Rabu, 01 Februari 2012

At A Time ... [part 2] (an original story by @Light91916 a.k.a C-Dragon)

^


At A Time


“Aku duluan ya teman-teman~!” ujar RaeIn setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengambil tas dan jaketnya, kemudian bergegas pergi diiringi sapaan ‘sampai jumpa’ dari teman-temannya.

Usai persiapan pameran setelah ujian tengah semester, RaeIn bergegas pergi, mengingat kemarin ia lupa menjenguk HongKi karena kejadian aneh yang tiba-tiba mendatanginya. Membuatnya merasa sedikit senang, namun masih tertutupi dengan rasa sebalnya, hingga mungkin ia tak bisa merasakan bahwa ia juga senang seseorang tiba-tiba menyatakan perasaannya padanya.

Belum sempat ia menurunkan kadar sebalnya, tiba-tiba orang itu datang lagi. KimBeom. Dengan senyum khas nya yang cerah, ia melambaikan tangan pada RaeIn yang langsung berubah arah setelah melihat bocah itu di hadapannya. “Ya~! RaeIn-a! Tunggu!” serunya seraya mengikuti RaeIn dengan berlari-lari kecil. Hanya beberapa meter, ia berhasil meraih tangan RaeIn dan membuatnya berhenti.

“Ya~! Berhentilah menggangguku!” protes RaeIn segera.

“Tapi kau belum menjawabku.. emh.. yang kemarin..” jawab Kim Beom malu-malu.

“Mworago?” RaeIn memandang KimBeom dan tiba-tiba teringat sesuatu. “Ah.. arrata!” katanya.

“Lalu? Eotte?”
 
RaeIn menggeleng. Hanya gelengan kecil. “Eh?”

“Sudah ya, aku harus pergi sekarang!” seperti tidak peduli lagi, RaeIn bergegas pergi. Ia benar-benar merasa tidak ingin diganggu oleh bocah lelaki dengan kamera itu.

“Kau mau kemana?”

“Menemui seseorang! Kau tak perlu tahu!” jawab RaeIn tanpa peduli lagi. Ia berjalan pergi, berlalu dari hadapan KimBeom, meskipun anak laki-laki itu berulang kali memintanya berhenti.

“Siapa? Pacarmu?” tanya KimBeom sambil terus mengejarnya. RaeIn tidak menjawab, namun langkahnya tidak berhenti juga. Setelah beberapa meter, akhirnya KimBeom berhenti mengikutinya. Wajahnya nampak berbeda dari biasanya. Tidak ada senyum. Alisnya berkerut. “Ia sudah punya pacar..?” gumamnya lirih sambil memandang ke arah RaeIn yang makin menjauh dari pandangannya. Masih belum percaya bahwa RaeIn menolaknya.

***

“HongKi oppa, annyeong~~” sapa RaeIn lembut sambil membuka pintu kamar HongKi. Ia melihat ke seluruh penjuru ruangan. Namun ia tak menemukan pria musisi itu disana. “Oh.. HongKi oppa? Kau tidak disini?” gumam RaeIn. Ia keluar lagi dan melihat sekeliling.

“Kau mencari HongKi?” tanya seseorang dari belakang. RaeIn menoleh. Seorang perawat pria datang dengan setumpuk pakaian bersih di tangannya. Sepertinya ia mengantar pakaian untuk HongKi. “Ia di sana! Tadi ia memintaku untuk mengantarnya keluar karena ia ingin menghirup udara segar!” jelasnya sebelum RaeIn sempat bertanya.

“Oh.. ne~! Gamsahamnida..!” ujar RaeIn sambil mengangguk hormat, dan bergegas menghampiri HongKi yang tengah duduk di bawah pohon sambil mendengarkan lagu dari mp3 player melalui headsetnya.

Hari ini udara cukup hangat untuk ukuran musim dingin, makanya HongKi ingin keluar, sekaligus merasakan udara yang sangat jarang di rasakannya semenjak ia berada di tempat rehabilitasi itu. Dan kini rasa hangatnya segera bertambah saat ia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pipinya. HongKi kaget dan menyentuh pipinya, “N..nuguseyo?” katanya pelan.

“Ini aku, oppa! Aku datang!” jawab RaeIn dengan nada ceria. Ia sadar atau tidak, nada bicaranya lebih cerah dari biasanya, dan HongKi menyadari itu.

“Kau sedang senang?” tanya HongKi datar. Ia masih sedikit merasa kecewa karena kemarin RaeIn tidak datang. Tapi ia berusaha untuk menutupinya.

“Hmm? Begitukah? Mungkin karena hari ini aku bisa bertemu dengan oppa!” jawab RaeIn sekenanya, sambil membuka bungkusan hangat yang dibawanya tadi. “Maafkan aku, kemarin aku tidak bisa datang menemui oppa. Lain kali tidak akan terulang! Aku akan datang setiap hari!” tambah RaeIn meyakinkan HongKi yang juga percaya begitu saja dengan ucapan gadis itu. “Sekarang oppa makan, aku bawakan bubur untuk oppa!” katanya.

HongKi mengiyakan apa yang dikatakan RaeIn. Yah, dia memang selalu setuju dengan apa saja yang RaeIn katakan.

---

HongKi’s Scene

Rasanya aku tak bisa berhenti tersenyum. Dia senang karena hari ini bisa bertemu denganku. Itu katanya. Dan dia berjanji tak akan absen mengunjungiku. Sejenak, kejadian kemarin bisa ku lupakan. Rasa kesalku padanya karena ia tak datang tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Tapi kini aku sudah tidak peduli. Yang penting ia datang hari ini dengan hati ceria seperti biasanya. Bahkan sepertinya ia lebih ceria. Apapun yang ia rasakan, aku akan bahagia jika dia juga bahagia. RaeIn-a..

HongKi’s scene END

***

“Aku buatkan sup untuk mu!” RaeIn menyodorkan semangkuk sup hangat di hadapan GeunSeok. Kemudian duduk di hadapannya dan kembali melanjutkan sketsa yang ia kerjakan sebelumnya. “Latihanmu berjalan lancar?”

Geunseok mengangguk. “Hmhh.. kejuaraan sebentar lagi, jadi aku harus berlatih lebih giat!” jawabnya penuh semangat. Padahal masih musim dingin. Meskipun di dalam ruangan, airnya pasti terasa sangat dingin sampai ke tulang.

“Hwaiting~!” RaeIn menyemangati Geunsuk dengan senyum cerah di wajahnya.

Sesaat Geunseok memperhatikan RaeIn. Ia memang sedikit lebih bahagia dari biasanya. “Ada yang membuatmu senang?” tanya Geunseok, kemudian menyeruput sup hangat buatan RaeIn itu. “Apa keadaan Hongki membaik?”

“Hongki oppa selalu dalam keadaan baik, tenang saja!” jawab RaeIn. Ia meletakkan pensilnya, kemudian menyandarkan punggungnya di punggung kursi restauran itu. “Aku harap ia cepat mendapatkan donor mata. Dengan begitu untuk mengembalikan ingatannya akan lebih mudah~!” ujar RaeIn berharap. Meski ia tak tahu apa yang akan terjadi jika Hongki mendapatkan ingatannya kembali.

Geunsuk tersenyum kecil, kemudian kembali melahap makan malamnya. “Maaf aku tak bisa banyak membantumu soal Hongki!” Geunsuk mulai lagi. Ia selalu merasa bersalah jika membicarakan soal ini.

“Sudahlah.. kau kan tidak salah apa-apa!” RaeIn tersenyum lagi. Sambil melahap sesendok nasi terakhirnya, Geunseok memperhatikan RaeIn lagi. “Mwo?”

“Benar dugaanku! Kau memang sedang senang sekarang! Apa sesuatu yang membahagiakan baru terjadi padamu? Kau baru menang lotre?” tanya Geunsuk penasaran.

“Mwoya?? Tidak terjadi apa-apa! Sudah cepat habiskan dan pulang!” Raein mengemasi barang-barangnya. “Aku mau tidur! Kalau sudah selesai bilang padaYeonah! Ia akan membersihkannya! Jalga~!” katanya dan benar-benar pergi.

Geunseok menyunggingkan senyum di sebelah bibirnya dan bergumam, “Semoga bukan karena perasaanmu pada orang lain..”

***

Hari ini setelah pulang kuliah, RaeIn kembali mengunjungi Hongki. Ia datang lebih awal dari biasanya karena hari ini jadwal kuliahnya tidak terlalu padat. Ia mengobrol banyak dengan Hongki hari itu, menceritakan banyak hal yang di alaminya di kampus, dan menghibur Hongki dengan lawakan yang terbatas. Tapi sepertinya Hongki sangat senang meski kadang apa yang dikatakan RaeIn sedikit old-fashioned dan membosankan.

Setelah cukup lama RaeIn menemui Hongki, saatnya untuk pulang. Ia pamitan dan berjanji pada Hongki untuk menemuinya lagi besok. Ia keluar dari kamar Hongki dan berjalan menyusuri lorong menuju keluar. Namun sebelum RaeIn sempat keluar dari gerbang tempat dimana Hongki di rawat itu, seseorang yang dikenalnya membuatnya berhenti di tempat. Seseorang dengan kamera, yang kini tengah duduk di bangku taman sambil memotret sekitar.

“Bocah itu.. bagaimana dia bisa disini~?” gumam RaeIn kesal.

Kimbeom, orang itu, yang telah menyadari RaeIn sudah muncul langsung menyapanya dengan lambaian tangan dan senyum di wajahnya. “RaeIn-yang!” sapanya. RaeIn belagak tidak kenal dan bergegas pergi untuk segera pulang. Dan menghindari anak itu untuk mendekatinya. Tapi tetap saja Kimbum mengikutinya meski ia tahu RaeIn sudah menolaknya.

“Ya! Kim SangBeom! Bisakah berhenti mengikutiku??” RaeIn naik darah. Ia berteriak setelah berhenti dan berbalik untuk memperingatkan bocah itu.

“Lee Hongki. 23 Tahun. Kecelakaan motor 2 tahun yang lalu.” Entah apa yang diinginkan Kimbeom dengan mengatakan itu. RaeIn menatapnya tajam. Ia benar-benar kesal. “Dia.. pacarmu?”

“Apa maumu?” tanya RaeIn melunak. Ia mulai menurunkan nada bicaranya yang semula 3 oktaf itu.

“Kau begitu intens menemuinya sejak ia dirawat disini.. apakah ada sesuatu antara kau dan Lee Hongki itu?” tanya Kimbeom pada RaeIn. RaeIn diam. Ia tidak tahu apakah harus membritahukannya, atau langsung pergi saja tanpa memperdulikan apa yang dikatakan bocah laki-laki itu. “Apakah dia.. alasan kau menolakku?”

“Mwo??”

***

“Catatan waktumu membaik sejak kau latihan intensif sebulan yang lalu!” Coach memulai pembicaraan dengan Geunseok, sementara anak laki-laki dengan rambut gondrong itu menyeka air di wajahnya dengan handuk besarnya. “Kalau begini terus, peluangmu untuk menang dalam kejuaraan kali ini besar!”

“Gamsahamnida, coach!” katanya sambil mengangguk hormat.

“Pertahankan prestasimu, Geunseok-a! Tapi jangan memforsir tenagamu berlebihan! Tenagamu lebih di butuhkan saat kejuaraan nanti! Arraseo?” nasehat Coach bijak.

“Ye, Coach!” jawabnya.

Pelatih renangnya itu menepuk pundaknya pelan, kemudian pergi untuk memantau anak didiknya yang lain yang juga akan mengikuti kejuaraan. Geunseok mengalungkan handuknya, mengambil peralatannya dan bergegas untuk mandi karena latihannya hari ini sudah cukup.

Setelah ia merasa cukup bersih, Geunseok mengganti pakaiannya, memasukkan semua barangnya kedalam ransel, dan bergegas pergi. Setelah ini ia masih harus kerja part time di sebuah restaurant mie cina, untuk uang sakunya sendiri. Ia berjalan menuju tempat kerjanya sambil memeriksa ponselnya. Masih belum ada donor mata untuknya. Lebih tepatnya untuk Hongki. Meski ia sudah menawarkan harga yang cukup tinggi, tapi sepertinya tidak ada yang tertarik untuk ini.

“Masih mencari donor mata untuk temanmu?” chef sekaligus pemilik restoran tempat kerjanya itu bertanya saat melihat Geunseok tampak murung. Pria yang sudah berumur, dan menganggap Geunseok sebagai anaknya sendiri.

“Ah.. ye~” jawabnya.

“Terlalu sulit mencari donor untuk mata! Hanya orang mati yang bisa dan mau mendonorkannya!” ahjussi itu berkata lagi sambil meletakkan dua mangkuk ramyun di atas nampan.

Geunseok tampak berpikir. “Ah.. benar juga~” desisnya.

Ahjussi itu meletakkan dua pasang sumpit di atas nampan yang sama, kemudian menepuk Geunsuk yang melamun secara tiba-tiba itu. “Ya~! Antarkan ini ke meja 4!” katanya.

“Ah.. ye~! Cwesonghamnida!” Geunsuk mengambil nampan berisi 2 mangkuk ramyun itu dan bergegas mengantarkannya ke meja pelanggan.

***

RaeIn’s scene

“Ya~!” aku berteriak lagi padanya. Bocah ini.. kali ini aku benar-benar kehabisan kesabaran.

“Wae?? Aku hanya bertanya soal Lee Hongki itu! Dan kau cukup menjawabnya, maka aku akan pergi!” Kimbeom mulai terlihat serius kali ini. Ia tidak berbicara denganku dengan senyum menyebalkannya itu lagi.

“Baiklah! Aku mengerti! Kalau sudah kuceritakan padamu, kau akan pergi kan?” aku memperjelasnya. Aku tidak ingin bocah ini mengekor lagi kemanapun aku pergi.

“Uh.. emh.. yah~ oke..” katanya. Meskipun aku tidak percaya ia tidak akan menggangguku lagi. Tapi setidaknya aku mencobanya.

Kami akhirnya memilih berhenti dan duduk di sebuah kedai untuk berbincang, lebih tepatnya menjawab pertanyaannya tentang siapa Lee Hongki itu. Aku mengatakan semuanya dengan jujur pada Kimbeom yang duduk berhadapan denganku, dengan secangkir kopi di hadapannya.

“Dulu kami satu band di SMA. Dia kakak kelasku. Saat itu kami akan melakukan show pertama kami setelah cukup lama latihan, tapi entah kenapa ia tidak datang saat kami seharusnya berkumpul di rumahku untuk kemudian berangkat sama-sama. Dan tak lama kemudian seseorang menghubungi kami bahwa Hongki oppa sedang koma di rumah sakit..” suasana membawaku untuk kembali merasakan kesedihan yang sama dengan yang 2 tahun yang lalu kurasakan. Hongki oppa sudah seperti kakakku sendiri, dan mengingat kejadian yang membuatnya seperti itu, aku benar-benar tidak kuat.

“Maaf, mataku kelilipan..” aku menghapus air mataku dengan lengan sweaterku. Kimbeom tidak menjawab, bahkan sejak tadi ia diam dan terus memperhatikanku tanpa mengomel seperti biasa. “Karena tak bisa menyembuhkannya, aku hanya bisa memberikan support padanya dengan cara seperti itu..” tambahku dengan sedikit terisak, sedangkan tanganku masih sibuk menghapus iar mata yang terus mengalir.

Tiba-tiba saja Kimbeom menyodorkan sesuatu padaku. Sapu tangan warna biru tua dengan garis abu-abu di tepinya. “Pakai ini!” katanya.

Aku mendongak, mengambil sapu tangan yang diberikannya. “Gomawoyo..”

Aku tak menyangka di saat seperti ini Kim Sangbeom itu tidak tampak menyebalkan sama sekali. Ia tidak cerewet dan mau mendengarkan apa yang ku katakana. Wajahnya yang tampak serius itu sama sekali berbeda dengan Kimbeom yang biasanya. Dan kini ia membiarkanku larut dalam kesedihanku sendiri, tanpa mengabadikan gambarku seperti biasanya.

RaeIn’s scene END

***

“Geunseok-i.. bisa kau menggantikanku untuk mengunjungi Hongki oppa?” tanya Raein melalui ponselnya, sementara ia sedang mempersiapkan pamerannya bersama teman-temannya yang lain di sebuah hall milik kampusnya. “Aku sudang sibuk persiapan.. aku benar-benar tidak bisa meninggalkan ini!” tambahnya. Namun sepertinya Geunsuk di sebrang juga sedang memiliki urusan penting lain yang tidak bisa di ganggu.

Raut wajah RaeIn memuram. Ia mengangguk kecil. “Oke, arraseo! Kalau begitu aku akan datang terlambat..” katanya kemudian menutup ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya.

---

RaeIn mengayuh sepedanya dengan cepat ke arah tempat dimana Hongki di rawat. Ia benar-benar sangat terlambat kali ini. Setelah memarkirkan sepedanya, ia bergegas menuju kamar Hongki dengan segepok barang di ranselnya. Bukan barang untuk diberikan pada Hongki, tapi itu PR yang harus di kerjakannya sepulang kuliah.

“Oppa~ aku datang..” katanya lembut sambil membuka pintu kamar Hongki setelah ia sampai.

“Kau datang? Hongki sedang tidur!” seorang perawat wanita yang baru saja memeriksa temperatur badan Hongki menyapa dengan senyum ramah.

“Ah.. jadi aku benar-benar terlambat..” keluh RaeIn pada dirinya sendiri.

“Tapi bukannya tadi seseorang datang menggantikanmu?” ujar perawat itu. RaeIn memandangnya dengan tatapan penuh Tanya. “Seorang pria.. katanya dia temanmu!” jelas perawat itu.
“Eh.. apakah mungkin, Kimbeom..?”

“Dia pacarmu?” perawat itu bertanya lagi. Tapi RaeIn sepertinya tidak mendengarnya. Ia lebih tertarik pada apa yang sebenarnya diinginkan bocah itu dengan datang mengunjungi Hongki hari itu. “RaeIn-yang??” perawat itu memanggil RaeIn. Tapi konsentrasi RaeIn benar-benar tidak sedang disana.

***To be Continue***