Minggu, 26 Januari 2014

Little Fish [FF-oneshot]


Tittle : Little Fish
Cast : Jung Ema (OC) – Kim Meichan (OC) – Han Mira (OC) – Daehyun (BAP) – Lee Hongbin (VIXX) – Han Seul Gi (OC)
Genre : Romance
Theme Song : ZiA – Have You Ever Cried
Rated : 15+
Author : Ravla

-------------------------------------------------

“........Aku hanya ikan kecil yang berada di luasnya samudra ganas.”


LITTLE FISH


3 gadis sedang asyik mengobrol di salah satu sudut kampus, menunggu sampai waktu kelas seni di mulai.

Tawa mereka begitu lepas, sungguh binar-binar kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Namun salah seorang dari mereka begitu terlihat tenang, senyumnya begitu elegan namun terkesan ramah.

“Hanmi, dia sedang menuju kemari...mau apa lagi sih orang itu?” gumam kesal Meichan, yang sama-sama membenci pemuda yang tidak berhenti mengejar di mana pun Hanmi berada.

“HAN MIRA!!! Ke mana saja kau?! Kenapa tidak memberitahuku! Apa kau sudah makan? Uh, kau terlihat cantik seperti biasanya!”

Jung Ema dan Meichan melihat pemuda itu dengan tatapan yang benar-benar sinis. Gadis-gadis ini benar-benar tidak menyukai Daehyun, mahasiswa dari jurusan seni peran.

Tentu saja, Hanmi merasa risih dan segera pergi dengan teman-temannya. Namun seperti biasanya, Daehyun menghentikan langkah pada gadis itu dengan bertingkah berlebihan. “Hei hei, mau kemana? Aku baru saja datang! Jangan pergi dulu!”

Hanmi kemudian mengisyaratkan agar Ema dan Meichan pergi terlebih dahulu.

“Hanmi-ya! Lihat, aku membawakan sesuatu untukmu!” Daehyun memberikan sekotak sushi, sepertinya pemuda itu benar-benar membuatnya sendiri.

Hanmi menghela napas, ia mengangguk dan mengambil kotak itu tanpa  banyak bicara. Tanpa ucapan terima kasih. Daehyun mengikutinya, “Kelasmu kan disana?” tunjuk pemuda itu ke arah kiri, namun Hanmi pergi ke arah kanan.

“Puuss!”

Sebuah suara kucing terdengar samar, binatang mamalia itu kemudian keluar dari balik meja yang terletak di sudut sebuah lorong dan bermanja ria di kaki Hanmi. “Lihat, kau tidak akan kelaparan hari ini.”

Hanmi memberikan sushi itu kepada kucing betina yang biasa ia rawat di kampus itu, melihat itu entah apa yang di rasakan Daehyun, ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi yang kosong; lebih tepatnya ‘tidak tahu harus mengatakan apa’.

“Berhenti menyukaiku, Daehyun. Ku mohon.” Ucap Hanmi pelan dan pasti, kemudian ia berlalu dengan langkah terburu menuju kelasnya.

“Tapi....kenapa?” gumam Daehyun yang seperti mendapat tamparan keras di pagi hari.

***

Hanmi melihat kedua sahabatnya sibuk dengan gosip kampus. Ia selalu duduk terpisah dari mereka, terkadang Hanmi duduk di tribun paling atas agar jelas melihat dosen ketika mengajar. Terkadang ia duduk di bagian tribun yang paling dekat dengan dosen agar mendengar jelas apa yang dosen katakan. Namun kali ini, ia duduk menyendiri di tribun paling atas sebelah pojok kiri.

Sesekali ia bisa mendengar apa yang Jung Ema bahas dengan Meichan, “mahasiswa itu pasti sungguh tampan...aku dengar dia menjadi idola disana...”

Hanmi hanya menggeleng pelan sesekali menghela napas. Ia sering merindukan kehidupannya yang dulu, yang sudah lama sekali ditinggalkan. Namun ia tidak akan mau kembali ke masa itu..., atau mungkin hanya menunda?

******

Beberapa hari kemudian, Hanmi sedang mengecek jadwal kelas di dekat pintu kelas seni peran. Tentu saja kampus masih begitu sepi, entah apa yang membuat gadis ini begitu pagi terbangun hanya untuk melihat jadwal harian yang baru.

“Kau tahu dimana ruangan dosen dari kelas seni musik?” tanya seseorang dari arah belakangnya.

“Tahu, ikuti aku.” Tanpa melihat wajah orang tersebut, Hanmi melangkah menuju ruangan dosen yang biasa mengajarnya. Namun kala itu sepertinya sang dosen sedang berdebat dengan kerabatnya.

“Eung? Ada apa?” tanya orang tersebut.

“Sepertinya kau tidak bisa menemuinya saat ini....,” sesaat sebelum Hanmi melihat wajah orang tersebut, pertengkaran yang cukup besar terjadi di ruangan dosen tersebut. Karena terkejut, Hanmi menarik orang tersebut menuju sebuah ruangan praktek seni peran di lantai dua kampus.

Karena bingung, orang tersebut kemudian menutup pintu dan mata mereka bertemu. “Kenapa kau menarikku kesini?”

Hanmi seperti terpana, dia terdiam, dia juga bingung kenapa ia menarik orang asing tersebut ke dalam ruang praktek seni peran. “Aku hanya,...aku tidak mau kita di tegur olehnya.”

“Kenapa harus di tegur? Aku kan memang sedang mencarinya..?”

Hanmi menggeleng dan melonggarkan syal yang melilit lehernya, “Maksudku, aku.... Beliau kurang bisa mengontrol emosinya, kebetulan aku tidak ada kelas hari ini. Maksudku, aku...bukan, dia dosenku. Aku mahasiswi kelas seni musik.”

“Oh? Asisten dosen?” orang itu tampak terkejut.

“Bukan! Bukan, ... tapi tidak lama lagi aku akan jadi asisten dosen. Kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu disini?”

“Aku mahasiswa pindahan, ku kira kau sudah tahu beritanya...? Ku rasa mahasiswi disini suka menggosip? Ternyata aku salah...”

....jadi ini yang Jung Ema dan Meichan bicarakan kemarin? “Lalu, jangan katakan jika kau akan masuk di kelas seni musik bersamaku?”

Belum sempat orang itu menjawabnya, seseorang dari luar sudah sibuk memutar knop pintu, “Hey, kenapa ini terkunci?” ucapnya dari arah luar.

Hanmi dan orang itu sempat kebingungan, namun akhirnya mereka bersembunyi di balik korden besar yang menutupi jendela kaca di bagian sisi ruangan.

“Psst!!” seru Hanmi kepada orang itu.

Begitu banyak barang di balik korden itu sampai-sampai kehadiran mereka disana bukanlah suatu hal yang mencurigakan. “Kau tadi mengunci pintunya?” tanya Hanmi berbisik, namun orang itu menggeleng keras, “Tidak, aku hanya menutupnya biasa.”

Beberapa menit kemudian sepertinya orang yang hendak masuk ke dalam ruangan itu telah pergi dan keadaan menjadi hening. Namun Hanmi dan orang itu masih bersembunyi di balik korden.

Perlahan namun pasti, Hanmi menanggalkan syalnya karena ia merasa pengap dan panas. Tidak biasanya Hanmi terlihat berkeringat seperti itu.

“Are you okay?” tanya orang tersebut, namun sepertinya Han Mira tidak mendengarnya.

Orang itu kemudian keluar dari balik korden dan meninggalkan Han Mira, ia mencoba membuka pintu dan terbuka. Kemudian ia keluar dari sana.

“Kemana orang tadi?” tanya pelan Han Mira kepada dirinya. Ia membehani pakaiannya dan hendak melangkah menuju pintu, namun orang  itu kembali masuk dan menutup pintu kemudian menarik lengan Hanmi dan bersembunyi di balik korden.

“Ada apa? Ada apa?” tanya Han Mira panik namun ia tetap menunjukkan sikap tenang.

Saking terburunya pemuda itu, pijakan sterofoam yang ada disana menjadi rusak dan hal itu membuat Hanmi tidak bisa naik ke bagian paling atas, ia akan tetap terlihat oleh orang lain jika ada yang memasuki ruangan itu.

“Aku tidak bisa naik!” teriaknya kemudian orang tersebut turun lagi dan menggendong Han Mira.

“Diam dan jangan protes!”

Orang itu membawa Han Mira sedikit naik dan pijakan di atas hanya bisa untuk satu orang, dengan terpaksa Han Mira menginjak kaki orang itu dan mereka menutupi diri mereka dengan kain putih usang yang tersampir di sana.

Han Mira bisa dengan jelas mendengar deru nafas pemuda yang menghadap ke arahnya. Mereka tertutup oleh kain putih, begitu pengap dan panas.

“Apakah ada orang masuk ke sini?” tanya Hanmi.

“Mereka ke sini, sekitar 2 atau 3 orang. Maaf ya, bertahan sebentar lagi saja.”

Benar saja, ada beberapa junior Hanmi yang datang dan mengambil beberapa barang di ruangan ini. Namun tentu saja mereka tidak mengetahui jika ada dua orang yang sedang bersembunyi di balik korden.

Pemuda itu mengamati wajah Han Mira begitu dekat, gadis itu tampak sedang melempar pandangan ke arah luar jendela, melihat atap atap rumah penduduk dengan antusias sampai sebuah pergerakan mengejutkan pemuda tersebut.

“Maaf! Aku, aku sepertinya akan jatuh...bagaimana ini?” tanya Han Mira panik melihat pijakan itu terasa semakin bergetar.

Pemuda itu kemudian meraih kedua tangan Han Mira dan melingkarkannya di lehernya sendiri. “Aku tidak mau kau jatuh...”

Dengan posisi yang seperti itu, Han Mira hanya bisa menyandarkan dagunya di pundak pemuda itu, mereka berpelukan, mau tidak mau, suka tidak suka. “Maaf, aku jadi...membuatmu susah. Kurasa aku menginjak kakimu terlalu lama...”

Pemuda itu tidak membalasnya, namun hanya satu pertanyaan yang terlontar dari mulutnya, “Boleh aku tahu namamu?”

Tentu saja sebagai seorang gadis yang normal, hal ini membuat dadanya berdebar dengan cepat, “Han Mira.”

Setelahnya terdengar orang-orang itu pergi dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan itu.

“Ku rasa mereka sudah pergi...bisa kita turun sekarang?” pinta Han Mira, ia sudah tidak nyaman berada dalam posisi berpelukan seperti itu.

Mereka kemudian turun dengan perlahan, sampai Han Mira menjaga jarak dengan orang itu, “Jadi, anggap saja yang tadi hanya...penyelamatan diri.”

Pemuda itu terlihat sedikit tersenyum namun ia berbalik untuk menyembunyikannya. “Jadi, kau Hanmi? Kau terkenal di kampus ini kan? Begitu yang aku tahu.”

Gadis ini tidak suka jika ia di katakan sebagai mahasiswi yang terkenal di kampusnya, ia hanya menganggap itu bonus dari kerja kerasnya selama ini mengenai betapa susahnya lolos untuk menjadi salah satu anggota kelas seni musik. “Aku tidak terkenal, aku menakutkan.”