Selasa, 12 Juni 2012

Puppet of Death -7-




3 hari setelah Lyn mengalami astral projection...

“Benarkah? Kamu sudah membuat bocah itu mengenali siapa dirinya? Lalu, apa kamu baik-baik saja?” Tom senang mendengar kabar yang Lyn bawa.

Lyn mengangguk, “Aku rasa dia pasti sudah sangat tahu siapa kamu, Sera, dan juga dirinya. Sayangnya, aku belum bertemu dengannya semenjak hari itu. Aku tidak tahu dia dimana.”

“Syukurlah....tapi ku rasa aku harus bertemu dengannya.”

“Jangan! Aku yakin ia pasti akan fokus mencari..Sera. Bagaimana pun, baginya Sera tetap menunggunya. Bahkan, bisa saja dia melakukan hal yang nekad... Sebaiknya temui Chia, sahabatnya saja.”

Tom meraih tangan Lyn, “Terima kasih Lyn...aku tidak tahu harus berbuat apa jika tidak bertemu denganmu saat itu. Aku juga berterima kasih kepada bibimu.”

Lyn hanya tersenyum, senyum yang menyembunyikan sesuatu di baliknya.

@.@

Puppet of Death -6-




Sang Ibu memeras handuknya, kemudian meletakkan di dahi anaknya, Lyn Alexandria. Ibunya tahu jika anaknya sedang mengalami astral projection. Sudah lama Lyn tidak seperti ini, sudah hampir 7 tahun Lyn tidak pernah lagi mengalami hal ini. Ia menekan dunia spiritualnya agar bisa sama dengan remaja yang lain, namun percuma saja. Lyn tetap saja tidak bisa mengontrolnya.

@.@

“Chia! Aku tidak bercanda!!” Kevin menarik-narik rambutnya, ia merasa seperti senang namun tidak sepenuhnya. Ia merasakan aneh, dari dalam tubuhnya. Seperti ada yang menyembul keluar.

“Bagaimana bisa aku bercanda di saat seperti ini? Ayolah Kev, itu hanya mimpi buruk! Aku sama sekali belum pernah datang ke sebuah pameran boneka!”

‘CIIIITTTT!!!!’

Tiba-tiba saja kereta berhenti mendadak, mereka tersungkur bersama, kepala Kevin menghantam kaca tebal itu lumayan keras. Ia pingsan.

“Ah ada apa ini?!” semua orang terkejut dan berhamburan keluar. Chia melupakan Kevin sesaat, ia melihat apa yang terjadi dan, “ini tidak mungkin...” tiada kata yang bisa terucap.

Disatu jalur rel kereta api, jika salah satu tidak berhenti mungkin kecelakaan maut sudah terjadi. Kereta yang Chia tumpangi berhadapan dengan kereta lainnya di satu jalur yang sama.

“Bagaimana ini? Kereta api tidak di desain untuk berjalan mundur!” ucap salah satu penumpang.

@.@

Seperti habis terlontar jauh, Kevin tengkurap di aspal, tengah jalanan dekat darah itu.

“Darah!!” teriak Kevin histeris. Nafasnya tersengal, ia langsung menjauhinya namun matanya melihat sosok itu. “Hah?” lalu Kevin melihat sekeliling, tempat yang tadi. Dimana ia melihat gadis berambut pirang itu.

“Ah kamu!” tegurnya sambil berteriak. “Sedang apa kamu di sini? Kamu bisa melihat aku? Bisa mendengarku?”

Kevin menelan ludah, bahkan ia menampar dirinya sendiri, berkali-kali.

“Sudah hentikan!!” ia meraih tangan Kevin dan mencoba menenangkannya. “Jangan buat dirimu pingsan disini! Ini bukan dunia kita!” sahutnya.

“Aku ingat, kamu yang ku lihat siang itu di kampus kan? Iya kan?” Kevin mengguncang tubuh Lyn kencang.

“Iya iya aku ingat...aku juga ada urusan sebenarnya dengan kamu...tapi sebaiknya...,” Lyn menatap Tom, Tom muda, disaat ia sedang bersama Sera waktu itu. “Suaraku tidak terdengar olehnya, aku tidak tahu harus bagaimana lagi.”

“Tom? Siapa Tom? Orang yang bersamamu di kantin itu?”

“Dia sahabat Sera. Kamu tidak kenal Sera?”

Sesaat Kevin merasakan dadanya sesak dan sakit, namun ia tak mengerti kenapa. “Sera? Ugh....aku tidak kenal, siapa dia? Apakah aku harus mengetahuinya juga?”

Lyn menajamkan pandangannya, “Ya, kamu harus tahu tentang Sera.”