Sabtu, 12 Januari 2013

I Need You, Now...

just a simple imagine from me...i need u now...


Tittle : I Need You, Now
Genre : Sad Romance / Angst
Date : 12.1.2013
Theme song : Kim Sunggyu - I Need You
Cast : Steven & Stiva (original character)
Author : @geishacrying


---------------------------


“One shot, two shot, three shot...”

CEKRET! CEKRET! Suara kamera DSLR itu memecah keheningan pagi. Laki-laki berjubah gelap itu sibuk membidik sasarannya. Seorang gadis dengan rambut sebahu, wajahnya yang cantik juga manis beraut sedih.

Gadis itu memakai syal tebal dan di antara udara yang dingin ia memegang segelas teh hangat dan hanya menghirup aroma teh tanpa meminumnya, matanya sesekali melihat ke arah kamera. Ekspresi itu; sedih, sakit, dan kesepian.

“Bagus, tahan! Sekarang pejamkan matamu! Dan hirup aroma tehnya!” pinta sang fotografer profesional itu. “Anggap aku tidak ada!”

Di dalam gelapku sesungguhnya aku.....membutuhkanmu...

..I Need You, now.

*****

Aku mendekap hangat gelas kopi itu, aku duduk santai di sebuah kursi samping jendela kaca. Sesekali memandang keluar, melihat begitu banyak manusia yang berjalan dengan masalah di pundak mereka. Ya, aku juga salah satu dari mereka.

“Ah~ tanganku pegal! Lemme check...hmm....wow! 1489 foto! Banyak sekali!” seru fotografer yang juga temanku itu. Teman baruku. “Kurasa tidak semuanya jadi...”

“Hmm~..” ucapku kemudian. Fikiranku masih belum bersih darinya, sudah 5 bulan. Tapi aku masih tidak bisa beranjak darinya. Mungkin aku memang benar-benar bodoh. “Lapar?” aku menyodorkan biskuit strawberry padanya.

“Thanks!” ucapnya sambil membuka kacamatanya dan lalu membersihkannya menggunakan sapu tangannya. “Kamu tidak makan?”

“Nanti.” Sahutku.

Kemudian kurasakan sebuah belaian lembut di sisi kanan bahuku, “Aku tahu, kamu pasti bisa. Tidak baik berlarut seperti itu. Bagaimana jika pemotretan hari ini kita akhiri disini saja? Sesungguhnya aku tidak tega memotret orang dengan ekspresi seperti itu.” Ucapnya sambil merangkulku—mencoba membuatku lebih tenang.

Aku tidak menjawabnya. Aku tidak bisa berfikir jernih. “Aku tidak mengerti...aku tidak bisa mengacuhkannya. Aku selalu...mengikutinya. Dia, aku rasa masih memikirkan aku,...yah walaupun terkadang.”

Aku mendengar dengusan tawanya, “Huh...waktu kalian dulu bersama...kenapa hal ini tidak terjadi? Aku yakin, dulu dia tidak pernah memikirkanmu...selalu seperti ini. Sudahlah, ayo bangkit!”

Aku menatapnya, aku tahu dia mencoba menghiburku padahal ia juga memiliki masalah yang sama denganku. Setidaknya serupa, namun ia berusaha menutupinya. Ia tidak ingin orang lain bersimpati terhadapnya. “Jangan tersenyum, kamu terlihat aneh. Jika ingin berkeluh kesah, keluarkan saja. Itu lebih baik daripada harus memendamnya.”

*****

Kami kembali menyusuri jalanan bersalju dengan langkah yang rapuh. Aku takut, aku tidak bisa kembali berdiri kokoh kelak. Aku tidak tahu mengapa kini, diriku begitu lemah. Hanya karena seseorang yang benar-benar egois dan betapa bodohnya aku saat ini.

Tiba-tiba langkahnya terhenti, kepalanya menengadah ke atas, pandangannya tertuju pada sebuah spanduk bertuliskan “SAKURA” beralphabetkan aksara Jepang. Aku melihat air mukanya, ya sama denganku.

“Steve, ayo? Mau sampai kapan seperti itu? Sejam yang lalu kamu baru saja menyemangati aku.”

Ia menatapku, memberikan sebuah senyum hampa. “Maaf ya. Hahahha!” ucapnya sambil mengusap tengkuk lehernya. Kemudian, aku meminjamkan syalku padanya. “Eh? Kenapa memberikan ini padaku?”

“Aku lihat kamu kedinginan. Sudah lama aku tidak berbagi, jangan khawatirkan aku.” Aku mendahului langkahnya.

“Stiva! Lupakan dia!”

Aku tertegun. Aku tahu, itu adalah emosi sesaat. “I will.” Ucapku tanpa berbalik dan melanjutkan langkah.

GREB!

Aku merasakan hangat nafasnya di antara dinginnya salju.

“Setidaknya beri aku kesempatan untuk membuatmu tersenyum! Aku....membutuhkanmu.”

“Bagaimana bisa? Sedangkan aku, masih belum bisa melupakan orang itu? Aku rasa kamu juga...” aku menghela nafas, “...perasaan sama-sama masih terluka. Bagaimana bisa di saat kamu memikirkan dia, kemudian mencoba menghiburku? Aku tidak mengerti.”

Dia melepaskan pelukannya, tanpa kata ia memulai langkahnya. Aku melihat ia merapatkan jaketnya.

“Steve...” di luar kesadaranku, aku meraih tangan itu.

.....Kami hanya berbicara dengan pandangan.

Dan lalu, aku meninggalkan salju.....bersamanya.


FINE