Jumat, 16 Maret 2012

The House of Doll -3-



Pemandangan indah tadi berubah menyeramkan, orang-orang bergaun indah itu pun berubah menjadi seperti zombie namun mereka masih terlihat seperti manusia, hanya saja kulit putih mereka berubah menjadi biru keunguan seperti menderita luka lebam.

Sera terkejut, ia spontan menutupi mulutnya dan mundur sampai mendorong meja yang ada di belakangnya.

“Apa itu? Zombie?”

Laki-laki itu menggeleng pelan, “Bukan, mereka masih manusia namun mereka sudah tidak sehat.”

“Sakit? Mereka itu zombie!” Sera memperteguh keyakinannya dengan mengatakan jika semua orang dibawah sana adalah zombie.

“Bukan! Mereka manusia! Kota ini sekarang sedang terserang wabah mematikan. Begitu mereka saling menyentuh sama lain, akan menular.”

Sera yang masih belum mengerti dengan ini semua kin semakin di buat bingung oleh lelaki berwajah oriental ini.

“Tunggu,....kamu siapa? Aku ada dimana sekarang?”

Ia mengambil sebuah bola kaca kecil dan menimangnya dari tangan kiri ke kanan, begitu seterusnya. “Ini rumahmu. Tepatnya saat 200 tahun yang lalu.”

Sera kemudian mengerti, sepertinya ia sedang melewati dimensi ruang dan waktu. “Ini...rumah baruku? Tapi sepertinya aku tidak pernah berada diruangan ini...aku baru tiba hari ini...lalu, kamu?”

“Aku sama sepertimu, aku masuk melalui lantai kayu itu di waktu yang pertama...kita datang dari dunia yang sama.”

“Lalu? Bagaimana cara kita kembali, Mama dan Papaku pasti sedang mencariku sekarang...”

“Jangan khawatir! Mereka tidak akan khawatir sama sekali, karena pada saat kamu berada disini, disana kamu sedang tertidur.”

Sera kemudian memandang perempuan yang masih bersimpuh di depan pintu kayu, “Dia...kenapa wajahnya sama seperti aku?”.

---

‘KLONTANG, KLONTANG.’

Perlahan sepasang mata besar itu terbuka, di gosoknya dengan jemari kecil, pagi sudah menyapa. Sera tidur amat nyenyak sepertinya sampai ia ketinggalan sarapan 2 jam yang lalu.

“Nggghhh....~ jam berapa ini?” Sera meraih ponselnya, melihat jam digital di layar LCDnya. “Jam 10? Ah...kenapa aku bangun begitu siang?” Sera bangkit dari tidurnya, ia meregangkan badannya, namun “Ouch~!” Sera mengusap-usap pinggul bagian belakang, terasa sakit.

“Apa mungkin....ah tidak tidak! Itu pasti mimpi! Tapi kenapa ini sakit sekali? Seingatku aku....”

‘KLONTANG!’


Merasa ganjil, Sera kemudian mencari sumber bunyi itu dan tampak di samping halaman belakangnya seseorang tengah sibuk dengan banyak kaleng.

Sera membuka jendelanya, “Hello!? Hey there! You are annoying!”

Orang itu menoleh, “Oh?! Oh! Hai Sera!”

`Bagaimana dia tahu namaku?` mendengar orang asing itu mengetahui namanya, Sera langsung mengunci pintu dan ia bergegas mandi.

*

Beberapa saat kemudian mereka sudah berbincang dan saling mengenal. Ternyata dia adalah orang yang Sera temui di dalam mimpinya, ya mungkin saja itu benar hanya bunga tidur. Tapi bagaimana pemuda bernama Thompson itu mengenal Sera?

Sera menggeleng tidak percaya, “Pasti itu Cuma mimpi, benar kan? Aku belum bisa percaya jika belum melihatmu benar-benar tidur dan membawa sesuatu dari dunia itu.”

“Oh? Jadi kamu menantangku?” Tom menarik Sera ke kamarnya, dia menyuruh Sera menunggu satu jam saja, ia akan tidur dengan membawa sebuah benda dari dunia yang lain.

*

Sera menyanggupinya dan menungguin Tom tidur siang selama kurang lebih satu jam lamanya. Di awal, Tom sudah menyingkirkan benda-benda yang ada di tempat tidurnya, ia hanya beralaskan sebuah bantal mini di kepalanya, ia berguling-guling beberapa kali sebelum akhirnya ia terlelap.

Sementara Tom terlelap berkelana di dunia aneh itu, Sera menengadahkan kepala untuk melihat langit-langit. Di atas sana banyak tertempel bintang-bintang yang terbuat dari fosfor, jika malam tiba maka bintang-bintang itu akan menyala, namun ia baru kali ini menemukan anak laki-laki yang kamarnya seperti kamar seorang anak perempuan.

`20 menit lagi, apakah ia benar-benar tertidur secepat ini?`

Batin Sera sembari melihat punggung Tom, sepertinya ia adalah tipe orang yang bisa tidur dimana saja walaupun tidak mengantuk.

Ada pergerakan dari Tom, tangan kanannya naik lurus, bertengadah namun Sera tidak melihat sesuatu yang aneh kemudian tangan itu kembali ke posisi semula.

Setelah 20 menit hampir selesai, Tom mulai menggeliat seperti orang yang habis tidur siang, perilakunya normal namun ia terlihat memegang sesuatu dari balik badannya.

“Kamu benar-benar tertidur?”

Tom terlihat masih sibuk mengumpulkan nyawa, “Nggg? Hhhh, ini yang ku janjikan padamu..” dengan suara yang parau Tom memberikan sebuah pena berlapis emas. “Ini buktinya, sekarang kamu percaya?” tanya Tom yang masih rebahan itu.

Sera menerima pena itu, dia merasa takjub karena ia tahu benar saat Tom rebahan sejam yang lalu, benda ini tidak ada disana. “Pena berlapis emas? Yang benar saja, jika pemiliknya mencari ini bagaimana?”

“Jadi kamu percaya?”

Sera mengamati pena itu, dia masih belum benar-benar percaya, namun ia yakin sudah memeriksa tempat tidur maupun saku baju dan celana Tom. “Tidak ada alasan aku bilang tidak percaya. Tapi kamu bilang akses kesana hanya melalui lantai papan itu?”

Tom merubah posisinya menjadi duduk, “Portal awal memang disana, tapi jika kamu ingin berkunjung ke sana, mudah saja. Sebelum kamu memejamkan mata, bayangkan saja kemana tujuanmu, begitu terlelap kamu akan berada disana.”

“Semudah itu kah? Tapi aku bukan tipe orang yang mudah untuk tidur dan mengantuk...” Sera mengembalikan pena emas itu kepada Tom, tapi ia menolaknya.

“Aku sudah mengambilnya, kini kamu yang mengembalikan. Aku mengambil di meja saat kita pertama bertemu.”

Sera terkejut, “Aku? Tapi aku tidak yakin bisa ke sana lagi...bagaimana caranya?” Sera tampak panik.

Tom memegang bahu Sera, “Jangan khawatir, aku disini. Sekarang tidurlah, aku menjagamu.”

Sera mundur untuk beberapa saat, namun Tom benar-benar ada untuknya kali ini. “Kamu tidak tidur juga? Bagaimana jika aku tiba bukan ditempat yang kemarin?”

“Aku tidak ikut, aku memandumu saja. Dengarkan suaraku jika kamu sudah ada diruangan yang kemarin. Ingat! Jangan sentuh gadis itu! Jika kamu menyentuhnya, walau hanya pakaiannya, kamu akan sulit untuk bangun dan kembali ke sini!” peringatan ini sudah Tom katakan dua kali.

Sera mengangguk, lalu ia mencoba rileks dan rebahan kemudian menutup mata. Sera tampak begitu gugup.

---

‘ZHING.’

Sera terkejut dan akhirnya terbangun juga. Ia melihat tatanan ruangan yang sama seperti pertama kali ia lihat. Perempuan dengan wajah yang mirip dengannya sudah tergolek lemas dan tubuhnya tampak lebih kurus dari sebelumnya. Namun Sera tidak bisa berbuat banyak, ia hanya sibuk mencari dimana letak pena emas itu, kemudian ia teringat jika ada Tom yang bersiaga untuknya.

“Tom!” teriak Sera namun seakan-akan suaranya di serap oleh benda-benda sekitar.

“Sera! Aku disini, aku disini!”

“Dimana aku harus meletakkan pena ini?”

“Di atas meja, letakkan saja disana tadi aku mengambilnya disana!”

Dengan hati-hati Sera meletakkan pena emas itu, namun ia tidak ingin cepat kembali ke dunia ‘atas’. Perlahan ia keluarkan kepalanya dari jendela, dan manusia-manusia itu sudah benar-benar seperti zombie...dengan warna kulit yang tadinya putih bersih kini sudah semakin menjadi ungu gelap. Tidak sedikit juga dari mereka yang menggaruk kulit-kulit itu sampai menimbulkan koreng, bernanah! Tapi anehnya orang-orang itu seperti tidak kesakitan atau merasa risih dengan itu semua, mereka beraktivitas normal.

“Tom, boleh aku tanya sesuatu?” Ucap Sera setengah berteriak.

“Katakan!” suara itu begitu jauh, namun terdengar jelas.

“Orang-orang itu, kenapa sepertinya tidak terganggu oleh penyakit yang mereka derita? Apakah mereka tidak menyadarinya atau bagaimana? Lalu perempuan ini, dia tidak ikut membiru seperti yang lainnya!”

“Tempat yang kamu diami sekarang adalah rumah yang aman dan wabah itu belum terbang sampai sana, namun sepertinya Nona itu memiliki ‘sesuatu’ yang kita sendiri belum mengetahuinya!” jelas Tom buru-buru.

Sera kembali ke perempuan itu, ia memandangnya dengan seksama. Wajahnya tidak ada bedanya dengan dirinya, dan wajahnya mulai menirus, ia kurus. Seingat Sera baru semalam ia ke sini namun semua nampak seperti sudah berjalan 1 minggu.

Perempuan itu memandang lurus ke depan, pandangan yang kosong membuat siapapun yang menatapnya seakan merasakan kepedihan yang dalam.

“Nona, aku tahu kamu dalam kesedihan...tapi bagaimanapun kamu harus menghadapi ini semua...jangan seperti ini ku mohon, karena aku tidak bisa menolongmu...” gumam Sera pelan kepada perempuan itu.

Sera merasa sudah cukup untuk kali ini, ia hendak bangkit namun tanpa di duga perempuan itu menarik kaki Sera, Sera yang memegang teguh pesan Tom segera berteriak ketakutan.

“AH! TOM, TOM, buat aku sadar cepat! Perempuan itu memegang kakiku dan tidak melepaskannya! TOM!!!”

Perempuan itu hanya mencengkram pergelangan kaki Sera, Sera berusaha tidak menyentuhnya namun semakin lama cengkraman itu terasa semakin dingin.

~Sera......Se......Raaaahhhh.....~

“TOM!!!!”

---

Ia langsung terbelalak dan berkeringat hebat, Tom yang mulai panik itu kemudian ikut lemas juga, terkulai di lantai.

“Apa...apa yang terjadi??” tanya Tom yang rupanya pesan terakhir Sera tidak tersampaikan.

Sera masih mengatur nafasnya yang tampak seperti habis berlari jauh, “Perempuan itu....mencengkram kakiku...”

“APA?!” benar saja, pesan itu tidak tersampaikan. “Lalu?”

“Aku benar-benar takut, aku tidak akan tidur nanti malam!” Sera langsung mengecek kakinya, samar-samar terlihat bekas jemari di kulit putih itu. “Lihat! Ada bekasnya! Bagaimana ini? Aku benar-benar takut! TOM!”

Tom mengeceknya, benar saja di salah satu pergelangan kaki Sera tampak lima jari kecil yang membekas disana, namun menghitam, bukan seperti memar yang biasanya berwarna merah muda atau biru.

Tom menarik tangan Sera dan membandingkannya, “Coba cengkram kakimu, sepertinya ukuran tangan kalian sama.”

Sera juga terkejut, ia berfikir takut jika perempuan itu ternyata adalah dirinya.

“Kita tidak boleh kembali ke sana lagi Tom. Ini sesuatu yang tidak baik!” Sera langsung kembali ke rumahnya sambil mencari sesuatu yang berat untuk menutupi lantai kayu itu. Ia menemukan sebuah kotak kayu tempat perkakas, dengan begitu saja ia geser kesana.

‘BRAKK!!’ tiba-tiba terdengar kegaduhan di dalam rumah. Sera segera mengeceknya dan menemukan lemari bajunya bergeser ke tempat semula dan semua isinya dimuntahkan keluar begitu saja.

“Apa-apa ini..?!” Sera yang sudah mulai tidak bisa berfikir jernih kemudian memanggil Tom dari jendela kamarnya. Kemudian ia mengajak Tom mengelilingi rumahnya, entahlah Sera amat tertarik dengan ruangan yang cukup luas di bagian pojok kanan rumahnya yang berada di lantai 2.

Tom mengecek sekeliling, ada sebuah jendela yang menyuguhkan sebuah pemandangan indah tentang Roller Coaster dan juga Carousel dari arah kota.

“Sera, kemari sebentar! Lihat, tidak kan kamu ingin berkeliling kota ini? Sepertinya permainan Carousel itu menarik. Juga Roller Coasternya...”

Sera memandangnya sebentar, namun ia sedang sibuk berkeliling di ruangan yang hanya memiliki satu ranjang yang diletakkan persis di bagian tengah.

‘TOK.’

Lagi, suara yang sempat menghilang kemarin kini muncul lagi. Sera dan Tom segera mencari sumber bunyi itu.

‘TOK,TOK.’ Bunyi itu tepat di hadapan Sera. Ia membalas ketukan pelan itu.

Namun tidak ada balasan lagi setelahnya, Tom dan Sera segera meraba dinding demi menemukan sebuah retakan di balik wallpaper bermotif bunga sederhana itu.

‘KRIEET...’

~Seraaaa....... See....... Rahhh....~

Bisikan mengerikan itu kembali hadir, namun Sera tidak tahu siapa yang selama ini memanggilnya anehnya, hanya ia yang mendengarnya, Tom masih sibuk meraba dinding.

‘TOK, TOK, TOK, TOK..’ suara ketukan itu menjadi keras dan menyiratkan sesuatu.



*to be continue . . . . 
[part 4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar