Selasa, 24 Januari 2012

~"FRIENDSHIP"~

Cerita ini bukan Fan Fiction
Di buat berdasarkan intisari dari sebuah kisah  nyata
Terima kasih kepada Miss Shrimp yang sudah menjadi inspirator baruku
Selamat membaca !! 


(Ini pertama kalinya aku membuat cerita pendek yang berlatar belakang Korea.
Maafkan jika ada nama-nama pemain yang terdengar aneh.
Itu karena aku membuatnya hanya berdasarkan insting.)


*******
Dia menatap cafe itu dengan nafas yang berat. Ini baru pukul 10 pagi, lalu lintas cukup sepi dan traffic lightnya rusak. Gadis itu sepertinya menanggung beban yang berat, seolah ia seperti menonton dirinya yang pernah ada di seberang sana. Dos Cafe, menyediakan segala macam minuman dan ice cream, juga kue kue yang menggoda mata. Dia menghela napas sebelum menyeberang jalan, menengok kanan dan kiri kemudian sesaat kemudian ia sudah di depan Dos Cafe. Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah kunci, saat pintunya terbuka tercium aroma kopi, susu dan teh yang berbaur menjadi satu. Ia segera menuju dapur, mengganti pakaiannya dengan seragam berwarna kuning madu. Tak lama kemudian datanglah seorang bocah laki-laki berumur sekitar 17 tahun dengan tampilan yang rapi. Dia menuju dapur dan menyapa gadis itu, salah satu pegawai rupanya.
"Noona, apakah sudah baikan?"
Gadis yang lebih tua 3 tahun itu mengangguk pelan sambil tetap mencampur adonan untuk membuat kue.
"Noona...." rajuk bocah itu.
"Ne, gwaenchana Saeng." jawabnya pelan dan singkat.
"Kalau begitu aku saja yang akan full time di Cafe hari ini."
"Ne."
Kim Han Song, tertera di name tag bocah itu.
"Song-ah, ....."
"Iya Noona?"
"Terima kasih sudah peduli. Maaf jika balasanku tak seberapa."
Han Song memeluk Noona nya dari belakang, dia benar-benar tidak tega membiarkan Park Eum Jung menanggung ini sendirian, tapi Han Song tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menjaga Noona nya itu dengan sebaik-baiknya.
"Cepat, jangan sampai membuat pelanggan menunggu."
Han Song menghapus air matanya, "Iya Noona!"
Eum Jung sibuk menguleni tepung, tugasnya membuat makanan untuk hari ini. Dia sudah hidup mandiri semenjak 4 tahun yang lalu, dan Han Song sendiri adalah anak broken home yang tidak sengaja di tolong olehnya setahun yang lalu.
~~~
"Ya! Lepaskan bocah itu."

"Mau jadi pahlawan?" tanya gerombolan preman yang sedang menghajar seorang bocah berseragam SMU itu.
"Aku bilang lepaskan bocah itu!"
Seorang dari preman itu mendekati Eum Jung. "Jangan ikut campur."
"Benarkah? Aku tak takut dengan ancamanmu."
"Baiklah, bayar hutang anak itu kepadaku sekarang jika kamu mau kami melepaskan bocah itu."
"Katakan."
"50,000 won."
Eum Jung mengeluarkan uang cash dan membayar hutang bocah itu.
"Beres kan? Sekarang pergilah."
Preman-preman itu meninggalkan murid SMU dengan wajah yang memar.
"Pulanglah."
Tidak begitu saja, "Noona, gamsahamnida."
"Pulanglah." Eum Jung melepaskan cengkraman bocah itu dari kakinya.
"Noona!" pemuda itu menatap dengan sebuah harapan.
Eum Jung menatapnya sebelah mata.
"Harus dengan apa aku membalasmu?"
"Pulang dan sembuhkan lukamu. Tidak nyaman berbicara dengan wajah yang seperti itu."
"Berikan aku pekerjaan Noona! Ku mohon!" Eum Jung hanya melemparkan secarik kertas ke hadapan pemuda itu. "Datang jika sudah sehat."
~~~
Han Song melamun di balik mesin kasir jika mengingat kebaikan Eum Jung. Mulai saat itu dia berjanji pada dirinya sendiri untuk berhenti berfoya-foya dan berjudi. Itu adalah kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan semasa sekolah dulu.
"Tapi kenapa dengan orang-orang itu? Kenapa mereka meninggalkan orang sebaik Noona? Apakah Eum Jung benar-benar bersalah kepada mereka?"
Eum Jung sedang di tinggalkan oleh sahabat dekatnya. 4 orang itu, tidak, 2 orang meninggalkan dia saat Eum Jung bahagia. Kwon Jun Ah, sahabat baru yang ia kenal lewat sebuah komunitas game online, tiba-tiba tanpa alasan yang jelas menghilang begitu saja, dan mereka belum pernah bertemu secara langsung. Eum Jung sempat bingung kenapa Jun Ah tidak pernah menghubunginya lagi padahal ia sudah berkali-kali menelfonnya namun Jun Ah tidak pernah mau mengangkatnya.
Yang Baek Hi, dia adalah teman dekat Eum Jung yang selalu perhatian selama ini, namun Baek Hi sadar jika cintanya kepada Eum Jung bertepuk sebelah tangan. Malam itu saat Baek Hi usai mengantar Eum Jung pulang dari cafe, Eum Jung menolak sebuah ciuman ringan darinya. Semenjak itu Baek Hi merasa ia telah gagal menjadi pria yang baik untuk Eum Jung, padahal selama ini Eum Jung sudah menganggap Baek Hi adalah figur lelaki yang romantis namun memang Eum Jung tidak pernah mencintai Baek Hi.
***
Eum Jung menghampiri Han Song yang sedang sibuk membuatkan kopi pesanan pelanggan.
"Apakah perlu bantuan?"
"Sepertinya iya, tapi tenang saja aku sudah menelfon Na Ra supaya datang ke sini."
"Hmm? Pacarmu?"
"Iya Noona."
"Baiklah kalau begitu, aku harus keluar sebentar ada hal yang mau ku urus. Tolong sajikan kuenya, aku tidak sempat menaruhnya di sini."
"Apakah sudah di hias?"
"Ah, sudah! Aku pergi dulu."
Dengan terburu-buru Eum Jung masuk ke dalam mobil dan melaju entah kemana.

"Baek Hi-ssi, apa tidak keterlaluan rencana kita ini? Aku sudah tidak tahan lagi berakting seperti ini!"
"Haish! Tunggu 3 hari lagi, dan kita akan kejutkan dia!"
"Aku tidak yakin rencanamu ini akan berjalan dengan baik. 3 hari itu masih lama sekali!"
"Jun Ah, kamu cerewet!"
"Aku cerewet karena aku tahu rencanamu tidak akan berjalan dengan mulus! Jika semuanya berantakan dan dia benar-benar marah terhadap kita bagaimana?"
"Ah...tiak mungkin, tidak mungkin itu terjadi."
"Tapi apa benar kamu merasa baik-baik saja setelah ia menolak ciumanmu malam itu?"
"Aku hanya mencobanya...ternyata dugaanku benar, dia bukan seperti gadis lainnya yang mudah kalah dengan suasana."
"Jika dia tahu yang sebenarnya mungkin aku akan benar-benar hancur! Pokoknya aku mau kamu yang tanggung jawab semua ini!"

Beberapa hari ini Eum Jung berkunjung ke bandara, entah apa yang ia cari. Sepertinya intuisinya mengatakan sesuatu akan datang tapi dia tidak mengetahui jelas apa dan siapa yang sedang ia tunggu.

"Selamat datang...mau pesan apa?"
"Chocolate Stick Float dan Beef burger."
"Makan disini?"
"Iya."
"3,300 won."
Seorang gadis datang ke Dos Cafe dengan tampilan yang loyal. Na Ra yang sibuk merapikan display kue pun familiar dengan orang itu.
"Chagiya, sepertinya aku pernah melihat orang itu..." umpat Na Ra dengan menunjuk gadis itu dengan jempol tangannya.
"Yang itu? Kenal?"
"Bukan...aku seperti pernah melihat orang itu tapi dimana yaa...aku sedikit lupa."
"Ah sudahlah Chagi! Kuenya masih banyak di belakang! Sebentar lagi jam makan siang!"
"Ooh, Eonni kemana? Sepertinya beberapa hari ini dia sering meninggalkan cafe?"
"Aku tidak tahu, tidak berani bertanya."
"Kenapa? Dia kan Noona-mu?"
"Bukan berarti dia Noona-ku dan aku harus tahu semua kegiatannya kan? Masing-masing orang memiliki privasi!"
15 menit kemudian gadis berpenampilan loyal itu menghampiri Na Ra, "Manajer kalian mana?"
"Dia sedang keluar. Ada...perlu apa?"
"Benarkah? Hmm kalau begitu aku akan kembali besok saja lagi."
"Maaf, apa dari tadi Anda menunggunya?"
"Iya. Aku menunggunya."
"Kalau begitu Anda datang di jam yang salah. Tengah malam saja kembali ke sini, Anda akan punya waktu mengobrol dengannya."
Ia membungkuk santai, melempar senyum kemudian pergi.
"Siapa sih? Sepertinya aku pernah melihat orang itu...."
"Ya Chagi!" Han Song mengetuk ringan kepala pacarnya, "jangan melamun! Cepat buat Strawberry Cake yang baru!"
***
"Song-ah, maafkan Noona ya sepertinya 2 jam lagi baru bisa kembali ke cafe. Noona masih ada keperluan lain. Bisakah suruh Na Ra membuat Ramen? Gomawoyo."
Eum Jung mengunjungi rumah Baek Hi. Dia hendak menanyakan apa yang tengah terjadi di antara mereka. Namun sebuah panggilan masuk menggagalkan semuanya. Eum Jung melihat layar LCD ponselnya, Choi Sang Il.
"Hah? Sang Il? ... Yeoboseyo? (hallo?)"
"Eum Jung-ah!!!!" suara di seberang berteriak kegirangan.
"Mworago Sang Il-ah? (ada apa Sang Il?)"
"Jung-ah, apa tidak rindu denganku?"
"Ani. (tidak.)" godanya.
"Jung-ah!"
"Wae wae wae??? (kenapa kenapa kenapa???)"
"I'm here now!"
Eum Jung melihat sekeliling. "Dimana? Aku tidak melihatmu."
"Ish, temui aku sekarang! Aku sudah menunggu di cafemu!"
"Kamu sudah pulang? Kenapa mendadak sekali? Kenapa tidak memberi kabar dulu?"
"Cerewet sekali...sudah, datang saja kesini! Aku ingin bercerita banyak!"
"Tapi....." Eum Jung memandang rumah Baek Hi.
"Cepatlah sebelum aku pergi lagi!" Sang Il memutus hubungan telepon.
Eum Jung terpaksa harus pergi meninggalkan rumah Baek Hi, tanpa Eum Jung sadari, sedari tadi Baek Hi memandangnya dari kegelapan malam.
***
Lagi-lagi Eum Jung tidak bisa menolak ajakan dari Sang Il. Begitu sampai di cafe Sang Il sudah memboyong Manajer Dos Cafe itu ke sebuah bar. Ya, Sang Il adalah sahabat lama dari Eum Jung, sahabat semasa SMU namun Sang Il masih tetap menjaga hubungan itu sampai kini.
"Choi Sang Il, ada apa denganmu? Kenaoa begitu semangat mengajakku ke sini? Kita kan bisa mengobrol di cafe saja?"
"Sudah lama aku ingin ke tempat ini denganmu."
Eum Jung hanya memberikan senyum pahit, "Pacarmu mana? Bukankah dia akan marah jika tahu aku yang kamu temui disini?"
Sang Il membawa Eum Jung duduk dan minum.
"Ada yang salah dengan ucapanku?"
"Aku sudah tidak menjalin hubungan asmara lagi dengannya."
"Wae?"
"She was became a liar."
"Ah....sudah ku duga dari awal....terus?"
"Terus? Ya terus mau bagaimana lagi, aku sendiri yang memergoki dia kencan dengan pria lain!"
Eum Jung menenangkan Sang Il dengan menepuk bahunya, "You are a good man. Don't worry..."
Sang Il menatap Eum Jung.
"Wae? Jangan menatap aku dengan tatapan seperti itu!"
Mereka berdua duduk bersebelahan di sofa biru itu. Bar masih sepi, bahkan di depan mereka masih terlihat petugas kebersihan yang mengelap lantai.
Sang Il masih menatap wajah itu, seperti ingin menangis.
"Kamu sakit?"
"Aku sehat."
"Batinmu sakit?"
"......." Eum Jung terdiam, dia menyembunyikan kedua tangannya di balik mantel bulu itu.
"Siapa yang menyakitimu?"
Eum Jung hanya tersenyum pahit.
"Apa kamu tidak mau membaginya denganku?"
"Tidak biasanya kamu bertanya seperti itu. Hatimu saja masih terluka olehnya...jadi lebih baik jika kamu mengobatinya segera."
"....aku kamu kamu yang jadi obatnya."
Eum Jung melirik dengan tidak percaya, dia berharap itu hanya halusinasinya saja.
Sang Il menarik tangan Eum Jung, rupanya dia sedang tidak main-main.
"Kita teman, tidak seharusnya seperti ini. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya."
"Apakah kamu membiarkan perasaan temanmu kecewa? Terluka?"
"Jangan berkata seolah situasi ini memang diharuskan untuk menjawab 'tidak'."
Sang Il tetap menarik Eum Jung dan memeluknya.
"Kenapa tidak melawan? Kenapa tidak berusaha melepas pelukanku?"
Eum Jung menangis, ia mengeluarkan semua apa yang sudah ia pendam selama ini.

"Park Eum Jung...??" ternyata Baek Hi memang mengikuti Eum Jung.

Sang Il mengantarkan Eum Jung kembali ke cafe.
"Hubungi aku jika kamu ingin menangis!"
"Ya! Aku tidak cengeng!"
"Ah...keure...." Sang Il menganggukkan kepalanya sambil mengelap jaketnya dengan tissue karena basah karena air mata Eum Jung tadi.
"Sang-ah!" Eum Jung memberi pukulan ringan pada lengannya.
"Mwo? (Apa?)" dengan smirk yang nakal Sang Il menggoda Eum Jung.
"Jangan memasang wajah seperti itu!"
"Waeyo? (Kenapa?) Apa aku terlalu tampan untuk di lihat?"
Eum Jung berkilah, ia langsung kembali ke cafe tanpa basa-basi lagi namun lagi dan lagi Sang Il menariknya.
"Tidak mengucapkan selamat malam padaku?"
"Buat apa? Kamu seorang mahasiswa dan sudah tahu ini malam kenapa aku harus memberi tahumu lagi?"
Sang Il sebal. Dia melepaskan Eum Jung dan mendorongnya agar masuk ke dalam cafe.
"Bye." ucap Eum Jung datar. Ia melangkah menuju pintu cafe, tapi melihat cafe yang sepi dan Han Song yang sedang mengobrol asyik dengan Na Ra, ia mengurungkan niatnya. Eum Jung membalikkan badan.
Sang Il melihatnya datar. Eum Jung dan Sang Il beradu pandang di jarak 1 meter.
~'Tidak, mana mungkin dalam keadaan seperti ini aku jatuh cinta kepada sahabatku sendiri? Dulu aku masih ingat dia yang menolakku saat ku nyatakan cinta....sekarang?'~
"Kenapa tidak jadi masuk?"
"Aku tidak ingin mengganggu Han Song dan Na Ra..."
Sang Il mencuri pandang ke dalam cafe, seketika ia terkejut mendapati pemandangan itu.
"Waeyo?" melihat Sang Il memerah seperti itu, Eum Jung menoleh ke belakang, baru sempat melihat beberapa detik namun Sang Il membekap tubuhnya dan membuat posisi mereka jadi sejajar dengan pintu cafe.
"Hahah, itu sudah biasa terjadi...jika tidak ada aku di cafe dan suasana cafe sepi mereka sering berciuman seperti itu."
"Apa kamu tidak menegurnya?"
"Tidak, mereka tahu situasi."
Eum Jung melepaskan diri dari Sang Il karena sekarang giliran Na Ra dan Han Song yang menjadikan mereka sebagai tontonan.
"Lepas, lepas! Mereka melihat kita."
Sang Il menjaga jarak.
Belum sempat Sang Il melepas seluruh tubuh Eum Jung, tiba-tiba Baek Hi datang dan menarik keras Eum Jug sampai pergelangan tangannya memerah.
"Baek Hi? Apa yang kamu lakukan disini?"
"Eum Jung milikku, tidak boleh seorang pun menyentuhnya!" Baek Hi terlihat sangat marah melihat Eum Jung kontak fisik dengan Sang Il.
Sang Il tidak berani melawan Baek Hi, tubuh Baek Hi terlalu kekar untuk menjadi lawannya.
Eum Jung menamparnya keras. Dia menggandeng Sang Il masuk ke dalam cafe. Merasa tidak terima Baek Hi sempat menghadiahkan sebuah pukulan keras ke ujung bibir Sang Il.
Eum Jung yang menyadari hal ini menyuruh Han Song membawa Sang Il ke kantornya, kini Eum Jung mengatasi keadaan.
"Apa maumu?"
Dengan emosi yang meledak-ledak Baek Hi berbicara, "Jadi demi dia kamu meninggalkan rumahku malam ini hah? Kenapa tidak selesaikan urusanmu denganku kemudian pergi bersamanya?!"
~'Jadi dia melihatku mengunjungi rumahnya? Apa dia mengikuti?'~
"Jawab aku!!" Baek Hi mengguncang Eum Jung.
"Apa maumu? Dari awal jelas aku sudah menolakmu! Tanya dirimu kenapa kamu menghindariku!!"
"Tidak bisa, kamu ini milikku!"
Eum Jung menghajar Baek Hi, Na Ra hanya bisa berteriak keras memanggil Han Song untuk melerai mereka.
"Noona!!" Han Song menarik Eum Jung dan menyerahkan pada Na Ra, kemudian Baek Hi pergi dengan sendirinya.
"Tutup cafenya." kata Eum Jung yang berusaha mengontrol emosinya.
"Eonni (kakak), tanganmu berdarah!" dengan tangan yang gemetar Na Ra menunjuk punggung tangan kanan Eum Jung.
"Bawa Noona ke kantor!" pinta Han Sung sembari menutup toko.
*
01.40 am
Han Sung membalut tangan Eum Jung yang terluka karena memukul Baek Hi tadi.
"Biar aku saja..." Sang Il kemudian menggantikan posisi Hang Sung. "Tolong ambilkan air putih.
Eum Jung menatap lukanya dengan pandangan yang kosong, tangannya masih gemetar, ia belum percaya apa yang ia lakukan barusan terhadap sahabatnya sendiri. Dia berharap ini semua adalah sandiwara yang dibuat teman"nya menjelang hari jadinya .
"Eum Jung...."
"Hmm?"
"Kenapa kamu memukulnya?"
"Aku marah padanya."
"Dia sahabatmu..."
"Iya aku tahu...aku sudah berusaha mengontrolnya."
"Apa gara-gara dia memukulku?"
"Aku tidak bisa terima hal itu."
"Tidak bisa terima apa? Aku di posisi sebagai sahabatmu atau orang yang kamu suka?"
"Dua-duanya."
"Kamu harus memilih salah satunya. Aku tidak bisa berada di posisi keduanya."
Eum Jung menatap Sang Il. "Iya aku menyukaimu."
Sang Il masih menunggu.
"Aku menyukaimu. Sudah lama aku menyukaimu, aku menerima kenyataan kalau waktu itu kamu menolakku."
"........"
"Kalau begitu aku mau kamu ada di posisi orang yang aku sukai."
Sang Il mengusap air mata yang jatuh itu. Eum Jung menunduk.
"Lain kali jangan lakukan hal ini lagi, aku mohon karena itu adalah tugasku sebagai orang yang bertanggung jawab atas dirimu."
~~~
"Ya! Baek Hi, kenapa kamu meniup lilin tanpa mengucapkan doa dulu?" Eum Jung terlihat sebal.
"Mianhada..kalau begitu nyalakan lagi lilinnya.."
"Mana bisa begitu!?"
"Ayo, ayo... bisa...."
Baek Hi memaksa Eum Jung untuk menyalakan lilin di kue ulang tahunnya lagi. Setelah Baek Hi mengucapkan harapan dan doa, dengan jahilnya Eum Jung meniup lilin itu.
"Yah....kenapa jadi kamu yang meniup lilin ini?"
"Kamu terlalu lama mengucap permintaan, tetesan lilinnya memenuhi kue...!"
~~~
Mata itu terkerjap, ia terjaga dari tidurnya. Pukul 8 pagi, ia hanya tertidur selama 6 jam. Mau tidak mau ia harus kembali beraktifitas di cafe. Namun syinggg, ketika ia bangkit dari posisi rebahan kepalanya terasa sakit. Luka yang semalam terasa perih di tangan, ia ragu apakah bisa mandi dalam keadaan tangan yang luka seperti itu.
~'Sakit sekali....pusing....'~ batinnya. Lalu dia mengingat-ingat kejadian semalam.
"Astaga, kemarin aku hanya makan sepotong kue di bar bersama Sang Il. Jadi aku sama sekali belum makan makanan yang benar? Aigoo, kenapa bisa jadi seperti ini..."
Eum Jung meraih ponselnya, ada 10 panggilan dari Baek Hi dan 3 pesan masing-masing dari Sang Il, Han Song dan Na Ra.
"Mereka menyuruhku agar jangan lupa makan....hebat sekali mereka tahu jika seharian kemarin aku belum makan..."
***
09.15 am
Han Song sudah stand by di cafe dan membawakan banyak makanan untuk Eum Jung.
"Gomawo Song-ah. Ibumu yang membuatnya?"
"Ne...is ti delicious?"
Angguk Eum Jung, di sela sela lahapnya ia makan, Baek Hi menelponnya.
"Yeoboseyo?" menjawab dengan mulut yang penuh makanan.
"Yongsohae jusibsio Jung-ssi. (Aku benar-benar minta maaf Nona Jung.)"
"Ne ne ne....(Iya iya iya....)"
Han Song tahu jika yang sedang berbicara dengan Noona nya adalak Baek Hi.
"Yongsohae jusibsio!"
"Ne!!"
"I am sorry!"
"Yeah, I forgive you. You are still my best friend. Arraseo? (Mengerti?)"
"Jinjja? (Benarkah?)"
"Hmm...."
"Gotjimal! (Bohong!)"
"Baek Hi-ssi!"
"Hwanaeji maseyo...(Jangan marah...)"
"Aniyo.....(Tidak....)"
Eum Jung memutuskan hubungan telepon.
"Baek Hi Hyung? (Kakak Baek Hi?)"
"Hmm."
"Noona, bisa kah memaafkan orang yang sudah kurang ajar seperti itu dalam waktu sesingkat ini?"
"Why not? He is still my friend."
"Apa jika Sang Il Hyung tahu...."
"Noona tahu mereka orang-orang yang seperti apa....jangan khawatir...cepat periksa bahan baku teh dan kopinya...jika habis segera isi dengan yang baru."

Seseorang datang, orang yang kemarin.
"Bisakah aku bertemu dengan Manajer cafe ini?"
"Ah, Manajer sedang sarapan...mau menunggu sebentar?"
"Bisa sampaikan jika aku menunggunya?"
"Tentu, dengan siapa?"
"Lee Rae In." sebutnya dengan senyum manis.
"Lee.....Rae....In.....??"
*
Han Song menunggu Eum Jung selesai meneguk air yang terakhir membasahi tenggorokannya pagi ini.
"Ada apa Song-ah?"
Han Song terlihat berkeringat dan tidak nyaman.
"Song-ah?"
"Noona...."
Eum Jung berdiri dan menghampiri Han Song yang gugup.
"Ada yang menunggu Noona di luar."
"Ah? Sang Il-ssi?" Eum Jung berfikir jika yang menunggunya adalah Choi Sang Il.
"Noona!" Han Song menarik tangannya.
"Waeyo?"
"Noona!!"
Menyadari jika orang itu bukanlah Sang Il, ini membuat Eum Jung semakin penasaran. Han Song tidak tahu harus senang atau mencegahnya namun keduanya tak ia lakukan juga.
~'Siapa? Siapa yang sedang menungguku?'~
Eum Jung melihat orang itu sedang melihat-lihat lukisan yang terpajang di dinding coklat itu.
Eum Jung hendak menegur orang itu dengan menepuk pundaknya namun orang itu lebih cepat sedetik membalikkan badan.
"Park Eum Jung!!!"
Eum Jung mematung, dia hanya sempat melihat wajah orang ini dalam hitungan sepersekian detik.
"Siapa sih? Siapa ini?
"Eum Jung-ssi...." kemudian terdengar isak tangis memecah keheningan pagi.
"Lee Rae In? Rae In? Rae In???!"
Maka dua wajah lama itu pun bertemu, sekian lama musim berlalu mereka bertemu kembali. Semi menyambut.
"Jung-ssi .... miss you so much..."
Mimik wajah Eum Jung berubah sebal.
"Ya! Kemana saja selama ini? Apakah suamimu mengekangmu? Apakah dia melakukan kekerasan sehingga kamu tidak pernah menghubungi aku? Apakah aku masih sahabatmu? Jawab! Jawab! Katakan dengan sejujurnya mengapa kamu menghilang dariku?"
"Jung-ssi....." air mata Rae In semakin mengucur deras, dia menggenggam tangan Eum Jung dengan erat.
"Apa Jung-ssi, Jung-ssi!?" Eum Jung mengulangi kata-kata itu.
"Noona!"
"Song, kembali ke dapur siapkan bahan untuk hari ini!"
Han Song tertegun melihat Eum Jung yang marah seperti itu.
"Apakah Eum Jung Noona memiliki banyak versi ketika sedang marah?" ucapnya kepada dirinya sendiri dan lalu ia berlalu.
"Jung-ssi...bukan karena itu..." wajah Rae In sudah basah.
"Lalu?"
"Aku lupa semua nomor ponselmu, ponselku rusak jadi semua nomor terhapus...."
"............"
Tanpa Eum Jung ketahui sejak tadi ada Sang Il yang berdiri di belakangnya melihat Rae In yang memegang erat tangan kekasihnya itu.
"Siapa dia?" tunjuk Rae In ke arah yang berlawanan.
Eun Jung berbalik, "Chagiya!"
"Cha...giya?" tanya Rae In kepada Eun Jung juga pada dirinya sendiri.
"Kenapa tidak menghubungiku dulu?"
"Siapa dia?"
"Ah! Ini Lee Rae In yang sering aku ceritakan padamu! Ingat kan?"
"Rae In-ssi.." mereka sama sama memberi hormat satu sama lain.
***
Seharian ini Rae In menemani Eum Jung di cafe, bersama-sama melayani tamu dengan ramah. Tapi tak hanya itu kejutan hari ini.

20.54 pm.
"Selamat datang! Ah uh....hmmm...." Eum Jung memperhatikan pelanggan yang satu ini dengan seksama.
"Aku pesan Chai Tea satu."
"Ah.... 1,800 won."
Eum Jung membuatkan orang itu secangkir teh sambil mengingat pernah melihat orang itu dimana.
~'Wajahnya seperti Kwon Juh Ah...iya aku tidak salah..'~
Saat mengantarkan teh itu, dengan iseng Eum Jung memanggilnya dengan nama itu.
"Jun Ah...."
"Ne? Ah!" orang itu menjawab namun dengan paniknya langsung membekap mulutnya dengan jarinya.
"Kwon Jun Ah !!! Iya kan kamu Jun Ah! Jun Ah temenku yang di game online?!"
"Bukan...bukan...."
"Ah sudah jangan mengelak lagi Jun Ah!"
"Salah orang...."
"Tidak mungkin aku salah orang! Jun Ah!"
Melihat kegaduhan yang diciptakan Eum Jung malam ini, membuat Rae In terusik.
"Ada apa Jung-ssi?"
"Ani...ani..."
"Jung-ssi..." Rae In memaksa agar Eum Jung bercerita.
"Iya iya, dia ini sahabatku juga!! Kami teman di komunitas game online! Ayo ayo kalian berkenalan!"
Dengan malu-malu Kwon Jun Ah memperkenalkan diri kepada Lee Rae In.
"Annyeong Jun Ah, Lee Rae In imnida. Bangapseumnida."
"Eh? Lee Rae In?" Jun Ah tampak terkejut mendengar nama itu. Lalu iya melirik Eum Jung yang menganggukan kepala.
"Yeah, it is her." ucap Eum Jung kepada Jun Ah.
"Ada apa Jung-ssi? Apakah kalian sering membicarakan aku?"
"Baiklah kalau begitu, sepertinya persediaan kue semakin menipis...Song-ah! Tolong buatkan Epresso untuk Rae In Noona!"
"Ne!"
***
Semalam adalah malam yang terpenting bagi Rae In dan juga Jun Ah. Mereka berdua adalah sahabat Eum Jung yang selama ini menemani Eum Jung di kala kesepian, terutama Jun Ah. Namun Jun Ah benar-benar tidak menyangka akan bisa bertemu dan berbincang banyak dengan Rae In.
Namun di sisi lain kedekatan Eum Jung dengan dua gadis itu menimbulkan pertanyaan bagi Sang Il. Sang Il beranggapan bahwa Rae In penyuka sesama jenis begitu juga dengan Jun Ah, karena ketika Eum Jung ada bersama mereka, tampak sekali Rae In tidak mau Eum Jung terlalu dekat dengan Jun Ah begitu pula sebaliknya.
"Jung-ah, aku ingin bertanya..."
"Hmm?"
Sang Il melihat sekeliling, cafe pagi ini cukup ramai.
"Ah arra~ arra.... (tahu~ tahu....)"
Akhirnya mereka berbicara di kantor Eum Jung, tidak jauh dari sana terlihat Rae In dengan Jun Ah semakin akrab.
"Mau tanya apa? Tentang Baek Hi?"
Sang Il mengangguk.
"Aku sudah baikan dengannya kemarin, tapi belum sempat bertemu."
Namun sebenarnya bukan itu yang menjadi jawaban.
"Waeyo Chagi?"
"Rae In dan Jun Ah....."
Eum Jung tersenyum melihat ke arah mereka yang juga balas memandang.
"Apa mereka menyukaimu?"
"Tentu saja!"
Ekpresi Sang Il semakin tidak percaya.
"Me-nyu-ka-i-mu ?"
"Iya, kenapa sih?"
"Mereka memacarimu?"
"Mwo?? (Apa??)" kini giliran Eum Jung yang berekspresi terkejut.
"Mereka penyuka sesama jenis kan?"
"Apa yang ka....astaga....otakmu ternyata penuh dengan pasir....apa perlu aku seret mereka ke sini agar kamu mendapatkan kejelasan?"
"Andwae! (Jangan!) Aku cuma mau jawaban darimu."
"They are normal."
"Tapi beberapa kali aku lihat mereka selalu memegang tanganmu!"
"C'mon, don't be like this....I am normal. Perlu bukti?"
Sang Il mundur, merapat ke tembok karena Eum Jung mencondongkan dirinya ke arah Sang Il.
Tanpa mereka sadari Rae In dan Jun Ah menonton mereka dari kejauhan.
"Mereka bertengkar? Apa perlu kita pisahkan?" tanya Jun Ah.
"Sudah, biarkan itu urusan mereka."

"Kenapa menghindar? Katanya ingin bukti?"
"Aku tidak bilang begitu!"
"Jangan bilang kalau aku tidak memberikan bukti berarti kamu tidak mempercayaiku!"
Beberapa saat kemudian Han Song datang membuyarkan semuanya.
"Noona,.....Baek Hi Hyung datang mencarimu."
"Baek Hi-ssi?" Eum Jung melirik pacarnya.
"Temuilah. Mungkin dia mau menyampaikan maaf." tampak wajah yang kesal pada Sang Il.
~~~
"Baek Hi-ssi..."
"Mwo?"
"Aku rindu Choi Sang Il."
"Telpon saja dia..." dengan sebatang rokok dan secangkir kopi hitam ia katakan itu dengan mudahnya.
"Dia kan sudah punya pacar....."
"Ada aturannya kamu tidak boleh menelponnya?"
Eum Jung menggeleng, "jika suatu hari aku menjadi pacarnya, kamu akan ku buatkan kopi terlezat di dunia."
"Jika tidak akan pernah?"
"Hmm, tentu saja akan tetap kubuatkan kopi yang enak untukmu. Menurutmu bagaimana Baek Hi-ssi?"
Yang Baek Hi tertawa, "jodoh untuk gadis baik sepertimu pastilah pemuda yang baik juga."
"Ah, Baek Hi... kamu juga pemuda yang baik....aku doakan semoga kamu mendapatkan seorang pacar seperti Sandara Park!"
Tawa hangat itu memecah keheningan malam.
~~~
Pukul 10.47 am, sehari sebelum Eum Jung berulang tahun.
"Aku datang untuk meminta maaf atas kejadian kemarin."
Baek Hi tidak memberi tahu insiden ini kepada Jun Ah.
"A, gwaenchana Baek Hi-ssi....(Tidak apa-apa Tuan Baek Hi)" jawab Eum Jung.
"Aku datang untuk meminta maaf kepada Sang Il-ssi."
"Ne, ne...gwaenchana...I'm okay...."
Dengan rasa bersalah yang sangat mendalam Yang Baek Hi datang meminta maaf kepada semuanya, Eum Jung bangga memiliki orang-orang seperti ini di hidupnya.
Ia pandangi satu persatu wajah mereka ; Kim Han Song, Choi Sang Il, Lee Rae In, Kwon Jun Ah, dan juga Yang Baek Hi.

Mereka tidak pernah benar-benar meninggalkanku, mungkin mereka menghilang hanya untuk memberiku ruang dan waktu untuk duniaku, ya. Selama ini aku selalu berburuk sangka terhadap mereka, terutama Rae In dan Sang Il. Aku tidak tahu jika mereka benar-benar tulus kepadaku seperti setelah apa yang pernah aku lakukan terhadap mereka selama ini....
Yang Baek Hi, aku sama sekali tidak menyangka jika dia begitu gentleman....
Dan Sang Il, dia tidak pernah berubah dari yang ku kenal dulu, tidak suka kekerasan, itu yang ku cintai dari dirinya...
Jun Ah, walaupun kita bertemu di dunia maya, namun selama ini aku tegar karena semangatmu, motivasi darimu....Han Song, dia bertanggung jawab, Na Ra sangat beruntung bisa memiliki dia.....
Dan mungkin ini adalah hadiah yang pernah ku miliki sepanjang hidupku, Persahabatan.

Tanpa terasa Park Eum Jung menitihkan air mata bahagia karena di kelilingi oleh sahabat-sahabat yang begitu tulus dan cinta terhadapnya. Han Song bangga memiliki Noona seperti Eun Jung yang di sukai banyak orang.

***

:: Get one real friend it is so hard, but when you kick them it is so easy ::


~FINISH~


Yang Baek Hi’s Scene
“Choi Sang Il? Ah....Sang Il rupanya yang menelpon Eum Jung-ku....baiklah akan ku ikuti dia! Aku penasaran dengan tampang Sang Il, seperti apa sih sampai-sampai Eum Jung begitu perhatian dengannya?”
Setelah melihat Eum Jung berlalu, Baek Hi benar-benar mengikuti langkah Eum Jung sampai membawa mereka ke sebuah Bar. Baek Hi hanya bisa mengamati mereka dari jauh.
“Park Eum Jung!?”
Baek Hi terkejut melihat Sang Il yang berani memeluk Eum Jung-nya. Tiba-tiba saja Baek Hi merasa cemburu yang berlebihan, sebenarnya ia tahu dimana posisinya semenjak Eum Jung menolak ciuman pada malam itu. Namun kali ini sepertinya ia tidak bisa mengontrol keadaan dirinya.


Lee Rae In’s Scene
~’Eum Jung-ssi! Apa yang sedang terjadi?’~
Rae In yang malam itu hendak menemui Eum Jung mengurungkan niatnya karena melihat perkelahian antara Eum Jung dan salah seorang temannya, Yang Baek Hi. Dia berdiri tidak jauh dari lokasi Dos Cafe namun ia merasa tidak berhak ikut campur dalam masalah kali ini.
“Ottoke? Ottoke?” Rae In menghentakkan high heelsnya dan kemudian  bingung antara melerai Eum Jung dengan Baek Hi atau tidak. Alhasil ia hanya menonton dari kejauhan saja.
“Eum Jung-ssi...kalau begitu besok pagi saja aku akan kembali...”


Kwon Jun Ah’s Scene
~’Aku harus masuk kesana dan memesan sesuatu, beberapa hari ini Baek Hi sangat susah dihubungi, aku sudah tidak bisa menahan ini lebih lama.’~
Jun Ah mendorong pintu Dos Cafe, Eum Jung menyambutnya dengan ramah namun Jun Ah sudah memprediksi sebelumnya, pasti Eum Jung akan curiga.
Jun Ah tidak berani menatap Eum Jung yang sudah sangat curiga, dia kemudian mencari tempat duduk di pojok.
“Pasti dia curiga! Apakah wajahku ini terlalu cantik sampai-sampai dia terpesona? Huh!”
“Jun Ah...!”
“Ne? Ah!” Jun Ah membekap mulutnya.
"Kwon Jun Ah !!! Iya kan kamu Jun Ah! Jun Ah temenku yang di game online?!" Eum Jung mengatakan itu sambil memukul ringan pundak Jun Ah.
"Bukan...bukan...."
"Ah sudah jangan mengelak lagi Jun Ah!"
"Salah orang...." Jun Ah mengelak sebisanya.
"Tidak mungkin aku salah orang! Jun Ah!"
Keributan ini mengundang salah seorang datang mengunjungi mereka.
"Ada apa Jung-ssi?"
"Ani...ani..."
"Jung-ssi..." orang itu memaksa agar Eum Jung bercerita.
"Iya iya, dia ini sahabatku juga!! Kami teman di komunitas game online! Ayo ayo kalian berkenalan!"
Dengan malu-malu Kwon Jun Ah memperkenalkan diri kepada gadis itu.
"Annyeong Jun Ah, Lee Rae In imnida. Bangapseumnida."
"Eh? Lee Rae In?" Jun Ah tampak terkejut mendengar nama itu. Lalu iya melirik Eum Jung yang menganggukan kepala.
"Yeah, it is her." ucap Eum Jung kepada Jun Ah.
~’Lee Rae In? Ah iya benar, aku kenal wajah ini...’~
Jun Ah membalas senyum manis Rae In.


Kim Han Song’s Scene
Kertas yang Eum Jung jatuhkan adalah selembar kartu nama. Han Song melihat gadis itu berlalu di kegelapan malam dengan jaket bulunya yang melambai-lambai terkena angin.
“Dia pasti malaikat...” ucap Han Song kepada dirinya sendiri.
Beberapa hari kemudian setelah memar yang diwajahnya membaik, Han Song mendatangi alamat yang tertera di kartu nama itu.
“Park Eum Jung...dia bekerja di cafe ini?”
Cafe itu sangat ramai, dan Han Song masih ragu untuk melangkah ke dalam. Dia mencari sosok malaikat itu dan ternyata dia adalah seorang kasir!
~’Aigo, dia seorang kasir? Malaikat itu seorang kasir?’~
Han Song mendorong pintu kaca itu dan menemui Park Eum Jung.
“P...Park Eum Jung-ssi?”
“Ah kamu kesini menginginkan pekerjaan kan?”
Han Song mengangguk.
Eum Jung memberikan celemek berwarna kuning madu, “bereskan piring dan gelas yang kotor di meja, bawa ke sana.” Eum Jung menunjuk cucian piring di balik dinding berwallpaper lebah itu.
“Ne!” dengan gesitnya Han Song melakukan apa yang Eum Jung perintahkan kepadanya.
Han Song mencuri pandang ke arah Eum Jung, dalam hati ia sangat berterima kasih karena sudah menolong hidupnya yang sedang terpuruk.


* 1 won = 8,5 rupiah