Tittle : Little White Lie
Cast : Lee Changsub [BTOB] – Park Rae In
[OC] – Jang Dayoung [OC] – Han Sang Hyuk [VIXX] as Park Byung Jae
Genre : Siblings / Love / Angst
Theme song : any kpop songs you want hear
Rated : 15+
Author : Ravla
------------------------------------
......
“Aku kira kita bisa menjalani semua ini
dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi aku tidak akan mengalah, karena
sekarang kita adalah rival.”
Ucap gadis dengan penampilan yang feminin
dan melenggang seperi model profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah
primadona di kampusnya, bagaimana tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan
kini setelah ia menjadi jauh lebih cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa
‘tinggi’ dan selalu memandang rendah serta sebelah mata terhadap kawannya
sendiri, Park Raein.
***
Beberapa bulan yang lalu, sebelum semua ini terjadi semuanya baik-baik
saja. Baik Changsub maupun kedua gadis itu tidak pernah terlihat benar-benar
terperosok dalam suatu masalah. Sampai akhirnya mereka pergi untuk main biliar
dan Changsub mengatakan sesuatu hal yang membuat Dayoung sedikit kesal.
“Nuna, kapan kau akan kenalkan
aku dengan pacarmu? Kau bilang minggu lalu akan membawanya pada kami di minggu
ini..?”
Dayoung tampak bingung menjawab pertanyaan tersebut, “Ah~ itu....maaf ya,
sepertinya dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya...maklum, pengacara.”
Raein meliriknya dengan tatapan ‘pembual’. Namun ia tetap diam, Raein bukan
tipe orang yang mudah untuk mengeluarkan kata-kata. Bahkan ia membungkam mulutnya
dengan masker. “Huk~!” hanya suara itu yang ia keluarkan untuk melemaskan
otot-otot tenggorokannya.
“Eung~..? Kau tidak apa-apa Raein?” tanya Dayoung mengalihkan perhatian.
“Sudah malam, sebaiknya kita bergegas ke tempat biliar, kaja!”
Changsub dan Raein menyusul Dayoung yang melangkah terlebih dahulu, mereka
tampak begitu akrab namun sebenarnya selama ini Changsub begitu susah
berkomunikasi dengan Raein karena memang gadis itu tidak ramai seperti Dayoung
yang cenderung mengomentari segala hal.
“Raein-a, benar kau tidak apa-apa? Kau selalu memakai masker, aku bahkan
tidak pernah melihat wajahmu tanpa masker..”
Raein mendongak untuk menoleh dan menatap sosok pria yang lebih tinggi
darinya itu, “Benarkah? Aku kira kamu sudah tahu.”
Changsub menghentikan langkahnya seketika. Ia merasa terkejut karena jarang
sekali dirinya mendapati Raein yang seperti itu.
“Raein-a...kau...kau...berbicara padaku? Ah~ ini seperti mimpi saja....” lalu
lelaki itu menggeleng keras untuk menyadarkan dirinya sendiri.
Raein menoleh ke belakang, “Kau kira aku tuna wicara?” ucapnya sambil
menepuk pelan lengan Changsub. Sentuhan itu membuat Changsub sedikit melompat
ke belakang.
*
“YA~ sekarang giliranku lagi! Park Raein!” teriak Dayoung lumayan keras
sambil menggeser tubuh Raein menggunakan tubuhnya. Raein bahkan belum sempat
memukul bola.
‘TAK!’
“AH~ kenapa tidak masuk sih!” gumam kesal Dayoung pada bola berwarna merah
itu. “Sudahlah, aku bosan! Kalian lanjutkan saja berdua!” Dayoung melempar
begitu saja tongkat kayu di atas meja, kemudian Raein mengembalikan ke
tempatnya semula.
“Raein-a, giliranmu.” Ucap Changsub.
Raein mulai bersiap untuk menyodok bola di atas meja hijau itu, namun ia
tidak bisa menemukan posisi yang tepat untuk memasukkan bola itu ke lubang.
“Dari sini, begini...” tiba-tiba Changsub berdiri di belakangnya dan
membantu Raein mencari posisi.
‘TAK!’ bola hitam itu sempat mengenai bola yang lainnya namun akhirnya
Raein berhasil menghilangkan bola hitam tersebut.
“Bravo!!” teriak Changsub
kemudian menepuk-nepuk punggung Raein yang nampak biasa saja.
Sementara itu, di sudut sana sepasang mata tidak suka melihatnya. `Apa bagusnya dia..jika bukan karena dia
pintar dalam sastra, aku malas bergaul dengan orang aneh itu.`
“Raein-a, sudah hampir jam 12 malam...tidak pulang?” tanya Changsub
mengingatkan kawannya itu.
Raein menatap jam dinding yang ada diruangan itu, kemudian ia mengangguk
dan menyudahi semuanya. Mereka menghampiri Dayoung yang sedang asyik minum soda
dan kemudian Changsub mengatakan sesuatu.
“Nuna, itu tidak baik buat kesehatan! Jangan terlalu banyak minum minuman
bersoda, dan aku lihat sepertinya berat badanmu naik, yah? Haha...”
Raein melihat perubahan diwajah Dayoung, ia tampak tidak senang dengan
candaan Changsub barusan, kemudian seperti biasa perempuan itu berjalan
mendahului yang lain.
Setelah Changsub selesai membayar tagihan, mereka bergegas menyusul
Dayoung.
*
Aku pasti bisa membuat Changsub lebih
dekat denganku daripada dengannya.
“Terima kasih ya, kalian sudah menemani aku bermain biliar..kapan-kapan
kita bertemu lagi...sudah ya aku masuk ke dalam rumah. Bye..bye...” Dayoung
berjalan menuju rumahnya yang berada lebih tinggi dari rumah yang lainnya.
“Hhhh~.....” terdengar Raein menghela keras setelah perempuan yang lebih
tua 4 tahun darinya itu menghilang di balik tangga yang lumayan tinggi itu.
Changsub menatapnya, “Kenapa? Kau merasa tidak enak badan Raein-a?”
kemudian Changsub sedikit memijat pundak Raein namun gadis itu tidak
menginginkannya.
Raein berlalu dan Changsub mengantarnya pulang ke rumah yang lebih mirip
Dojo. Disanalah Raein tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga seorang adik
laki-lakinya yang berusia 17 tahun.
“Sudah sampai, hmm~ apa kau senang bermain biliar tadi?” tanya Changsub
sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya.
Raein merebutnya, ia tidak suka melihat orang-orang disekitarnya merokok.
Dan kemudian ia menggeleng keras. Raein tidak suka basa-basi, ia akan
mengatakan apapun sesuai dengan apa yang ia rasakan.
“Oh, kalau begitu maaf ya...pasti ada yang membuatmu tidak nyaman, iya
kan?”
Raein menatap Changsub, “Besok, pagi-pagi datanglah lagi. Aku...aku ada
perlu denganmu.” Ucapnya kemudian masuk ke dalam rumah.
Changsub merasakan Raein tidak seperti biasanya, “Eh, kau membawa rokokku!”
teriaknya dari luar pintu, namun Raein sudah berlalu di dalam rumah.
*
Raein merasa lelah dan ia melepas maskernya, menyibak poni rambutnya dan
menggulung rambutnya rapi. Ia tampak lebih rapih dari pada tampilan
sehari-harinya, dan kemudian ia pergi ke halaman belakang rumahnya untuk
membakar sekotak rokok yang rupanya masih utuh itu.
“Nuna~!” panggil adik
laki-lakinya yang perlahan menghampirinya. “Kemana saja? Tadi aku sendirian
dirumah! Dan kau tidak dapat bagian
pizza yah! Appa dan Eomma tadi membelikannya untukku! Oh,
apa yang kau lakukan, Nuna? Ah,
itu....!”
“Kenapa kau berisik sekali, Byung-a! Diamlah, ini bukan milikku. Aku
menyitanya dari Changsub tadi. Aku tidak suka melihatnya menghisap benda ini.”
Byung menyipitkan mata, “Nuna,
kau menyukai Hyung itu ya? Padahal aku kira orang itu menyukai tipe gadis
seperti temanmu yang lagi satu itu...yang jalannya seperti model itu!”
Raein melemparkan kotak rokok itu dan mulai membakarnya, ia melamun melihat
api yang mulai membesar, menyambar lapisan luar kotak rokok, perlahan mulai
membakar tembakaunya, bau khasnya mulai tercium. “Sedang apa kau jam segini,
kenapa belum tidur? Anak kecil tidak boleh begadang!”
“YA~ Nuna....aku menunggumu! Aku
sudah tidur dari jam 8 tadi. Aku terbangun karena mendengarmu datang. Janganlah
sering pergi meninggalkan rumah, setidaknya Nuna
harus mengabari aku!”
Bahkan aku tidak menyadari jika Byung
sudah mulai beranjak dewasa saat ini..aku bukan Nuna yang baik...kurasa.
“Mian, Byung-a...lain kali aku
akan mengajakmu keluar bersama ya. Tapi kau jangan berisik ketika pergi
bersamaku. Oh iya, besok pagi-pagi tolong bangunlah lebih awal. Aku menyuruh
Changsub datang kerumah.”
“Ada apa? Ada apa?”
Raein sedikit tersenyum, “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengenalkannya
pada kalian.”
***
Keesokan harinya Byung bangun lebih awal dan menunggu kawan kakaknya itu di
depan pintu. Namun sudah jam 8 lewat tidak ada tanda-tanda dari orang itu.
“Mana...ini sudah siang..”
‘KLAK’
Pintu terbuka dan Eomma heran
mengapa anak bungsunya begitu tampak risau dan bangun lebih pagi darinya.
“Byung-a, sedang apa kau disini?”
“O~ Eomma, aku menunggu teman Nuna, katanya mau datang pagi ini..tapi
aku sudah menunggunya satu jam lebih tidak ada siapa pun yang datang.”
“Teman Raein? Teman? Atau kekasih?” tanya Appa kemudian yang sudah tampak tampan dengan setelan jasnya. Pria
berusia setengah abad itu merapikan sedikit dasinya. “Yeobo ppali~ ppali kita
akan terlambat!” ucapnya kemudian menuju ke mobilnya.
“Byung-a, jaga rumah ya, Eomma
dan Appa akan datang ke acara
pernikahan, dan tempatnya agak jauh. Jadi pulangnya mungkin sore hari.” Wanita
itu mengecup kening anak bungsunya.
“Ne, Eomma.” Kenapa mereka suka sekali pergi sih? Padahal aku kan ingin ikut juga.
*
Ia terjebak disana sudah satu setengah jam. Namun karena makanan yang
disajikan lezat, ia jadi melupakan janjinya dengan gadis bermasker itu.
“Changsub-a! Bagaimana rasa masakanku? Enak?”
Changsub mengangguk dan terus mengunyah apa yang ia makan, “Aku baru tahu, Nuna bisa memasak masakan selezat ini.
Lain waktu kita harus piknik, dan pasti Raein suka sekali dengan rasa
masakanmu!”
Dayoung kesal, ia tidak melanjutkan menuangkan susu di gelas Changsub.
“Hmm~ kalau boleh aku tahu, apa yang kau lakukan di sekitar rumahku?”
“AH~ aigooo~ Nuna ya~ aku sampai
lupa jika pagi ini sebenarnya aku di undang ke rumah Raein, tapi karena kau
memanggilku untuk mencicipi masakanmu, aku jadi tidak bisa beranjak dari sini!
Aku sungguh lapar!”
Dayoung kembali mendapatkan senyumnya, “Kalau begitu, sering-seringlah
datang ke sini! Aku suka jika kau...maksudnya, aku senang bisa berbagi jatah
makananku bersamamu!”
Changsub tersenyum karena senang ia mendapatkan sarapan gratis pagi ini,
tapi sebenarnya ia tidak yakin jika semua ini Dayoung yang membuatnya.
***
“Nuna, aku tidak suka melihat
wajahmu yang seperti itu!” Byung duduk di meja makan dan mengamati wajah Raein
yang sedikit kesal. “Mungkin lain waktu dia bisa menemui kita, jangan berburuk
sangka padanya!”
“Byung-a...aku biasa saja, jadi tolong kurangi intensitas protesmu. Tidak
lihat kah kau aku sedang sibuk? Jangan buat aku semakin bingung...atau kuas ini
akan mengotori wajahmu!”
Raein yang memiliki kemampuan melukis di atas rata-rata sering menjadikan
adiknya sebagai objek lukisannya, dan hasilnya selalu mengagumkan, ia tidak
pernah menceritakan pada siapa pun tentang keahliannya, karena ia tidak ingin
terlihat menonjol di antara mahasiswa di jurusan kesenian lainnya.
“Nuna, aku ingin ke kamar
kecil...apakah lukisanmu sudah selesai? Sudah satu jam aku menahannya....” ucap
Byung sambil mengeluarkan ekspresi yang lucu bagi Raein.
Raein tak dapat menahan tawanya, “Tunggu apalagi? Apa kau mau mengeluarkan
itu disini?” kemudian ia melihat adiknya lari terbirit-birit ke kamar mandi dan
ia melanjutkan lukisannya yang sebentar lagi selesai. “Selalu saja, berakhir di
atas kanvas. Hhhhh~...” eluhnya.
‘DOK, DOK, DOK’
“Raein-a~ apa kau di dalam? Ini aku, Changsub!”