaku pasti sedang mencariku sekarang...”
“Jangan khawatir! Mereka tidak akan khawatir sama sekali, karena pada saat kamu berada disini, disana kamu sedang tertidur.”
Sera kemudian memandang perempuan yang masih bersimpuh di depan pintu kayu, “Dia...kenapa wajahnya sama seperti aku?”.
---
‘KLONTANG, KLONTANG.’
Perlahan sepasang mata besar itu terbuka, di gosoknya dengan jemari kecil, pagi sudah menyapa. Sera tidur amat nyenyak sepertinya sampai ia ketinggalan sarapan 2 jam yang lalu.
“Nggghhh....~ jam berapa ini?” Sera meraih ponselnya, melihat jam digital di layar LCDnya. “Jam 10? Ah...kenapa aku bangun begitu siang?” Sera bangkit dari tidurnya, ia meregangkan badannya, namun “Ouch~!” Sera mengusap-usap pinggul bagian belakang, terasa sakit.
“Apa mungkin....ah tidak tidak! Itu pasti mimpi! Tapi kenapa ini sakit sekali? Seingatku aku....”
‘KLONTANG!’