Tittle : Regret
Cast : Cha
Hakyeon, Ken (VIXX) – Nana (OC)
Genre : Angst,
Sadness, Friendship
Rated : 15+
Theme song :
Bigbang - blue
Author : RAVLA
-------------------------------------------
“Aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiranmu. Aku tidak mengenalmu
lagi sekarang. Siapa kau...?”
Lelaki berperawakan seperti orang asing terserbut sedang
berbicara kepada dirinya sendiri, ia bercermin, melihat dirinya. Namun bukanlah
dirinya yang dulu.
“Apa yang kau lakukan disini...Ken? Apa yang kau tunggu?”
Tanyanya kepada bayangan itu. Ia menggenggam sebotol
minuman keras, setengah isi. Lelaki ini merasa menyesal, tertekan, dan sedih.
Ia berdiri lunglai tak bertenaga, matanya perlahan mulai basah.
‘PRAANGG!’
Ia membanting apa yang ia pegang. Mulai terdengar suara
isakan, semakin lama semakin jelas. Ia tersungkur, mencium lantai dan tersedu.
Ia menjambak rambutnya, mengacaknya dan kemudian terlentang memandang
langit-langit sebuah emperan toko.
“Aku benci....aku membencimu!!! CHA HAKYEON!!!!”
*****
‘TIK, TAK, TIK, TAK..’
Hanya detik jarum jam yang keras terdengar. Suasana ruangan berdinding batu bata ini
begitu senyap, tidak ada kehidupan. Namun seseorang meringkuk di pojok sana
dengan rambut yang berantakan dan ia gemetaran.
“Aku tidak mecahkannya...bukan aku....”
Gumamnya pelan dan berulang kali.
“Nana! Apa kau di
dalam? Jawab aku! Nana!” sebuah suara memanggil dari arah pintu. Gadis itu
terseok-seok, berdiri lalu jatuh kembali, mencoba berdiri namun ia tidak
mempunyai kekuatan untuk itu sampai akhirnya seseorang mendobrak paksa
pintunya.
Gadis itu menangis, ia terisak keras. Sesuatu yang buruk
tengah terjadi pada dirinya.
“Hei, Nana,...Nana...!! Dengar aku....ini semua terjadi
bukan karena dirimu!”
Binar mata gadis itu menerawang jauh, ia melihat
‘sesuatu’. Gadis ini istimewa, namun Cha Hakyeon tidak pernah mendengarkannya.
Ia mengabaikannya, selalu.
“Aku tidak melakukannya...bukan aku...aku tidak
memecahkan gelas itu...” gumamnya. “Ken....aku harus bagaimana..?”
Mata mereka bertemu, mereka menangis bersama.
**
#Flashback 1#
“Ah~ Ken! Jangan
sentuh barangku yang itu! Kau tidak tahu kan jika benda itu pecah aku akan
mati! Jadi tolong berhati-hatilah!”
Ken menjauhkan
tangannya dari sebuah benda antik yang terpajang indah di salah satu sudut
rumah Hakyeon. “A~ Hyung...mianhada. Ige mwoya? Terlihat seperti barang yang
antik sekali?”
Cha Hakyeon tidak
menjawab pertanyaan Ken, ia selalu seperti itu. Hanya berbicara panjang lebar
jika ia mempunyai maksud tertentu.
“Hyung, kau
sedang apa? Kau terlihat sibuk sekali? Aku bisa membantumu?”
Ken mendekati
Hakyeon, namun lelaki yang 2 tahun lebih tua dari Ken malah mendorongnya
lumayan keras. “Ugh? Hyung?”
“Diamlah..aku
perlu konsentrasi penuh! Jika ini gagal, aku akan mati! Aku akan di usir dari rumah!”
Ken mengintip apa
yang sedang Hakyeon kerjakan, ternyata ia sedang menyusun sebuah porselen yang
berbentuk seperti piring. “Kau memecahkannya?”
“DIAMLAH!” bentak
Hakyeon begitu keras dan mengejutkan Ken dan Nana yang ada di sana juga.
Gadis itu hanya
duduk dan murung, sejujurnya ia tidak suka Ken berteman dengan lelaki kasar
seperti itu. Karena ia tahu, dan sangat tahu, kelak Hakyeon akan membuat Ken
berubah.
“Hyung...kau
mengejutkanku! Hahhaha!” Ken kemudian tertawa, sepertinya ia menganggap hal itu
lucu, namun semakin Ken terlihat ceria, semakin Nana terlihat dengan raut wajah
yang menyeramkan.
“Ken, aku mau
pulang. Kau mau mengantarkan aku?” tanya Nana kemudian.
Awalnya Hakyeon
tidak mempedulikan kehadiran gadis cenayang itu, namun akhirnya ia mengambil
tindakan. “Jangan Ken, kau harus tetap disini menemani aku! Kau sudah janji
kan?”
Ken tampak
kebingungan, ia tidak mungkin membiarkan sahabatnya, Nana pulang sendirian
tengah malam seperti ini. Namun ia juga tidak mungkin pergi meninggalkan Hakyeon
seorang diri karena ia tahu Hakyeon tidak suka seorang diri.
“A...a....,”
“Ken! Antarkan
aku pulang!” Nana sedikit memaksa.
Hakyeon berbalik
kemudian dan merangkul lengan Ken, “Tidak bisa! Dia sudah janji akan menemaniku
disini!”
“AH! Baiklah..baiklah,
selepas aku mengantar Nana, aku akan segera kembali, bagaimana?”
Hakyeon
menghentakkan kakinya seperti anak kecil, wajahnya juga cemberut. “Tidak mau!
Tidak boleh!”
“Kalau begitu kau
ikut saja mengantar Nana pulang yah! Ayo, ayo!” Ken menarik Hakyeon dengan
paksaan. Ia tidak mau membuat kedua temannya kecewa.
*
Ken menemani Nana
menunggu taksi lumayan lama, sedangkan Hakyeon tidak melepaskan cengkraman
tangannya dari lengan Ken.
“Itu taksimu
sudah datang! Maaf ya tidak bisa antar sampai rumah...Nana.”
Nana pergi tanpa
kata-kata. Ken tahu, Nana kesal terhadap dirinya.
“Ayo, sampai
kapan kita akan berdiri disini? Aku sudah tidak tahan lagi! Nyamuk terlalu
banyak menghisap darahku!”
Kemudian Ken
kembali ke rumah Hakyeon, mereka menghabiskan malam disana dengan sekedar
bernyanyi atau minum-minuman soda.
#Flashback 1 end#
**
“Dia...tidak mati kan?” tanya Nana memandang kosong ke
arah tempat tidur Hakyeon. Rumah sakit ini terkesan begitu sunyi, seperti
dirinya. “Dia akan bangun, kan? .... jawab aku Ken.”
Ken duduk di samping Nana, ia membelakangi jendela
tersebut. Ia menggenggam erat tangan gadis itu, begitu dingin. “Dia akan
berteriak padamu lagi, suatu hari nanti.”
Nana menempelkan tangannya ke dinding kaca itu, wajah
Hakyeon begitu tenang dengan selang bening yang menempel di lubang hidungnya.
Irama dadanya naik turun, lelaki itu masih bernafas. “Kenapa ia diam saja?”
“Nana!” hentak Ken, “Dia akan bangun! Dia akan baik-baik
saja! Kau harus percaya padaku!” Ken mengguncang bahu Nana, ia berusaha
menyadarkan gadis itu. “Kau harus percaya padaku....” ucapnya sekali lagi
dengan nada yang rendah dan meyakinkan.
Ken memandang mata kosong itu, penuh dengan keyakinan.
Hanya saja, Nana belum bisa meyakinkan dirinya sendiri.
***
#Flashback 2#
Hari hari terus
bergulir, tidak menunggu hari cerah ataupun hujan, waktu akan terus berjalan
tanpa pernah menengok ke belakang. Yang terjadi takkan bisa terulang kembali.
“Ken! Uh, uh
Ken!” panggil Hakyeon dengan gemas yang disambut tawa cerah Ken. “Lihat! Aku
mendapatkan nilai A untuk mata kuliah seni!” dengan bangganya, Hakyeon
menunjukkannya pada Ken.
“Oppa,....Hakyeon
Oppa....,apakah akhir minggu ini kau sibuk? Ku sarankan, sebaiknya kau jangan
berpergian!” Nana tidak pernah mengungkapkan dirinya jika ia adalah cenayang.
Ia tahu, Hakyeon tidak pernah suka dengan hal-hal yang seperti itu.
Hakyeon memandang
gadis itu sinis. “Siapa kau? Kenapa kau terus saja melarangku ini-itu semenjak
kita kenal? Kau tahu, aku ini tidak pernah suka kepadamu! Kau itu aneh!”
Ken mendengarnya
dengan jelas, namun ia berusaha menenangkan suasana. “Hei Hyung, sudahlah!
Bukan hanya Nana yang aneh, tapi aku dan kau juga sama anehnya!”
Perhatian Hakyeon
teralih, “Aku aneh? Aneh bagaimana? Kalau kau aneh, aku sudah tahu!” ucapnya
kemudian tertawa. “Hahahha!”
Nana hanya bisa
terdiam, ia sudah memperingatkan dari jauh-jauh hari.
**
Keadaan seperti
itu berulang, berulang sampai terjadi selama 4 hari berturut-turut. Tentu saja
Hakyeon tidak kuat mendengar hal yang sama di ulang berkali-kali oleh gadis
aneh itu. Sampai ia merasa hilang kesabaran...
“Oppa! Jangan
pergi! Aku mau kau tetap disini bersama kami! Kumohon!”
Hakyeon berbalik,
ia terlihat begitu marah dan kemudian melemparkan kaleng minuman yang ia pegang
ke wajah Nana. “KAU PARASIT, PERGILAH JAUH! AKU TIDAK PERNAH MENYUKAIMU!” ia
berteriak amat kencang, semua orang yang berdiri tidak jauh dari mereka
menoleh, melihat aksi brutal Hakyeon. Termasuk Ken.
Nana meraba
wajahnya, batang hidungnya berdarah akibat kaleng itu yang mengenai wajahnya
begitu keras. Gadis itu tidak menangis, namun ia terlibat kasihan kepada
Hakyeon.
“Nana...” panggil
Ken saat lelaki itu mendekat. “Nana...” panggilnya sekali lagi.
Nana tersenyum,
“Sebaiknya...sebaiknya kau menjaganya, jangan biarkan ia mendekati keramaian.”
Pesannya kemudian gadis itu menyingkir.
#Flashback 2 end#
*****
Satu minggu genap, Ken hanya bisa menenangkan Nana yang
semakin hari semakin kacau. Bahkan gadis itu seperti kehilangan ingatan. Begitu
memprihatinkan.
Ia melihat Nana membuat sebuah masakan kesukaan Hakyeon.
Roasted chiken.
“Dia belum siuman, Nana....ia tidak bisa menghabiskan
makanan ini...” ujar Ken pelan, ia berusaha menjaga suasana hati Nana.
Wajah gadis itu begitu kacau. Ia memang berdandan,
eyeliner di matanya luntur mengenai baju putih yang ia kenakan. Lipstick
merahnya melewati garis bibirnya. Dan bahkan ia menggunakan pemerah pipi
terlalu berlebihan.
“Kemarilah....duduk di hadapanku...” ajak Ken. Ia
menuangkan cairan pembersih wajah ke selembar kapas dan mulai mengusapkannya di
wajah Nana, menghapus make-up nya. Pandangan gadis itu kosong, ia menangis
namun dengan wajah yang tersenyum.
“Hakyeon Oppa pasti akan suka melihatku berdandan....aku
cantik kan? Aku tidak aneh lagi kan?”
Seketika Ken menghentikan gerakan tangannya kemudian
menunduk. Ia terlihat menutup wajahnya dan ia menangis, kemudian ia menengadah
lagi. “Tentu saja! Kau cantik! Kau .... cantik!”
Gadis itu tersenyum, namun matanya terus menangis.
*
Mereka kembali ke rumah sakit, menjenguk Hakyeon yang
kondisinya masih kritis, koma.
“Hari ini ia terlihat tampan, iya kan, Ken?” tanya Nana
dengan pandangan kosongnya.
Ken melirik Nana, ia berdeham mengiyakan. “Tentu saja.
Dia bahkan lebih tampan dariku hari ini.”
Suasana yang sunyi, yang terdengar hanya alat bantu
pernasapan yang berdiri tegak di samping Hakyeon.
“Kapan ia akan membuka matanya?” tanya Nana. “Aku ingin
ia memakan ini. Bisakah kau memberikan padanya?” Nana menyerahkan sepiring ayam
panggang kepada Ken. “Aku ingin makan ini bersamanya, bersamamu juga.”
Ken mengambil benda itu dengan tangan yang gemetar. Ia
berusaha menahannya, namun bulir-bulir airmatanya tak bisa tertahankan.
***
#Flashback 3#
“Hyung, aku sudah
mencoba apa yang kau sarankan kepadaku! Mengapa minuman ini rasanya tidak enak?
Sedikit pusing ketika aku meminumnya!”
Hakyeon kemudian
memberikan minuman beralkohol lainnya, “Coba yang ini, mungkin cocok denganmu.”
Ucapnya kemudian meniupkan asap dari sebatang rokok ke wajah Ken.
Ia terbatuk
kemudian tertawa, ia fikir hal itu adalah sebuah candaan masa kini. Ken
meminumnya, namun kepalanya menjadi sungguh berat. “Hyung, aku sepertinya akan
segera mabuk! Sudahlah, ayo kita tidur saja!” pinta Ken sambil memaksa Hakyeon
untuk kembali ke villa.
Akhir pekan
antara Ken dan Hakyeon di sebuah villa di pegunungan.
“Ken! Gendong
aku!” pinta Hakyeon yang kemudian langsung melompat ke atas punggung Ken.
“Ugh Hyung!”
tanpa persiapan Ken memanggul tubuh Hakyeon, “Kau berat sekali, Hyung!”
Hakyeon tertawa
kemudian. Hakyeon banyak bercerita tentang kisahnya mengumpulkan barang-barang
antik. Namun Ken tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang Hakyeon bicarakan,
kepalanya terlalu pusing akibat minuman beralkohol yang Hakyeon berikan padanya
tadi.
“Ya~ Ken!
Jalanlah yang benar! Sudah 2 kali kau terhuyung seperti ini! Be strong!!” ucap
Hakyeon seraya menepuk pundak Ken.
--
Di tempat lain,
Nana sedang seorang diri dirumah dan ia menggenggam sebuah pensil. Ia
mencoret-coret sebuah kertas kosong. Mencoret dengan asal, sampai ia merasa
haus dan berjalan ke arah meja dapur. Sial, tanpa sengaja ia menampar sebuah
gelas kaca dan terjatuh.
Suasana sepi
kemudian, debar jantungnya terasa begitu cepat. Nafasnya terengah seperti habis
berlari.
--
“Hyung! Hyung!!!”
Ia melihat sosok
itu terdiam, menutup matanya dan membisu. Ia tidak begitu sadar, ia hanya
berusaha meraih tangan Hakyeon, namun seseorang sudah terlebih dahulu
mengangkat tubuhnya menjauhi Hakyeon.
“Cha Hakyeon!”
pekiknya sekali lagi, tapi sepertinya tidak ada yang mempedulikannya.
*****
Ia tidak bisa
mengingat semuanya dengan baik, hanya siluet wajah Hakyeon yang terlihat
seperti tertidur malam itu. Ia membanting botol bir yang dipegangnya kemudian
menangis.
Ia berlari,
sekencang mungkin secepat mungkin menuju Nana. Hanya Nana.
Gadis itu begitu
berantakan, seisi rumahnya kacau balau. Malam ini terasa begitu mencekam.
“Hei,
Nana,...Nana...!! Dengar aku....ini semua terjadi bukan karena dirimu!”
Binar mata gadis
itu menerawang jauh, ia melihat ‘sesuatu’. Gadis ini istimewa, namun Cha
Hakyeon tidak pernah mendengarkannya. Ia mengabaikannya, selalu.
“Aku tidak
melakukannya...bukan aku...aku tidak memecahkan gelas itu...” gumamnya.
“Ken....aku harus bagaimana..?”
“Cha Hakyeon akan
baik-baik saja...percayalah padaku...”
#Flashback 3 end#
*****
Satu sampai tiga perawat berbondong-bondong masuk ke
dalam ruangan dimana Hakyeon tertidur. Mereka mengganti infus dan kemudian
mengecek segala macam. Akhirnya, lelaki itu membuka matanya. Ia memainkan bola
matanya, mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Tim medis mengatakan hal
baik; Cha Hakyeon tidak akan kehilangan ingatannya. Namun ia harus lebih lama
berada dirumah sakit demi mengembalikan fungsi otot geraknya.
Cha Hakyeon tertidur lebih dari dua minggu.
*****
2 bulan berlalu..musim pun telah berganti. Musim semi
tiba.
“Selama ini, dia selalu menemaniku....dia adalah
mataku....dia....,”
Nana tidak melanjutkan kalimatnya. Ia berlutut, menangis,
memukul-mukul gundukan tanah yang ada di hadapannya. Ia merasa tidak terima,
kemarahan, kesedihan, bahkan ia tidak tahu disebut apa perasaan yang ia rasakan
saat ini. “Aku ingin melihatmu, KEN~!!!” teriaknya menggema.
“Nana....” ucap Hakyeon merangkul dan memeluk gadis itu.
Ia tidak bisa berhenti menangis. Mereka menangis. Ken terlalu cepat untuk tertidur
selamanya...
-----------------------------------------
Ken terhuyung, ia menopang tubuh Hakyeon dalam kondisi yang tidak prima. Sudah 2 kali iya hampir terjatuh, namun Hakyeon selalu menepuk pundaknya. Sampai akhirnya Ken tidak bisa mengontrol tubuhnya yang melemah dan pada saat yang bersamaan, Hakyeon melunjak senang di punggung lelaki itu. Mereka terjatuh, dan mobil menghantam keras tubuh mereka. Semuanya gelap, hilang.....
-----------------------------------------
Ken terhuyung, ia menopang tubuh Hakyeon dalam kondisi yang tidak prima. Sudah 2 kali iya hampir terjatuh, namun Hakyeon selalu menepuk pundaknya. Sampai akhirnya Ken tidak bisa mengontrol tubuhnya yang melemah dan pada saat yang bersamaan, Hakyeon melunjak senang di punggung lelaki itu. Mereka terjatuh, dan mobil menghantam keras tubuh mereka. Semuanya gelap, hilang.....
----
REGRET
-END-
--------------
“Nana! Aku sudah memberitahukan Ibumu, jika suatu saat
nanti, aku pasti akan bisa membuatmu kembali melihat dunia ini seperti yang
lainnya! Kau harus pegang janjiku! Oke?!”
“Kelak, yang ingin ku lihat pertama kali adalah wajahmu,
Ken.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar