*sorry for bad poster!*
Title : Wasn’t
Me
Cast :
Himchan (B.A.P) – Peniel (BTOB) – Lee Hi – Sulli (fx)
Genre :
Angst / Thriller / Criminal
Rated : 15+
Author :
Ravla
-------
#Flashback
Dengan sombongnya
gadis SMP yang mengenakan rok mini itu menarik murid dari kelas lain dan
membullynya. Hanya karena alasan yang tidak masuk akal, ia menghajar gadis
berambut bob dengan sebuah tongkat baseball di atap sekolah.
“Aku
mohon...aku mohon! Jangan pukul aku lagi! Aku berjanji tidak akan pernah
menemui orang yang kamu sukai lagi!” begitu gadis itu memohon sungguh namun
sepertinya gadis rok mini sudah gelap mata dan memukul punggungnya dengan
tongkat baseball dengan teramat keras.
“Pergilah
ke Neraka!!!” teriaknya memecah keheningan sore.
#Flashback
End
**
“Selamat yah Sulli~ kami yakin kamu
akan masuk Universitas itu! Apalagi dengan bakat yang kamu miliki, orang tuamu
pasti bangga dengan ini! Sekali lagi selamat ya!” begitu banyak ucapan selamat
dari teman-teman Sulli yang sama sekali tidak menyangka jika Sulli akan bisa
masuk sebuah universitas terkenal itu. Sebenarnya, di belakang mereka semua,
Sulli sungguh membenci lembaga pendidikan itu, namun ia hanya semata-mata agar
bisa satu kampus dengan orang yang ia sukai sejak lama, Peniel. The Chicago boy.
Di tengah hingar bingar pesta yang
ia gelar dirumahnya, ia kemudian menemukan sosok senior yang juga sudah lama
mencuri perhatiannya, Kim Himchan.
“Ah, Oppa!” lambaian tangannya di
sambut hangat oleh Himchan yang juga menghampirinya. “Sudah lama sekali kita
tidak bertemu! Kenapa bisa tahu aku mengadakan pesta kelulusan SMU?”
“Hai Sulli! Kamu semakin terlihat
seperti gadis.” Candanya, “ahh aku disini mengantarkan temanku saja, kebetulan
dia satu angkatan denganmu. Tapi aku rasa tidak satu kelas denganmu. Oh iya,
terakhir aku kesini aku rasa rumahmu tidak seluas ini?”
Sulli tersipu malu, “Iya, beberapa
bulan yang lalu aku sengaja membuatnya lebih luas. Ya ada gunanya juga kan? Oh iya,
siapa teman Oppa? Mungkin saja aku kenal?” Sulli tampak repot dengan
bingkisan-bingkisan yang ia terima dari teman-temannya. Lalu ia menjatuhkannya
begitu saja di atas rumput disampingnya. Dan fokus dengan gaun super mahalnya.
“Ah~ namanya Young Jae...yang aku
dengar dia seorang atlet basket di sekolahmu...” dengan tanpa alasan Himchan
mengusap tengkuknya.
Sulli tampak tidak mengenalnya, lalu
ia mengganti topik pembicaraan. “Aku dengar, Oppa masuk di Universitas yang
sama denganku yah?”
“Aku memilih universitas lain,
entahlah, aku kurang suka disana...tapi selamat buat kamu ya bisa lolos ke
sana. Padahal susah lho masuk ke sana...aku dengar banyak orang menggunakan
cara ‘kotor’ supaya bisa masuk ke sana. Aku
dengar dari sekolahmu ada 3 murid yang lolos kesana, termasuk kamu?”
Sulli mengangguk kencang, dia senang
jika bisa membahas Peniel. “Iya! Teman sekelasku, namanya Peniel, lolos kesana
juga. Aku senang bisa ke universitas itu tidak sendirian. Akan terasa
membosankan jika lolos ke sana seorang diri.”
“Hm? Kenapa? Biasanya juga begitu kan,
mau tidak mau harus pisah dengan teman-teman....” seseorang tiba-tiba memanggil
Sulli dan Sulli begitu saja meninggalkan Himchan tanpa pamit terlebih dahulu.
“Sulli!” panggil seseorang yang akan
membuat hatinya berdebar kencang, Peniel. “Kamu sudah mengambil formulir untuk
pendaftaran ulang masuk universitas?”
Sulli menggeleng, namun ia tetap
tersenyum. “Harus yah?” tanya nya kemudian. “Aku...aku tidak tahu harus kemana
untuk mengambilnya.”
Peniel memberikannya kepada Sulli, “Sudah
aku duga, nih. Besok serahkan kembali padaku yah, soalnya besok sore sudah
harus aku kembalikan ke panitia penerimaan mahasiswa baru.”
Sulli fokus memandang Peniel, dan
entahlah, gadis itu mendengarkan suruhan Peniel atau tidak. “Ah iya, kamu suka
dengan pesta yang aku buat?”
Sementara Sulli dan Peniel sedang
sibuk mengobrol, Himchan hanya bisa memperhatikan dari jauh. Ia kebingungan
mencari temannya, lama kelamaan pesta perpisahan ini nampak membosankan baginya.
**
Keesokan harinya, setelah semua
pesta usai di gelar dan juga semua sudut taman sudah bersih, Peniel ternyata
kembali lagi ke rumah Sulli untuk meminta kertas yang ia berikan semalam.
“Sulli, mana?” tagihnya yang
kemudian menyimpan kertas itu rapih ke dalam amplop. “Sudah lengkap kan? Kalau begitu
aku pamit yah? Bye.”
Namun Peniel tampaknya kembali lagi
ke langkah semula, ia melihat tangan kecil itu sudah melingkar di lengannya. “Aku
ikut yah? Aku bosan dirumah.”
Peniel yang sedikit bingung hanya
bisa menggaruk kepalanya kemudian mengangguk. “Tumben, kamu mau pergi di hari
yang terik seperti ini?”
Sulli tidak bisa menyembunyikan
senyumnya, “Terik? Tidak, hanya mentari sore saja... ini tidak akan membakar
kulitku.”
Peniel memandangnya dengan wajah
tanpa ekspresi.
*