Selasa, 12 Juni 2012

Puppet of Death -6-




Sang Ibu memeras handuknya, kemudian meletakkan di dahi anaknya, Lyn Alexandria. Ibunya tahu jika anaknya sedang mengalami astral projection. Sudah lama Lyn tidak seperti ini, sudah hampir 7 tahun Lyn tidak pernah lagi mengalami hal ini. Ia menekan dunia spiritualnya agar bisa sama dengan remaja yang lain, namun percuma saja. Lyn tetap saja tidak bisa mengontrolnya.

@.@

“Chia! Aku tidak bercanda!!” Kevin menarik-narik rambutnya, ia merasa seperti senang namun tidak sepenuhnya. Ia merasakan aneh, dari dalam tubuhnya. Seperti ada yang menyembul keluar.

“Bagaimana bisa aku bercanda di saat seperti ini? Ayolah Kev, itu hanya mimpi buruk! Aku sama sekali belum pernah datang ke sebuah pameran boneka!”

‘CIIIITTTT!!!!’

Tiba-tiba saja kereta berhenti mendadak, mereka tersungkur bersama, kepala Kevin menghantam kaca tebal itu lumayan keras. Ia pingsan.

“Ah ada apa ini?!” semua orang terkejut dan berhamburan keluar. Chia melupakan Kevin sesaat, ia melihat apa yang terjadi dan, “ini tidak mungkin...” tiada kata yang bisa terucap.

Disatu jalur rel kereta api, jika salah satu tidak berhenti mungkin kecelakaan maut sudah terjadi. Kereta yang Chia tumpangi berhadapan dengan kereta lainnya di satu jalur yang sama.

“Bagaimana ini? Kereta api tidak di desain untuk berjalan mundur!” ucap salah satu penumpang.

@.@

Seperti habis terlontar jauh, Kevin tengkurap di aspal, tengah jalanan dekat darah itu.

“Darah!!” teriak Kevin histeris. Nafasnya tersengal, ia langsung menjauhinya namun matanya melihat sosok itu. “Hah?” lalu Kevin melihat sekeliling, tempat yang tadi. Dimana ia melihat gadis berambut pirang itu.

“Ah kamu!” tegurnya sambil berteriak. “Sedang apa kamu di sini? Kamu bisa melihat aku? Bisa mendengarku?”

Kevin menelan ludah, bahkan ia menampar dirinya sendiri, berkali-kali.

“Sudah hentikan!!” ia meraih tangan Kevin dan mencoba menenangkannya. “Jangan buat dirimu pingsan disini! Ini bukan dunia kita!” sahutnya.

“Aku ingat, kamu yang ku lihat siang itu di kampus kan? Iya kan?” Kevin mengguncang tubuh Lyn kencang.

“Iya iya aku ingat...aku juga ada urusan sebenarnya dengan kamu...tapi sebaiknya...,” Lyn menatap Tom, Tom muda, disaat ia sedang bersama Sera waktu itu. “Suaraku tidak terdengar olehnya, aku tidak tahu harus bagaimana lagi.”

“Tom? Siapa Tom? Orang yang bersamamu di kantin itu?”

“Dia sahabat Sera. Kamu tidak kenal Sera?”

Sesaat Kevin merasakan dadanya sesak dan sakit, namun ia tak mengerti kenapa. “Sera? Ugh....aku tidak kenal, siapa dia? Apakah aku harus mengetahuinya juga?”

Lyn menajamkan pandangannya, “Ya, kamu harus tahu tentang Sera.”


*_*

Lyn mengajak Kevin masuk kedalam rumah Sera. Rumah itu kosong, semuanya mengantarkan Sera ke rumah sakit. Terjadi begitu cepat, Tom yang tadinya sedang bercanda dan mengobrol dengan Sera tiba-tiba saja sesuatu menghantam Sera, ia terpental dan melambung  begitu tinggi, mendarat di bebatuan hitam rata itu dengan kepalanya terlebih dahulu. Semuanya berakhir.

Darah segar mengucur dari kepala Sera, ia masih sadar dan tersenyum, kemudian ambulans datang membawanya ke rumah sakit. Persinggahannya terakhir. Tom melihat semuanya, sesaat kemudian ia seperti orang gila.

“Kenapa kamu mengajakku ke sini?” tanya Kevin saat memasuki ruangan merah muda manis itu. Kamar Sera.

“Semuanya terjadi disini.” Lyn membuka pintu lemari itu, ‘ZIINGG!’.... lenyap.

@.@

“Astaga, Kevin!” Chia menerobos kerumunan orang-orang yang sibuk berkumpul di bagian depan kereta.

Ia menemukan sosok tinggi putih itu tersungkur, ternyata dari dahinya mengucur darah segar. Ia panik, berteriak meminta pertolongan.

...

30 menit kemudian, Kevin masih pingsan dan darahnya sudah berhenti mengalir. Namun Chia masih panik karena dalam kondisi seperti ini ia tidak bisa kemana-mana.

“Tenanglah, ia tidak apa-apa. Hanya luka luar saja.” Kata seseorang yang membantu menolongnya tadi. “Ia akan segera sadar, jagalah ia. Kita semua terjebak disini.”

Chia menahan air matanya, ia mendekap tubuh itu. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang selama ini terjadi pada sahabatnya, Kevin. Semenjak Kevin bercerita tentang Pullip itu, ia menjadi sedikit ‘aneh’.

@.@

Sayup-sayup terdengar suara musik dari kejauhan, riang dan gembira. Namun sepertinya ini berbanding terbalik dengan apa yang Lyn dan Kevin rasakan disini.

“Kevin, turunlah.” Kata Lyn menunjuk kebawah. Ada sebuah terowongan kebawah. “Ku temani, turunlah.”

Kevin memandang Lyn, ia ragu, ~`kenapa aku harus turun?~` fikirnya. Namun Lyn mendorongnya dan mereka masuk bersama.

“HAAAAAAAAA~” teriak Kevin begitu kencang, ia memegang tangan Lyn saking takutnya. Lorong ini gelap dan pengap.

‘BRUK!’ mereka jatuh ke tumpukan boneka kayu. Kevin begitu terkejut, ia segera bangkit membantu Lyn.

“Dimana kita? Tempat apa ini?” dan sayup-sayup pula terdengar sebuah percakapan dari salah satu pintu. “Hei?!”

Lyn memegang kepalanya, “Kepalaku seperti mau meledak rasanya! Sepertinya kehadiranku tidak di terima disini!”

Kevin bingung dan panik, ia memapah Lyn untuk masuk ke pintu itu...namun Lyn semakin tidak bisa melangkah.

Namun sesuatu tengah terjadi di hadapan mereka.....

---

“Tidakkah kamu mengingatku? Sungguh aku minta tolong kepadamu, ingat aku!”

Kevin melihat makhluk besar berbadan banteng, memiliki tanduk panjang dan merah, berekor seperti kuda, tiba-tiba saja makhluk itu bersedih kemudian mengambil pisau dan membelah dadanya sendiri.

“AAAAKKKHHHHHHH!!!” Kevin benar-benar merasa kesakitan, ia merasakan dadanya panas, seperti terbakar. Tubuhnya terhempas ke arah makhluk menyeramkan itu, Kevin tidak bisa mengontrolnya.

Ia menengok ke gadis berambut pirang itu, Sera. Seketika air matanya jatuh tanpa ia sadari.

“Sekarang, apa kau mengingatku?” ucap Kevin tak terkontrol, bersamaan dengan apa yang makhluk mirip iblis itu katakan. Sepasang liotin berbentuk tangan dengan hati kecil ditengahnya di keluarkan oleh makhluk itu dari dalam dadanya. Sera memandangnya, begitu juga Kevin. Kemudian, waktu mempermainkan mereka, membawa mereka kembali ke masa lalu.

Begitu cepat dan singkat.

#Flashback
“The Heart of Doll” begitu tulisan yang tertempel di atas kepala manekin itu. Sebuah pertunjukkan Opera dengan menggunakan manekin menyerupai manusia.

“Apa kamu menyukai boneka ini gadis manis?” ia hanya bisa memandang tanpa berkedip kearah dua orang itu. Seorang anak kecil yang manis, dan seorang wanita dewasa dengan rambut berwarna merah menyala.

“Aku suka dia! Bawa pulang!” ucap gadis cilik itu setelah meletakkan liontin hati ke dalam dadanya, ia merasakannya.

Ia melihat wanita dewasa itu membawa anak kecil itu jauh dari jangkauannya, gadis cilik itu menangis, menatap ke arahnya.
#Flashback end

Sera menangis, dan manekin itu berucap, “Maafkan aku Sera...” manekin itu hidup, hanya saja ia tetaplah sebuah manekin.

“Kenapa...jelaskan padaku...” pinta Sera, dan ia tidak bisa melihat Kevin berada di sampingnya sedekat itu. Namun Kevin kini mengingat semuanya, semuanya. Dan mengerti dengan apa yang ia alami selama ini.

“Aku memang sebuah boneka, aku sangat berterima kasih kamu telah memberikan aku jantung, itu yang membuat aku hidup...ketulusanmu akan harapan ingin membawaku pulang kerumahmu telah tertanam di hati itu...namun adalah sebuah kesalahan ketika aku mempercayai iblis untuk membukakan jalan agar bisa menemuimu...” ucap manekin itu dan Kevin berbarengan.

Kevin dan manekin itu tidak berbeda. Namun semuanya kini telah tiada.....

@.@

~`Ameno Stelus Viarka...~`

“HAAAAHH!!!” Kevin terperanjat di pelukan Chia, ia tersadar. “SERA!!!”



to be continue . . . .
[part 7]

1 komentar:

  1. jadi kevin itu si manekin yg di pameran.. Oohh baru ngerti.. :D dan mereka ngalamin astral project,, msh penasaran sma kereta yg mereka tumpangi.... ....??

    BalasHapus