Sabtu, 29 Juni 2013

POISON [FF-oneshot]


Tittle : POISON
Cast : Lee Hongbin [VIXX] – Jung Il Hoon [BTOB] – Jung Hana [OC]
Genre : Scifi Fantasy / Siblings / Friendship / Lover
Rated : 16+
Theme song : Monni band
Author : Ravla

------------------------------------

POISON

“Oh Oppa! Ambil yang itu, yang itu juga!” teriak remaja yang mulai beranjak dewasa tersebut.

Ilhoon memetik dua tanaman yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, sampai ia mendengar teriakan adiknya yang lumayan kencang. “KYAA!”

“Hana!” Ilhoon buru-buru melihat adiknya yang rupanya jatuh terjerembab ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam. Sepertinya seseorang membuatnya untuk menjebak rusa.

Oppa, tolong aku...” ucapnya sambil mencoba berdiri untuk meraih sebuah akar tanaman, namun sepertinya kaki Hana terkilir. “Auw~ kakiku...sakit!”

Ilhoon tampak mulai panik, “Tunggu disitu~! Aku akan mencari bantuan!” ia meninggalkan semua keranjang yang berisi tanaman obat dan berlari menuju desa untuk memanggil beberapa orang dewasa.

Sepeninggal Ilhoon, hutan terkesan begitu senyap dan Hana tidak bisa melihat apa pun disekitarnya karena lubang itu lumayan dalam, sekitar 3-4 meter dan diameternya tidak begitu besar.  “Oppa!” panggilnya mulai khawatir dan tidak ada jawaban apapun dari atas sana. Ia melihat sekeliling, hanya akar tanaman yang begitu lebat dan juga tercium aroma aneh dari lubang tersebut. Awalnya ia merasa baik-baik saja, namun lambat laun ia merasa tidak enak badan dan mulai lemas. “Ah aku kenapa...” gumamnya antara sadar dan tidak.

‘SRAK..SRAK...SRAK...’

Oppa!” teriaknya mencoba sekeras mungkin, namun ia tidak mendengar jawaban dari Ilhoon.

Sesaat sebelum Hana hilang kesadaran, ia melihat seseorang, pria, melongok dari atas sana, kemudian ia tidak bisa menahannya lebih lama. Hana pingsan di bawah sana.

***

Hana merasakan tubuhnya begitu sejuk, ia merasa ada yang memijit tubuhnya. Perlahan ia membuka mata dan pertama kalinya ia merasakan nafasnya yang begitu tenang dan nyaman.

Eung~.....”

“Oh? Ilhoon-a! Adikmu sudah sadar!” teriak seseorang yang memijiti lengan Hana. “Dia sudah siuman!”

Ilhoon meninggalkan kerjaannya di dapur dan langsung menghampiri Hana dan memeriksa keadaan adik semata wayangnya itu. “Hana, Hanaa~...Hana!” ucapnya sehingga membuat Hana meliriknya, namun sepertinya gadis 16 tahun tersebut masih ling lung.

“Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?” tanya orang-orang yang sudah mengerumuninya.

Oppa....” panggilnya lemah dan kemudian ia merasakan tangan hangat membelai wajahnya.

“Iya, iya aku disini...maaf meninggalkanmu waktu itu...” ucap Ilhoon begitu menyesal. “Apa yang terjadi sampai kau pingsan di dalam sana? Adakah orang lain disana selain dirimu?” tanya Ilhoon memastikan. “Jawab aku Hana!”

“Sudah...sudah jangan seperti itu! Dia baru saja sadar Ilhoon-a!” tegur sang Ibu mencoba menenangkan anak sulungnya itu. “Hana...” tangan perempuan itu memeriksa suhu tubuh anak gadisnya, semua tampak normal.

“Aku...melihat....” gumam Hana pelan, namun hanya Ilhoon  yang mendengarnya. Dan kembali memaksa adiknya untuk berbicara banyak.

“Melihat siapa? Siapa?!”

Hana menatap kakaknya lemah, ia merasa amat lelah...bahkan ia tidak tahu berapa hari ia tak sadarkan diri.

*

Ilhoon tampak begitu khawatir, wajahnya menyiratkan sesuatu. Sesuatu yang begitu misterius.

“Jangan biarkan anak kecil memasuki hutan itu lagi, cukup Hana yang terakhir atau dia akan lebih ganas dari yang sebelumnya...”
“Tapi kan kita tidak tahu apa itu? Apa tidak sebaiknya kita menyeledikinya dan memusnahkannya? Itu akan jauh lebih baik!”
“Apa kau mau mati?! Tidak akan ada orang yang selamat jika tertangkap olehnya! Tidak ingatkah kau dengan kejadian 20 tahun yang lalu! Dan kini generasi baru pasti lebih kuat dari masa itu!”

Samar-samar Ilhoon mendengar percakapan beberapa orang desa tersebut membicarakan tentang sesuatu yang bersembunyi di hutan lebat itu. Ia bahkan berniat untuk membawa makhluk itu ke desa dan mempertontonkannya di depan khalayak umum. Namun ia tidak bisa melakukan hal senekat itu, cukup sekali itu saja. Ia berjanji pada dirinya sendiri.

Oppa...aku..takut...” ujar Hana kemudian yang merasa tubuhnya sudah enakan. “Aku waktu itu tidak...entahlah aku sendiri tidak mengerti apa yang tengah terjadi...” Hana menggelengkan kepalanya, ia tidak ingat persis apa yang ia lihat sesaat sebelum pingsan.

Ilhoon meremas bahu adiknya, ia gemas kenapa Hana tidak langsung berterus terang di depan orang-orang itu. “Kenapa kau tidak mengatakannya kepada kami semua? Kenapa kau hanya mengatakan hal ini padaku?”

Hana menatap Ilhoon dalam, ia mengerti Ilhoon begitu mengkhawatirkan dirinya, namun ia tidak ingin membuat kehidupan di dalam hutan itu rusak. “Oppa...apa itu? Apa dia manusia? Aku melihatnya sesaat sebelum aku benar-benar pingsan, hanya siluet hitam...seorang laki-laki...apa itu, beritahu aku tentang kisah itu Oppa..”

Ilhoon menelan ludah, ia merasa Hana tidak perlu mengetahui kisah buruk itu. Namun jika ia tidak memberitahunya, gadis itu akan masuk dan mencari tahu lebih dalam ke hutan itu. “Ah, itu hanya cerita kacangan, tidak benar-benar ada!” sangkalnya.

Oppa, jangan berbohong padaku...ceritakanlah!” Hana menarik baju Ilhoon, ia benar-benar ingin tahu tentang kisah itu.

Rabu, 26 Juni 2013

Little White Lie [FF-oneshot]


Tittle : Little White Lie
Cast : Lee Changsub [BTOB] – Park Rae In [OC] – Jang Dayoung [OC] – Han Sang Hyuk [VIXX] as Park Byung Jae
Genre : Siblings / Love / Angst
Theme song : any kpop songs you want hear
Rated : 15+
Author : Ravla

------------------------------------

......
“Aku kira kita bisa menjalani semua ini dengan baik, namun ternyata aku salah. Tapi aku tidak akan mengalah, karena sekarang kita adalah rival.”

Ucap gadis dengan penampilan yang feminin dan melenggang seperi model profesional, namanya Jang Dayoung. Dia adalah primadona di kampusnya, bagaimana tidak. Jelas, ia melakukan bedah plastik dan kini setelah ia menjadi jauh lebih cantik dengan wajah palsunya itu, ia merasa ‘tinggi’ dan selalu memandang rendah serta sebelah mata terhadap kawannya sendiri, Park Raein.


***

Beberapa bulan yang lalu, sebelum semua ini terjadi semuanya baik-baik saja. Baik Changsub maupun kedua gadis itu tidak pernah terlihat benar-benar terperosok dalam suatu masalah. Sampai akhirnya mereka pergi untuk main biliar dan Changsub mengatakan sesuatu hal yang membuat Dayoung sedikit kesal.

Nuna, kapan kau akan kenalkan aku dengan pacarmu? Kau bilang minggu lalu akan membawanya pada kami di minggu ini..?”

Dayoung tampak bingung menjawab pertanyaan tersebut, “Ah~ itu....maaf ya, sepertinya dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya...maklum, pengacara.”

Raein meliriknya dengan tatapan ‘pembual’. Namun ia tetap diam, Raein bukan tipe orang yang mudah untuk mengeluarkan kata-kata. Bahkan ia membungkam mulutnya dengan masker. “Huk~!” hanya suara itu yang ia keluarkan untuk melemaskan otot-otot tenggorokannya.

“Eung~..? Kau tidak apa-apa Raein?” tanya Dayoung mengalihkan perhatian. “Sudah malam, sebaiknya kita bergegas ke tempat biliar, kaja!”

Changsub dan Raein menyusul Dayoung yang melangkah terlebih dahulu, mereka tampak begitu akrab namun sebenarnya selama ini Changsub begitu susah berkomunikasi dengan Raein karena memang gadis itu tidak ramai seperti Dayoung yang cenderung mengomentari segala hal.

“Raein-a, benar kau tidak apa-apa? Kau selalu memakai masker, aku bahkan tidak pernah melihat wajahmu tanpa masker..”

Raein mendongak untuk menoleh dan menatap sosok pria yang lebih tinggi darinya itu, “Benarkah? Aku kira kamu sudah tahu.”

Changsub menghentikan langkahnya seketika. Ia merasa terkejut karena jarang sekali dirinya mendapati Raein yang seperti itu. “Raein-a...kau...kau...berbicara padaku? Ah~ ini seperti mimpi saja....” lalu lelaki itu menggeleng keras untuk menyadarkan dirinya sendiri.

Raein menoleh ke belakang, “Kau kira aku tuna wicara?” ucapnya sambil menepuk pelan lengan Changsub. Sentuhan itu membuat Changsub sedikit melompat ke belakang.

*

“YA~ sekarang giliranku lagi! Park Raein!” teriak Dayoung lumayan keras sambil menggeser tubuh Raein menggunakan tubuhnya. Raein bahkan belum sempat memukul bola.

‘TAK!’

“AH~ kenapa tidak masuk sih!” gumam kesal Dayoung pada bola berwarna merah itu. “Sudahlah, aku bosan! Kalian lanjutkan saja berdua!” Dayoung melempar begitu saja tongkat kayu di atas meja, kemudian Raein mengembalikan ke tempatnya semula.

“Raein-a, giliranmu.” Ucap Changsub.

Raein mulai bersiap untuk menyodok bola di atas meja hijau itu, namun ia tidak bisa menemukan posisi yang tepat untuk memasukkan bola itu ke lubang.

“Dari sini, begini...” tiba-tiba Changsub berdiri di belakangnya dan membantu Raein mencari posisi.

‘TAK!’ bola hitam itu sempat mengenai bola yang lainnya namun akhirnya Raein berhasil menghilangkan bola hitam tersebut.

Bravo!!” teriak Changsub kemudian menepuk-nepuk punggung Raein yang nampak biasa saja.

Sementara itu, di sudut sana sepasang mata tidak suka melihatnya. `Apa bagusnya dia..jika bukan karena dia pintar dalam sastra, aku malas bergaul dengan orang aneh itu.`

“Raein-a, sudah hampir jam 12 malam...tidak pulang?” tanya Changsub mengingatkan kawannya itu.

Raein menatap jam dinding yang ada diruangan itu, kemudian ia mengangguk dan menyudahi semuanya. Mereka menghampiri Dayoung yang sedang asyik minum soda dan kemudian Changsub mengatakan sesuatu.

“Nuna, itu tidak baik buat kesehatan! Jangan terlalu banyak minum minuman bersoda, dan aku lihat sepertinya berat badanmu naik, yah? Haha...”

Raein melihat perubahan diwajah Dayoung, ia tampak tidak senang dengan candaan Changsub barusan, kemudian seperti biasa perempuan itu berjalan mendahului yang lain.

Setelah Changsub selesai membayar tagihan, mereka bergegas menyusul Dayoung.

*

Aku pasti bisa membuat Changsub lebih dekat denganku daripada dengannya.

“Terima kasih ya, kalian sudah menemani aku bermain biliar..kapan-kapan kita bertemu lagi...sudah ya aku masuk ke dalam rumah. Bye..bye...” Dayoung berjalan menuju rumahnya yang berada lebih tinggi dari rumah yang lainnya.

“Hhhh~.....” terdengar Raein menghela keras setelah perempuan yang lebih tua 4 tahun darinya itu menghilang di balik tangga yang lumayan tinggi itu.

Changsub menatapnya, “Kenapa? Kau merasa tidak enak badan Raein-a?” kemudian Changsub sedikit memijat pundak Raein namun gadis itu tidak menginginkannya.

Raein berlalu dan Changsub mengantarnya pulang ke rumah yang lebih mirip Dojo. Disanalah Raein tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga seorang adik laki-lakinya yang berusia 17 tahun.

“Sudah sampai, hmm~ apa kau senang bermain biliar tadi?” tanya Changsub sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya.

Raein merebutnya, ia tidak suka melihat orang-orang disekitarnya merokok. Dan kemudian ia menggeleng keras. Raein tidak suka basa-basi, ia akan mengatakan apapun sesuai dengan apa yang ia rasakan.

“Oh, kalau begitu maaf ya...pasti ada yang membuatmu tidak nyaman, iya kan?”

Raein menatap Changsub, “Besok, pagi-pagi datanglah lagi. Aku...aku ada perlu denganmu.” Ucapnya kemudian masuk ke dalam rumah.

Changsub merasakan Raein tidak seperti biasanya, “Eh, kau membawa rokokku!” teriaknya dari luar pintu, namun Raein sudah berlalu di dalam rumah.

*

Raein merasa lelah dan ia melepas maskernya, menyibak poni rambutnya dan menggulung rambutnya rapi. Ia tampak lebih rapih dari pada tampilan sehari-harinya, dan kemudian ia pergi ke halaman belakang rumahnya untuk membakar sekotak rokok yang rupanya masih utuh itu.

Nuna~!” panggil adik laki-lakinya yang perlahan menghampirinya. “Kemana saja? Tadi aku sendirian dirumah! Dan kau tidak dapat  bagian pizza yah! Appa dan Eomma tadi membelikannya untukku! Oh, apa yang kau lakukan, Nuna? Ah, itu....!”

“Kenapa kau berisik sekali, Byung-a! Diamlah, ini bukan milikku. Aku menyitanya dari Changsub tadi. Aku tidak suka melihatnya menghisap benda ini.”

Byung menyipitkan mata, “Nuna, kau menyukai Hyung itu ya? Padahal aku kira orang itu menyukai tipe gadis seperti temanmu yang lagi satu itu...yang jalannya seperti model itu!”

Raein melemparkan kotak rokok itu dan mulai membakarnya, ia melamun melihat api yang mulai membesar, menyambar lapisan luar kotak rokok, perlahan mulai membakar tembakaunya, bau khasnya mulai tercium. “Sedang apa kau jam segini, kenapa belum tidur? Anak kecil tidak boleh begadang!”

YA~ Nuna....aku menunggumu! Aku sudah tidur dari jam 8 tadi. Aku terbangun karena mendengarmu datang. Janganlah sering pergi meninggalkan rumah, setidaknya Nuna harus mengabari aku!”

Bahkan aku tidak menyadari jika Byung sudah mulai beranjak dewasa saat ini..aku bukan Nuna yang baik...kurasa.

Mian, Byung-a...lain kali aku akan mengajakmu keluar bersama ya. Tapi kau jangan berisik ketika pergi bersamaku. Oh iya, besok pagi-pagi tolong bangunlah lebih awal. Aku menyuruh Changsub datang kerumah.”

“Ada apa? Ada apa?”

Raein sedikit tersenyum, “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengenalkannya pada kalian.”

***

Keesokan harinya Byung bangun lebih awal dan menunggu kawan kakaknya itu di depan pintu. Namun sudah jam 8 lewat tidak ada tanda-tanda dari orang itu.

“Mana...ini sudah siang..”

‘KLAK’

Pintu terbuka dan Eomma heran mengapa anak bungsunya begitu tampak risau dan bangun lebih pagi darinya. “Byung-a, sedang apa kau disini?”

“O~ Eomma, aku menunggu teman Nuna, katanya mau datang pagi ini..tapi aku sudah menunggunya satu jam lebih tidak ada siapa pun yang datang.”

“Teman Raein? Teman? Atau kekasih?” tanya Appa kemudian yang sudah tampak tampan dengan setelan jasnya. Pria berusia setengah abad itu merapikan sedikit dasinya. “Yeobo ppali~ ppali kita akan terlambat!” ucapnya kemudian menuju ke mobilnya.

“Byung-a, jaga rumah ya, Eomma dan Appa akan datang ke acara pernikahan, dan tempatnya agak jauh. Jadi pulangnya mungkin sore hari.” Wanita itu mengecup kening anak bungsunya.

Ne, Eomma.” Kenapa mereka suka sekali pergi sih? Padahal aku kan ingin ikut juga.

*

Ia terjebak disana sudah satu setengah jam. Namun karena makanan yang disajikan lezat, ia jadi melupakan janjinya dengan gadis bermasker itu.

“Changsub-a! Bagaimana rasa masakanku? Enak?”

Changsub mengangguk dan terus mengunyah apa yang ia makan, “Aku baru tahu, Nuna bisa memasak masakan selezat ini. Lain waktu kita harus piknik, dan pasti Raein suka sekali dengan rasa masakanmu!”

Dayoung kesal, ia tidak melanjutkan menuangkan susu di gelas Changsub. “Hmm~ kalau boleh aku tahu, apa yang kau lakukan di sekitar rumahku?”

“AH~ aigooo~ Nuna ya~ aku sampai lupa jika pagi ini sebenarnya aku di undang ke rumah Raein, tapi karena kau memanggilku untuk mencicipi masakanmu, aku jadi tidak bisa beranjak dari sini! Aku sungguh lapar!”

Dayoung kembali mendapatkan senyumnya, “Kalau begitu, sering-seringlah datang ke sini! Aku suka jika kau...maksudnya, aku senang bisa berbagi jatah makananku bersamamu!”

Changsub tersenyum karena senang ia mendapatkan sarapan gratis pagi ini, tapi sebenarnya ia tidak yakin jika semua ini Dayoung yang membuatnya.

***

Nuna, aku tidak suka melihat wajahmu yang seperti itu!” Byung duduk di meja makan dan mengamati wajah Raein yang sedikit kesal. “Mungkin lain waktu dia bisa menemui kita, jangan berburuk sangka padanya!”

“Byung-a...aku biasa saja, jadi tolong kurangi intensitas protesmu. Tidak lihat kah kau aku sedang sibuk? Jangan buat aku semakin bingung...atau kuas ini akan mengotori wajahmu!”

Raein yang memiliki kemampuan melukis di atas rata-rata sering menjadikan adiknya sebagai objek lukisannya, dan hasilnya selalu mengagumkan, ia tidak pernah menceritakan pada siapa pun tentang keahliannya, karena ia tidak ingin terlihat menonjol di antara mahasiswa di jurusan kesenian lainnya.

Nuna, aku ingin ke kamar kecil...apakah lukisanmu sudah selesai? Sudah satu jam aku menahannya....” ucap Byung sambil mengeluarkan ekspresi yang lucu bagi Raein.

Raein tak dapat menahan tawanya, “Tunggu apalagi? Apa kau mau mengeluarkan itu disini?” kemudian ia melihat adiknya lari terbirit-birit ke kamar mandi dan ia melanjutkan lukisannya yang sebentar lagi selesai. “Selalu saja, berakhir di atas kanvas. Hhhhh~...” eluhnya.

‘DOK, DOK, DOK’

“Raein-a~ apa kau di dalam? Ini aku, Changsub!”

Selasa, 25 Juni 2013

15th (Fifteenth) -2 [FF-cerbung]


Tittle: 15th (Fifteenth)
Cast : Lee Hongbin VIXX – Lee Changsub BTOB – Han Mira (oc) – Sandara Park 2NE1
Genre : Love / Scifi Fantasy
Rated : 13+
Theme Song : k-pop songs you want hear
Author : Ravla

—————————————————————-
[part 2]

[Dara’s POV]
Aku bisa membaca dengan jelas rasa penasaran itu di matanya, “Mau aku beritahu satu rahasia tidak? Ini menyangkut Hanmi..”

“Rahasia? Hey Noona, kenapa kamu percaya sekali padaku? …okelah apa itu?”

Aku mengelilingi tubuhnya, dia berbeda, tidak seperti manusia serigala kebanyakan. “Hanmi…Hanmi itu…..~”

Aku melihatmu Hongbin-a…kamu begitu peduli dengan Hanmi, namun aku perlu mengetesmu beberapa kali, karena aku tidak mau menyerahkan Hanmi ketangan orang yang salah.

“Noona, cepat katakan…”

Aku tidak bisa menahan tawaku, hanya Hongbin yang bisa membuatku senyaman ini. Nyaman? Iya, sepanjang hidup, aku belum pernah bertemu orang seperti Hongbin.

“Hanmi itu manusia biasa.”

“…………………..” Hongbin terlihat menunduk dan dia mengatakan dalam hatinya, ‘sial aku dikerjai oleh vampir ini. Jika saja dia tidak cantik aku sudah menggigitnya!’ “Oke Noona, terima kasih infonya.”

Hongbin melanjutkan berkebun, ia merasa kesal pasti. Tapi aku bersungguh-sungguh, akan membantu Hanmi memilih lelaki yang tepat untuknya. Berada di antara dua pilihan itu adalah pilihan yang amat sulit…aku sudah pernah mengalaminya, 290 tahun yang lalu.

***

[Changsub’s POV]                       
Aku tidak pernah membayangkan, bisa sarapan dengan seorang wanita…kemana saja diriku selama ini? Dan apa yang kulakukan semalam kepada Hanmi? Seandainya keberanian semalam terus melekat pada sisi manusiaku…

“Oppa! Hmm, setelah ini mau melakukan apa?”

“Hanmi…maaf ya soal yang semalam…” aku memberanikan diri untuk meminta maaf atas perlakuanku semalam kepada Hanmi, aku benar-benar tidak enak hati. “Aku tidak bisa mengendalikan diri setiap tanggal 15…”

“Ah~ itu….” aku melihatnya ikut menunduk, antara mau tersenyum dan tertawa, namun ia berusaha menyembunyikan ekspresi itu. “Tidak apa-apa, itu tidak sengaja kan? Aku mengerti, tapi aku begitu terkejut melihat Hongbin semalam…aku tidak tahu, agak susah mengungkapkannya melalui kata-kata.”

“Apakah perubahan Hongbin menakutkan bagimu? Bagaimana dengan wujudku semalam? Aku bahkan tidak bisa mengingat bagaimana wajahku ketika aku berubah…”

“Oppa, hmm…aku suka melihat perubahanmu semalam. Itu membuatmu begitu beda 180 derajat. Oppa terlihat sangat cocok dalam wujud sepert itu.”

Dia adalah orang yang pertama mengatakan hai itu padaku.

***

[Author’s POV]
Sudah hampir 4 bulan mereka tinggal bersama dan Hongbin merasa tidak kesepian lagi, semenjak ketiga orang itu datang dan meramaikan hidupnya, ia merasa harus berterima kasih kepada semuanya.

Setiap tanggal 15, Hongbin dan Changsub akan merubah wujudnya menjadi sosok setengah serigala dan kucing. Semakin lama hal ini di sukai oleh Hongbin, namun ada yang mengusiknya dan ia tidak memberitahukan pada siapapun tentang hal ini.

Bulan kedua saat ia berubah, ia merasa begitu kesakitan, namun ia menahannya dan tidak membiarkan Changsub juga Hanmi melihatnya. Ia menyembunyikan diri dalam kamar dan meraung kesakitan. Ia bercermin dan tidak ada yang aneh dengan wujudnya, hanya saja ia merasa begitu kedinginan seperti sedang berada di kutub utara, ia merasa begitu menggigil, namun ia merasakan suhu tubuhnya normal. Ia merasakan itu sampai matahari terbit, setelah semuanya usai, semuanya kembali normal.

Hal yang sama ia rasakan pada perubahan bulan ketiga. Sampai sekarang ia tidak tahu anomali apa yang ia alami, dan Hongbin tidak mau membuat yang lain khawatir tentang dirinya.

“Hongbin-a…!” panggil Hanmi dari lantai dua sambil melempar sebuah topi. “Apa yang kamu lakukan tengah hari seperti ini di taman?”

Hongbin mendengus, namun dalam hatinya ia merasa sedikit senang. Ia memungut topi itu kemudian memakainya. “Turunlah! Aku mau memanen buah semangka di ladang belakang rumah!”

“Jinjja? Ah tunggu! Aku ikut!” teriaknya begitu antusias. Hanmi meraih jaketnya dan juga topi pantainya, ia menyusul Hongbin namun karena tidak hati-hati ia menabrak Changsub yang sedang menuju ke arah dapur dan mereka jatuh terpeleset.

‘GUBRAK!!!’

“AH! Neomu appo~..” ucap Changsub sambil meraba wajahnya yang rupanya tergores ujung map plastik yang cukup tajam.

Dara yang mendengar teriakan Hanmi segera menghampiri dan membantu Hanmi berdiri. “Apa yang kamu lakukan sampai jatuh seperti itu?” nampak kekhawatiran yang berlebihan di wajah Dara.

“Oppa, pipimu berdarah…aduh bagaimana ini…nggg~” Hanmi segera mengambil kotak obat dan membersihkan darah yang ada di pipi Changsub, ia merasa bersalah karena menabrak Changsub sampai terjatuh. “Ottokaji~ ah….”

Sementara itu Hongbin kembali ke dalam rumah dan terkejut melihat dagu Hanmi berdarah, “Omo! Hanmi-a…dagumu berdarah!!” tanpa ba-bi-bu lagi Hongbin meraih tisu dan membersihkannya, sementara Dara mencoba membantu Changsub dengan lukanya.

“Hongbin-a..aku tidak apa-apa…”

“Mianhae, aku kurang waspada sampai menabrak Hanmira…!”

Hongbin hendak mengeluarkan amarahnya, namun sesaat sebelum itu terjadi Hanmi langsung menariknya ke arah ladang. Ia tidak mau melihat Changsub terlalu sering mengalami percek-cok-kan dengan Hongbin karena dirinya.

*

“Sudahlah…tadi aku yang kurang hati-hati, aku begitu bersemangat menemui…aku tidak lihat keadaan sekitar…jadi ku mohon jangan terlalu menekan Changsub Oppa lagi.” Seolah Hongbin malas mendengarnya, ia sibuk memilih semangka mana yang harus segera di panen.

Hanmi mengikuti Hongbin yang mengacuhkannya dari belakang, ia terus memandang Hongbin namun seolah Hongbin tidak menginginkan kehadirannya lagi di sini. Kemudian ia melempar keranjang kosong itu kemudian berlalu tanpa sepatah kata.

Melihat Hanmi bersikap seperti itu, Changsub mencoba menghampiri dan menenangkannya. “Hanmi-a..apa Hongbin mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu?”

“Aniya…kami bahkan tidak berbicara tadi. Entahlah, Hongbin tampak begitu marah kepadaku…aku tidak mengerti…baru kali ini seperti ini.”

“Mianhae. Gara-gara aku kalian jadi bertengkar…”

“A~ Oppa~…kenapa berkata seperti itu…yang tadi kan memang kecelakaan dan tidak sengaja…jadi aneh sekali jika dia bersikap seperti itu kepadaku!”

‘GRASAKK’ terdengar bunyi yang lumayan keras ketika Hongbin kembali dengan membawa 3 semangka besar di keranjangnya. Ia meletakkan begitu saja di sofa dengan kasar, ini membuat Hanmi jengah dan mengejarnya sebelum Hongbin menghilang di ruang kerjanya.

15th (Fifteenth) -1 [FF-cerbung]




Tittle: 15th (Fifteenth)
Cast : Lee Hongbin [VIXX] – Lee Changsub [BTOB] – Han Mira (oc) – Sandara Park [2NE1]
Genre : Romance / Scifi Fantasy
Rated : 13+
Theme Song : k-pop songs you want hear
Author : Ravla

—————————————————————-
[Author’s POV]
Kita pasti pernah mendengar kisah seseorang yang  bisa berkomunikasi dengan makhluk hidup selain manusia, bukan? Iya, hal ini terjadi pada seorang laki-laki 20 tahun. Ia mengetahui ada yang aneh pada dirinya semenjak ia berusia 14 tahun. Kala itu Hongbin menolong seekor tikus yang terjepit di sebuah pipa pembuangan dan betapa terkejutnya ia ketika ia melihat dan mendengar tikus itu mengucapkan terima kasih kepadanya. Semenjak hari itu, ia mengasingkan diri dan tinggal disebuah rumah besar di kaki gunung.

Pemuda itu mulai terkenal di kalangan binatang dan manusia setengah siluman. Begitu banyak yang mendatanginya ke rumah itu, dan meminta pengobatan padanya. Hongbin adalah seorang yang mempunyai pengetahuan lebih mengenai obat-obatan. Kakeknya dulu adalah seorang tabib dan sepertinya kini Hongbin yang akan melanjutkan hal itu.

Bagaimana pun Hongbin adalah manusia biasa yang membutuhkan kawan dan teman di dalam hidupnya, suatu ketika ia berfikir akan menyewakan kamar-kamar di rumahnya. Maka setiap kali ada pasien yang datang kerumahnya, ia berusaha mempromosikannya dan tidak lama setelah hal itu ia lakukan, dua orang datang mengunjungi rumahnya….

***

[Han Mira’s POV]
“Oh, eonni ya~ rumah ini besar sekali…benarkah kita akan menyewa salah satu kamar di sini?” sudah lama aku tidak bertemu dengan orang baru…semoga pemilik rumah ini ramah denganku juga Dara Eonni.

“Hanmi, mundur.” Dara Eonni mulai merasakan sesuatu yang aneh di sekitar rumah ini, padahal kami belum masuk ke dalam rumah, samar-samar aku mendengar lolongan serigala dari bukit yang melatarbelakangi rumah besar ini. “Jangan pernah lengah ketika kamu berada di lokasi asing.”

Aku tidak bisa meninggalkan Dara Eonni, ia sungguh membutuhkanku. Bahkan hal itu seperti terjadi kemarin, aku bertemu dengannya di sebuah perpustakaan pada malam hari. Waktu itu aku tidak sengaja meninggalkan ponselku di salah satu rak buku dan aku kembali untuk mengambilnya pada saat perpustakaan sudah hampir di tutup. Dan aku menemukan pemandangan yang begitu mengenaskan.

Dia memandangku seperti ingin memakanku, aku tidak tahu bagaimana dan apa yang ia makan kala itu, yang jelas hampir setengah wajahnya merah dan itu adalah darah. Ia menyeringai, namun aku masih bisa melihat kecantikannya yang bersinar di balik wajah yang mengerikan itu. Aku melihat taringnya dan tak bisa ku pungkiri, aku takut setengah mati sampai tidak bisa berteriak, namun aku juga mengagumi apa yang aku lihat. Aku adalah salah satu orang yang terobsesi dengan vampir. Dara Eonni adalah vampir tercantik yang pernah aku temui sepanjang hidupku.

Semenjak hari itu aku semakin penasaran dan aku berusaha mati-matian agar bisa bertemu dengan Dara Eonni, dan saking seringnya kami bertemu, kami menjadi dekat seperti sekarang ini. Dan alasan aku tidak bisa meninggalkan Dara Eonni adalah aku membutuhkan sosok yang bisa melindungiku dari apapun. Tentu saja ada timbal baliknya, aku selalu memenuhi kebutuhan Eonni dengan mencarikannya hewan-hewan untuk dimakan.

“Eonni, sebaiknya kita segera bertemu dengan pemilik rumah ini…sebentar lagi akan turun hujan..”

Aku menengadah untuk melihat betapa kelamnya langitnya, lalu aku mengetuk sebuah pintu yang cukup besar, namun belum ada jawaban dari dalam. “Hallo? Ada orang di dalam?!” teriakku cukup lantang, suaraku menggaung, dan aku kembali mendengar lolongan, kali ini terasa lebih jelas. “Eonni~ apakah itu serigala biasa atau manusia serigala? Kita tidak boleh bertemu dengan mereka…” aku begitu mengkhawatirkan hal itu selama ini. Karena setahuku, vampir dan manusia serigala adalah musuh bebuyutan.

Aku melihat beberapa tetes air hujan mulai jatuh, aku mengetuk lebih keras lagi sampai aku hampir terjatuh karena pintu itu terbuka begitu cepat.

“AH!” aku merasakan tangan Dara Eonni menahan pinggangku. Aku melihat rumah itu begitu remang-remang, hanya lampu kecil kuning yang menghiasi sudut-sudut ruangan. “Halo? Ada orang?” cukup lama keadaan menghening, bahkan aku sampai bisa mendengar deru angin yang mulai kencang di luar sana.

“Tetaplah waspada.”

*