Sabtu, 29 Juni 2013

POISON [FF-oneshot]


Tittle : POISON
Cast : Lee Hongbin [VIXX] – Jung Il Hoon [BTOB] – Jung Hana [OC]
Genre : Scifi Fantasy / Siblings / Friendship / Lover
Rated : 16+
Theme song : Monni band
Author : Ravla

------------------------------------

POISON

“Oh Oppa! Ambil yang itu, yang itu juga!” teriak remaja yang mulai beranjak dewasa tersebut.

Ilhoon memetik dua tanaman yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, sampai ia mendengar teriakan adiknya yang lumayan kencang. “KYAA!”

“Hana!” Ilhoon buru-buru melihat adiknya yang rupanya jatuh terjerembab ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam. Sepertinya seseorang membuatnya untuk menjebak rusa.

Oppa, tolong aku...” ucapnya sambil mencoba berdiri untuk meraih sebuah akar tanaman, namun sepertinya kaki Hana terkilir. “Auw~ kakiku...sakit!”

Ilhoon tampak mulai panik, “Tunggu disitu~! Aku akan mencari bantuan!” ia meninggalkan semua keranjang yang berisi tanaman obat dan berlari menuju desa untuk memanggil beberapa orang dewasa.

Sepeninggal Ilhoon, hutan terkesan begitu senyap dan Hana tidak bisa melihat apa pun disekitarnya karena lubang itu lumayan dalam, sekitar 3-4 meter dan diameternya tidak begitu besar.  “Oppa!” panggilnya mulai khawatir dan tidak ada jawaban apapun dari atas sana. Ia melihat sekeliling, hanya akar tanaman yang begitu lebat dan juga tercium aroma aneh dari lubang tersebut. Awalnya ia merasa baik-baik saja, namun lambat laun ia merasa tidak enak badan dan mulai lemas. “Ah aku kenapa...” gumamnya antara sadar dan tidak.

‘SRAK..SRAK...SRAK...’

Oppa!” teriaknya mencoba sekeras mungkin, namun ia tidak mendengar jawaban dari Ilhoon.

Sesaat sebelum Hana hilang kesadaran, ia melihat seseorang, pria, melongok dari atas sana, kemudian ia tidak bisa menahannya lebih lama. Hana pingsan di bawah sana.

***

Hana merasakan tubuhnya begitu sejuk, ia merasa ada yang memijit tubuhnya. Perlahan ia membuka mata dan pertama kalinya ia merasakan nafasnya yang begitu tenang dan nyaman.

Eung~.....”

“Oh? Ilhoon-a! Adikmu sudah sadar!” teriak seseorang yang memijiti lengan Hana. “Dia sudah siuman!”

Ilhoon meninggalkan kerjaannya di dapur dan langsung menghampiri Hana dan memeriksa keadaan adik semata wayangnya itu. “Hana, Hanaa~...Hana!” ucapnya sehingga membuat Hana meliriknya, namun sepertinya gadis 16 tahun tersebut masih ling lung.

“Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?” tanya orang-orang yang sudah mengerumuninya.

Oppa....” panggilnya lemah dan kemudian ia merasakan tangan hangat membelai wajahnya.

“Iya, iya aku disini...maaf meninggalkanmu waktu itu...” ucap Ilhoon begitu menyesal. “Apa yang terjadi sampai kau pingsan di dalam sana? Adakah orang lain disana selain dirimu?” tanya Ilhoon memastikan. “Jawab aku Hana!”

“Sudah...sudah jangan seperti itu! Dia baru saja sadar Ilhoon-a!” tegur sang Ibu mencoba menenangkan anak sulungnya itu. “Hana...” tangan perempuan itu memeriksa suhu tubuh anak gadisnya, semua tampak normal.

“Aku...melihat....” gumam Hana pelan, namun hanya Ilhoon  yang mendengarnya. Dan kembali memaksa adiknya untuk berbicara banyak.

“Melihat siapa? Siapa?!”

Hana menatap kakaknya lemah, ia merasa amat lelah...bahkan ia tidak tahu berapa hari ia tak sadarkan diri.

*

Ilhoon tampak begitu khawatir, wajahnya menyiratkan sesuatu. Sesuatu yang begitu misterius.

“Jangan biarkan anak kecil memasuki hutan itu lagi, cukup Hana yang terakhir atau dia akan lebih ganas dari yang sebelumnya...”
“Tapi kan kita tidak tahu apa itu? Apa tidak sebaiknya kita menyeledikinya dan memusnahkannya? Itu akan jauh lebih baik!”
“Apa kau mau mati?! Tidak akan ada orang yang selamat jika tertangkap olehnya! Tidak ingatkah kau dengan kejadian 20 tahun yang lalu! Dan kini generasi baru pasti lebih kuat dari masa itu!”

Samar-samar Ilhoon mendengar percakapan beberapa orang desa tersebut membicarakan tentang sesuatu yang bersembunyi di hutan lebat itu. Ia bahkan berniat untuk membawa makhluk itu ke desa dan mempertontonkannya di depan khalayak umum. Namun ia tidak bisa melakukan hal senekat itu, cukup sekali itu saja. Ia berjanji pada dirinya sendiri.

Oppa...aku..takut...” ujar Hana kemudian yang merasa tubuhnya sudah enakan. “Aku waktu itu tidak...entahlah aku sendiri tidak mengerti apa yang tengah terjadi...” Hana menggelengkan kepalanya, ia tidak ingat persis apa yang ia lihat sesaat sebelum pingsan.

Ilhoon meremas bahu adiknya, ia gemas kenapa Hana tidak langsung berterus terang di depan orang-orang itu. “Kenapa kau tidak mengatakannya kepada kami semua? Kenapa kau hanya mengatakan hal ini padaku?”

Hana menatap Ilhoon dalam, ia mengerti Ilhoon begitu mengkhawatirkan dirinya, namun ia tidak ingin membuat kehidupan di dalam hutan itu rusak. “Oppa...apa itu? Apa dia manusia? Aku melihatnya sesaat sebelum aku benar-benar pingsan, hanya siluet hitam...seorang laki-laki...apa itu, beritahu aku tentang kisah itu Oppa..”

Ilhoon menelan ludah, ia merasa Hana tidak perlu mengetahui kisah buruk itu. Namun jika ia tidak memberitahunya, gadis itu akan masuk dan mencari tahu lebih dalam ke hutan itu. “Ah, itu hanya cerita kacangan, tidak benar-benar ada!” sangkalnya.

Oppa, jangan berbohong padaku...ceritakanlah!” Hana menarik baju Ilhoon, ia benar-benar ingin tahu tentang kisah itu.