Tittle : IN YOUR EYES
[one shot]
Author:
Ravla - @geishacrying
Cast :
Zelo B.A.P as Exsyv
Farasia (original character)
No Min Woo (ex-Trax) as Hojo
Sota (original character)
Rated :
10+ (?)
Song theme : Bigbang - Blue
Enjoy !
---------------------------------------------------------
“Hey Ara!” salah seorang teman dekat Arasia, menepuk pundaknya. “Tumben
tidak bersama Exsyv? Kemana dia? Sudah beberapa hari ku lihat kamu seorang diri
ke perpustakaan.”
Ara membenarkan posisi duduknya sambil menunjukkan wajah yang tidak seperti
biasanya, ia tampak seperti ingin menyampaikan sesuatu. “Aku tidak tahu dimana
Exsyv sekarang...Maksudku, lebih tepatnya dia menghilang.”
Hojo cukup terkejut mendengarnya, “Menghilang? Kalau tidak salah sudah 4
hari kan? Sudah mencoba menghubungi ponsel atau mendatangi rumahnya?”
Ara mengangguk, “Aku sudah ke rumahnya, kemarin malam. Tapi tidak ada siapa
pun disana. Pintunya tidak terkunci, lalu aku menguncinya dengan kunci duplikat
yang aku punya. Aku...aku tidak berani lapor ke polisi..” ia mengusap
tengkuknya, ia letih karena beberapa hari ini kurang tidur.
“Ara, kamu harus lapor ke polisi.”
“Tidak, jangan! Maksudku....ini sama sekali tidak perlu...” Ara terlihat
menyembunyikan sesuatu penting, namun ia masih ragu membaginya dengan Hojo,
orang yang lumayan dekat dengannya setelah Exsyv.
“Tapi...kenapa? Baiklah, aku yang akan melaporkannya.” Kemudian Ara menarik
Hojo begitu cepat sampai ia terduduk kembali. “Ara! Exsyv menghilang!”
“Iya, aku tahu...tapi tidak perlu lapor polisi...dengar...aku tidak bisa
membahas hal ini di tempat umum. Kita bicarakan dirumahmu saja.”
Mereka berlalu....
@
~` Tidak ada yang bisa membantumu kini.
Jadi berjuanglah seorang diri...kembalilah jika egomu sudah stabil. `~
Hanya itu yang terngiang di telinganya, kata-kata terakhir sebelum ia
menghilang. Ara, begitulah Exsyv mengejanya. Gadis 23 tahun itu adalah mata
bagi Exsyv selama ini, kebutaan yang ia derita karena seseorang yang
menabraknya beberapa bulan yang lalu membuatnya dekat dengan Ara tanpa
disengaja.
#Flashback#
“Kami harus memberitahukan kondisinya, ia
mengalami kebutaan untuk beberapa saat. Dan kami tidak tahu sampai kapan ini
akan berlangsung... namun ada 2 opsi...jika ia rutin mengkonsumsi herbal
kemungkinan kebutaan akan hilang.”
“Sampai berapa lama?”
“Hm...,” Dokter itu merasa bingung
menjawab pertanyaan Hojo. “Kami tidak bisa memastikan sampai kapan ini
berlangsung, namun Anda bisa membantunya agar ia mengkonsumsi herbal terlebih
dahulu. Nanti akan kami berikan resep herbalnya.”
Sosok itu penuh dengan luka. Kedua matanya
terbalut perban putih, pemuda bernama Exsyv itu tergolek tidak berdaya dengan
infus dan alat bantu pernapasan di wajahnya.
“Exsyv....” gumamnya pelan. Hojo, sahabat
karib Exsyv sungguh terpukul melihat seseorang yang ia lindungi selama ini
menjadi seperti itu. Ia merasa kecil, ia merasa gagal melindungi Exsyv.
@
“Hai aku benar-benar minta tolong, aku
tidak bisa meninggalkan test hari ini...jadi tolong gantikan aku untuk menjaga
Exsyv malam ini. Kumohon Ara.”
“Hojo! Tapi aku tidak mengenalnya!”
Hojo sudah hampir terlambat, ia berlari
menuju kelasnya sembari berteriak, “Kamar 23A~! Jangan lupa katakan maaf
padanya!”
Farasia, atau yang lebih akrab di panggil
Ara dengan segala ketidaktahuannya pergi kerumah sakit dan menemui pemuda yang
selama ini selalu di ceritakan oleh Hojo.
‘Ia pemuda yang tampan!’ ‘Rambutnya
keriting! Jika aku jadi perempuan pasti ia sudah menjadi pacarku!’ ‘Ia
benar-benar menyukai angkasa! Bahkan ia mengajakku naik jet pribadinya suatu
saat nanti!’
Begitulah Hojo, menceritakan Exsyv dengan
begitu semangat, membara. Ara merasakan ada sesuatu yang beda ketika Hojo
menceritakan sahabatnya itu, mungkin saja Hojo memiliki ‘perasaan’ lebih
terhadap pemuda berambut blonde keriting itu.
“Hi...” sapa Ara pertama kali saat bertemu
dengannya.
“Iya? Apakah perawat lagi?” tanyanya.
“Hmm, bukan...aku teman Hojo di
kampus...aku kesini karena...” namun kalimat Ara terputus begitu saja saat ia
berjalan mendekati Exsyv.
“Iya? Hojo kemana? Apakah ia sedang
menjalani test di kampus? Ah...aku bisa mengerti...kemarilah~ apakah ia
menitipkan sesuatu untukku?”
‘KRESEK.’
Ara menyerahkan sebungkus panganan herbal
untuk Exsyv, ia merasa benar-benar tersentuh ketika melihat pemuda itu. “Apakah
aku menganggumu? Maaf, aku belum memperkenalkan diri....aku...”
Pemuda itu sedikit mengembangkan
senyumnya, “Farasia, bukan? Hojo sering bercerita tentangmu. Ia bilang jika
kamu amat senang berkunjung ke perpustakaan. Kamu suka cerita dongeng dan
sejenisnya ya?”
“Oh?” Ara nampak bingung, ia tidak menyangka
jika Hojo menceritakan dirinya sebanyak itu kepada Exsyv. “I...iya, aku sering
membaca kisah fantasi....apakah Hojo terlalu banyak bercerita tentangku?”
Exsyv tersenyum lagi, “Lumayan...awalnya
aku sempat mengira kamu pacarnya. Habisnya, dia begitu semangat kalau bercerita
tentangmu. Tidak apa, aku jadi mengenal orang baru lagi...siapa tahu ke
depannya kita bisa berteman, seperti kamu dan Hojo.”
“Ah~..” Ara tersipu malu, yah Exsyv tidak
pernah akan tahu ekspres itu. Sayang sekali. “Baiklah, aku akan menemanimu
sampai Hojo datang...”
#Flashback End
Mereka terlibat pertengkaran sebelumnya, hal ini juga terjadi karena Hojo
beberapa bulan kebelakang sering marah tanpa sebab kepada dirinya. Lalu Ara
menengahi, dan rupanya kebutaan itu sudah menutupi hatinya juga. Ia mencekik
Ara seperti itu; Ara tidak melawan atau memang ia tidak ingin membalas
perbuatan tersebut.
Hojo mencampakkan Exsyv lama kelamaan, ia tidak peduli lagi dengan dirinya.
Hanya Ara seorang yang selalu ada untuknya. Namun yang Exsyv mau hanyalah Hojo,
namun Hojo tidak pernah mau mengerti.
Sampai akhirnya Ara mengucapkan hal itu, membuatnya benar-benar harus
memperbaiki dirinya. Exsyv pergi seorang diri, dengan mata yang tidak bisa
melihat disertai emosi yang meletup-letup ia pergi menjauh. Sampai sebuah
insiden terjadi lagi dengan dirinya.
#Flashback
~` Emosiku membawaku kesini, aku tidak
tahu dimana aku sekarang...yang terdengar hanya keheningan dan sebuah suara
kicauan burung....begitu indah dan menenangkan.... `~
‘GAAAAKKKKK~’
Seekor burung gagak mematuknya,
menyerangnya berkali-kali. Di susul dengan yang lainnya, begitu banyak burung
gagak yang menyerangnya.
“Pergilah!!! Jangan ganggu aku!!!”
teriaknya dengan penuh emosi. Kebutaan menjadi hal yang ia paling benci
sekarang.
“Pergilah!” sebuah suara memekik dari
kejauhan, membuat burung gagak berpergian. “Apakah kamu baik-baik saja?”
tanyanya.
“Apakah kamu melihatku baik-baik saja??!!”
bentak Exsyv. “Bunuh aku! Bunuh saja! Aku tidak berguna lagi di dunia ini!”
“Ikutlah denganku. Hitammu membuatmu hanya
menjadi bayang-bayang kegelapan.”
#Flashback End
Seorang bongkok, berbicara. Mengajak Exsyv ke sebuah tempat luas dan
tenang. Ia membuat Exsyv berharga disana, orang itu menjadikan Exsyv anak
angkatnya. Dan menempatkan Exsyv di sebuah tempat gelap gulita.
“Exsyv....makanlah sesuatu...sudah 2 hari kamu tidak memasukkan apapun ke
dalam mulutmu.” Ucap si bongkok bernama Mutha itu.
“Aku ingin kembali. Sekarang.”
Mutha meletakkan piring itu di dekat Exsyv, “Percayalah, mereka pasti akan
ke sini. Percayalah.”
“Mereka sudah tidak peduli lagi denganku. Lebih baik aku mati saja! Percuma
saja aku hidup seperti ini! Aku tidak ingin menjadi kegelapan selamanya!
Aku...aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini...”
Ia menangis, terisak di dalam kegelapan.
“Bagaimana bisa? Hati-hati dengan ucapanmu Nak.”
@
“Tidak mungkin! Aku tidak percaya!” bentak Hojo kepada Ara. Ia mulai lagi,
labil seperti waktu itu. “Exsyv bukan orang yang seperti itu!!” Hojo
mengatakannya dengan nada tinggi.
Ara menceritakan ia melihat Exsyv di pinggir tebing, dengan wajah yang
kurang akan harapan hidup.
“Aku tidak memaksamu untuk mempercayaiku, aku hanya menyampaikan apa yang
aku lihat. Jika memang kamu sudah tidak peduli dengannya, maka lepaskanlah.
Jangan jadikan ia pelampiasanmu.” Ucap Ara, namun ia sama sekali tidak
terketuk.
“Aku tidak menjadikannya pelampiasan! Aku...aku hanya kesal dengannya! Dan,
dan kenapa kamu tidak mencegahnya,...atau menemuinya!!?”
Ara berlalu, “Kekesalanmu itu tidak beralasan. Hhh~ lepaskan saja Exsyv,
aku rasa sekarang kamu lebih peduli kepada orang lain selain kami. Kamu tidak
perlu membohongi kami semua, termasuk dirimu. Aku dan Exsyv akan baik-baik saja
tanpamu.”
‘KLEK.’ Ara menutup pintu, kemudian ia segera menuju tempat itu; tempat
dimana ia melihat Exsyv berdiri gontai di pinggir tebing curam.
@
Beberapa hari kemudian, seseorang datang. Melangkah dengan pasti dan yakin,
ia akan bisa berbicara baik-baik dengan Exsyv.
“Ku mohon Ara, kondisinya semakin memburuk. Aku tidak mendengar suaranya
lagi dari semalam.” Ucap Mutha kepada gadis berambut ikal panjang itu. “Ia
hanya membicarakan kematian, bunuh saja aku, aku tidak berguna lagi di dunia
ini...”
“Mutha....aku harus...”
Mutha membuka pintu itu, “Namun kamu tidak akan bisa melihat apapun di
dalam. Kamar ini gelap gulita seperti apa yang dilihat Exsyv.”
Ara mengangguk mengerti dan masuk. Begitu segar, lembut dan sejuk namun
semuanya gelap, begitu gelap.
“Exsyv? Kamu disana...? Aku datang....”
Ia membuka matanya, tampak sebuah padang
luas dengan rumput yang hijau dan bunga-bunga yang bermekaran indah. “Siapa
kamu?” jawabnya. “Farasia?”
“Exsyv...maafkan aku...aku tidak pernah
sekalipun ingin meninggalkanmu... aku hanya ingin...aku hanya ingin kamu
menjadi lebih dewasa dengan kondisimu yang seperti itu..”
“Pergilah...aku memilih sendiri di dalam
kegelapan. Selamanya.”
Ara mendesak letih, “Hhh~ tidak kah kamu
tahu Exsyv...pilihanmu membuatku, sakit. Disini.” Ia memegang dadanya, walaupun
Ara tahu Exsyv tidak akan bisa melihatnya.
Exsyv terbangun, ia berkeringat dan detak jantungnya berdetak cepat. “Ara!”
Langkah itu terhenti, ia sempat tertegun sesaat namun ia sudah terlanjur
‘sakit’. “Kalau begitu pergilah, ku harap kamu melupakanku.”
‘GREEBB!’
Sebuah keajaiban terjadi....
Sebuah pelukan hangat menangkap tubuh itu, “Jangan tinggalkan aku...maaf.
Aku kembali.”
Ara terdiam, ia sempat tidak percaya jika Exsyv dapat menangkap tubuhnya di
kegelapan. “Exsyv...?”
Perlahan namun pasti, mata itu kini dapat melihat kembali.
@
“Dan aku tidak pernah membayangkan jika aku akan bisa melihat lagi,
sekarang.”
Ara terdiam, ia hanya memainkan pipet minumannya. Ia ingin menyampaikan
berita tentang Hojo, namun ia tidak bisa mengatakannya begitu saja.
“Aku....tidak, lupakan saja.”
Exsyv meraba wajahnya perempuan itu dengan lembut, “Awalnya aku sama sekali
tidak percaya dengan perkataan Mutha, namun aku memikirkannya terus. Aku tahu,
Hojo sama sekali tidak ada lagi di dalam hidupku. Namun yang aku tahu, kamu
selalu ada.”
Pandangan itu begitu dalam, begitu menusuk. Mata indah itu melihat kini,
melihat betapa indahnya Farasia.
#Flashback
“Seharusnya aku tidak berada di sini
sekarang.”
Ia memutar mobilnya ke berlawanan arah, dan
benar-benar menghilang.
“Exsyv!!” seorang pemuda berponi panik
melihat kawannya berlumuran darah di sana dan sini. “Exsyv bangun!”
*
“Sial, aku menabrak orang malam ini!”
“Serius? Trus gimana sekarang, kamu bawa
kerumah sakit?”
“Enggak lah! Aku tinggalin dia di pinggir
jalan! Aku ga mau berurusan sama polisi! Kamu tahu kan aku tidak punya SIM!?”
Tanpa sengaja obrolan anak-anak SMA itu terdengar
oleh Ara yang berada tidak jauh darinya, tentu saja Ara mengenal anak SMA itu,
ia Sota, adik kandungnya.
“Wah, itu orang mati apa engga?”
“Ga tau deh, aku langsung kabur tadi!
Untung mobilku ga kenapa-kenapa! Kalo ada bisa mati aku!”
“Sota, masuk. Suruh teman-temanmu pulang.”
*
Hojo panik, ia belingsatan menunggu hasil
pemeriksaan dokter malam ini. Hari sudah begitu larut dan ia benar-benar lelah
hari ini. Tidak seharusnya ia meninggalkan Exsyv di pinggir jalan seorang diri
hanya demi sebuah buket bunga yang tertinggal di apartemennya.
Ia tidak sadarkan diri, Dokter mengatakan
kepalanya terbentur benda tumpul begitu keras. Itu yang mengakibatkan ia
mengalami kebutaan.
#Flashback End
“Tidak, ini tidak benar. Lebih baik aku pulang sekarang.” Ara pamit, namun
Exsyv tidak membiarkannya begitu saja.
“Apa kamu tidak senang aku bisa melihat kembali? Kenapa kamu perlahan
berubah? Aku tidak melihat Farasia yang lama. Yang selalu terbuka dengan semua
hal.”
“Hhhh~...” Ara kesal dengan dirinya sendiri. “Aku tidak mau kamu membenciku
karena hal bodoh itu..” Ara mengurungkan niatnya untuk pergi, ia berbalik dan
memeluk Exsyv. “Aku tahu Hojo sudah tidak bersama kita lagi, dan aku tidak mau
kamu membenciku setelah ini...”
“A...ada apa Ara?”
Ia melepaskan pelukan itu, “Aku minta maaf. Aku yang menabrakmu malam itu.”
Benar-benar sebuah tamparan bagi Exsyv, ia tidak menyangka selama ini,
orang yang membuatnya menderita adalah Farasia. Gadis yang ia sukai sejak
sebelum ia mengenalnya.
“Jadi, aku...aku lebih baik tidak muncul di dalam hidupmu lagi.”
Ara menangis, ia melepas semuanya malam ini. Ia melakukan sebuah kebohongan
putih demi menyelamatkan adiknya dari jerat hukum. Ia membohongi orang yang
sayangi.
Ara berlari meninggalkan rumah Exsyv di malam yang dingin, salju mulai
turun perlahan. Menutupi semua fantasi yang sudah di rangkai selama ini.
@
Ara menangis tiada henti di kamarnya, membuat Sota bingung dengan isakan
kakaknya. Ia bertanya berkali-kali, yang terdengar hanya isakan yang makin
keras.
“Kakak! Katakan! Siapa yang menyakitimu! Akan ku hajar dia!”
Isakan Ara berhenti, “Kamu tahu, kamu telah menyakiti aku.” Ia menyeka
wajah yang basah menggunakan punggung tangannya. “Kecelakaan itu, membuatku
sakit.”
“EH? Kenapa Kakak membahasnya lagi? Aku dengar orang yang aku tabrak memang
tidak meninggal! Aku tidak suka Kakak membahas itu lagi!”
“Aku juga tidak suka kamu meninggalkan orang itu di jalan tanpa bertanggung
jawab sedikitpun.” Jawaban Ara begitu ‘menusuk’ Sota. “Selama ini aku yang
menanggungnya, aku bertemu dan merawatnya selama ini.”
“Ka...kak..!?” Sota terlihat begitu ketakutan.
“Aku tidak mengatakan apapun, aku menghapus...semuanya.” Ucap Ara begitu
tenang dan dingin, ia kemudian pergi entah ke mana.
@
Kampus menjadi gaduh dan suasana menjadi ‘panas’.
“KAMU!!!” teriak Hojo seperti orang yang kerasukan. “KAMU!!!!” hanya
kata-kata itu yang keluar setiap kali Hojo hendak memukuli bocah SMA itu.
“Maafkan aku Kak! MAAFKAN AKU!! Aku akan bertanggung jawab!” katanya sambil
bersujud memohon.
Namun di suatu kesempatan saat kawan-kawan Hojo lengah, ia mendaratkan
sebuah pukulan keras yang tepat mengenai pipi bocah itu.
“.......................”
‘BAGG, DUG!’
Kepala itu mendarat langsung di tanah dan membentur lantai begitu keras,
semua orang bisa mendengarnya termasuk Sota. “KAKAK!!!”
*
Sota datang menemui Exsyv, ia menjelaskan semua yang terjadi dan mengapa ia
melakukan itu. Namun bukan ekspresi kemarahan yang ia dapati, melainkan
ekspresi kesedihan dan ketidakpercayaan.
Exsyv tidak percaya seorang Farasia menjadi seperti itu karena ingin
melindungi adik semata wayangnya. Begitu besar pengorbanan yang Ara lakukan
selama ini. Ia melindungi adiknya dari hukum dan juga dari amukan Exsyv.
Jikalau Ara mengatakan hal ini sejak lama, kemungkinan ia akan kehilangan Sota
sekarang.
“Kak Exsyv, bisakah ikut denganku?
Kakakku memerlukanmu. Sungguh-sungguh memerlukanmu...” ucapnya.
“Ara kenapa? Apakah dia sakit? Apakah dia tidak mau makan?”
Sota mengajak Exsyv ke rumah sakit. Ya, akibat melindungi adiknya dari
keganasan pukulan Hojo, Ara kini menanggung semuanya.
Dari kejauhan nampak Hojo yang sedang berbincang dengan dokter, namun
setelah Dokter pergi, Hojo lemas dan terduduk di lorong rumah sakit.
“Hojo!” teriak Exsyv kemudian menghampiri. Sota menjaga jarak dengan orang
itu.
Pemuda jangkung itu menangis, baru kali ini ia melihat Hojo menangis
terisak seperti itu.
“Ada apa Hojo? Ada apa?” perasaan Exsyv sudah diliputi berbagai fantasi
negatif. “HOJO!” ‘PLAAK!’ Exsyv menamparnya keras, “ADA APA!?”
“MAAFKAN AKU!!! AKU PANTAS MATI!”
Seorang perawat lewat dan membantu Hojo untuk duduk di kursi dekat mereka,
lalu ia masuk ke dalam suatu kamar, tanpa sengaja Exsyv melihat Ara. Ia pingsan
di dalam sana, dengan mata yang terbalut perban putih. Sama seperti dirinya
beberapa bulan yang lalu.
“Kakak!” Sota menyerobot masuk mengikuti perawat itu. Ia tampak menahan air
matanya yang sudah menggenang.
“Maafkan aku!”
@
5 hari berlalu, Hojo benar-benar menghilang dari kehidupan mereka; Exsyv
dan Ara. Namun semuanya telah terjadi, tidak ada yang bisa mengembalikan waktu.
“Ara...” sebut Exsyv, namun Ara selalu menoleh ke arah berlawanan dari
sumber suara itu. Ia masih menggunakan piyama rumah sakit dan terduduk diam.
“Kakak...kakak harus makan sesuatu...” Sota menyendok bubur, namun sejak
sadar Ara tidak ingin menelan apapun. Sota melirik Exsyv, kemudian Exsyv
menyuruhnya keluar mencari udara segar.
“Ara...Ara...kamu harus makan sesuatu...”
Mata itu menatap kosong keluar jendela, tanpa harapan, tanpa hasrat. “Aku
makan atau tidak, bukan suatu perbedaan lagi. Pergilah....”
Exsyv tampak sedikit stress. Namun ia berusaha membujuk Ara supaya makan
sesuatu, “Ara...ku mohon.” Tanpa sadar matanya bocor, setetes cairan bening
jatuh.
Ara terdiam, mentari sudah menghilang dari 3 menit yang lalu. Namun ia
masih menatap jendela itu. “Setidaknya aku begitu senang pernah menjadi ‘mata’
untukmu. Setidaknya, aku berguna pada saat itu.”
“KALAU BEGITU BIARKAN AKU YANG MENJADI ‘MATA’MU SEKARANG!” bentak Exsyv
sambil berdiri. Ia gregetan dengan situasi ini. Jika ia bisa menukar waktu, ia
memilih untuk tidak bisa melihat selamanya, di bandingkan harus menukarnya
dengan penglihatan Ara.
~` Ia akan buta permanen. Benturan di
kepalanya jauh lebih parah dari pada temanmu pada waktu itu. `~
Itu yang di katakan Dokter kepada Hojo.
“Jadi, aku tidak mau merepotkanmu. Pergilah....ku mohon.”
Exsyv memeluk Ara, tampaknya Ara sudah kehilangan sebagian dari dirinya. Ia
mungkin sudah pergi sepenuhnya.
“Tidak, aku akan selalu ada untukmu. Kapan pun..Farasia...”
Suasana menghening untuk beberapa saat. Farasia yang Exsyv kenal sudah lama
‘mati’.
@
Aku tidak akan bisa melihat wajah itu
selamanya.
Aku tidak akan bisa melihat padang rumput
yang hijau dan dipenuhi bunga-bunga lagi.
Mungkin aku tidak bisa tahu lagi tentang
burung-burung yang sering aku lihat di langit senja,.... ya aku memang tidak
bisa.
Tapi bagaimana aku bisa meneruskan hidup?
Apakah aku bisa bertahan?
Ku fikir, ini adalah akhir dari hidupku.
Namun aku salah, aku salah.
Ia menjadi mataku, bukan hanya sekedar
alat penglihatan.
Namun ia adalah jiwaku, ia menyimpannya
ketika aku kehilangan itu.
...
Di suatu saat aku terbangun dan aku fikir
aku bermimpi bisa melihat semuaya lagi. Tapi...
*
[Ara’s POF]
“Ayo, Kak!” Sota memanggilku. Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu.
Buket bunga yang ku pegang adalah pemberian dari Hojo. Aku....menolak
cintanya. Tepat sebelum Exsyv tertabrak oleh adikku, Hojo mengambilnya dan
meninggalkan Exsyv seorang diri. Semua ini terjadi karena aku, jika....ya,
hanya JIKA. Namun faktanya waktu terus berjalan. Sudah tidak ada kata ‘andai’,
‘umpama’, atau ‘jika’.
Dan ternyata aku tidak bermimpi, aku memang bisa melihat lagi dan
sepertinya yang aku katakan, aku tidak akan bisa melihatnya lagi. Tidak akan
pernah bisa.
“KAKAK!” entahlah, Sota sudah memanggilku berapa kali, mungkin ratusan.
Aku letakkan buket bunga kering itu disana, di atas rumput hijau yang
dipenuhi dengan bunga-bunga indah. Tanpa ucapan apa pun, aku hanya berlalu
begitu saja.
Berlalu dengan jiwa dan hati yang sakit....
TAMAT
komen yah :)
BalasHapusung~ ceritany sempit.. Drama bgt.. Bikin guw stress.. *personally i dont like drama story kkk~* ceritany agak bkin guw bingung.. Jd conclude ny th si ara udh ga buta lg? Trus si exsyv ny ngilang gt? Ada 1 part yg bikin rancu.. Part yg ara ny mau ke rumah sakit ada 'kalo aku cewe mungkin ak udh pcran ama dy' nah seharusny sblm kalimat ny hojo ini lw tulis 'ara teringat akan ucapan hojo' jd ga rancu.. Tdny gra2 ini guw ngira si ara-ny cowo.. Lol
BalasHapus1lg ada typo di kalimat diatas ara POV bkan POF.. Ada kata yg kurang huruf 'N' check sndiri deh.. Overall good.. Ceritany ga gampang d tebak wlw ngebingungin.. *maklum guw kurang cerdas* xp
keep going'
exsif nya kemana neng?
BalasHapuslumayan, tp ceritanya agak muter-muter *menurutku* karena cukup banyaknya flashback yang d pake
tp boleh lah penggambaran kecelakaannya dan kekerasannya, lebih bagus dari gw! haha
keep writting~!^^
wahahahhaa exsyv mati , ara liat pake matanya exsyv gitu... masa pembaca gada yg ngeh ini yah
Hapusahhh.. *baru ngeh*
Hapusmungkin karna kamu ngegambarinya terlalu klise~ jadi ga semuanya bisa langsung ngerti kali eksif mati dan nyumbangin matanya ke ara..
hahaha..