Rabu, 15 Februari 2012

[golden circle] ~ part 2

cast : Lee Hong Ki - Nara - Jang Geun Suk



:: Flashback ::

Geun Suk mengunjungi Nitez Bar n Club seperti malam-malam sebelumnya. Tentu saja menghilangkan rasa kesepiannya karena ditinggal sang ‘kekasih’ ke Swiss. Sembari mencari inspirasi untuk musik barunya, Geun Suk melempar senyum dan pandangan nakal kepada setiap orang yang dilihatnya. Namun ada sesosok anak manusia yang benar-benar menarik perhatiannya.

~`Bocah itu lumayan manis, aku tidak pernah melihatnya disini...apakah dia pelayan baru disini?~`

“Tuan, seperti biasa?” tanya bartender yang ternyata adalah Paman dari bocah laki-laki yang dilihat Geun Suk tadi.

Geun Suk menggangguk, “Itu siapa? Sepertinya aku tidak pernah melihatnya?”

“Aa, dia keponakanku. Kebetulan sedang tidak ada jam kuliah makanya membantu disini. Jangan bilang Tuan ingin mendekatinya!” dia memberikan peringatan.

“Aa....Aniyo! Dia bukan tipeku! Tenang saja Ahjussi!”

“Dia bocah yang baik, tapi dia sering kabur dari rumah. Demi bermusik dia juga sering membolos, tapi sekarang semuanya sudah terkendali.”

“Ah, keponakanmu suka musik juga?”

“Semenjak kecil Ibunya mengajari dia tentang dunia musik, tapi Ayahnya tidak menyukai kegiatan itu. Sepertinya ia sama denganmu?”

“Mungkin, Ayahku juga tidak suka aku bermusik. Ahjussi, apa dia serius dengan musiknya?”

“Yah, sepertinya begitu. Ku harap suatu hari dia benar-benar sukses dengan musiknya. Dia suka bermain drum, gitar,...suaranya juga bagus.”

“Eh? Jinjjaro?”

“Ne. Suatu hari pasti Tuan akan mendengarkan suaranya!” Ahjussi membereskan pesanannya kemudian menyuruh ponakannya mengantarkan minuman, “Hong Ki, antarkan ini ke meja 5.”

“NE!”

~`Bocah itu...Hong Ki?~`

:: Flashback End ::


“Siapa? .... Aku Lee Hong Ki.” Jawabnya dengan wajah tanpa senyuman.

Geun Suk bangkit dan menarik kembali ucapannya, “Sudahlah, hanya luka kecil tidak perlu sampai kerumah sakit segala.”

“Hyung,...” Hong Ki menggantung kalimatnya.

“Mwo?”

“Ah... mungkin aku sudah gila..!” gumam Hong Ki. Dia mengacak rambut sejadi-jadinya.

Geun Suk hanya memperhatikan bocah itu, lekuk hidungnya, bentuk bibirnya...Geun Suk suka bibir tipis milik Hong Ki.

“Hyung, maaf dari kemarin aku jalan tidak hati-hati. Aku sedang,...ada masalah.”

“Aaa, gwaenchana. Bagaimana jika sebagai permintaan maaf kamu mentraktirku makan di kedai dekat rumah sakit?”

Hong Ki memutar bola matanya, “Okay..no problem!”

*


Lee Hong Ki’s Scene

Ku fikir Hyung adalah pribadi yang unik, ‘cara berpenampilan seseorang adalah cerminan bagaimana sikapnya’.

“Hyung, boleh aku tanya sesuatu?”

“Sure!”

“Siapa namamu?”

Hyung berambut gondrong ini tidak menjawab, ia malah tersenyum dan meminum minuman sodanya. Tidak lupa melahap daging sapi kualitas nomor 1 di Korea ini.

YA~ Hyung..”

“Panggil saja seperti itu, nama tidaklah penting. Toh, ini kan hanya kebetulan kita bertemu. Mungkin besok atau seterusnya tidak akan bertemu lagi.”

“Kenapa Hyung ngomong gitu? Apakah aku merusak mood mu?”

“Ani....” ku lihat Hyung hanya membolak-balikkan daging di atas panggangan itu. “Aniyo...”

Aku menunggunya berbicara lagi, jujur aku tertarik dengan orang macam Hyung gondrong ini. Mengenal banyak orang baru, aku menyukainya.

“Makanlah, ini milikmu.” Hyung mengambilkan aku beberapa potong daging, namun aku lebih tertarik dengan Hyung, maksudnya dengan kepribadiannya.

“Hyung!” refleks aku mengguncang tangannya, pandangannya sedih namun bercampur rasa kaget juga. “Hyung, kita sudah makan bersama, ini artinya kita sudah menjadi teman!”

“EH? Hukum dari mana itu? Ingat, kamu menabrakku dua kali!”

“Hyung! Anggap saja begitu, aku lihat sepertinya Hyung kesepian, kalau begitu kita berteman saja! Setiap hari aku akan menemuimu! Ku lihat juga Hyung pandai bermusik, jika Hyung mengajakku membuat sebuah band, aku mau!”

Geun Suk menepis tanganku, “YA! Bocah! Kamu berlagak seperti orang yang sudah lama kenal denganku saja...ingat, aku terluka! Perih tahu!......Tapi apa benar kamu mau menjadi temanku? Kita kan baru mengobrol sekali ini doang..”

“Hyung, aku sedang ada masalah...setidaknya bertemu denganmu bebanku jadi sedikit terlupakan..”

“Bukan berarti kamu bisa lepas tanggung jawab dong.”

Aku menghela nafas, bingung dengan audisi yang semakin hari semakin dekat ini. Jika aku pergi begitu saja mereka pasti akan membenciku, tapi jika ku hadapi, aku merasa tidak sanggup menggantikan posisi Hyuri...

“Rockout Festival.” Ucapku ngelantur.

“Itu...kalau tidak salah audisi dari GC Entertainment kan? Kamu ikutan juga? Kamu punya band?”

“Iya Hyung, tapi.....” aku menghelas nafas lagi, memandang daging sapi itu dengan 0% hasrat untuk menyantapnya. “Vokalisku lepas tanggung jawab, jadinya kacau, terpaksa aku yang harus meninggalkan posisi di drum dan bernyanyi. Uh, sama sekali tidak nyaman rasanya. Sudah lama aku ingin meninggalkan mereka.”

“Wae?”

“Ngga pas. Mereka mainnya ga ke kontrol, suka ngawur...sesuka hati..ah, otteokhae?”

Hyung menepuk pundakku, “Jalani saja, bagus atau tidaknya nanti saat audisi hadapi. Kalau tidak lolos terserah kamu mau lanjut dengan mereka atau tidak.”

“Aku merasa tidak enak dengan mereka, tapi aku kesal juga dengan mereka.”
Hyung terus menepuk-nepuk pundakku, baru kali ini aku merasa ada seseorang yang benar-benar membuatku nyaman.

Lee Hong Ki’s Scene End

***

Di tempat yang berbeda....

“What’s wrong with you?” gadis ini mengambil sehelai tissue untuk sahabatnya yang sedang menangis.

“I quit!!” teriak gadis berstyle emo itu. Dia berlari meninggalkan gitarnya.

YA~ Jasmine! Gitarmu!”

Gadis itu kembali hanya untuk mengambil gitarnya.

“Sudahlah, jangan hiraukan dia. Lebih baik kita lanjutkan apa yang tertunda karenanya.”

“Dengarkan. Sudah lama aku tidak nyaman dengan hubungan kalian, aku tidak pernah melarang kalian berpacaran, tapi ngga begini caranya! Band kita jadi hancur hanya karena kalian!”

“Kalau begitu, kita akan teruskan tanpa dia!”

“Andwae, aku mundur. Cari saja drummer yang baru.” Gadis dengan gaya emo punk itu keluar dan meninggalkan cafe. Dia berjalan menyusuri malam dengan sepatu belelnya; robek di ujung sana dan sini. Berbekal stick drum, dia mencoba mencari lowongan dari cafe ke cafe, namun sepertinya malam ini bukan keberuntungannya.

‘DUKK!’

Seseorang telah menabrak pelan bahunya. Gadis itu menoleh, yang ia lihat hanya punggung mereka.

“Hey kalian!” teriak gadis berambut sebahu itu. “Jalan ini lebar, apa kalian tidak bisa berjalan lebih jauh dariku?”

Seseorang dari mereka menoleh, “Hm? Kamu berbicara pada kami?”

Gadis itu mendengus, “Memangnya ada orang lain selain kalian disini?”

“Apa tadi dia menabrakmu?” Orang itu menunjuk teman disampingnya. “Ah, maaf. Tidak sengaja.”

“Aku tidak menyuruhmu meminta maaf, aku mau temanmu yang meminta maaf!”

Kedua orang itu berlalu, “Sudahlah, maafkan saja orang ini sedang mabuk!” teriaknya sambil melambaikan tangan.

Merasa tidak terima, gadis itu menghadang. Dan benar saja, orang yang menyenggol bahunya itu tampak tidak normal.

“Aish, sudah ku bilang orang ini sedang mabuk!”

Gadis itu memindah pandangannya pada si cerewet, laki-laki dengan rambut gondrong yang bergelombang. “Kamu...ini laki-laki atau perempuan?”

YA!~ mau cari mati??!” ternyata kedua laki-laki ini adalah Geun Suk dan Hong Ki. Mereka baru saja meninggalkan daging panggang dengan percuma.

“Eh, cwesonghamnida Oppa!” gadis itu langsung kabur, ekspresinya sama seperti Hong Ki kala melihat Geun Suk untuk pertama kalinya.

“Dasar bocah tengik! Apa aku benar-benar mirip dengan wanita hah?”

***

Hong Ki menggeliat, efek Soju semalam membuat kepalanya pusing. “Hmm, dimana ini?” Hong Ki meraba alas tidurnya, sutra. ~`Ini bukan tempat tidurku..~`

“Hay bocah, cepat mandi dan bereskan tempat tidurku!” Terdengar suara Geun Suk mengomel dari kejauhan.

“Kamu yang membawaku pulang semalam?” Hong Ki mencoba membuka lebar matanya. “Aa. Gomawoyo..”

“Cepat pulanglah, keluargamu sudah menunggu.”

Pikiran Hong Ki masih belum tersambung dengan nyawanya, ia masih bermalas-malasan di kasur mahal itu. “Hyung, apa aku mabuk semalam?”

“Hmm, cepat bangun! Jika tidak aku akan menyirammu dengan air es!”

Hong Ki bangun dan menuju kamar mandi, “AAAAAAAAAAA~~!” terdengar teriakan Hong Ki yang mengagetkan Geun Suk. “Hyung! Apa yang Hyung lakukan padaku semalam?”
Geun Suk benar-benar tidak mengerti apa yang di maksud bocah bersuara nyaring ini.

“Apa ini Hyung? Kiss mark? Kiss mark dimana mana! Apa yang...hmmpphh...!”
Geun Suk memasukkan gumpalan kertas ke mulut bocah itu.

“Jangan berfikir kotor! Semalam banyak nyamuk, aku memukulnya disana dan disini.” Tunjuknya di bagian yang merah seperti kiss mark itu. “Walaupun aku gay, hargaku mahal!” ucapnya membuat Hong Ki buru-buru kabur meninggalkan rumah Geun Suk dengan gumpalan kertas yang masih menyumbat mulutnya.

“Mau kemana?! Kamu belum membereskan tempat tidurku! YA, YA~ !”

Hong Ki segera kabur dengan perasaan geli menyelimuti seluruh tubuhnya, padahal apa yang di katakan Geun Suk adalah sebuah  kebenaran.

“Sudah ku duga dari awal, orang itu bukan orang yang biasa saja...dia gay! Dan kini aku berteman dengan seorang gay? GAY? Argghh..!”

Dari kejauhan, Hong Ki melihat selebaran yang di tempel di tiang listrik. Karena ingin mengalihkan pikiran tentang Geun Suk yang gay, dia menghampirinya.

“Selebaran macam apa ini? Mencari anggota band, vokalis, gitaris, keyboardis,....kenapa tidak mencari drummer saja? Hhhh.” Hong Ki mengabaikan selebaran itu dan berlalu menuju rumahnya. Perutnya kosong, ia merasa lapar.

*

“Sepertinya ini percuma..” gumam gadis itu sambil menempelkan banyak kertas ke sebuah dinding kosong sepanjang jalan.

TING TING TIIING TING...’

Gadis itu mendengar samar-samar suara dentingan piano, ia melihat waktu, masih pukul 8 pagi. Ia mencari dimana asal suara itu berasal, dan sampailah ia di suatu rumah bergaya minimalis. Suara piano itu terangkai menjadi sebuah musik yang begitu menyentuh. Di bayangannya, ia sedang mengiringi melodi itu dengan drum khas gayanya. Namun melodi itu berhenti.

Geun Suk memandangi gadis yang terbengong di depan pagar rumahnya. “Kamu yang semalam kan?”

Gadis itu menggelengkan kepalanya dan kemudian memandang Geun Suk, “Eh? Sepertinya aku pernah melihat....kamu yang semalam kan!? Iya kan?”

“Sedang apa berdiri di depan rumahku?”

Gadis itu memandang remeh Geun Suk, “Aku tidak percaya jika ini adalah rumahmu.”

“MAU CARI MASALAH?” teriak Geun Suk menggertak gadis sok itu.

“Buat apa teriak? Aku tidak tuli! By the way, siapa yang main piano tadi? Jangan bilang itu kamu!”

“Jika itu memang aku, mau apa?”

Gadis itu langsung merubah ekpressinya, dia berlutut. “Ku mohon, jadilah keyboardist untuk bandku!!”



~to be continue ... 
[part 3]