Minggu, 29 Mei 2011

FF [request by dinar] -5-

Dua lelaki itu terlibat baku hantam, bergantian dan tidak mau berhenti sampai akhirnya salah satu tersungkur.
“Seol Hyo...?”
Jari-jari dingin itu menutup mulutnya yang menganga melihat aksiden tersebut. Ia tidak tahu haru bertindak dan  membela siapa.
“Apa yang kalian lakukan..??!!!!!” Seol Hyo marah, dia bertanya sekaligus dengan nada yang membentak agar keduanya berhenti melakukan hal bodoh itu.
Seung Hyun yang tersungkur, sesungguhnya ia ingin melakukan hal ini sejak pertama kali tahu Seol Hyo menyukai Tae Yang. Menurutnya, Seol Hyo hanya pantas bersanding dengan dirinya.
“Jangan bertindak seperti anak kecil! Aku tidak akan bersimpati pada kalian berdua! Jika seperti itu mau kalian, lebih baik tinggalkan aku sendiri!”
Suasana menghening sejenak, empat mata itu memandang Seol Hyo – sama-sama tidak mau kehilangan gadis lugu dan polos itu.
Seol Hyo meninggalkan mereka, berjalan kembali dari arah kedatangannya. Tae Yang mengejarnya namun Seol Hyo rupanya benar-benar marah dengan sifat kekanak-kanakan mereka.
*
Di lokasi lain Ji Yong dan Rae In kebingungan mencari Seol Hyo karena Seol Hyo pergi dengan Dae Sung tanpa pamit terlebih dahulu.
Ji Yong mendapatkan pesan singkat dari Seung Hyun mengenai kejadian barusan, karena tidak ingin hubungannya dengan Rae In hancur maka ia mengabaikan Seung Hyun dan esok ia berencana membuat semuanya lebih baik.
*
Seol Hyo sudah ada dirumah semenjak pukul 11 malam setelah ia marah kepada dua lelaki itu. Ini sudah lima hari semenjak kejadian itu, dan Seol Hyo masih belum mau bicara dengan mereka padahal Seung Ri dan Ji Yong sudah mengusahakannya.
Semua keputusan ada ditangan Seol Hyo.
Sepertinya hari ini Seol Hyo harus membolos lagi gara-gara Seung Hyun terus memberinya bunga di dua hari terakhir ini. Bagaimana bisa, karena Seung Hyun mengirim toko bunga itu berjualan didepan rumah Seol Hyo dan menghalangi jalan.
“Maafkan aku Seol Hyo-ah.” Ucap Seung Hyun yang nekat melakukan hal itu. Bahkan hanya dia yang berani muncul di hadapan Seol Hyo, padahal Seol Hyo mengharapkan Tae Yang yang melakukan ini semua.
Seol Hyo mengabaikannya dan memindahkan beberapa pot agar ia bisa berjalan menuju sekolah. Seung Hyun menguntitnya, ia tidak peduli bahkan sampai rela menunggu sampai sore disekolah.
Hal ini sudah hampir satu minggu terjadi dan bersamaan dengan itu tidak ada kabar dari Tae Yang yang  masih menjadi kekasihnya itu. Merasa khawatir, Seol Hyo mengunjungi rumah Tae Yang.
Sepi, namun ada tanda kehidupan.
“Oppa? Boleh aku masuk?” tanya Seol Hyo yang sudah melupakan kejadian bodoh malam itu. Beberapa meter dari rumah itu Seung Hyun mengawasi.
“Hm..” hanya terdengar suara pelan itu.
Tae Yang demam, sudah tiga hari dan dia sendirian dirumah sebesar itu.
*
“Kenapa tidak memberitahuku Oppa?” isak Seol Hyo yang mendramatisir keadaan.
Tae Yang tertawa senang, “aku kan hanya sakit biasa...aku masih bisa hidup kok untuk memukul mantanmu itu.” Candanya.
Seol Hyo memukul keras lengan Tae Yang. “Bukan itu yang jadi masalah! Aku tidak mau Oppa sakit karena aku! Atau aku tidak mau aku menjadi tidak peduli kepadamu! Oppa pikir aku masih mau dengan Seung Hyun itu?”
“Bukannya memang sedang bingung ya sekarang? Sepertinya dia memperjuangkanmu sekali?”
“Sudahlah Oppa jangan bahas dia!”
“Tapi jika memang dia beranggapan kamu pantas untuk diperjuangkan, aku setuju.”
Seol Hyo memeras handuk basah dan meletakkannya di dahi Tae Yang, “jika aku memang pantas untuk diperjuangkan, maka aku ingin Oppa yang memperjuangkan aku sampai menang.”
Seol Hyo beres-beres dan ingin pulang namun Tae Yang menariknya dan memeluknya.
“Apa kamu berfikir aku pantas untukmu? Aku ini tidak semenarik dia bagaimana bisa kamu menyukai dan menerima aku menjadi pacarmu? Aku ini payah, bahkan aku takut untuk mendekatimu terlebih dahulu.”
“......jangan tanyakan kenapa aku menyukai Oppa, aku tidak akan pernah bisa menjawabnya. Silakan katakan semua tentangmu ; payah, bodoh, atau apa saja. Tapi bagiku itu adalah bagian dari Oppa yang aku sukai, aku menyukai semua tentang Tae Yang Oppa.”
Seol Hyo melepaskan pelukan itu karena dia harus pulang, rumahnya kosong.
Tapi, Tae Yang menariknya sekali lagi.
“Kalau begitu, peluk aku....3 menit saja.”
Seol Hyo tidak mungkin bisa menolaknya.
*
“Sebaiknya mundur sebelum sepenuhnya hatimu hancur.”
Dengan tatapan tajam ia hanya bisa bersinis ria dengan rumah Tae Yang.
“Aku sudah bilang tidak akan menyerah begitu saja kali ini.”
“Jangan memaksakan dirimu, hatimu hancur jangan buat orang yang kamu sayangi ikut merasakan hancurnya. Lebih indah jika melihat dia bahagia. Meskipun itu menyakitkan.” Ji Yong hanya menghampiri Seung Hyun dan mengatakan itu.
Lebih indah melihatnya bahagia dari pada harus melihatnya ikut hancur bersamamu...
Perkataan Ji Yong terngiang di benak Seung Hyun, kini dia yang bimbang dan ragu harus mengikutinya atau justru menentang arus.

to be continue . . .

Jumat, 27 Mei 2011

FF [request by dinar] -4-

Kamis sore kali ini adalah jadwal Park Seol Hyo bertanding melawan sekolah lain. Namun 1 jam sebelum pertandingan dimulai, ada perubahan juri yang menilai mereka kini.
“Apa? Ada pergantian juri? Yang benar saja, siapa orangnya?”
Seol Hyo hanya bersiap sambil mendengarkan teman-temannya protes karena juri yang biasanya ada dipihak mereka tengah digantikan oleh juri lain.
Ketua tim mereka datang dan berbisik memberikan siapa orang itu, namun bagi Seol Hyo tidak penting mau jurinya diganti atau tidak ada juri sekalipun dia bertekad untuk memenangkan pertandingan kali ini karena sudah berjanji pada kekasihnya, Tae Yang.
*
Tae Yang duduk di tribun paling tinggi, ia ingin melihat kekasih yang baru dipacarinya selama 3 minggu itu tidak gugup karena ia pandangi seperti itu.
Ya, Tae Yang menyatakan perasaannya lewat sebuah lagu ketika mereka pergi berdua waktu itu dan dilihat banyak orang di tengah taman kota. Waktu itu wajah Seol Hyo sudah tidak karuan lagi dan tidak banyak basa-basi Seol Hyo mengiyakannya.
Pertandingan sudah berjalan selama 10 menit, namun pihak lawan dengan mudahnya memenangkan 2 poin pertama ini. Diliputi rasa kesal dan ambisi yang besar, Seol Hyo tampak lebih serius kali ini tapi ketika arah matanya tidak sengaja melihat ke kursi juri.
Choi Seung Hyun yang menggantikan juri yang biasanya berpihak pada mereka.
*
Poin yang terkumpul saling susul menyusul, walaupun Seol Hyo tampak lelah sekali, namun dia masih berjuang sekali lagi agar bisa memenangkan pertandingan ini karena ia mempunyai tanggung jawab atas janjinya.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya sudah mendapatkan pemenang.
*
Begitu membuka mata, Seol Hyo sudah sendirian. Beberapa orang tampak sedang berbincang cukup keras dan itu membuatnya terjaga. Di luar ada Tae Yang, Seung Hyun, dan Park Rae In kakaknya.
Sayup-sayup terdengar pembicaraan mereka bertiga.
Sedang apa dia disini? Apa tadi aku pingsan, siapa yang menang? Mereka membicarakan aku, atau apa? Aku tidak bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas.
“Terima kasih Seung Hyun-ssi, sudah mengantarkan Seol Hyo.”
“Sama-sama, ku harap Seol Hyo cepat sembuh. Aku tidak bisa lama-lama menemani kalian, aku mohon pamit.”
Berlalunya Seung Hyun, membuat pertanyaan besar di kepala Tae Yang, “dia itu kenal dengan Seol Hyo?”
“Aku juga tidak tahu pastinya, sepertinya mereka memang kenal tapi tidak terlalu dekat. Seol Hyo dulu sempat mengidolakan dia, namun entah kenapa 2 tahun belakangan ini sudah tidak.”
“Apa mereka lebih dekat tanpa diketahui siapa pun? Aku merasakan ada yang mengganjal disini.”
Rae In menepuk bahu Tae Yang, “jangan berpikiran yang macam-macam! Tidak mungkin mereka pernah lebih dekat yang aku tahu. Jadi mereka itu tidak mungkin ada apa-apa.”
“Tetap saja rasanya ada yang aneh diantara mereka...aku berharap semoga feelingku salah.”
***
5 hari berlalu semenjak pertandingan yang dimenangkan oleh tim Seol Hyo....
Seung Hyun jadi sering muncul menemui Seol Hyo, mengetahui hal ini Ji Yong diam saja dan tidak mau ikut campur dengan masalah adik kekasihnya tersebut. Tae Yang mengetahui hal ini dan Seol Hyo jelas dengan banyak alasan lebih memilih kekasihnya yang sekarang.
Seung Ri sebenarnya tahu banyak hal, dia tahu jika Seung Hyun itu pernah sempat menjalin hubungan dengan adik sepupunya itu, namun dia tidak mengatakan pada siapapun tentang hal ini karena ia pun mengetahui hal ini tidak sengaja saat membaca pesan singkat di ponsel Seol Hyo.
Dae Sung memilih mengalah, alasan dia kembali adalah berusaha memenangkan hati Rae In, namun sayang dia terlambat satu langkah dibanding Kwon Ji Yong, mantan kekasih Rae In yang kini sudah kembali bersama.
Yang dihadapi Seol Hyo kali ini lebih menguras tenaga dibandingkan semua pertandingan basketnya ; cinta segitiga. Karena hati kecil Seol Hyo mulai goyah memilih antara Seung Hyun dan Tae Yang.
*
Disuatu malam ketika Seol Hyo sedang berjalan bersama Unnie-nya dan juga Ji Yong, dia tidak sengaja berpapasan dengan Seung Hyun, tapi Seol Hyo mengacuhkan karena dia ingin berjuang untuk hubungannya saat ini bersama Tae Yang.
Bukan Seung Hyun jika tidak berusaha.
“Pura-pura tidak kenal? Atau takut mereka melihat kita berbicara?”
“Menjauhlah, aku sedang tidak mood mengobrol.”
Seung Hyun masih menjaga jarak dengan Seol Hyo sekaligus mengawasi Rae In agar jangan sampai melihat dirinya bersama Seol Hyo malam ini.
“Hey, jangan seperti itu. Rasanya aku masih bisa diberi satu kesempatan darimu.”
Seol Hyo menggeleng, dia berusaha memikirkan Tae Yang saja malam ini.
“Ayolah, satu kali saja. Aku tahu kamu sudah  bersama orang itu sekarang, bukan berarti aku tidak bisa merebutmu darinya kan?”
Seol Hyo memandang orang ini dengan malas, lalu berjalan menjauh. Tidak disangka Seol Hyo bertemu Dae Sung di dekat sana.
“Seol Hyo-ah? Sedang bersama siapa disini? Apa Park Rae In ada disini?” Dae Sung sama seperti Seung Hyun, masih mengharap Rae In padahal sudah ada Ji Yong disisi Rae In.
Belum sempat Seol Hyo menjawabnya, Seung Hyun mendahuluinya.
“Ah, dia bersamaku malam ini. Rae In tidak bersamanya.”
Dae Sung kebingungan melihat sosok yang tinggi dan tampan dengan tatapan mata yang tajam itu. “Siapa kamu? Bersama Seol Hyo malam-malam begini? Kawan Tae Yang kah?”
“Aku tidak mengenalnya, bisa tolong antarkan aku ke rumah Tae Yang Oppa? Aku ingin bertemu dengannya.” Seol Hyo menunggu Dae Sung berpamitan dengan Seung Hyun.
Dae Sung akhirnya mengantarkan Seol Hyo ke rumah kekasihnya, sejujurnya dia tidak bisa sepenuhnya mengabaikan Seung Hyun yang setelah 2 tahun menghilang kemudian kini muncul tidak di undang dalam situasi rumit seperti ini.
*
Seol Hyo yang sudah ditinggalkan oleh Dae Sung itu melihat keadaan yang tidak sepantasnya terjadi.
Entah menggunakan pesawat jet atau kendaraan yang lainnya, Seung Hyun rupanya sudah membuat Tae Yang amat marah dan jengkel. Karena tidak mungkin Tae Yang asal memukul orang yang tidak bersalah dengan begitu amat keras.
Malam ini tak lagi menjadi dingin, suasana sekitar mereka menjadi panas.
Darah segar mengalir di ujung bibir Seung Hyun, tangan yang mengepal itu nampak memerah. Seol Hyo menutup mulutnya, dia terkejut melihat perkelahian barusan.
3 menit kemudian Tae Yang baru menyadari jika kekasihnya melihat ia memukul mantan kekasih Seol Hyo, Seung Hyun.
“Seol Hyo..?”

 to be continue . . .

Selasa, 24 Mei 2011

FF [request by dinar] -3-

Akhirnya Dae Sung mengantarkan Seol Hyo sampai rumah, namun pikiran Seol Hyo masih menerawang pada sosok berjaket tebal yang berada di tribun sore tadi. Seung Ri yakin dia sangat yakin mengenali sosok itu. Tapi Seung Ri tidak mau memaksakan kehendaknya kepada Seol Hyo.
“Terima kasih kalian sudah mengantarkan aku sampai rumah. Tapi sepertinya Unnie belum kembali...aku tidak mempunyai kunci cadangan.”
“Hmm kalau begitu kita tunggu saja diteras, kami akan menemanimu sampai Rae In datang.” Ucap Dae Sung sambil melemparkan senyum malaikatnya.
Seol Hyo merasa tidak enak hati karena hampir seluruh sore milik Dae Sung ia habiskan untuk dirinya saja, “ah, aku tidak apa-apa kalian tinggal seorang diri. Mungkin sebentar lagi Unnie pulang. Dae Oppa, lebih baik beristirahat saja kan baru satu hari masa sudah capek gara-gara aku?”
Seung Ri memandang Seol Hyo tidak biasa, itu sebuah isyarat.
“Hahahaha...” tawa khas Dae Sung, “tidak masalah, aku kan sudah lama tidak melihat Rae In!”
Dae Sung begitu saja duduk bersila menunggu Park Rae In, ini sudah pukul 9 malam ia tak kunjung pulang juga, membuatnya khawatir.
Seol Hyo sempat tertidur setengah jam menunggu Unnie-nya kembali dari kampus, lalu 15 menit kemudian Rae In kembali dengan ekpresi yang tidak biasa.
“Dae Sung? Kalian? Sedang apa disini?”
“Rae In?” Dae Sung mendekat, ingin memeluk namun urung. Ada yang pulang bersama Rae In, mantan kekasihnya semasa SMA, Kwon Ji Yong.
“Ji Yong?” Dae Sung sama terkejutnya dengan Ji Yong. “...ah lama tidak berjumpa denganmu.”
*
“Jadi, begitu?” Seung Ri dan Seol Hyo sedang mengobrol di teras belakang menjauh dari yang lainnya.
“Aku juga tidak menyangka kali ini membantu mereka lagi, dan ternyata Unnie sudah ngga marah lagi sama Ji Yong Oppa.”
Kripik satu toples mereka bagi berdua, “Aku malah tidak tahu sama sekali jika Ji Yong yang meminta ini semua.”
“Maksudmu?”
“Aku kira yang mau menyatakan perasaan pada Rae In itu Seung Hyun.”
“Seung Hyun yang pernah jadi legend perbasketan itu???” Seol Hyo sempat menjadi fans dari Oppa tinggi yang satu ini.
“Ekspresimu berlebihan!”
“Jadi,....sebenarnya,...” Seol Hyo masih bingung.
Seung Ri menghabiskan makanan dalam toples jumbo itu.
“Yang sebenarnya mau berpacaran dengan Unnie-ku itu siapa? Ji Yong oppa atau Seung Hyun Oppa?”
“Ji Yong, aku baru saja tanya Seung Hyun. Bukan dia, hanya saja dulu yang mengenalkan Rae In dengan Ji Yong itu Seung Hyun.”
Disela-sela percakapan mereka, ponsel Seol Hyo berbunyi. Tae Yang mengiriminya sebuah SMS.
Selamat malam, apakah besok ada waktu luang? Oppa ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar saja. Kuharap kamu bisa.
Bak orang kesurupan, tanpa mengatakan pada siapapun Seol Hyo mengucapkan kata “I will, I will, I will Beibeh!!!!!!” yang menarik perhatian semuanya. Lalu dia berlalu ke kamarnya, entahlah mungkin melanjutkan itu dengan mimpi indahnya.
*
Dae Sung dan Seung Ri sudah pulang 10 menit yang lalu, Rae In sudah masuk ke dalam kamarnya, Ji Yong sudah tertidur ditempat Seung Hyun karena saking senangnya. Tapi tidak seperti itu, Seung Hyun belum bisa tidur senyenyak sahabatnya.
Pukul 4 subuh, Seung Hyun masih mendengarkan lagu klasik untuk menenangkan batinnya. Ji Yong terbangun, mendengar suara musik itu.
“Hey boy, apa  yang kamu lakukan subuh begini? Tidurlah, Seol Hyo bisa kamu temui siang atau sore nanti.”
“Aku tidak bisa menunggu lagi.”
“Maksudmu? Kamu masih mengejarnya? Buat apa dia tidak pernah menyukaimu, dia hanya kagum padamu.”
“Aku akan mengubah rasa kagum itu menjadi rasa cinta.”
*

to be continue . . .

Minggu, 22 Mei 2011

FF [request by dinar] -2-

*
Itu adalah seikat bunga dan sekantung kelereng dengan corak yang indah, itu benda kecil yang mahal.
“Kalian yakin tidak melihat siapa pun di depan rumah?” tanya Unnie sangar, dia benar-benar dibuat rumit oleh tugas kuliahnya.
Seol Hyo dan Seung Ri sepakat untuk tutup mulut. Mereka menggelengkan kepala bersamaan.
Rae In curiga, “jika kalian berbohong dan aku mengetahuinya, awas!” ucapnya, namun bunga dan kelereng itu ia ambil dan disimpan.
“Sepertinya cara kita berhasil.” Bisik Seol Hyo kepada Seung Ri.
“Aku khawatir Unnie-mu benar-benar hanya akting di depan kita.” Keluhnya.
“Tidak, aku tahu benar seperti apa dia. Sudahlah, kita akan sukses!”
***
Pendekatan sedang berjalan. Tae Yang sebenarnya sudah mengetahui bagaimana perasaan Seol Hyo kepadanya, namun ia berusaha cuek dan menikmati dengan caranya sendiri. Respon positif sempat beberapa kali dilontarkan, seperti semangat ya buat pertandingan basketmu, sepatunya cantik seperti yang punya dan begitu saja bisa membuat Seol Hyo melayang sebulan penuh.
Siang ini Seung Ri mendatangi sekolah Seol Hyo bersama seorang temannya.
“Seol Hyo-ah!” teriakan Seung Ri memancing keramaian. “Maaf yang tidak memberitahumu dahulu, aku sebenarnya hanya mengajak jalan-jalan temanku yang datang dari luar Seoul.”
“Ah, annyeong haseyo!” ucap Seol Hyo dan dibalas oleh orang itu.
“Annyeong, aku Dae Sung. Teman SMA Seung Ri. Sepertinya dulu kamu masih kecil sekali ya?”
“Eh? Kita pernah bertemu ya? Ah, maaf ya aku lupa...”
Pelatih sudah memanggil Seol Hyo untuk kembali melanjutkan latihan sore ini.
Seol Hyo mohon pamit namun keduanya menunggu Seol Hyo di tribun sambil mengobrol seru.
Tidak jauh dari tribun dimana mereka duduk, ternyata Tae Yang sengaja meluangkan waktu untuk melihat Seol Hyo latihan basket, namun tidak seorang pun tahu jika orang itu adalah Tae Yang karena ia sengaja menyamar agar tidak membuyarkan konsentrasi Seol Hyo.
*
Kelas sore ini sungguh membosankan. Rae In terpaksa mengikutinya sampai 10 menit kemudian kelas bubar. Dia merasa suntuk dan malas untuk kembali ke rumah karena Seol Hyo akan pulang 1,5 jam lagi tepat pukul 7 petang.
“Park Rae In?” panggil seseorang.
Rae In menoleh ke arah belakang, dan menemukan sesosok wajah yang ditutupi penuh dengan balon warna warni dan jeans robek disana-sini.
“Siapa ya?”
Orang itu tidak juga menunjukkan wajahnya, malahan berjalan mundur membuat Rae In mengikutinya.
Sepatu cats biru itu tampak familiar, Rae In mengingatnya sambil terus mengikuti pemuda yang ada dibalik balon gas warna warni itu.
*
Seung Ri mengambilkan es krim pesanan mereka, Dae Sung berbincang dengan Seol Hyo dengan asyik di tribun. Mereka bercanda asyik, Tae Yang melihatnya dari kejauhan. Terpecik rasa cemburu dihatinya.
Saat Seung Ri kembali tidak sengaja dia mengenali jaket itu, “Tae Hyung?” ucapnya.
Begitu mendengar nama itu Seol Hyo spontan berdiri dan mencari sosok itu.
“Mana? Mana..????!” mata Seol Hyo berbinar seperti melihat berlian ditengah lumpur.
“Tae Hyung?!” panggil Seung Ri sekali lagi namun orang itu tidak meresponnya. Tentu saja jaga penampilan.
“Seung Ri-ah, mungkin cuma mirip saja...ini sudah malam ayo sebaiknya kita antarkan Seol Hyo pulang...pasti dia sangat letih latihan sore ini.” Ucap Dae Sung yang terdengar lumayan keras dari tempatnya berdiri sampai ke tempat Tae Yang.
*
“Kamu siapa sih?” tanya Rae In kepadanya.
“Aku penggemarmu.” Jawabnya lantang di aula utama kampus.
Penggemar? “Kelereng dan bunga itu darimu?”
“Yap.”
“Dari mana tahu benda-benda favoritku? Seol Hyo?”
“Bukan, aku tidak kenal Seol Hyo.”
“Seung Ri?”
“Bukan.”
Rae In mendekat dan mengambil balon-balon gas itu, dia terkejut siapa yang ada dibaliknya.
*


to be continue . . .

FF [request by dinar] -1-

“Apa benar kamu mau menyatakan perasaanmu pada Tae Yang?” tanya Unnie-nya, Park Rae In.
Seol Hyo hanya bisa mengangguk melihat sang Unnie yang tidak percaya jika adiknya ini begitu nekad dengan kehendaknya.
“Tolong bantu aku aku Unnie! Aku sungguh-sungguh dengan Tae Yang Oppa!” Seol Hyo benar-benar bersujud pada Unnie-nya.
Rae In Unnie hanya bisa memandangnya dengan jengkel karena tatapan Seol Hyo seperti anak kucing yang lapar.
“Unnie tidak kenal dengannya. Bagaimana bisa membantumu?” kilahnya yang sebenarnya malas berurusan dengan hal-hal asmara orang lain.
Sedang asyiknya Seol Hyo memohon, sepupu mereka yang rumahnya tidak terlalu jauh dari sana datang. “Ya! Sedang apa kalian berdua? Persiapan drama sekolah Seol Hyo ya?”
“Seung Ri-ah!!” terkejut melihat Seung Ri datang, Seol Hyo langsung berdiri dan merapikan diri.
Rae In hanya melihat Seung Ri lalu duduk kembali melanjutkan tugas kuliahnya.
“Kalian bisa membantuku membuat ini?” Seung Ri menunjukkan banyak koran dan kertas manila untuk tugas kuliahnya juga, serupa tapi tak sama dengan tugas Rae In.
“Kesepian ya dirumah?” tanya Rae In kemudian.
Seung Ri tidak menjawab pertanyaan Rae In, “tadi dari luar aku dengar nama Tae Yang, iya ya?”
“Ah tidak! Mungkin kamu salah dengar...di luarkan ramai...”
“Hah? Ini pukul 8 malam, diluar sudah sepi?” Seung Ri memastikan yang ia dengar benar.
Karena merasa berisik Rae In lebih memilih mengerjakan di kamarnya saja sambil mendengarkan lagu klasik.
Tidak satupun menganggp Rae In ada, sadis.
“Ayolah Seol Hyo, beritahu aku!” paksa Seung Ri.
Seol Hyo tidak mengatakan apa-apa dan tetap membantu Seung Ri menggunting koran-koran itu.
Seung Ri memohon lagi dan akhirnya Seol Hyo kalah.
“Aku suka dia...tapi Unnie tidak mau membantuku. Entahlah, aku tidak tahu harus minta tolong siapa lagi. Aku tidak mungkin mengatakan hal ini pada teman-teman dikelas, jelas kamu juga tahu siapa itu Tae Yang. Populer.”
Tiba-tiba Seung Ri menjitak Seol Hyo lumayan keras, “aww!! Kenapa sih?”
“Baboo!” teriaknya, “lupa ya Tae Yang itu satu kampus denganku! Kenapa tidak beritahu aku sejak awal?!”
Tanpa ekspresi bersalah Seol Hyo menanggapinya, “hmm? Iya ya, aku tidak tahu.”
“Tidak salah kamu suka padanya, Hyung itu penuh dengan kharisma...dia ada dijurusan seni musik. Dan tidak lama lagi dia akan menjadi seniorku.”
“Benarkah?” Seol Hyo sudah dipenuh dengan harapan ini itu.
“Eits, ga gratis lho!”
“Pamrih! Tapi apapun demi Tae Yang Oppa deh! Kamu minta apa aja aku turutin!”
Dengan senyum liciknya Seung Ri membisikkan sesuatu kepada Seol Hyo.
***
Di hari pertama : Seol Hyo menitipkan sebuah puisi karyanya pada Seung Ri agar bisa tersampaikan  dengan pasti. Sementaran itu ada seorang teman Rae In dikampus yang memberinya setangkai mawar, ada yang memberikan bunga itu secara estafet.
Benar saja, sampai dirumah Tae Yang suka dengan isi puisi itu. Lembut namun tetap ada ketegasannya di dalamnya. Namun ini belum sampai tahap penasaran, Tae Yang hanya kagum dengan puisi tertanda HSP itu.

Di hari kedua :  ia hanya memberikan id chatnya kepada Seung Ri untuk disampaikan kepada Tae Yang. Rae In kebingungan, ditempat ia biasa duduk di dalam kelas fotografi dipenuhi kelereng-kelereng indah kesukaannya.
Tae Yang sempat menolaknya, namun Seung Ri memaksa Hyung-nya. Dengan sedikit tawa Seung Ri mengatakan, “ajaklah orang ini mengobrol, dengan begitu Hyung sudah membantu dia menjadi pemain basket terbaik.” Kini ada dua petunjuk yang Tae Yang pegang.

Di hari ketiga : Seol Hyo menjemput Seung Ri sore hari selesai berlatih basket disekolahnya, dan Seung Ri keluar dari kampusnya bersama Tae Yang tentu saja dengan senyumnya yang manis dan lucu. Rae In sedang menghadiri meet and greet penulis buku favoritnya, ‘Soulmates’.
Setelah tawanya, Seung Ri menghampiri Seol Hyo.
“Ah, kamu beneran datang menjemputku?”
Seol Hyo hanya mengangguk, terlihat raut letih diwajahnya (sebenarnya raut menahan ekspresi terkagum-kagum).
“Pacarmu?” tanya Tae Yang.
“Hahaha, bukan! Ini adik sepupuku, Seol Hyo.”
Seol Hyo membungkuk sambil tersenyum, dia sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi.
“Ah! Senang berjumpa denganmu.”
Mereka saling berpamitan, setelah Tae Yang menghilang dari pandangan, Seol Hyo berdiri kaku di tempat ia berpijak.
“Nah, sepertinya setelah ini kalian bisa melanjutkan sendiri.” Ucap Seung Ri  bangga karena bisa membantu dua orang sekaligus dalam satu waktu.
“Aku tidak percaya aku bisa berbicara langsung kepadanya....”
Seung Ri menghelas napas, “semoga berhasil!” ucapnya dan jalan terlebih dahulu.
*
Tae Yang mengingat chatnya semalam dengan si pemain basket itu.
~ besok aku akan berlatih menggunakan sepatu baruku, warnanya merah. Terima kasih Oppa sudah memberiku suntikan semangat !
Dan sore tadi dia bertemu dengan gadis dengan sepatu basket merah yang masih mengkilat.
“Apa mungkin adik Seung Ri yang ku ajak chatting semalam? Dia kah? Aku tidak percaya jika ada seorang gadis yang benar-benar menyukaiku sampai seperti itu.”
***
Makan malam menjelang.
Seol Hyo bergabung dengan keluarga Seung Ri malam ini karena Paman dan Bibinya memaksanya untuk singgah dahulu toh rumah mereka tidak begitu jauh.
~ cring
Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Seol Hyo, ternyata dari Unnie-nya.
PULANG !!!
Membaca pesan itu Seol Hyo jadi tidak berselera untuk mencicipi hidangan penutup buatan Ibu Seung Ri.
“Lho? Kenapa mau pulang sekarang?”
“Unnie sudah menyuruhku pulang.” Jawab Seol Hyo lemas.
“Kamu tidak katakan berada disini?” tanya Ibu Seung Ri
Seol Hyo menggeleng. Dia sudah bersiap untuk pulang.
“Ya sudah kalau begitu, ini makanlah dirumah. Bagi juga untuk Unnie-mu ya Seol Hyo, lain kali ajak dia main ke sini ya.”
“Terima kasih!” Seol Hyo pulang diantarkan Seung Ri.

Mendekati rumahnya, Seol Hyo melihat seseorang yang meletakkan seikat bunga di depan rumahnya. Menyadari kehadiaran si pemilik rumah, orang itu kabur.
“Eh, itu siapa?” tanyanya kepada Seung Ri yang sepertinya mengenalinya.


to be continue . . .