Jumat, 07 Maret 2014

Far Away [FF-oneshot]

*sorry for bad poster*


Tittle : Far Away
Cast : B.A.P (Young Jae, Jong Up, Daehyun) – (OC) Nara, Eunji
Genre : Sad Angst
Rated : 18++
Theme Song : 2NE1 – Come Back Home (unplugged ver)
Author : Ravla

------------------------------------------------


Nara memalingkan wajahnya, tampak kebencian dan amarah. Tangan orang itu masih mencengkram erat lengan gadis itu.

“Kenapa...kenapa Nara?”

Nara memberontak dari cengkraman orang itu, ia kemudian pergi dengan diam.

“Yoo Nara!” teriakan orang itu menggaung jelas memenuhi lorong kampus yang mulai sepi. “Kau harus beritahu aku, aku harus tahu apa yang sedang terjadi dengan kalian.”

“Kau peduli atau hanya bersimpati saja? Setelah kau tahu duduk masalahnya kau akan apa? Kau mau memihaknya kan? Katakan saja jika itu maumu, ingat, jika itu terjadi aku tidak segan-segan akan menbawa adikku pergi dari sisimu.” Ancam Nara begitu serius.

Daehyun tampak terdiam, belakangan ini ia hanya sedikit terganggu dengan kelakuan Nara dan juga Eunji yang selalu terlihat semakin memburuk.

“Apa semua ini ia lakukan untuk mendapatkan Young Jae?”

Nara melirik Daehyun sinis, ia kesal kepada pemuda itu setelah insiden siang tadi.

#Flashback 1#
Eunji terlihat menunggu dan mengamati Nara dari kejauhan. Ia menggenggam sebuah belati kecil.

“Nara!” teriak Eunji dengan senyum yang sumringah dan lalu melambaikan tangan kepada gadis berambut hitam pendek itu. “Kemarilah! Aku punya sesuatu untukmu!”

Ingin Nara menjauhi gadis dengan sepatu lusuh tersebut, namun ia lebih merasa penasaran karena tidak biasanya Eunji terlihat begitu senang seperti siang ini. “Kenapa kau memanggilku? Cepat, aku tidak banyak punya waktu!”

Eunji tampak tersenyum dengan kedua tangan di lipat kebelakang. Dia hanya tersenyum-senyum kemudian menarik tangan Nara dan menyelipkan sesuatu di antara jemari itu dan kemudian pergi. Pergi dengan langkah yang riang.

“EH! Dasar Aneh!” teriak Nara.

*

Beberapa jam kemudian, Nara melangkah begitu tergesa menuju Eunji yang sedang melamun di ujung lorong, melihat langit dengan tatapan yang kosong.

Nara menarik keras bahu Eunji dan melemparkan sesuatu kepadanya. “Apa maksudnya ini?!”


Sebuah belati kecil mendarat tepat di depan sepatu lusuh itu. “Kau tidak suka? Bukankah, kau pernah mengatakan akan menusuk mataku dengan itu? Apa kau lupa? Atau aku yang salah ingat?”

Nara mundur karena sampai saat ini, ia merasa semua ini berjalan tidak semestinya. “Iya aku jelas akan melakukannya suatu saat nanti kepadamu!” ucapnya kesal kemudian mengambil belati itu kembali tanpa mengeluarkan pisaunya dan menyodorkannya ke hadapan Eunji.

Dan kemudian Daehyun datang menarik Nara menjauh dari Eunji. “Apa yang sedang kau lakukan?!”
#Flashback 1 end#

*

“Untuk apa kau menanyakan hal itu? Aku tidak akan menjawabnya...setelah kau menarik paksa aku tadi. Aku hanya...hanya merasa ini sudah kelewat batas...”

Daehyun selama ini hanya mendengar selentingan kabar mengenai Eunji, namun ia tidak mau menganggap serius sampai ia merasakan langsung apa yang selama ini Nara rasakan. “Kenapa...kenapa kau lakukan hal itu tadi? Kau berusaha membunuhnya atau apa? Permainan apa yang kalian mainkan?”

Nara yang sudah kesal dan letih hanya bisa menjawab, “Tanyakan sendiri padanya, aku sudah tidak mau tahu lagi tentang dia mulai saat ini. Aku letih!”

Jawaban Nara semakin menguatkan dugaan yang orang-orang katakan tentang Eunji belakangan ini.

*****

“Uppie! Kau sudah pulang? Moon Jong Up?......Tidak ada orang dirumah?”

Eunji melempar tasnya, ia membanting dirinya di sofa dan merogoh saku jaketnya. Ia mengamati belati silver itu seperti kagum, ia mainkan belati itu di pergelangan tangannya, berakting seolah-olah nadinya terpotong, mengeluarkan banyak darah, sampai sebuah suara bising terdengar di sebuah sudut kamar.

“Oh, Noona.” Sapa adiknya yang terlihat berantakan dengan baju yang ia sampirkan di bahunya. “Kau sudah pulang rupanya..”

Eunji menatap adiknya dengan tatapan yang biasa, kemudian ia mengambil tasnya dan masuk ke dalam kamarnya.

....sudah berapa tahun selalu seperti ini..?

Tak lama kemudian suara bising dan berisik itu terdengar lagi dari dalam kamar Jong Up, sudah lebih dari 20 jam bocah itu menghabiskan waktu liburan dengan bermain game online.

Aku lapar, aku ingin makan sesuatu...

Tanpa mengganti bajunya, Eunji kembali pergi dengan membawa sejumlah uang untuk membeli makanan, sekedar untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Belakangan ini jam makannya benar-benar berantakan.

***

“Noona! Ayo kita berfoto bersama! Sebelah sini,...sini, ke kiri sedikit!”

Nara selalu merasa aman dan nyaman ketika ia sedang bersama dengan adik semata wayangnya, Young Jae. Bagi Nara, kententraman adiknya lebih penting dari segalanya, ia begitu over-protective terhadap Young Jae.

Mereka kemudian duduk sambil menyantap makanan ringan, “Noona-ya~ ... emh, aku ingin tanya sesuatu..”

Nara mengangguk dan berdeham pelan.

“..Ke mana teman Noona yang biasanya datang menjemput ke rumah?....aku sudah lama tidak melihatnya..”

Nara sedikit tergelitik dengan pertanyaan tersebut, tapi ia berusaha menjawabnya dengan senormal mungkin, “Oh....sepertinya belakangan ini dia sedang sakit.... Kau...mengenalnya?”

“Tidak...maka dari itu aku ingin memastikannya, karena, mulai besok aku yang akan mengantarkanmu ke kampus!” ucapnya bersemangat dan tersenyum.

***

‘PLUK’

Ice cream itu terjatuh sebelum sempat termakan. Ia melihatnya, melihat semuanya. Melihat mimpi lamanya yang terjadi pada Nara.

Bahkan tak ada tangisan, tak ada isakan, tak ada raut wajah yang sedih. Lama kelamaan tampak senyum penuh makna yang mengembang di raut wajahnya, “Tunggu aku, Yoo Nara.”

*****

Banyak orang yang salah sangka terhadap hubungan antara Young Jae dan Nara, banyak orang yang belum tahu dengan status saudara mereka.

“Young Jae!!!” teriak Daehyun ketika melihat sosok Young Jae turun dari mobil selepas mengantarkan Nara. “Kemana saja kau!?”

Begitu juga dengan Young Jae yang terlihat senang bisa melihat Daehyun kembali, “Maafkan aku! Kemarin aku benar-benar ada sedikit urusan yang tidak bisa di tinggalkan, aku menerima semua pesanmu! Tapi aku tidak bisa membalasnya! Pulsaku habis! Hahahhaha!” terangnya dengan merangkul Daehyun. Ada ‘sesuatu’ di antara mereka.

***

Nara harus menyelesaikan tugasnya di perpustakaan kampus dan ia tidak sengaja berpapasan dengan Eunji.

“Eh mau kemana Eonni-ya?” tanya Eunji dengan ekspresi yang sama seperti kemarin. “Kau membawa begitu banyak buku....pasti berat kan? Sini aku bantu!” dengan paksa Eunji merebut buku itu sampai mereka saling merebut sebuah buku besar.

“Apa maumu Eunji?! Jangan ganggu aku lagi, ku mohon! Dan lepaskan buku ini, aku bisa membawanya sendirian!”

Entahlah, mereka berebut buku itu sampai hampir 10 menit di sebuah lorong gelap dan sepi.

“Noona! Noona!” panggil Young Jae kemudian dari kejauhan, ia bersama Daehyun dan kini mereka menghampiri Nara.

Buku besar itu terlepas dari tangan Eunji dan secara tidak sengaja Nara terdorong ke depan dan begitu cepat, ujung lancip buku tersebut menggores keras pipi kanan Eunji. Tak ada erangan, tak ada rintihan, namun gadis yang wajahnya sudah tertutup sebagian rambut itu tampak payah.

“Aku tidak apa-apa, Young Jae-a...”

Young Jae terlihat kesal karena buku itu menjadi sedikit rusak, buku itu adalah sebuah album foto yang berisi kenangan indah bersama sang kakak. Dan kini dirusak oleh seseorang yang berdiri di hadapannya.

‘BUGGH!’

“Young Jae!!!” teriak Daehyun menghentaknya.

Eunji tumbang, Young Jae memukulnya tepat di pipinya yang terluka sampai gadis itu menabrak keras permukaan lantai.

Tanpa kata-kata Nara membereskan buku yang terjatuh dan mengajak Young Jae pergi meninggalkan Eunji yang masih belum bangkit.

“Eunji-a...” bisik Daehyun hendak menolong, namun Young Jae menariknya dan mengajaknya pergi dari tempat itu.

***

Cukup lama Eunji terdiam disana, ia pingsan. Kepalanya sempat membentur lantai lumayan keras. Saat ia sadar, ia merasa begitu pening. Ia mencoba bangkit dan sempoyongan, dan tak ada satu orang pun yang menolongnya.

Langit sudah hampir gelap dan ia melangkah pulang dengan kondisi yang benar-benar parah. Wajahnya berdarah memar, juga keningnya terlihat memerah cenderung membiru, dia juga  tidak tahu sudah berapa lama pingsan disana.

Samar-samar  ia mendengar suara lelah seseorang, semakin mendekat sampai sebuah suara menyapanya. “Noona...?”

Menyadari Jong Up mencarinya, ia berusaha menyembunyikan lukanya dengan menutupi wajahnya dengan rambut dan juga kerudung jaketnya. “Sedang apa kau disini?”

“Aku sendirian dirumah, biasanya kau pulang jam 5, tapi aku menunggumu, perasaanku tidak enak, kemudian aku mencoba mencarimu. Noona baik kan?”

Eunji seperti membeku. Setelah sekian lama ia merasa tidak di anggap oleh adiknya sendiri, sore ini, ia merasa dirinya sedikit penting di hadapan Jong Up.

Untuk pertama kalinya setelah 4 bulan lamanya, Eunji tersenyum senang. “Ayo kita pulang...” ia melangkah kemudian merangkul lembut lengan adiknya.

*****

“Young Jae-a...aku khawatir jika kau mengantarku ke kampus kemudian kau bertemu dengan orang psycho macam tadi..” sekarang, Nara benar-benar merasa di teror oleh sikap aneh Eunji.

Young Jae terlihat kesal, ia meremas-remas tangannya, ia lebih khawatir jika orang itu menyakiti kakaknya lebih dari selama ini yang ia ketahui. Daehyun menceritakan semuanya, namun ia di minta seolah-olah tidak tahu apa-apa. “Tidak...aku akan tetap mengantarkan Noona esok. Jangan khawatir, aku pastikan orang itu tidak akan mengganggumu lagi.”

Nara menggeleng, ia menunjukkan sesuatu kepada adiknya. Sebuah history chat dan sebuah foto yang mengejutkan Young Jae. Foto dimana keduanya tampak akrab dan baik-baik saja.

**

#Flashback 2#
“Ini siapa...? Wajah kalian mirip...”

Nara menengok dan menemukan dompetnya terbuka dan Eunji melihat sebuah foto dirinya dengan seorang pemuda, begitu mesra dan sepertinya mereka dekat sekali. “Ah....itu....adikku. Kau pernah melihatnya?”

Eunji menggeleng, “Kalau begitu, boleh mulai sekarang aku memanggimu kakak ipar? Hahahha! Adikmu tampan sekali, aku menyukainya...aku boleh mengenalnya lebih jauh?”

“TIDAK!” teriak Nara kemudian sampai sebuah gelas plastik yang ia genggam jatuh.

Melihat Nara yang seperti itu, tentu saja Eunji bertanya-tanya, “Kenapa? Apa dia sudah menikah? Atau dia sudah memiliki kekasih?”

“Sudahlah, kau tidak perlu mengenalnya....dunianya berbeda dengan kita..”

“Maksudmu, dia sudah meninggal?”

Nara menjitak kepala Eunji, “Babo! Bukan itu...dia sedang studi di luar negeri, dia sibuk sekali..sudahlah, kau cukup mengenalku saja!”

“Tidak mau..aku akan mencari tahu tentangnya! Lihat saja, aku akan menghantuimu!” ucap Eunji sambil meringkukkan tubuhnya seperti ingin menakuti Nara.

*****

Suatu saat ketika Nara berkunjung ke kediaman Eunji, ia bertemu dengan Jong Up.

“Mau cari siapa?”

“Eung....ah, Eunji!” panggil Nara yang tidak sengaja melihat kawannya sedang sibuk di dapur. “Bisa aku bertemu dengan Eunji?”

“Noona, ada yang mencarimu!”

Eunji, dengan senyumnya kemudian menghampiri Nara, namun sebelumnya Jong Up menarik lengannya, “Itu, di pipimu ada sisa bahan pewarna kue.”

“Oh...hihihihi. Iya aku akan membersihkannya nanti.”

Sepenglihatan Nara, Eunji begitu terlihat cerah dan gembira saat ia berada di sekitar dirinya...atau itu hanya perasaannya?

*

“Moon Jong Up? Adikmu seorang atlit? Badannya terlihat begitu kekar.”

Eunji menggeleng, terkadang ia terlihat begitu expression-less, terkadang ia terlihat begitu berkarakter. “Tidak..Uppie hanya seorang dancer. Ia penari hip hop, dia jarang sekali dirumah. Maaf ya, aku jadi bersemangat kalau membicarakannya.”

“Adikmu jadi menggemaskan sekali, hahaha! Aku jadi ingin mencubit pipinya!”

Eunji melihat Nara dengan kegemasan yang ia tujukan pada adiknya, dia belum pernah melihat Nara menjadi se-atraktif itu. “Cubit saja, kalau kau bisa.”

Kebersamaan kedua orang itu begitu terkesan dingin namun sebenarnya mereka mengekspresikan perasaan mereka dengan menggoda satu sama lain.
#Flashback 2 end#

**

“Noona, kau harus berhenti berteman dengannya....dia orang aneh...dia bisa saja membunuhmu....”

Nara menggigit bibirnya, ia juga terlihat bingung. Ia tidak mengerti mengapa hal ini terjadi kepada Eunji. “Selama ini...selama aku mengenalnya, aku tidak pernah melihatnya bertindak seaneh ini...sebenarnya, aku ingin menanyakan hal ini kepada Daehyun, hanya saja....”

“Daehyun? Apa hubungan semua ini dengannya?” Young Jae mulai mendesak Nara untuk mengatakan apapun yang ia ketahui tentang hal ini.

“Dae.....Eunji dulu sekali pernah memiliki hubungan spesial dengan Daehyun...tapi aku tidak pernah menanyakan hal ini kepada mereka...”

“Mantan kekasih? Kenapa Daehyun tidak pernah menceritakan hal ini kepadaku? Apa Daehyun masih menjalin hubungan dengan Eunji? Atau ada hal lain yang kalian sembunyikan dariku?”

*****

Tetesan air dari tanaman yang ia letakkan di atas tempat tidur, membangunkannya. Separuh wajahnya terasa begitu sakit, ia merabanya. Sedikit noda merah menghiasi wajahnya, begitu juga lebam kebiruan yang membekas begitu jelas dari insiden kemarin siang.

“Hhhhh~”

Terdengar knop pintu kamarnya berbunyi dan ia segera memindah posisi tidurnya agar orang tua atau adiknya tidak melihat luka itu.

“Noona,.....aku hanya ingin memberitahu....sore nanti...aku tidak akan pulang. Aku berencana menginap di rumah teman. Kau...”

“Bersenang-senanglah dengan mereka, jangan khawatirkan aku. Semoga harimu menyenangkan.”

Tak ada kata-kata lagi, Jong Up pergi dengan tas punggungnya yang terisi penuh. Kedua mata itu hanya bisa melihat sosok yang begitu disayanginya pergi. Pergi tanpa tahu apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

***

Eunji mengamati sepasang kakak beradik yang sedang sibuk membetulkan barang yang rusak olehnya kemarin. Eunji mengamatinya dari atas gedung kampus, ia memandang dengan begitu benci dan penuh dendam. Tangannya mengepal keras memegang beton kampus, sampai sebuah tangan melepaskannya.

“Aku sudah pernah katakan, jangan pernah lukai dirimu sendiri.....”

‘SLLAAPH!’ Eunji menarik tangannya begitu cepat, “Pergi, aku tidak ingin melihatmu lagi! Kau pengecut!”

“Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi..siapa kau?? Ku mohon, jangan ganggu mereka lagi...itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri!”

“Untuk apa sekarang kau peduli kepadaku? Untuk apa? Untuk melindungi Young Jae? Atau kau sekarang menyukai Nara? Tidak ada yang bisa menghentikan aku, pergilah, aku membencimu.”

Eunji mengalihkan pandangannya ke arah Nara dan juga Young Jae dibawah sana, tentu saja, selama ini, ia begitu iri. Sungguh iri melihat hubungan harmonis antara Nara dan juga adiknya. Karena itu, dia berniat merampas Young Jae dari sisi Nara, namun hal itu selalu gagal karena Nara. Kini, ia benar-benar membenci keduanya.

“Aku rindu Eunji yang dulu..” ucap Daehyun mencoba merayu Eunji untuk tidak melangkah ke tindakan sadis yang berikutnya.

“Eunji yang dulu sudah mati. Aku bukan Eunji. Aku malaikat kematian Nara.”

Eunji berlalu dengan geram, Daehyun mengikutinya namun Eunji berbalik dan mengacungkan sebuah pisau ke arah Daehyun, “Berhenti atau kau akan mati.”

Daehyun yang terkejut sampai terjatuh dan ia melihat Eunji meninggalkan dirinya.

***

Sore itu, beberapa hari setelah Eunji mengancam Daehyun, Nara yang terlepas sejenak dari Young Jae mencoba menemui Eunji.

Seperti biasanya, gadis psycho itu melamun di lantai 3 kampus dan membiarkan angin menerpa rambutnya. “Moon Eunji, aku ingin berbicara sebentar.”

“Kau rindu padaku rupanya.” Seketika itu ekspresi Eunji berubah, dia terlihat ‘mematikan’. “Kapan kau akan menusuk mataku dengan belati? OH? Atau kan akan menghancurkan tubuhku dengan melemparkan bom ke arahku saat ini?”

“Apa yang kau mau dariku. Apa yang membuatmu berhenti menerorku? Kau tidak mengenal kata ‘lelah’ ya?”

Eunji berjalan mengelilingi Nara, “Tentu saja adikmu....aku pernah sampaikan, aku tertarik pada adikmu. Aku tidak peduli sekarang dia milik Daehyun atau milikmu, yang jelas aku ingin bersenang-senang dengannya.”

“Baiklah, tapi dengan satu syarat....setelah kau mendapatkan apa yang kau mau, jangan pernah muncul di hadapanku lagi.”

Eunji tertawa senang, “Benarkah kakak ipar? Aku bisa memiliki Young Jae-mu itu? Pangeran tampanku!”

“Besok jam 7 sore. Di belakang laboratorium, adikku akan menemuimu. Ku harap kau menunggu disana, terlambat satu detik saja, kau tidak akan pernah bisa memilikinya lagi.” Nara tampak begitu bulat dengan keputusannya. Apa yang membuat ia merubah pikirannya begitu cepat? Apa yang membuatnya menyerahkan adik semata wayangnya kepada orang psycho ini?

Nara membalikkan badan dan pergi, namun Eunji menariknya dan menyayatkan belatinya di lengan Nara. “Ini kenang-kenangan dariku....semoga selalu membekas dan semoga selalu mengingatkanmu padaku.”

Tidak main-main, goresan itu panjang dan cukup dalam. Nara yang merintih kesakitan pergi dengan membalut lukanya dengan kain seadanya.

Dia bukan Moon Eunji yang aku kenal....

***

“Aku sudah katakan, kau tidak harus menemuinya!! Aku benci! Aku tidak suka melihatmu terluka! Itu sama saja dia melukai aku! Aku tidak mau Noona celaka...tidak mau!”

“Tenanglah! Aku tidak apa-apa! Beberapa jahitan saja sudah bisa menutup luka ini! Aku sudah katakan, sudah katakan apa yang kau suruh kepadaku tadi...ku harap, ia benar-benar bisa menghilang dari hidupku! Aku sudah tidak tahan...setiap malam, dia selalu mengetuk jendela kamarku dengan melemparkan kerikil, tapi aku tidak pernah bisa menangkapnya sampai akhirnya kau datang dan ia tidak melakukan hal itu lagi.”

Young Jae meremas benda-benda di sekitarnya, memukul tembok, dan bersumpah serapah kepada Eunji.

“Tapi ingat, aku tidak mau Eunji celaka. Dia seorang penderita penyakit mental, dia sakit! Aku tidak mau kau menyakitinya lagi seperti waktu itu...aku masih punya rasa belas kasihan...kau mengerti?!”

“Baiklah, baik! Aku hanya akan berbicara baik-baik kepadanya, aku .... tidak akan menyakitinya.”

*****

Luka itu, akhirnya terlihat oleh Jong Up saat Eunji pulang dan tidak menutupi wajahnya.

Mereka cekcok, Eunji meyakinkan adiknya jika itu hanya luka kecelakaan beberapa hari yang lalu.

“Noona membohongiku, kan? Itu bukan luka karena terjatuh, itu luka pukulan. Siapa Noona? Siapa yang berani menyentuhmu?”

“Aku baik-baik saja! Lihat kan, aku masih bernapas saat ini! Aku sehat! Aku baik-baik saja!” ucapnya setengah berteriak sambil menekan luka-luka memarnya. Sampai disuatu ketika, luka yang baru menutup itu terbuka lagi dan mengeluarkan cairan merah.

Jong Up membersihkan darah itu dengan jarinya, “Noona....kau kenapa..? Katakan padaku, siapa yang melukaimu...”

Mata mereka bertemu, “Jika aku sudah mengatakannya, kau mau apa? Memukulnya? Menghajarnya? Membunuhnya?”

Jong Up tidak menjawabnya, ia berbalik dan meletakkan kedua tangannya di atas meja, ia membungkuk, menunduk. “Aku ingin mengatakan sesuatu kepada orang itu. Aku ingin bertemu dengannya.”

“Kau yakin? Kau ingin menemuinya? Kau bersungguh-sungguh? Supaya apa? Supaya kau terlihat berani menggertaknya tanpa berbuat sesuatu yang berarti??”

Eunji membanting tasnya dan kemudian membuka pintu kamar dengan begitu kasar. Ia berdiri di depan jendela kamarnya, menyilangkan kedua tangannya. “Sudahlah, aku tidak mau kau terlibat dalam masalahku....”

“Noona,.....” panggilnya dari belakang sembari mengusap lembut kepala Eunji. “Noona...,” panggilnya lagi.

Mungkin aku robot. Aku tidak merasakan sakit, tidak merasakan sedih...mungkin seperti ini rasa sebuah kematian.

“Noona-ku yang dulu kemana..?”

Sebuah pertanyaan yang membawaku kembali ke masa itu, aku seperti ditelan kembali oleh mesin waktu...

*

#Flashback 3#
“Uppie! Kemari sebentar!”

Sore itu, Eunji Noona kembali dari kampus dan ia terlihat begitu marah saat memanggilku. “Iya Noona ada apa?”

“Sudah ku katakan berkali-kali, jangan meninggalkan pintu dalam keadaan terbuka seperti ini! Jika sesuatu yang berbahaya masuk ke dalam rumah, bagaimana?”

“Ah....Noona, aku sudah menutupnya tadi...mungkin angin yang membukanya. Apa itu Noona?” aku melihat sebuah bungkusan besar yang ia bawa, aku sungguh ingin melihat isinya.

“Tutup dulu pintunya, kemudian buatkan aku segelas teh hangat.”

**

Aku benar-benar ingin tahu isi dari kotak yang lumayan besar itu. Namun aku tidak berani membukanya, Eunji Noona bahkan hanya meletakkannya di atas meja makan.

“Kenapa Uppie? Kenapa kau mengamati kotak yang ku bawa tadi?”

“Ah...tidak Noona...apakah ini titipan temanmu? Apa isinya?”

“Buka saja jika kau ingin tahu...” Eunji Noona mengatakan itu dengan cueknya dan kembali sibuk membuat makan malam. “Appa sudah menelponmu belum? Bagaimana keadaan Eomma disana? Masih demam?”

“Eung yah....seperti itu,...” saking asyiknya membuka bingkisan itu, aku tidak konsen menjawab pertanyaan Eunji Noona.

Aku tidak menyangka, sebuah boneka favoritku tersenyum saat aku membuka kotak bingkisan ini. “Noona, ini untukku? Ini....ada namaku di bordir di boneka ini...Pokemon ini sungguh untukku?”

Aku melihat Eunji Noona hanya tersenyum, dia sukses mengerjaiku. “Tapi...ini bukan hari ulang tahunku, Noona.” Aku tidak mengerti, dia selalu saja suka mengejutkanku, bahkan dia sering memberiku benda-benda yang sedang aku butuhkan.

“Tidak, aku hanya ingin memberikannya saja...kau menyukainya?”

“.....Tentu saja...ini bagus sekali, harganya....pasti mahal...”

“Ini gratis, aku di belikan oleh temanku yang baru pulang liburan dari Jepang....aku fikir, kau lebih menyukainya dari pada aku. CK!” Noona memberikan kedipan matanya kepadaku, hal favorit keduaku setelah Pokemon ini.
#Flashback 3 end#

**

Jong Up memberikan sebuah pelukan untuk kakak perempuannya, “Ku mohon jangan berubah, aku ingin Eunji Noona kembali seperti dulu. Selalu memberiku kejutan.”

“Aku hanya....tidak...aku memang berubah....aku tidak bisa...beri aku waktu!”

Eunji mendorong Jong Up dan ia mengunci diri di kamar sampai pagi tiba.

*****

“Ingat, kau jangan sampai menyakiti Eunji. Jika dia melakukan hal buruk padamu, semprotkan saja gas air mata ini.”

Nara membekali Young Jae sebuah tabung kecil berisi gas air mata. Dan juga sebuah kacamata hitam.

“Noona,...tanganmu bagaimana? Kau harus segera memeriksakannya.”

“Jangan khawatirkan aku! Cepatlah, sebentar lagi pukul 7 jangan sampai kau yang terlambat menemuinya.”

Nara melihat adiknya pergi menuju tempat yang dimaksud, tentu saja dirinya mengamati dari jauh. Ia tidak mau terjadi apa-apa kepada Eunji, karena ia masih menganggap Eunji adalah temannya walaupun ia pernah tersakiti oleh Eunji.

*

“Yoo Young Jae......” ucap Eunji. Ia tampak normal, ia tidak terlihat seperti orang yang sedang mengalami sakit mental. “Aku sudah siap apaun yang akan kau lakukan kepadaku saat ini.”

“Aku hanya ingin kau menjauhi kami. Jangan ganggu aku dan Noona-ku lagi. Pergilah, pergi yang jauh, jangan terlihat oleh kami lagi.”

Eunji mencibir, “Aku tahu, dia hanya mengatakan kebohongan untuk memancingku kesini. Aku tahu, aku tidak akan bisa memilikimu. Aku tahu, Daehyun pasti akan menjagamu. Aku pernah merasakannya.”

Young Jae terdiam, dia menunggu sebuah cerita dari Eunji jika memang ia ingin berkata sesuatu.

“Aku hanya iri dengan hubungan kalian. Aku ingin mendapatkan perlakuan itu darimu juga, aku tidak mendapatkannya dari keluargaku, aku tidak mendapatkan perhatian yang berlebih dari teman-teman dan juga adikku. Aku sakit, setiap kali aku melihat perlakuan manismu kepada Nara. Aku rasa aku juga pantas mendapatkannya..”

Nara mendengar semuanya, ia merasa iba. Ternyata selama ini dugaanku benar...ia melakukan semua ini padaku karena alasan ini....seharusnya aku lebih peka....seandainya aku lebih peka sedikit saja....

“Kemarilah, ...” dengan tiba-tiba Young Jae memeluk Eunji, ia mengelus kepala gadis yang sepantaran dengan kakaknya. Ia memberikan rasa nyaman kepada Eunji.

Suasana sempat menghening di tengah senja yang sebentar lagi akan menghilang.

“...Aku akan memberikanmu sesuatu, ...Eunji Noona, ....”

“.....................”

“Ini untuk semua pesakitan yang telah kau berikan kepada Noona-ku,.....”

“......................”

“Yang ini untuk semua teror yang kau berikan kepada Noona-ku,.....”

“......................”

“Dan terakhir, kau harus membayar karena sudah merusak barang kesayangan Noona-ku....”

“......................”

Ngggggghhhh....

Young Jae pergi, ia menjemput Nara yang sudah menunggunya di suatu ruangan di dekat sana.

Eunji terlentang di lantai, tangannya sibuk menutupi 3 luka tusukan di perutnya yang Young Jae hadiahkan padanya beberapa saat yang lalu. Tanpa sepengetahuan Nara, Young Jae melukai bahkan berniat membunuh Eunji yang sesungguhnya sudah mengatakan semua permasalahannya secara gamblang.

Aku melukai Nara, aku seorang psycho, namun aku tidak pernah berniat untuk menghabisinya...aku hanya kesal, ia tidak pernah membuatku nyaman saat aku bersamanya...aku membenci kebahagiaannya karena aku juga menginginkan itu terjadi padaku ....

*****

Jong Up duduk manis di meja makan. Matanya sibuk mengamati jam dinding. Ia berusaha membuatkan makan malam untuk Eunji. Ia juga menunggu kedua orang tuanya kembali dari kantor.

Setengah jam berlalu, mereka tinggal menunggu kedatangan Eunji untuk melengkapi makan malam bersama.

“Kemana Eunji? Kenapa ia begitu larut di kampus?” tanya orang tua angkat mereka.

“Aku tidak tahu Eomma, mu.....”

‘TOK TOK’ “Uppie, aku pulang!” teriak Eunji terdengar begitu bersemangat, Jong Up segera menghampiri pintu dan membukanya.

“Noona! Aku sudah membuat makan malam untuk kita! Aku membuat Nachos kesukaanmu! Noona, sedang apa kau? Noona?”

Eunji membelakangi Jong Up, ia berdiri dan sedikit tertunduk.

“Noona...? Nnnn....” Jong Up tidak lagi memanggilnya, ia melihat ke bawah; banyak sekali cairan kental berwarna merah yang jatuh dari tubuh Eunji.

Jong Up gemetar, ia memberanikan diri memegang kedua bahu Eunji. Tubuh itu rubuh menimpa tubuhnya dengan wajah yang benar-benar pucat, dan darah-darah itu berasal dari perutnya.

“Eunji.....Eunji....Eun.....Noona....” ucapnya pelan dan lirih juga gemetar ketika mengetahui tubuh gadis itu tak lagi hangat.

Semuanya terkejut, petualangan hidup Eunji berakhir disini.

******

Hidup Nara mendadak menjadi tenang, tidak ada orang ‘sakit’ yang melukainya lagi, tidak ada teror yang terus menghantuinya.

“Young Jae-a, aku penasaran,....apa yang kau katakan kepada Eunji sore itu? Aku tidak bisa mendengar jelas percakapan kalian...”

Young Jae merangkul kakaknya dan mengatakan hal yang benar-benar membuat Nara tenang, “Tidak banyak, aku hanya memeluknya dan menyuruhnya untuk pergi dari kehidupan kita........pergi jauh.”



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar