Sang Ibu memeras handuknya, kemudian meletakkan di dahi anaknya, Lyn
Alexandria. Ibunya tahu jika anaknya sedang mengalami astral projection. Sudah
lama Lyn tidak seperti ini, sudah hampir 7 tahun Lyn tidak pernah lagi
mengalami hal ini. Ia menekan dunia spiritualnya agar bisa sama dengan remaja
yang lain, namun percuma saja. Lyn tetap saja tidak bisa mengontrolnya.
@.@
“Chia! Aku tidak bercanda!!” Kevin menarik-narik rambutnya, ia merasa
seperti senang namun tidak sepenuhnya. Ia merasakan aneh, dari dalam tubuhnya.
Seperti ada yang menyembul keluar.
“Bagaimana bisa aku bercanda di saat seperti ini? Ayolah Kev, itu hanya
mimpi buruk! Aku sama sekali belum pernah datang ke sebuah pameran boneka!”
‘CIIIITTTT!!!!’
Tiba-tiba saja kereta berhenti mendadak, mereka tersungkur bersama, kepala
Kevin menghantam kaca tebal itu lumayan keras. Ia pingsan.
“Ah ada apa ini?!” semua orang terkejut dan berhamburan keluar. Chia
melupakan Kevin sesaat, ia melihat apa yang terjadi dan, “ini tidak mungkin...”
tiada kata yang bisa terucap.
Disatu jalur rel kereta api, jika salah satu tidak berhenti mungkin
kecelakaan maut sudah terjadi. Kereta yang Chia tumpangi berhadapan dengan
kereta lainnya di satu jalur yang sama.
“Bagaimana ini? Kereta api tidak di desain untuk berjalan mundur!” ucap
salah satu penumpang.
@.@
Seperti habis terlontar jauh, Kevin tengkurap di aspal,
tengah jalanan dekat darah itu.
“Darah!!” teriak Kevin histeris. Nafasnya tersengal, ia
langsung menjauhinya namun matanya melihat sosok itu. “Hah?” lalu Kevin melihat
sekeliling, tempat yang tadi. Dimana ia melihat gadis berambut pirang itu.
“Ah kamu!” tegurnya sambil berteriak. “Sedang apa kamu di
sini? Kamu bisa melihat aku? Bisa mendengarku?”
Kevin menelan ludah, bahkan ia menampar dirinya sendiri,
berkali-kali.
“Sudah hentikan!!” ia meraih tangan Kevin dan mencoba
menenangkannya. “Jangan buat dirimu pingsan disini! Ini bukan dunia kita!”
sahutnya.
“Aku ingat, kamu yang ku lihat siang itu di kampus kan?
Iya kan?” Kevin mengguncang tubuh Lyn kencang.
“Iya iya aku ingat...aku juga ada urusan sebenarnya
dengan kamu...tapi sebaiknya...,” Lyn menatap Tom, Tom muda, disaat ia sedang
bersama Sera waktu itu. “Suaraku tidak terdengar olehnya, aku tidak tahu harus
bagaimana lagi.”
“Tom? Siapa Tom? Orang yang bersamamu di kantin itu?”
“Dia sahabat Sera. Kamu tidak kenal Sera?”
Sesaat Kevin merasakan dadanya sesak dan sakit, namun ia
tak mengerti kenapa. “Sera? Ugh....aku tidak kenal, siapa dia? Apakah aku harus
mengetahuinya juga?”
Lyn menajamkan pandangannya, “Ya, kamu harus tahu tentang
Sera.”