Seung Hyun masih menunggui Seol Hyo walaupun cuaca sebentar lagi tidak bersahabat. Sahabatnya, Kwon Ji Yong sudah memperingatkan agar dia sebaiknya pulang saja dan jangan lagi berharap pada Seol Hyo karena situasinya sudah seperti ini, namun ia keras kepala.
*
“Ini sudah setengah jam.” Ucap Seol Hyo.
“Apa kamu mau pulang?” tanya Tae Yang yang enggan melepaskan pelukannya dari tubuh Seol Hyo.
“Haruskah kamu ikut ke toilet bersamaku?”
Kemudian Tae Yang membiarkan Seol Hyo melarikan diri ke toilet. Sementara itu dia memegangi dahinya, panasnya sudah turun atau belum.
Seung Hyun masih menunggu diluar, dia mengirim pesan singkat kepada Seol Hyo, rintik air dari langit sudah membasahi layar LCD ponselnya.
Aku diluar, apa kamu tidak ingin menemui dan membawakan payung untukku?
Sialnya ponsel Seol Hyo berada di genggaman Tae Yang saat ini.
*
“Sepertinya kran di kamar mandimu bermasalah...”
Seol Hyo menemukan kekasihnya sedang membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
“Ada yang menunggumu diluar..” ucapnya tidak memandang wajah Seol Hyo.
“Hah?”
Seol Hyo melihatnya dari balik jendela dekat pintu, namun yang terlihat hanya rintikan hujan yang semakin deras.
Seol Hyo berbalik dan mengatakan tidak ada siapa pun diluar, yang tampak hanya sekumpulan prajurit hujan yang menyerang bumi.
Tae Yang menyerahkan ponsel milik Seol Hyo, tertegun. Tapi dia berusaha mengacuhkan pesan itu dengan menghapusnya kemudian mematikan ponsel.
“Kamu tidak kasian kepadanya? Di luar hujan, bawakan ini dan suruh dia agar tidak menunggumu.”
“Oppa saja, aku tidak mau.”
“Aku tidak mau dia sakit karenamu, dan mengganggu hubungan kita lagi. Bawakan dia payung dan suruh dia kembali saja dan jangan menemuimu lagi, jika aku yang menemuinya akan kupukul dia lebih keras lagi.”
*
Seung Hyun melihat bidadari itu keluar dan membawakan payung hitam untuknya.
Belum sempat Seung Hyun berkata-kata, Seol Hyo sudah menyuruhnya minggat dari sana.
“Pergi, dan jangan pernah temui aku lagi. Biarkan aku bersama Tae Yang sekarang, mungkin Tuhan punya pendamping yang lebih baik dariku untukmu. Jika tidak Tae akan memukulmu lebih keras dari yang kemarin.”
Seol Hyo meninggalkan Seung Hyun.
Kata-kata yang diucapkan Seol Hyo sama dengan apa yang dikatakan Ji Yong padanya kurang dari sejam yang lalu. Air mata Seung Hyun berbaur dengan air hujan.
*
Keesokan malamnya rumah Seol Hyo ramai, disana ada Seung Ri namun Dae Sung sudah kembali ke Thailand karena masa liburannya sudah usai.
Kwon Ji Yong dan Park Rae In sedang membuat pasta bersama, namun suasana dingin menyelimuti teras belakang—Seol Hyo dan Tae Yang.
“Kamu tidak baik-baik saja kan setelah mengucapkan itu padanya?” buka obrolan dari Tae Yang.
“Huh siapa yang peduli dengannya? Ah, kamu yang peduli padanya bukan aku.” Jawab Seol Hyo ketus.
“...aku cuma tidak ingin dia muncul di hadapanmu lagi. Katakan saja jika dia menemuimu lagi, ada aku yang mem-backing-mu.”
Karena penasaran dengan hubungannya dengan Seung Hyun dulu, Tae Yang bertanya sekali lagi.
“Berapa bulan kamu menjalani hubungan dengan Seung Hyun dulu?”
Seol Hyo hanya menaikkan kelima jarinya.
“Berapa tahun yang lalu?”
Jari telunjuk yang berbicara.
“Apa kamu sariawan tidak mau berbicara denganku?”
Seol Hyo kesal dengan hingar bingar musik yang disetel Ji Yong, dia menarik Tae Yang keluar rumah dan mencari udara segar.
“Aku hanya ingin mendengar suara jangkrik. Di dalam sangat berisik.”
“Jika Seung Hyun besikeras ingin bersamamu dan terus memaksamu bagaimana?”
“Sudahlah, jangan bahas itu terus knapa sih? Bosan tahu, aku sedang bersamamu sekarang.”
“Apa benar kamu lebih memilih aku dibanding Seung Hyun mantanmu itu?”
“Jika aku tidak disini sekarang artinya aku lebih memilih dia dibanding kamu. Sudahlah berhenti membahas dia, aku sedang ingin membahas kita.”
“Kita....apa kita mau putus?”
Seol Hyo tertawa geli kemudian menggandeng tangan Tae Yang dan mengajaknya berjalan menyusuri kegelapan.
*
Sementara itu, Seung Hyun rupanya sudah mulai putus asa. Dia mengemasi barangnya dari rumah Ji Yong dan kemudian entahlah pergi kemana.
“Kenapa tidak mau sih? Arrghh!” wanita itu menendang mobil putih miliknya.
“Hey Nona! Kenapa kamu menendang mobilku?” tanya Seung Hyun kesal dan setengah berteriak.
Wanita itu terpana melihat sosok tinggi yang berdiri dibelakangnya. “Kenapa ini kan mobilku!”
“Tidak bisa baca tulisan dibelakang?”
Wanita itu berjalan ke belakang mobil, ada tulisan `TOP IM RAP`.
“Kenapa dimobilku ada tulisan begini? Kapan aku memasangnya?”
Seung Hyun menghela napas kesal kemudian memeriksa sebentar mobilnya dan masuk.
“Hei hei! Kenapa kamu bisa masuk ke dalam mobilku?!” tanya wanita itu.
Dari dalam mobil Seung Hyun berkata, “jika ini mobilmu maka aku yang tidak bisa masuk. Ingatlah dimana kamu memarkir mobilmu. Dan jangan suka menendang!” teriaknya kesal.
***
Hubungan Seol Hyo dan Tae Yang sudah berjalan hampir satu tahun, dan semenjak malam itu mereka tidak pernah lagi melihat Seung Hyun.
Minggu lalu baru saja keluarga mereka mengadakan acara pertunangan antara Park Rae In dan Kwon Ji Yong, dan Seol Hyo akan segera menyusulnya dalam beberapa tahun ke depan.
Sore ini mereka berempat tanpa Seung Ri makan malam di restoran dekat pelabuhan. Tidak di duga Seol Hyo bertemu dengan Seung Hyun, namun ekpresi Seung Hyun biasa saja seperti bertemu dengan teman lama.
“Hey, apa kabar lama tidak berjumpa. Tae mana?”
“Sedang apa...”
“Baby, kamu lama sekali? Aku sudah lapar! Eh siapa dia?”
“Ah, kenalkan ini Martha, pacarku. Ini Park Seol Hyo, teman lamaku. Dulu aku sempat melatihnya.”
Martha langsung memeluk hangat Seol Hyo dan mencium pipi kanan dan kirinya.
“Aku Martha, sebentar lagi kami akan menikah.” Bisiknya.
“Oh selamat! Aku ke sini bersama Unnie dan Oppa juga. Kalian mau bergabung?” tanya Seol Hyo.
“Aku rasa tidak, aku hanya ingin berdua dengan Martha. Ya kan?”
“Mungkin lain kali ya Seol Hyo-ah! Senang bertemu denganmu, ternyata kamu lebih manis dari pada yang di foto. Selamat makan malam ya!” ucap Martha kemudian pergi bersama Seung Hyun menuju mejanya.
Tae Yang sengaja tidak mendekat, dia baru bertanya ketika Seol Hyo kembali berkumpul bersama mereka.
“Itu tadi...”
“Iya.”
“Dan yang bersamanya?”
“Tentu saja...”
“Oh, tapi kamu lebih cantik dari dia.”
Seol Hyo tersipu malu karena Tae Yang terus memujinya selama ini.
Tae Yang mendekat kepada Seol Hyo dan melihat situasi seperti ingin merampok seseorang.
“Kenapa sih? Apakah Oppa mengundang teman juga?”
Dengan jari, Tae Yang ingin Seol Hyo sedikit menunduk dan mendekat padanya.
Tanpa perlawanan Seol Hyo mengikutinya dan ... CUP! Sebuah ciuman manis untuk gadis yang manis diberikan oleh Tae Yang dan mendarat di bibirnya.
Bayangkan saja bagaimana merahnya wajah Seol Hyo ketika itu dilakukan di dalam restoran dengan banyak pengunjung.
F I N I S H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar