Jumat, 09 November 2012

FLASHBACK [FF, oneshot]

well, ide ini dapetnya mendadak banget~ awalnya dari sebuah mimpi gw... gw beneran mimpi kalo main ke museum dan lihat di lemari kaca ada baju2 sport, tulisannya DAE HYUN gitu, gw juga lihat ada yang mirip Dae hyun di pajang.

mungkin agak sedikit 'crazy' dengan ide ini, tapi gw harap pembaca berkenan dan juga di tunggu komennya.
thanks!



Tittle : Flashback

Cast : 
Jung Dae Hyun B.A.P
Kwon Jun Ah (original character)

Theme song:
I Remember - Bang Yong Guk ft. Dae Hyun

Genre : 
Romance - Fantasy

Rated :
15+

Author :


--------------------------------------------------------------------------------------------


[Kwon Jun Ah’s POV]

#Flashback#

-MUSEUM KESEHATAN-

“Dae Hyun? Siapa Dae Hyun?” tanyaku saat ku lihat semua kaos sport yang terjajar rapi di dalam lemari kaca.

“Ah~...”

Pemandu wisataku tidak menjawab, dia hanya mengangguk lalu berlalu menghampiri pengunjung lainnya. Aku terpaku pada sesosok patung laki-laki di dalam kotak kaca dengan rambut blonde. Wajahnya sedih, kini aku yakin...dialah Dae Hyun.

“Ini hanya patung lilin!” seru pemandu wisata kepadaku, aku tersentak. Sungguh, ini mendekati sempurna. Lekuk wajahnya, hidungnya, matanya.....

Aku hendak berlalu, namun langkahku seakan menyuruhku tidak beranjak dari tempat ini. Aku melihat yang lain sudah meninggalkan museum, jauh di sisi luar. Aku kembali melihat replika manusia bernama Dae Hyun itu. Aku menempelkan telingaku di dadanya....

‘DEG’

“AH!” aku mundur dua langkah. Aku terkejut, ku harap aku salah mendengar. Ku harap itu adalah suara degup jantungku. Sekali lagi, aku melakukannya.

‘DEG DEG’

“Tidak mungkin...”

#Flashback End#

***

Aku meraba dadanya, sebuah bekas luka sayatan begitu panjang melintang dari ujung leher sampai bagian lengan sebelah kiri. Degup jantung ini, yang aku dengar waktu itu. Dia bukan manekin dari lilin. Dae Hyun kini hidup, karena aku.

“Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?”

Aku diam, hanya memandang wajahnya...aku tidak yakin apa aku pernah mengenalnya sebelum aku bertemu dengannya di museum itu. Aku menarik tanganku, namun Dae Hyun mencegahnya. Ia mendekap tanganku di dadanya, tepat di atas bekas lukanya.

“Dae Hyun.....nngghh...~” aku berusaha menolaknya, namun ia tak lepaskan tanganku.

“Jawab aku, kenapa? Aku merasa...merasa....aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya...,” ekspresi Dae Hyun yang seperti itu.. aku pernah melihat ekspresi yang sama, tapi entahlah... “Jun Ah,...”

Aku menangis, aku merasakan kepedihan itu. Namun, aku tidak tahu kenapa aku harus menangis di saat seperti ini.

***

#Flashback#

Aku memberinya nafas buatan, lalu dia hidup. Binar matanya, binar itu yang ku lihat selama ini dalam bayanganku. Namun aku tidak tahu mengapa aku begitu merasa sangat mengenalnya.

“Kamu...bukan manekin dari lilin...” aku menjauh, namun ia menarikku, memelukku.

“Terima kasih...” ucapnya, aku tidak asing dengan suaranya...aku tidak tahu, semuanya terasa seperti penantian lama yang terbayar.

Aku melihatnya dengan detil, rambut blonde itu begitu berdebu...sepertinya sudah sangat lama Dae Hyun ini mati suri. Siapa Dae Hyun? Siapa dia? Perasaan apa ini? Aku merasa....sakit!

*

“Aku tidak tahu...mungkin kamu bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu...maaf ya aku masih bingung kenapa bisa begini.” Ucapku.

Aku melihatnya tersenyum, dan aku merasa familiar lagi. “Rumahmu dekat sini? Sepertinya aku tidak asing dengan daerah ini...”

“Ya? Oh...itu, aku juga sering merasakannya. Aku baru pindah ke sini, 2-3 bulan yang lalu. Ayo, rumahku di bawah sana!”

Aku menuruni anak tangga cukup banyak untuk sampai ke rumah, setelah anak tangga ke 7 aku jatuh terjelungkup. “AAKK!”

Ku dengar derap langkahnya mendekat, membantuku untuk berdiri. “Kamu..sering jatuh di bagian ini yah?” tanyanya, seperti dejavu melintasiku. “Jangan berlari saat menuruni tangga.”

Aku terdiam sesaat, aku mencoba mengingat sesuatu. Aku yakin sekali, dejavu yang aku alami bukan sekedar dejavu biasa.

“Ah, iya terima kasih Dae Hyun...ayo..” aku mengajaknya sampai kami tiba di depan rumah indah ini. Taman minimalis dengan lampu-lampu taman berwarna kuning terang, begitu menenangkan jiwa.

Aku merogoh saku dan mengeluarkan kunci rumah, namun ku lihat ia berdiri mematung memandangku dengan tatapan yang aneh. Seperti syok tapi bukan, pandangan penuh makna.

“Oh? Dae Hyun...? Dae Hyun?”