Rabu, 26 Juni 2013

Little White Lie [FF-oneshot]


Tittle : Little White Lie
Cast : Lee Changsub [BTOB] – Park Rae In [OC] – Jang Dayoung [OC] – Han Sang Hyuk [VIXX] as Park Byung Jae
Genre : Siblings / Love / Angst
Theme song : any kpop songs you want hear
Rated : 15+
Author : Ravla

------------------------------------

......
“Aku kira kita bisa menjalani semua ini dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi aku tidak akan mengalah, karena sekarang kita adalah rival.”

Ucap gadis dengan penampilan yang feminin dan melenggang seperi model profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah primadona di kampusnya, bagaimana tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan kini setelah ia menjadi jauh lebih cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa ‘tinggi’ dan selalu memandang rendah serta sebelah mata terhadap kawannya sendiri, Park Raein.


***

Beberapa bulan yang lalu, sebelum semua ini terjadi semuanya baik-baik saja. Baik Changsub maupun kedua gadis itu tidak pernah terlihat benar-benar terperosok dalam suatu masalah. Sampai akhirnya mereka pergi untuk main biliar dan Changsub mengatakan sesuatu hal yang membuat Dayoung sedikit kesal.

Nuna, kapan kau akan kenalkan aku dengan pacarmu? Kau bilang minggu lalu akan membawanya pada kami di minggu ini..?”

Dayoung tampak bingung menjawab pertanyaan tersebut, “Ah~ itu....maaf ya, sepertinya dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya...maklum, pengacara.”

Raein meliriknya dengan tatapan ‘pembual’. Namun ia tetap diam, Raein bukan tipe orang yang mudah untuk mengeluarkan kata-kata. Bahkan ia membungkam mulutnya dengan masker. “Huk~!” hanya suara itu yang ia keluarkan untuk melemaskan otot-otot tenggorokannya.

“Eung~..? Kau tidak apa-apa Raein?” tanya Dayoung mengalihkan perhatian. “Sudah malam, sebaiknya kita bergegas ke tempat biliar, kaja!”

Changsub dan Raein menyusul Dayoung yang melangkah terlebih dahulu, mereka tampak begitu akrab namun sebenarnya selama ini Changsub begitu susah berkomunikasi dengan Raein karena memang gadis itu tidak ramai seperti Dayoung yang cenderung mengomentari segala hal.

“Raein-a, benar kau tidak apa-apa? Kau selalu memakai masker, aku bahkan tidak pernah melihat wajahmu tanpa masker..”

Raein mendongak untuk menoleh dan menatap sosok pria yang lebih tinggi darinya itu, “Benarkah? Aku kira kamu sudah tahu.”

Changsub menghentikan langkahnya seketika. Ia merasa terkejut karena jarang sekali dirinya mendapati Raein yang seperti itu. “Raein-a...kau...kau...berbicara padaku? Ah~ ini seperti mimpi saja....” lalu lelaki itu menggeleng keras untuk menyadarkan dirinya sendiri.

Raein menoleh ke belakang, “Kau kira aku tuna wicara?” ucapnya sambil menepuk pelan lengan Changsub. Sentuhan itu membuat Changsub sedikit melompat ke belakang.

*

“YA~ sekarang giliranku lagi! Park Raein!” teriak Dayoung lumayan keras sambil menggeser tubuh Raein menggunakan tubuhnya. Raein bahkan belum sempat memukul bola.

‘TAK!’

“AH~ kenapa tidak masuk sih!” gumam kesal Dayoung pada bola berwarna merah itu. “Sudahlah, aku bosan! Kalian lanjutkan saja berdua!” Dayoung melempar begitu saja tongkat kayu di atas meja, kemudian Raein mengembalikan ke tempatnya semula.

“Raein-a, giliranmu.” Ucap Changsub.

Raein mulai bersiap untuk menyodok bola di atas meja hijau itu, namun ia tidak bisa menemukan posisi yang tepat untuk memasukkan bola itu ke lubang.

“Dari sini, begini...” tiba-tiba Changsub berdiri di belakangnya dan membantu Raein mencari posisi.

‘TAK!’ bola hitam itu sempat mengenai bola yang lainnya namun akhirnya Raein berhasil menghilangkan bola hitam tersebut.

Bravo!!” teriak Changsub kemudian menepuk-nepuk punggung Raein yang nampak biasa saja.

Sementara itu, di sudut sana sepasang mata tidak suka melihatnya. `Apa bagusnya dia..jika bukan karena dia pintar dalam sastra, aku malas bergaul dengan orang aneh itu.`

“Raein-a, sudah hampir jam 12 malam...tidak pulang?” tanya Changsub mengingatkan kawannya itu.

Raein menatap jam dinding yang ada diruangan itu, kemudian ia mengangguk dan menyudahi semuanya. Mereka menghampiri Dayoung yang sedang asyik minum soda dan kemudian Changsub mengatakan sesuatu.

“Nuna, itu tidak baik buat kesehatan! Jangan terlalu banyak minum minuman bersoda, dan aku lihat sepertinya berat badanmu naik, yah? Haha...”

Raein melihat perubahan diwajah Dayoung, ia tampak tidak senang dengan candaan Changsub barusan, kemudian seperti biasa perempuan itu berjalan mendahului yang lain.

Setelah Changsub selesai membayar tagihan, mereka bergegas menyusul Dayoung.

*

Aku pasti bisa membuat Changsub lebih dekat denganku daripada dengannya.

“Terima kasih ya, kalian sudah menemani aku bermain biliar..kapan-kapan kita bertemu lagi...sudah ya aku masuk ke dalam rumah. Bye..bye...” Dayoung berjalan menuju rumahnya yang berada lebih tinggi dari rumah yang lainnya.

“Hhhh~.....” terdengar Raein menghela keras setelah perempuan yang lebih tua 4 tahun darinya itu menghilang di balik tangga yang lumayan tinggi itu.

Changsub menatapnya, “Kenapa? Kau merasa tidak enak badan Raein-a?” kemudian Changsub sedikit memijat pundak Raein namun gadis itu tidak menginginkannya.

Raein berlalu dan Changsub mengantarnya pulang ke rumah yang lebih mirip Dojo. Disanalah Raein tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga seorang adik laki-lakinya yang berusia 17 tahun.

“Sudah sampai, hmm~ apa kau senang bermain biliar tadi?” tanya Changsub sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya.

Raein merebutnya, ia tidak suka melihat orang-orang disekitarnya merokok. Dan kemudian ia menggeleng keras. Raein tidak suka basa-basi, ia akan mengatakan apapun sesuai dengan apa yang ia rasakan.

“Oh, kalau begitu maaf ya...pasti ada yang membuatmu tidak nyaman, iya kan?”

Raein menatap Changsub, “Besok, pagi-pagi datanglah lagi. Aku...aku ada perlu denganmu.” Ucapnya kemudian masuk ke dalam rumah.

Changsub merasakan Raein tidak seperti biasanya, “Eh, kau membawa rokokku!” teriaknya dari luar pintu, namun Raein sudah berlalu di dalam rumah.

*

Raein merasa lelah dan ia melepas maskernya, menyibak poni rambutnya dan menggulung rambutnya rapi. Ia tampak lebih rapih dari pada tampilan sehari-harinya, dan kemudian ia pergi ke halaman belakang rumahnya untuk membakar sekotak rokok yang rupanya masih utuh itu.

Nuna~!” panggil adik laki-lakinya yang perlahan menghampirinya. “Kemana saja? Tadi aku sendirian dirumah! Dan kau tidak dapat  bagian pizza yah! Appa dan Eomma tadi membelikannya untukku! Oh, apa yang kau lakukan, Nuna? Ah, itu....!”

“Kenapa kau berisik sekali, Byung-a! Diamlah, ini bukan milikku. Aku menyitanya dari Changsub tadi. Aku tidak suka melihatnya menghisap benda ini.”

Byung menyipitkan mata, “Nuna, kau menyukai Hyung itu ya? Padahal aku kira orang itu menyukai tipe gadis seperti temanmu yang lagi satu itu...yang jalannya seperti model itu!”

Raein melemparkan kotak rokok itu dan mulai membakarnya, ia melamun melihat api yang mulai membesar, menyambar lapisan luar kotak rokok, perlahan mulai membakar tembakaunya, bau khasnya mulai tercium. “Sedang apa kau jam segini, kenapa belum tidur? Anak kecil tidak boleh begadang!”

YA~ Nuna....aku menunggumu! Aku sudah tidur dari jam 8 tadi. Aku terbangun karena mendengarmu datang. Janganlah sering pergi meninggalkan rumah, setidaknya Nuna harus mengabari aku!”

Bahkan aku tidak menyadari jika Byung sudah mulai beranjak dewasa saat ini..aku bukan Nuna yang baik...kurasa.

Mian, Byung-a...lain kali aku akan mengajakmu keluar bersama ya. Tapi kau jangan berisik ketika pergi bersamaku. Oh iya, besok pagi-pagi tolong bangunlah lebih awal. Aku menyuruh Changsub datang kerumah.”

“Ada apa? Ada apa?”

Raein sedikit tersenyum, “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengenalkannya pada kalian.”

***

Keesokan harinya Byung bangun lebih awal dan menunggu kawan kakaknya itu di depan pintu. Namun sudah jam 8 lewat tidak ada tanda-tanda dari orang itu.

“Mana...ini sudah siang..”

‘KLAK’

Pintu terbuka dan Eomma heran mengapa anak bungsunya begitu tampak risau dan bangun lebih pagi darinya. “Byung-a, sedang apa kau disini?”

“O~ Eomma, aku menunggu teman Nuna, katanya mau datang pagi ini..tapi aku sudah menunggunya satu jam lebih tidak ada siapa pun yang datang.”

“Teman Raein? Teman? Atau kekasih?” tanya Appa kemudian yang sudah tampak tampan dengan setelan jasnya. Pria berusia setengah abad itu merapikan sedikit dasinya. “Yeobo ppali~ ppali kita akan terlambat!” ucapnya kemudian menuju ke mobilnya.

“Byung-a, jaga rumah ya, Eomma dan Appa akan datang ke acara pernikahan, dan tempatnya agak jauh. Jadi pulangnya mungkin sore hari.” Wanita itu mengecup kening anak bungsunya.

Ne, Eomma.” Kenapa mereka suka sekali pergi sih? Padahal aku kan ingin ikut juga.

*

Ia terjebak disana sudah satu setengah jam. Namun karena makanan yang disajikan lezat, ia jadi melupakan janjinya dengan gadis bermasker itu.

“Changsub-a! Bagaimana rasa masakanku? Enak?”

Changsub mengangguk dan terus mengunyah apa yang ia makan, “Aku baru tahu, Nuna bisa memasak masakan selezat ini. Lain waktu kita harus piknik, dan pasti Raein suka sekali dengan rasa masakanmu!”

Dayoung kesal, ia tidak melanjutkan menuangkan susu di gelas Changsub. “Hmm~ kalau boleh aku tahu, apa yang kau lakukan di sekitar rumahku?”

“AH~ aigooo~ Nuna ya~ aku sampai lupa jika pagi ini sebenarnya aku di undang ke rumah Raein, tapi karena kau memanggilku untuk mencicipi masakanmu, aku jadi tidak bisa beranjak dari sini! Aku sungguh lapar!”

Dayoung kembali mendapatkan senyumnya, “Kalau begitu, sering-seringlah datang ke sini! Aku suka jika kau...maksudnya, aku senang bisa berbagi jatah makananku bersamamu!”

Changsub tersenyum karena senang ia mendapatkan sarapan gratis pagi ini, tapi sebenarnya ia tidak yakin jika semua ini Dayoung yang membuatnya.

***

Nuna, aku tidak suka melihat wajahmu yang seperti itu!” Byung duduk di meja makan dan mengamati wajah Raein yang sedikit kesal. “Mungkin lain waktu dia bisa menemui kita, jangan berburuk sangka padanya!”

“Byung-a...aku biasa saja, jadi tolong kurangi intensitas protesmu. Tidak lihat kah kau aku sedang sibuk? Jangan buat aku semakin bingung...atau kuas ini akan mengotori wajahmu!”

Raein yang memiliki kemampuan melukis di atas rata-rata sering menjadikan adiknya sebagai objek lukisannya, dan hasilnya selalu mengagumkan, ia tidak pernah menceritakan pada siapa pun tentang keahliannya, karena ia tidak ingin terlihat menonjol di antara mahasiswa di jurusan kesenian lainnya.

Nuna, aku ingin ke kamar kecil...apakah lukisanmu sudah selesai? Sudah satu jam aku menahannya....” ucap Byung sambil mengeluarkan ekspresi yang lucu bagi Raein.

Raein tak dapat menahan tawanya, “Tunggu apalagi? Apa kau mau mengeluarkan itu disini?” kemudian ia melihat adiknya lari terbirit-birit ke kamar mandi dan ia melanjutkan lukisannya yang sebentar lagi selesai. “Selalu saja, berakhir di atas kanvas. Hhhhh~...” eluhnya.

‘DOK, DOK, DOK’

“Raein-a~ apa kau di dalam? Ini aku, Changsub!”