Tittle : HER
Cast : Lee Gikwang (B2ST) – Peniel
(BTOB) – Sandeul (B1A4)
Genre : Thriller / Mystery
Rated : 13+
Author : Ravla
------
“Ah Hyung ~ aku tidak suka ini,
ganti, ganti saja....” dengan sibuknya Peniel bersama Sandeul sedang berkutat
dengan iPad, memilih sebuah clothing line yang terpercaya di situs jejaring
sosial. Dua bocah ini amat gemar berbelanja online dan sepertinya mereka tidak
takut terkena kasus penipuan.
Tak lama kemudian, seseorang yang
kekar dan di kagumi banyak gadis datang menghampiri mereka di sebuah kedai
makan. Ia terlambat 30 menit, dan itu sudah menjadi kebiasaanya. “Mianhae, aku
telat lagi...aku dapat pelajaran tambahan dari dosen tadi.”
“Gikwang Hyung, lihat ini, bagus
tidak?” tanya Sandeul sambil merebut iPad itu dari tangan Peniel. “Menurutmu
cocok tidak untukku?” Sandeul menunjukkan jaket bermotif macan tutul.
“Hmm? Mau belanja online lagi?
Kalian ini~ sampai kapan menghabiskan uang tidak jelas begitu? Peniel, sudah
pesan makanan?”
Peniel menggeleng pelan, ia belum
terlalu akrab dengan Gikwang. Baru dua bulan mereka berkenalan, dan itu pun
karena Sandeul yang mengenalkannya. “Hyung mau pesan apa?”
Gikwang melihat daftar menu makanan
dan melihatnya satu persatu, sedangkan Sandeul tidak peduli, ia masih sibuk
browsing benda kesukaannya di internet.
“Peniel! Bagaimana jika ini? Kamu
suka?”
Peniel melihat sebuah topi
bermotifkan tengkorak, dan ia pun menggeleng. “Tidak bagus, menyeramkan
menurutku...coba carilah topi yang berwarna ceria, Hyung! Akan aneh jika orang
sepertimu menggunakan topi hitam begitu.”
“Oh? Benarkah?” kemudian Sandeul
meraih sebuah cermin dari dalam saku jeansnya dan sibuk dengan benda itu.
“Peniel-a, aku mau makan steak. Hot Steak.”
Peniel menuliskan pesanan Sandeul di
sebuah kertas dan menyerahkannya pada Gikwang. “Sandeul-ya, tidak bosan makan
steak? Sepertinya kamu sudah mengorder makanan itu selama seminggu
berturut-turut...” Gikwang memastikannya dengan mengecek bill yang ia bayar
selama 5 hari kemarin, “lihatlah! Dari hari Selasa kamu hanya memesan hot steak
dan ice lemon tea!”
Sandeul memasang wajah polosnya,
“Benarkah? Aku sama sekali tidak ingat~....lagipula selama tidak beracun, tidak
masalah kan?”
“....Mungkin nanti malam Sandeul
Hyung akan berubah jadi seekor sapi...” ucap Peniel yang kemudian ia mendapat
sebuah pukulan cukup keras dari Sandeul.
“Sandeul, aku dengar ada seseorang
yang mencarimu? Apakah itu benar?” tanya Gikwang usai mencuci tangannya dengan
cairan antiseptik. “Tadi, aku bertemu seseorang dan dia menitipkan ini padaku.”
Gikwang memberikan sebuah amplop putih.
Sandeul yang begitu antusias,
langsung merebutnya dan mengharapkan surat pengakuan cinta, namun ia kecewa.
Amplop itu kosong. “EH? Kosong?” Sandeul sampai membaliknya untuk memastikan
amplop itu benar-benar kosong. “Siapa Hyung? Apa aku mengenalnya?”
Gikwang mencoba mengingatnya, “Aku
tidak yakin, karena orang itu memakai masker dan syal yang menutupi wajahnya,
aku hanya melihat matanya, itu pun dengan make-up dan lensa kontak. Ia memakai topi
dan yang terlihat hanya rambut poninya...”
“Bajunya seperti apa?” tanya Peniel.
“Apakah dia seorang perempuan?”
“Tentu saja perempuan! Dia memakai
terusan baju hangat juga jeans dan sepatu boots....aku tidak bisa
mengenalinya.”
Sandeul tampak berfikir, karena
semalam ini dia amat jarang dekat dengan teman perempuannya. “Aku tidak pernah
punya teman yang berdandan seperti itu, atau jangan-jangan aku punya penggemar
rahasia?” Sandeul mulai ke-GR-an.
Peniel dan Gikwang saling melempar
pandang, tidak lama kemudian pesanan mereka telah siap dihidangkan.
*
`Aku
punya penggemar rahasia? Ah, aku masih tidak yakin...apa orang itu lupa
memasukkan suratnya?` Sandeul terus saja memperhatikan amplop putih sementara
yang lainnya sedang asyik berbincang tentang baseball.
“Hyung, sudahlah..! Mungkin besok
orang itu akan menemui Gikwang Hyung lagi..lagi pula, mungkin orang itu
beruntung menyukai Hyung!” ucap Peniel.
“Apa maksudmu?”
“Mungkin kalian akan berbagi cermin
dan sisir.” Kemudian tawa Gikwang dan Peniel lepas dan meninggalkan Sandeul di
belakang seorang diri. “Ayolah Hyung, atau kita akan ketinggalan
pertandingannya!” teriak Peniel yang sudah hampir memasuki gate stadion.
**
Sore ini dengan semangat yang
berapi-api, Gikwang menuju bengkel pribadinya untuk mereparasi mobil milik
Peniel, dan ia lagi-lagi ditemui oleh seorang perempuan.
“Gikwang-ssi!” panggil perempuan
yang menggunakan kostum cosplay anime itu. “Tunggu!”
Dengan bingung, Gikwang di hampiri
oleh perempuan itu. “Nuguseyo?” tanyanya.
Cosplay Sailor Moon itu hanya
tersenyum dan kemudian memberikan sebuah kertas pada Gikwang. “Aku rasa
Peniel-ssi membutuhkan itu. Tolong berikan padanya.”
“YA
Sailor Moon! Cepat, kita sudah terlambat 15 menit!” panggil teman sesama
cosplaynya dari dalam mini van. Cosplay itu meninggalkan Gikwang tanpa
memberikan sebuah identitas yang jelas.
“Tunggu! Aku harus katakan ini dari
siapa?!” percuma saja, cosplay itu sudah berlalu bersama teman-temannya.
“Kenapa dua hari belakangan ini terasa begitu aneh?”
*
Peniel juga sama bingungnya seperti
Sandeul kemarin, ia hanya menerima kertas yang kosong itu. Tanpa motif dan
tanpa garis, hanya selembar kertas HVS biasa.
“Kenapa ini juga kosong? Hyung
bilang, perempuan itu berdandan ala Sailor Moon? Cosplay? Aku tidak pernah
punya teman cosplayer....atau mungkin ini untuk Sandeul Hyung?”
Gikwang yang sibuk berbaring di
bawah mobil itu tidak menjawab, yang terdengar hanya dentingan peralatan
montir.
“Kalau begitu, jangan katakan pada
Sandeul jika aku mendapat kertas ini. Ok Hyung?”
“HMM!” jawabnya sambil terus
konsentrasi dengan pekerjaannya.
“Yeorobun~ Sandeul is cominnggg~!”
ucap pemuda itu riuh seperti bebek. “Kalian kenapa tidak memberitahuku jika
sedang ada disini? Gikwang Hyung!” panggilnya.
“Lalu siapa yang memberitahumu jika
kami sedang disini?” tanya Peniel yang baru saja menyimpan kertas itu.
“Tentu saja aku punya mata-mata
~...... ah tidak tidak! Aku hanya
bercanda! Aku mencari kalian melalui GPS ku! Canggihkan? Oh, bagaimana
dengan perempuan yang menghampirimu kemarin? Apakah datang lagi?” tanya Sandeul
begitu penasaran kepada Gikwang.
“Aniya!”
Kemudian Sandeul memandang Peniel,
“Benarkah?”
Peniel hanya mengangkat bahunya,
“Jangan tanya aku, jika gadis itu menemuiku pasti sudah ku sandera dia agar bisa
Hyung temui.”
Tampak ekspresi kecewa dari wajah
yang menyerupai bebek itu, lalu Peniel menghiburnya dengan mengajaknya bermain
puzzle.
**
`Amplop
tanpa isi...bisa saja pernyataan cinta melalui udara...Love Air...aku pernah
membacanya di manga Jepang....dan kertas yang aku terima sore tadi...sungguh
aku tidak mengerti .... lagipula kata Gikwang Hyung, orang itu memakai kostum
cosplay...aaahhh siapa, siapa?!`
Peniel begitu gusar memikirkan orang
di balik kertas HVS putih, begitu halnya dengan Sandeul yang masih membolak
balik amplop kosongnya.
`Jinjja?.....baru
kali ini hanya sebuah amplop kosong membuatku tidak bisa tidur selama 2 malam!
Aku begitu penasaran dengan pemberi amplop ini....apakah aku mengenal orang
itu? Atau ini hanya sebagian aksi untuk mengerjaiku saja...? Apa benar Gikwang
Hyung tidak bertemu dengan orang itu lagi, hari ini?`
**
Dua hari kemudian, masalah tentang
amplop dan kertas itu bak tertelan bumi. Baik Sandeul dan Peniel sama sekali
tidak pernah membahasnya lagi dengan Gikwang. Awalnya Gikwang tidak bermasalah
dengan itu, namun ia rasa ada seseorang yang mengawasi mereka dari kejauhan.
“Hyung, .....” panggil Peniel ketika
Sandeul sedang berkonsentrasi pada karya seninya di perpustakaan.
“Hyuuuung~~~....” bisiknya sekali lagi sampai batang korek api yang Sandeul
susun roboh juga.
“Arrgghhh! Apa sih?” jawab Sandeul
kesal dan tetap membelakangi Peniel.
“Gikwang Hyung, berbicara pada
seorang perempuan di depan perpustakaan.” Ucapan Peniel membuat Sandeul
mengacuhkan korek apinya.
Mereka berdua fokus memperhatikan
siapa perempuan yang menemui Gikwang, namun begitu tahu, mereka berdua begitu
kecewa.
“Hyung, mukanya berubah jadi bebek
lagi tuh.”
Sandeul hanya meniup wajah Peniel
dengan kencang lalu kembali menyusun batang-batang korek api yang berantakan
itu. “Aku kira seorang yang cantik dan seksi....itu kan Cuma kutu buku teman
satu jurusannya.”
Peniel duduk berlawanan dengan
Sandeul dan mencoba membahas tentang amplop, “Jadi...sampai sekarang masih
tidak mengerti dengan amplop kosong itu?” Sandeul menggeleng pelan. “Lalu,
masih menyimpannya?” Sandeul mengangguk lagi. “Untuk apa?”
Kemudian sekotak korek api meluncur
mengenai kepala Peniel, “Be-ri-sik.”
*
Sementara Peniel dan Sandeul sedang
menghabiskan waktu bersama di perpustakaan, Gikwang bertemu dengan seseorang di
basement kampus.
“Gikwang-ssi! Ini....untukmu.” ucap
perempuan dengan wig hitam panjang dan berbusana ala Lolita Girl dan
menggunakan aksesori mata yang berlebihan seperti bulu mata super panjang dan
bling-bling seperti permata yang melekat di masing-masing ujung matanya.
“Apa ini?” Gikwang menerima satu set
alphabet untuk anak usia 3 tahun dan ia tidak mengerti mengapa harus menerima
ini. “Mungkin kamu salah orang, aku belum menikah dan mempunyai anak!”
Perempuan yang sudah berlalu itu
berhenti dan berbalik lalu menggeleng, “Bukan! Itu memang untukmu!” kemudian ia
pergi menghilang di balik mobil Mercy itu.
*
“Siapa sih? Dan apa maksudnya
memberikan semua ini pada kita?” Sandeul mulai gerah dengan situasi ini.
Awalnya ia senang karena ia fikir hanya dia yang akan menjadi satu-satunya pria
yang menerima sesuatu dari seorang perempuan. Namun kini Gikwang juga, dan
Peniel tetap merahasiakan tentang kertas HVS kosong itu.
“Hyung, tenanglah....mungkin dia hanya
ingin mengerjai kita saja...aku tahu, ada beberapa orang yang tidak suka dengan
kita.”
Gikwang mencoba menyusun alphabet
itu, namun satu huruf hilang. “Alphabet ada 26 kan? Tapi ini hanya 25 buah
saja...Aku tidak melihat huruf R...” ujar Gikwang lalu menyusunnya, benar saja,
huruf R tidak termasuk di dalamnya.
Dan malam itu menjadi malam yang
penuh misteri bagi mereka.
***
Kejadian itu berulang, sama setiap
bulannya. Selalu saja Gikwang yang di temui oleh sosok perempuan, dan setiap
mendapatkan sebuah benda, tidak pernah menemukan perempuan yang sama dari awal.
Mereka cukup terganggu dengan tindakan itu, namun mencoba mengabaikannya. Namun
tidak halnya dengan Sandeul, ia masih di penuhi dengan tanda tanya di atas
kepalanya, siapa yang melakukan hal ini
padaku dan juga dua kawanku?!
Mulai dari amplop kosong, kertas
kosong, satu set alphabet, pistol mainan, kepala boneka Ken, gantungan kunci
berbentuk telinga manusia, sampai tangan mainan yang begitu menyeramkan dari
bulan ke bulan.
“Aku bisa gila dengan teror
ini....bagaimana jika kita pindah yang jauh saja agar tidak lagi mendapat semua
benda sampah ini?” ujar Gikwang yang sudah letih menerima semua sampah itu.
Malam ini, apartemen Sandeul terasa
begitu mencekam dengan kehadiran benda-benda aneh itu.
‘TING TONG’
“Ah pesanan ice creamku datang!”
Sandeul membuka pintu apartemennya dan .....
‘DORR DORR DORRRR!’
Seorang perempuan misterius
pengantar ice cream itu langsung menembak 3 pemuda tersebut dengan membabi buta.
Di dadanya, tersemat bros bertulisankan
huruf R....
“...Bang!” ucapnya pelan di hiasi
senyum kematian.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar