Kamis, 11 September 2014

Crystal Cat [FF-oneshot-Rated R]



Tittle : Crystal Cat
Cast : Young Jae (B.A.P) – Rae In (OC) – So Young (OC) – Junhong (B.A.P)
Genre : Fantasy Romance
Rated : 19+ (Dewasa) [R]
Theme song : Ayumi Hamasaki
Author : Ravla

----------

“Hhh....hh....hhhh....”

Apa? Apa yang ku lihat barusan?!

Dengan wajah yang terkejut dan nafas yang berderu kencang, Rae In terduduk di aspal dengan lutut dan tangan yang gemetar. Malam ini, ia baru saja melihat sosok yang aneh menabraknya dan mengambil beberapa makanan yang baru ia beli dari mini market.

Rae In menelan ludahnya, ia berusaha mengambil satu per satu barang yang berserakan di bawah dan memasukkannya kembali ke dalam kantong plastik, ia berdiri perlahan masih dengan lutut yang gemetar, ia segera berbalik dan berjalan cepat menuju mobilnya.

-----

“Arrghh!!” teriakan ini begitu kencang dari dalam sebuah gua di tengah hutan, perutnya terluka akibat ia menabrak sebuah besi tajam saat mencuri makanan tersebut.

“Oppa~ kau mencuri ini lagi? Oppa...kau terluka...”

“Aku sudah tahu! Diamlah!! Arrghhh!”

Seorang gadis manis dan cantik, namun sayang gadis ini bukan manusia, dia hanya setengah manusia. “Oppa...jangan lakukan itu lagi..aku masih bisa berburu dan kau tetap bisa makan apa yang kau mau..”

Lelaki itu mengerang kesal dan juga kesakitan, “Errghhh! Jika kau tidak ingin ini, jangan makan ini!!” teriaknya begitu kencang.

“Youngjae Oppa...mengapa kau begitu keras kepala...ku harap suatu hari aku bisa menemukan seseorang yang bisa mengendalikanmu!” gadis itu kemudian keluar dari gua dan pergi entah ke suatu tempat.

-----

Rae In memeluk erat kantong plastik yang ia bawa dan selalu memperhatikan sekitarnya, ia masih merasa was-was setelah kejadian tadi, ini sudah menjelang tengah malam dan ia baru pulang dari kota.

Perlahan ia membuka pintu rumahnya namun seseorang terlanjur membuka pintu itu terlebih dahulu, dan Rae In begitu terkejut dan menjatuhkan kembali barang-barangnya.

“Kyaaa! Ah! Aaah!”

Seseorang menangkap bahunya dan menggoyangkan keras tubuh Rae In. “Nuna! Nuna! Hei Nuna! Rae In Nuna!”

Masih dengan tubuh yang gemetar ia perlahan membuka matanya dan menemukan sosok tinggi adiknya tengah kebingungan melihatnya.

“Ah? ...Oh... Junhong-a...kau mengejutkanku!!” Rae In memukul keras dada Junhong. “Kenapa kau selalu mengejutkan aku!!?”

Junhong mengambil kantong plastik yang terjatuh, “Ah Nuna...aku hanya ingin memastikan kau sudah datang...kenapa begitu lama? Aku mengkhawatirkanmu!”

“Hh...aku tidak apa-apa...jangan mengkhawatirkan aku! Eum...orang tua kita belum pulang?” Rae In berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan orang tua mereka dan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

“Mereka...baru akan pulang 5 hari lagi...jadi...jangan pergi-pergi lagi Nuna...” Junhong menyusul Rae In setelah mengunci pintu. “Aku kira kau akan belanja banyak barang Nuna?”

“...Banyak...tapi...sesuatu..merampasnya...” Rae In berbicara perlahan dan ia hanya terduduk di sofa untuk menenangkan dirinya.

“Hmm? Nuna, kau bertemu orang jahat tadi??”

“Bukan...tapi berjanji jangan beritahu siapa pun...hanya kita berdua yang tahu..”

Junhong mengangguk, duduk di samping Rae In dan menunggu kakaknya mengatakan hal itu.

“Sesuatu....seperti manusia...tapi dia memiliki 2 telinga seperti kucing, ekornya lebat, dan cakarnya panjang...tajam...”

Junhong tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh kakaknya. “Nuna...kau...ini ide barumu untuk TV drama musim gugur ini?”

Rae In merubah ekspresinya menjadi serius, “Jun-a...aku sedang tidak bercanda,...aku bertemu dengan makhluk aneh itu tadi! Ia mengambil...daging...susu...telur...iya dia mengambil itu dari kantong belanjaanku! Kau tidak percaya padaku?”

Junhong menggaruk kepalanya, “Nuna...aku rasa kau perlu istirahat..jadi seorang penulis ide cerita untuk TV drama itu memang melelahkan..” Junhong berdiri dan menggandeng Rae In untuk mengantarkannya ke kamarnya.

“Tapi Junhong! Itu benar! Aku  tidak bohong! Dia melompat ke arahku, merampasnya kemudian mendorongku hingga aku jatuh ke aspal dan ia lari, wuzzz begitu saja seperti rubah! Ekornya! Ekornya berwarna merah,..tidak mungkin jingga...aku tidak tahu yang jelas warnanya seperti itu!” Rae In besikeras menjelaskan hal itu pada Junhong tetapi adiknya itu tetap membawanya ke kamar.

“Nuna...kau harus minum obat tidurmu kali ini, oke? Aku benar-benar ingin kau beristirahat, hari liburmu terbatas hanya 3 hari..” Junhong mengambilkan sebuah obat dan segelas air putih kemudian memberikannya kepada Rae In.

“Tapi Junhong...Junhong...aku mengatakan yang sebenarnya!” kemudian Rae In menunjukkan sesuatu di lengannya, “Lihat! Lihat lenganku terluka! Dia menggoresku dengan cakarnya...lihat ini!” Rae In menunjukkan lengan atasnya yang terluka, berdarah akibat cakaran makhluk tersebut.

Junhong melihatnya, namun ia hanya mengusap luka tersebut dengan tisu. “Ini hanya luka biasa Nuna...mungkin saja kau kurang berhati-hati tadi...minum obatmu, aku akan disini sampai kau tidur.” Ucap Junhong sambil membukakan sepatu Rae In.

Junhong menunggui Rae In sampai kakaknya itu terlelap dengan begitu pulas.

---

Gadis dengan mata biru terang itu duduk di sebuah pohon yang tinggi, melihat lurus ke arah sebuah ruangan yang redup, melihat seseorang yang tengah duduk tenang.

“Hhh...h....” nafasnya terdengar begitu jelas, dia perlahan turun dari pohon dan berjalan pelan ke arah rumah yang cukup besar itu dan mengetuk pintu.

Ia menunggu beberapa saat, sampai akhirnya pintu itu terbuka. Gadis itu tersenyum dan terlihat begitu menawan. “Seperti janjiku, aku datang.”

“Masuklah, aku sudah menunggumu..maaf, kita berbicara begitu pelan, kakakku baru saja tertidur..”

“Iya...aku mengerti..”

Gadis itu masuk dan duduk manis di sofa, melihat sekeliling dengan mata birunya.

“Aku merindukanmu So Young..” Junhong duduk di sebelah gadis itu dan memeluknya begitu erat. Junhong menciumi leher So Young dan menghirup aroma hutan yang begitu melekat di tubuh So Young.

“Junhong Oppa.....” So Young membalas pelukan itu, “Oppa...sampai kapan kita seperti ini? Aku...aku ingin menjadi manusia juga...aku ingin berbicara dengan kakakmu...aku ingin....”

“Sabar So Young...aku juga ingin Rae In Nuna mengenalmu...tapi aku khawatir dia akan begitu panik setelah melihatmu..” Junhong melepaskan pelukannya dan menatap wajah gadis kucing itu, ia membelainya dengan penuh kerinduan.

“Oppa...aku bosan tinggal di hutan....kakakku selalu saja bertingkah kasar kepadaku..malam ini...dia membawakanku makanan...dia mencuri lagi..” So Young mulai berkaca-kaca. Dia lelah hidup sebagai manusia setengah siluman seperti ini.

Junhong mengusap air mata gadis itu kemudian menenangkannya, “Aku akan berusaha mengatakan hal ini pada kakakku, aku juga tidak tega kau selalu datang menemuiku dengan keadaan yang seperti ini...tapi..tunggu...kakakmu...mencuri lagi malam ini?”

So Young mengangguk, “Dia pulang dengan membawa daging begitu banyak...daging yang seperti kau berikan padaku 3 hari yang lalu...”

“Malam ini...kakakku...dia bercerita kepadaku, melihat sesuatu yang seperti dirimu...apa kakakku dan kakakmu sudah bertemu??” Junhong curiga jika Rae In telah mendapat serangan dari kakak laki-laki So Young.

“...aku tidak tahu Oppa...dia pulang dengan keadaan terluka...aku tidak biasa melihatnya begitu kacau dan wajahnya seperti menyesal akan sesuatu...”

“Hhh....katakan padanya,..jangan mencuri lagi...jika dia tertangkap...kau tahu kan apa akibatnya? Saat ini kalian....benar-benar sedang diburu...”

“Aku tahu, Oppa....” So Young tampak begitu sedih.

Junhong mengajak So Young bermalam di kamarnya, dia khawatir jika Rae In terbangun dan melihat dia bersama seorang gadis setengah kucing di rumahnya.

~-------~

‘KRIINNGGG...KRRIIINGGGG~~~~’

Alarm yang begitu keras berbunyi tepat di samping telinga Rae In.

“Ah Ah...sial.....hh..hh...”

Perlahan ia membuka mata dan mematikan alarmnya, duduk perlahan dan mengusap matanya, melihat sekeliling dan berpikir sejenak.

“Ah semalam..ah....apa yang ku lihat semalam...siluman rubah?”

Dia mencoba mengingat benar apa yang ia lihat semalam, ia terus mengingatnya sambil mengganti bajunya dan ia berniat untuk jogging pagi ini, dia mengingat, mengingat, mengingatnya secara terus menerus.

---

Sementara Rae In pergi untuk jogging, So Young dan Junhong tengah sibuk satu sama lain.

“So Young...Kim So Young...” sebut Junhong yang tengah sibuk menciumi leher gadis kucing tersebut. “So..so...mmhh...”

“Oppa...nggh...” So Young memeluk erat Junhong dan merasakan apa yang laki-laki itu perbuat dengan tubuhnya. “Oppa...Junhong oppa...”

So Young merasakan tangan Junhong meraba punggungnya dan berusaha melepaskan kaitan bra milik So Young.

“Oppa...mmhh....Junhong Oppa...” ekor panjang milik So Young melilit tangan nakal itu dan ia tidak ingin Junhong melepaskan bra miliknya.

Junhong perlahan menghentikan apa yang ia lakukan dan menatap So Young, “Kenapa? Kau tidak ingin melakukannya denganku?”

“Aku hanya takut...kau akan berubah sepertiku...aku tidak ingin kau berubah menjadi setengah siluman seperti aku...” jawab So Young sambil mengusap pipi Junhong.

Junhong tidak menjawabnya dan mulai mencium perlahan bibir tipis So Young, perlahan dan lama kelamaan begitu dalam dan penuh hasrat.

“Mhh...” So Young tidak bisa melawan, Junhong mendorong tubuh So Young ke arah tempat tidur dan lelaki itu tetap mencium bibir So Young begitu menggebu.

So Young melingkarkan tangannya di pundak Junhong, dia membiarkan Junhong menciumnya begitu dalam. Dan tangan nakal milik Junhong berhasil melepas kaitan bra milik So Young.

“Nghh...” Junhong tetap mencium gadis kucing itu dengan hasrat yang begitu tinggi.

---

1 jam berlalu, Rae In sudah kembali ke kamarnya dan mendengar suara-suara aneh dari kamar Junhong namun dia membiarkannya. Dia tengah sibuk memikirkan sesuatu, berkaitan tentang kejadian aneh semalam.

Rae In duduk di sofa kecil di dalam kamarnya dan mengingat sebuah kejadian serupa saat ia masih berusia 8 tahun...

`Flashback`
Rae In kecil begitu hiper aktif. Sampai pada suatu ketika ia masuk hutan seorang diri dan tersesat, semalam suntuk Rae In tidak bisa menemukan jalan keluar, orang tuanya, dan sanak family mencarinya namun tidak bisa menemukan Rae In. Ia menemukan gua dan bersembunyi disana.
Ia bertemu dengan sesosok makhluk setengah manusia yang memiliki ekor kemerahan dan bertaring, kupingnya seperti kucing, matanya coklat kekuningan dan begitu tajam melihat ke arah Rae In. Sosok itu menggeram, Rae In ketakutan dan tidak berani mendekat, namun makhluk itu mendekat dan menghirup aroma Rae in.
Rae In melihat makhluk itu tersenyum menyeramkan lalu ia pergi meninggalkan gua itu. Makhluk itu merampas sebuah kalung milik Rae In.
“Kembalikan kalungku!!” teriak Rae In dari dalam gua, namun makhluk aneh itu sudah menghilang begitu cepat.

....

“Tidak mungkin....makhluk seperti itu masih eksis? Aku pasti kelelahan...”

Kemudian Rae In bersiap untuk pemotretan hari ini, dia mendapat tawaran untuk menggunakan kostum pernikahan ala tradisional Jepang.

Setelah bersiap kurang lebih 1 jam, Rae In pergi dengan mobilnya ke lokasi yang sedikit lebih jauh dari jarak tempuh biasanya.

---

“Ah...ah...Oppa..Oppa......arrghh...”

Junhong sibuk dengan tubuh So Young, ia menciumi seluruh badan gadis itu, sampai ada satu hal yang membuat Junhong menghentikannya.

Junhong menarik selimut dan menutupi tubuh polos mereka, “So Young...hh..hh...” deru nafas mereka berdua begitu kencang, Junhong memeluk So Young dari belakang, mereka merasa kelelahan juga merasa terpuaskan satu sama lain.

“Oppa....kau..melakukan ini padaku....kau harus...bertanggung jawab..”

“Soso...So Young...ekormu...telinga kucingmu...menghilang....”

So Young kemudian duduk dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, ia meraba tubuhnya secara keseluruhan dan tidak percaya, tidak ada bagian di tubuhnya yang menyerupai kucing lagi. “Oppa...” So Young melihat ke arah Junhong kemudian memeluknya dengan perasaan bahagia tiada tara.

“Oppa~ Oppa! Kau menghilangkan kutukan ku!!!” So Young memeluk erat tubuh kekasihnya.

“Ah...So Young, my Soso..” Junhong membelai mesra kepala gadis itu dan bersyukur karena ia dapat menghilangkan kutukan milik So Young. “Berarti...kakakmu...harus melakukan hal yang sama seperti kita?”

“Eum?” So Young menatap Junhong, “..aku tidak tahu...mungkin iya..mungkin juga tidak...aku..aku kira setelah kita melakukan ini...kau akan berubah sepertiku...” So Young mengusap lembut kepala Junhong dan beberapa kali mencium kening lelaki itu. “Oppa...kalau begitu..aku sudah bisa bertemu dengan kakakmu?”

Junhong mengusap lembut tangannya di punggung So Young, “Tentu saja....ku harap kutukan mu benar-benar hilang...”

~-------~

“One more, Rae In!” teriak pengarah gaya yang siap membidik tubuh Rae In dengan kamera profesionalnya.

“Rae In-ssi jjang!!” teriak salah satu teman yang ikut mengantarkan Rae In siang ini.

“Ok! Good job Rae In!”

“Thank you, thank you!” Rae In membungkuk kepada fotografer asing itu dan kemudian mengambil jeans dan baju hangatnya kemudian ia mengganti kostum di ruang ganti.

Beberapa saat kemudian ia bersama temannya masuk ke dalam hutan dekat lokasi permotretan untuk mencari bola golf yang mereka mainkan beberapa saat yang lalu.

“Kenapa kau melemparnya begitu kencang Rae-ya!? Hhh...itu milik Kevin, dan jika dia tahu bola itu hilang, aku akan kena marah!”

“Kau bisa cari yang baru lagi kan?”

Alice menggeleng, “Itu kenang-kenangan dari almarhum ayahnya! Ah...kita harus menemukannya!”

Alice dan Rae In mencari sebuah bola golf sampai mereka masuk ke bagian hutan yang lebih dalam.

“Rae-ya...kurasa bolanya tidak terlempar sampai sejauh ini...” Alice melihat sekeliling dan suasana menjadi agak gelap dan menjadi lebih dingin. “Kita kembali saja...aku rasa kita berjalan ke arah yang salah...”

Rae In tetap melihat ke bawah, “Eh...ini bukan bola yang kita cari?” Rae In mengambil bola itu dan memberikannya kepada Alice.

“Omo! Omo!” Alice mengambil bola golfnya dan menyimpannya ke dalam tas, “Ayo segera turun Rae-ya!” Alice menarik keras baju hangat Rae In, namun tampaknya tali sepatu Rae In benar-benar perlu di perbaiki.

“Ah...iya..iya..tunggu Alice..tali sepatuku...perlu aku perbaiki...” Rae In berlutut dan perlahan menyusun kembali tali sepatu yang berantakan itu.

“Euh...baiklah aku menunggumu di bawah! Jangan terlalu lama!” Alice turun terlebih dahulu.

3 menit, 5 menit, 10, 15, 20 menit waktu yang dibutuhkan Rae In untuk memperbaiki total tali sepatunya.

“Ah....aku benci menggunakan sepatu bertali!” ketika ia melihat sekeliling, angin berhembus kencang dan akhirnya ia berdiri dan berjalan menuruni bukit, namun sebuah suara aneh membuatnya menoleh kebelakang. “Siapa disana?!” teriaknya.

Suara seperti derap langkah yang cepat menuju ke arahnya, Rae In masih menunggu hal itu, namun ia segera berlari turun dan karena tidak hati-hati, ia terperosok ke dalam lubang yang tersembunyi di balik semak-semak.

“AAAAAKKKHHH!”

Rae In hanya berpegangan pada akar pohon, dan tubuhnya menggantung tanpa bisa berpijak pada apapun. Dia melihat ke bawah, lubang ini begitu dalam dan gelap.

“SIAPA PUN!! TOLONG AKU!” tak ada seorang pun yang mendengar teriakan Rae In. Karena angin yang berhembus semakin kencang, bunyi dari gesekan dedaunan membuat suara teriakan itu menjadi sungguh kecil.

“TOLONG!!! SIAPA PUN! TOLONG!!!”