---part 2
start
“................................”
‘KROOK, KRROOOKK....’
Suasana malam yang dingin, hujan
yang turun begitu deras. Ia tidak bisa mendengar apa yang gadis itu bicarakan.
“Mwoya?” ia mendekatkan telinganya
ke depan mulut gadis itu. “Kau bilang apa barusan?”
“....Sudahlah, aku mau pulang. Aku
tidak enak badan.”
Kemudian gadis itu merebut payung
milik Hongbin, “Hei tunggu! Aku tidak mau basah sampai dirumah nanti! Tunggu
aku!”
Pemuda itu berlari kecil demi
mengejar sebuah payung yang di pegang gadis itu. “Hey tunggu! Hujannya belum
reda! Aku tidak mau basah kuyup, kembalikan payungku!” Hongbin merebutnya, Rae
In terguyur air hujan yang dingin.
“AKU PULANG!” teriak gadis itu
kemudian berlari menembus hujan yang masih deras.
*****
Pagi hari ia melangkah dengan nafas
yang terburu...
Rae In datang dan ia melihat
Taekwoon sedang berjalan bersama Jung Ema menuju kelas. Dia mengabaikannya dan
mendahului mereka dan menemui Hongbin yang sedang duduk santai di depan kelas
bersama Wonshik.
“LEE HONG BIN! Jahat sekali kau
semalam membiarkanku kehujanan basah kuyup!!!” teriakan Rae In menggema di
kelas yang masih lengang itu. Tentu saja hal itu membuat murid dari kelas lain
bersorak riuh.
“YA! YA! Apa yang kau bicarakan?”
tanya Hongbin pura-pura tidak tahu.
“Apa yang kalian lakukan semalam?”
tanya Wonshik dengan wajah bingungnya. “Hei...kalian semalam...bersama?”
“Ya Wonshik-a tutup mulutmu!”
Hongbin menggertaknya, dan ia melihat raut wajah yang pucat dari Rae In,
“Kenapa kau masuk hari ini...? Kau terlihat tidak sehat...wajahmu pucat.”
“Kau gila menyuruhku tidak sekolah?
Hari ini aku harus mengulang pelajaran minggu lalu...kau tidak ingat aku tidak
ikut pelajaran dua kali saat aku di hukum karena terlambat?”
“Kan itu keinginanmu sendiri?! Kau
mengatakan itu padaku kan ...?” ucap Hongbin mengejutkan semua pihak.
Semua mata memandang Rae In, “Kau
tidak ingat ya malam itu...aku yang mengantarmu pulang..?” pengakuan Hongbin
membuat Wonshik, Jung Ema, dan Taekwoon terkejut sekaligus bertanya-tanya....
Rae In hanya menyebut nama pemuda
itu, “ah~Hongbin-a...”
*
#Flashback#
“Bagaimana
rasanya datang terlambat..? Bagaimana rasanya di hukum..? menyenangkan? Beritahu
aku!”
Hongbin
tertawa, “Jangan bilang kau ingin mencobanya! Sudahlah, citramu di mata murid
yang lain adalah murid teladan dan pendiam...tidak mungkin kau bisa merubah
itu! Dasar gadis kutu buku!”
“Kenapa
kau terus saja memanggil aku seperti itu? Aku tidak suka membaca buku! Benar!
Aku akan melakukannya minggu depan! Aku pegang omonganku! Ingat itu!”
Hongbin
menengguk segelas wine, “Apa jaminannya? Aku sama sekali tidak percaya!”
Rae In
menghabiskan minuman colanya dalam sekali tegukan, “Jaminannya, jika aku
berhasil melakukan apa yang kau lakukan, aku akan menjadi kekasihmu! Ya tapi
sepertinya aku terlalu percaya diri...kau kan menyukai gadis yang cantik!
Baiklah, apa ya jaminannya..hmm,hmm...”
“OK! Aku
terima! Aku bertaruh kau tidak akan bisa melakukan apa yang aku lakukan
biasanya di sekolah! Datang terlambat, bermain ponsel di dalam kelas, memecah
konsentrasi kelas, tidur di kelas, makan di kantin saat jam pelajaran
berlangsung....”
Rae In
meremehkan tantangan Hongbin, “Ah! Lihat saja aku akan buktikan!” gadis itu
berdiri kemudian terhuyung.
Hongbin
yang melihat gadis itu seperti orang mabuk, kemudian mengecek minuman yang ada
di gelas Rae In, terang saja ia mengira itu minuman cola padahal Rae In
menenggak satu gelas sake. Hongbin mengantarkan gadis itu pulang dan Rae In
terus saja bergumam bahwa ia akan bisa memenuhi tantangan dari Hongbin.
“Aku..bisa...pasti...bisa
menjadi..kekash.....” gadis itu terkapar di kamarnya sesaat sebelum ia menyelesaikan
kalimatnya.
#Flashback
End#
“Ah! Hongbin-a...kapan kau
mengantarkanku pulang? Aku kan belum pernah mengajakmu ke rumahku! Jadi jangan
membuat gosip!!” teriakan Rae In membuat Hongbin tertawa geli.
“Sudahlah, aku tahu kau malu
membahas hal ini dihadapan mereka!” ucap Hongbin yang kemudian mengajak Wonshik
ke kantin untuk sarapan.
`Malam
itu...memangnya apa yang ku katakan?`
Taekwoon kemudian mendekati Rae In
tanpa kata-kata, ia hanya merespon Jung Ema seorang. “Nanti mau makan apa
pulang sekolah? Aku ingin memasakkanmu makanan dirumahku.”
“HEH???” respon yang di berikan Jung
Ema membuat Rae In mengusap wajahnya pelan. “Oh...jadi kau mengundangku ke
rumahmu? Benarkah? Ah, aku tidak ingin merepotkanmu.”
Taekwoon menggeleng, “Daripada harus
makan di luar terus, lebih baik aku membuat sesuatu yang enak untuk kita
makan.”
Rae In tersenyum dari balik punggung
Taekwoon dan mengangguk-angguk ke arah Jung Ema.
“Benarkah...baiklah...makanan apa
saja asal enak aku suka ...”
“Oke, sampai bertemu pulang sekolah
nanti ya Jung Ema.” Ucap Taekwoon sambil tersenyum ke arah gadis itu.
Sedangkan Rae In yang melihat
situasi ini mendadak menjadi senang dan girang.
***
Siang hari di saat pelajaran tengah
berlangsung.....Wonshik dan Hongbin tertawa kecil karena pembingbing pengajar
mereka tertidur di dalam kelas, dan ketika Wonshik ingin mengajak Rae In untuk
mengerjai pembimbing pengajar, ia melihat gadis itu tertidur beralaskan jaket
yang ia lipat di atas meja.
“Eh, ketiduran...lucu ya...?” ucap
Wonshik kepada Hongbin. “Baru kali ini aku melihatnya tidur di kelas. Iya kan?
Eh, apa yang kau bicarakan dengannya pagi tadi? Kau menyembunyikan sesuatu
dariku?”
Hongbin mengamati gadis itu, begitu
juga Taekwoon yang ternyata melihat Hongbin sedang mengamati temannya tersebut dari
sebuah cermin yang ia pegang. Wajahnya begitu tampak pucat, tidurnya begitu
pulas dan sepertinya ia sedang memimpikan sesuatu. Gerakan bola matanya cepat.
“Ya~, jawab pertanyaanku!”
“Hhh~ intinya, ia ingin menjadi
nakal seperti kita. Aku memberikan tantangan, dia menyanggupinya. Tapi aku
tidak percaya, aku minta sebuah jaminan. Dia mengatakan akan menjadi kekasihku
jika ia bisa menyelesaikan semua tantangan yang aku berikan. Tapi dia
mengatakan jika aku hanya menyukai gadis yang cantik saja...”
Wonshik mengangguk mengerti, “Kau
memang menyukai gadis cantik kan?”
Hongbin mengiyakan, “Iya itu benar.
Tapi bagiku, dia juga cantik.”
“Menurutku, dia biasa saja.” Ucapan
Wonshik membuat Hongbin menatapnya tajam, “Why..why? Aku suka gadis yang seksi
seperti Hyuna dari kelas tari.”
**
“Rae In-a~ bangun!” suara itu
mengusik ketenangannya, “Hei bangun...sekolah sudah usai!”
Rae In perlahan membuka matanya, dia
perlahan mulai sadar dan menemukan Taekwoon dan Jung Ema di hadapannya. “Egh?
Dari kapan aku ketiduran?”
“Jam 9. Cepatlah sadar, aku ingin
bertanya sesuatu.” Ucap Taekwoon. Ia menunggu Rae In, dan kemudian bertanya
sesuatu. “Aku tidak mau tahu apa yang terjadi antara kau dan mereka...tapi aku
tidak ingin melihatmu melanggar aturan sekolah lebih banyak lagi. Aku merasa
percuma selama ini membantumu mengerjakan majalah sekolah jika pimpinan
redaksinya seperti ini.”
“.....Ini misiku, kau tidak akan mau
mengerti dan tidak akan mau peduli. Kau akan mengatakan aku gila jika aku
menceritakannya, jadi selama ini aku memang tidak menceritakannya pada siapa
pun. Bahkan Jung Ema pun tidak mengetahuinya.”
“Misi? Apa ada hubungannya dengan
Hongbin tadi pagi?” tanya Jung Ema mengingat sesuatu.
Rae In mengangguk, “Yap! Kurang 1
misi lagi. Akan ku selesaikan besok, terima kasih sudah membangunkanku.”
“Aku rindu Park Rae In yang dulu.”
Ujar Taekwoon sesaat sebelum Rae In meninggalkan kelas.
Dengan senyuman sumringah, Rae In
menjawabnya, “Tunggu beberapa hari lagi, dia akan kembali.”
*****
`Misi
terakhir untuk di jalankan adalah hari ini! Penentuan! Semangat Park Rae In!`
Sejak semalam, Rae In sengaja tidak
makan karena ia ingin memuluskan tantangan yang terakhir. Semoga hal ini tidak
membuat Hongbin kecewa terhadapnya.
‘KRIIINGGG’
Bel di pagi hari sudah berbunyi dan
Rae In berjalan santai ke arah kantin sekolah, satu menit, dua menit...,
“Astaga, pelajaran pertama kan pelajaran seni olah vokal! Aku tidak boleh
melewatkannya!” dengan terburu-buru Rae In kembali ke kelas dan mengikuti
pelajaran favoritnya.
Namun di tengah-tengah murid yang
sedang bernyanyi untuk persiapan acara HUT sekolah, ia merasa perutnya sakit
dan ia menyadari tangannya bergetar memegang kertas lirik yang di bagikan, ia
menghentikan aktivitas bernyanyinya dan mundur perlahan ke belakang.
“Heh, sedang apa kau?” bisik
Wonshik. “Tempatmu di depan sana!”
“Kau...kenapa ada di sini? Biasanya
kau kan tidak pernah ikut pelajaran ini?” sambil berpura-pura sehat, ia
mengobrol santai dengan Wonshik.
“Kau tidak tahu ya, ini kan
pelajaran kesukaan si kacang! Aku jadi ikut suka...tadi aku melihatmu mau ke
kantin sekolah, kenapa kembali ke kelas?”
Konsentrasi Rae In bercabang, ia
harus nampak sehat di hadapan Wonshik, padahal ia menahan sakit lambung ya
begitu menyiksa. Biasanya ia tidak pernah sampai seperti ini, ini kedua kalinya
terjadi di sekolah. Dengan yang sebelumnya saat ia di temukan terkapar oleh
Hongbin dan Wonshik di toilet perempuan.
“Kau kenapa? Sepertinya gelisah
sekali?” tanya Hongbin kemudian yang pindah dari posisinya. “Jadi, hari ini tantangan
terakhir kan? Bagaimana, kau masih sanggup?”
“Jika aku gagal, bagaimana jadinya?”
tanyanya kembali.
Hongbin melipat kertas liriknya,
“Tentu saja kau harus mengulangnya dari awal!”
“Gila~! Kau sudah gila Hongbin!”
Wonshik mengamati dua orang itu,
sepertinya di antara mereka ada atmosfer yang berbeda. “Pssttt!”
Rae In gelisah, ia terus saja
mengamati jam tangannya. Kelas ini usai satu jam lagi, sedangkan ia sepertinya
sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya. “Hongbin-a...jika tantangan terakhirnya
aku ganti dengan pura-pura sakit...apa aku tetap....bisa lulus?”
Hongbin menatapnya, “Pura-pura sakit
ya? Hmm....hm....tapi kau harus terlihat benar-benar seperti orang sakit, baru kau akan lulus!”
“Benarkah? Kau serius? Tidak
bercanda lagi? Karena aku akan segera memulai aktingku....”
“Buatlah seisi kelas ini heboh! Itu
tantangan terakhirku!!”
Rae In mengambil nafas dalam-dalam,
kemudian ia melepasnya dan itu membuat Wonshik terkejut karena Rae In sudah
tidak sadarkan diri dengan badannya membentur sebuah meja dan Hongbin melihat
apa yang di lakukan oleh Rae In adalah sempurna.
“Rae In!” Taekwoon memanggilnya
kemudian membangunkannya, menepuk-nepuk pipinya, “Ia berkeringat dingin, tolong
aku, bawa dia ke ruang kesehatan!” ucap Taekwoon dengan dibantu beberapa teman.
“Hey....aku rasa itu bukan
pura-pura....” bisik Wonshik kepada Hongbin. “Apakah kau berfikir dia baik-baik
saja? Aku jadi sedikit khawatir...”
“Ah! Dia itu memang ahli
berpura-pura! Kau tertipu olehnya!”
Wonshik tetap menyimpan kecurigaan,
“Ada baiknya kita menyusulnya, ayo!”
***
Rae In berakhir di ruang inap rumah
sakit. Dengan infus yang tersambung di lengannya.
“Aku hebat kan....aku sudah pasti
lolos kan...?” tanyanya kepada Hongbin yang menjenguknya seorang diri,
menjelang tengah malam.
“Baboya! Bukan ini yang kumaksud!
Jika sudah seperti ini, aku jadi merasa sungguh bersalah! Kau mau membunuhku
dengan cara seperti ini?” Hongbin melemparkan sebuket bunga kepada Rae In. “Kau
tidak lulus!”
“Mwo? YA~~! Aku sudah terkapar
seperti ini, dan kau mengatakan jika aku tidak lulus! Kau gila Lee Hongbin!”
Hongbin membekap mulut gadis itu,
“Ini rumah sakit, bukan sekolahan! Jangan berisik!”
“Kau gila, aku sudah seperti ini,
kenapa aku tidak lulus!” bisiknya kemudian, “Aku tidak mau tahu, kau harus
meluluskan aku!!”
Hongbin menepuk pipinya sndiri, “Kau
membohongiku, kau tidak melakukan akting...kau pikir penyakitmu itu mainan?!
Tapi kan kau katakan padaku sebuah akting! Bukan seperti ini yang ku maksud!”
“Tadi pagi aku sudah niat untuk
membolos pelajaran jam pertama, tapi begitu aku ingat kalau jam pertama itu
pelajaran olah vokal, aku langsung kembali ke kelas...padahal dari kemarin sore
aku tidak makan apa-apa...maafkan aku...”
Hongbin menghela nafas, “Tidak
begitu caranya...kenapa kau bodoh sekali Rae In..kalau sudah begini, kau kan
jadi tidak bisa masuk sekolah lagi...”
“Kau peduli? Bukankah ada atau
tidaknya kehadiranku,...itu tidak berpengaruh terhadapmu?”
Hongbin kembali meraih buket bunga
yang ia lempar tadi dan menatanya ke dalam vas bunga. “Oh, apa yang kau katakan
malam itu? Aku tidak mendengarnya...”
Rae In tampak mengingatnya,
“Ah...itu....sudahlah itu bukan hal yang penting.” Rae In menatap mata bulat
Hongbin, “Baiklah...baiklah, akan ku beri tahu...kemarilah, mendekat padaku...”
Rae In menarik lengan Hongbin dan membisikkan sesuatu.
~Aku mau
menjadi kekasihmu...~
Sebenarnya Hongbin tidak terkejut
lagi dengan pernyataan itu, namun tentu saja ia berfikir gadis ini begitu
agresif. “Seharusnya...kalimat itu aku yang mengucapkannya padamu.”
“Kalau begitu, katakan padaku
sekarang!”
Hongbin mengelus rambutnya dan
merapikannya, pandangannya tidak fokus...bibirnya tampak terkatup-katup.
“Karena kau sudah mengatakannya...maka sepertinya aku harus memberikan
penjelasan...hmm...”
“Aku sudah tahu....pasti kau akan
mengatakan, `aku menyukaimu sebagai teman
saja..tidak lebih..` ya kan? Aku sudah menebaknya...!”
Hongbin menatap gadis yang murung
itu, “Kalau begitu...berikan aku satu kali saja.”
“Nah ini! Aku tidak mengerti apa
maksudmu..kau juga mengatakan hal serupa malam itu kan!?”
Hongbin tertunduk malu, “Sudahlah,
aku pulang saja!”
“Tunggu dulu!” rajuk Rae In,
“Selesaikan apa yang kau mulai! Jangan meninggalkan rasa penasaran kepadaku!”
Hongbin menatap gadis itu dengan
tawa, “Bagaimana ya menjelaskannya....agak susah...”
“Ya sudah kalau susah di jelaskan
dengan kata-kata, kau bisa jelaskan dengan bahasa isyarat kan!?”
Hongbin menatap gadis itu,
“Jjinjayo? Are you serious?”
Pemuda itu dengan cepatnya mengecup
dalam bibir Rae In beberapa saat kemudian tersenyum dan tertunduk. Ia melihat
ekspresi Rae In yang terbelalak tidak percaya.
Hongbin kemudian membisikkan
sesuatu, “Don’t tell anyone ‘bout this our secret night..”
*****
“Jadi, itu permainan yang mereka
mainkan?” tanya Taekwoon memastikan kepada Jung Ema. “Cukup bisa di terima...”
“Maaf ya, selama ini aku
menyampaikan setengah-setengah....aku takut kau akan salah paham jika aku
ceritakan langsung...aku juga baru tahu belakangan...”
“Lalu, setelah ini apa? Padahal aku
sudah mulai menikmati permainan yang mereka lakukan. Itu semacam hiburan.”
Jung Ema meremas-remas tangannya
sendiri, “Haha, aku bahkan mengira kau akan benar-benar jengkel dengan
mereka...terkesan seperti anak kecil memang, berlebihan juga menurutku...”
“Aku tahu, reaksimu terkadang juga
berlebihan...”
“Hah?” Jung Ema mulai merapatkan
mantelnya, mereka sedang duduk santai di taman menikmati salju yang turun.
Taekwoon tersenyum namun
menyembunyikannya dari Jung Ema. “Kalau aku bilang, aku mulai
menyukaimu....apakah kau percaya? Ah, ini, aku membelinya untukmu.” Taekwoon
menyodorkan sebuah kotak kecil berpita pink.
Jung Ema membukanya dan ia terkejut,
“OMO! Kau membeli ini untukku? Dalam rangka apa?” Gadis itu menerima sepasang
anting cantik bermatakan mutiara putih. “Ini pasti mahal kan?”
Taekwoon menggeleng, “Kau pantas
memakainya. Aku melihatmu begitu khawatir saat itu, saat kau menghilangkan
sebelah antingmu..ingat kan?”
`Taekwoon-a....padahal
itu kan hanya pura-pura saja....` “Gomapda Taekwoonie~ ini cantik
sekali...” Tidak terasa sebutir airmata menetes dari mata Jung Ema.
“Tidakkah kau tahu,......,,”
Taekwoon menggantung kalimatnya kemudian memeluk Jung Ema dan menyandarkan
dagunya di pundak gadis itu, “Kau sama cantiknya dengan mutiara itu..” ujarnya
kemudian tersenyum.
**********************
She’s Dangerous.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar