*sorry for bad poster*
Tittle : Far
Away
Cast :
B.A.P (Young Jae, Jong Up, Daehyun) – (OC) Nara, Eunji
Genre :
Sad Angst
Rated :
18++
Theme
Song : 2NE1 – Come Back Home (unplugged ver)
Author :
Ravla
------------------------------------------------
Nara memalingkan wajahnya, tampak
kebencian dan amarah. Tangan orang itu masih mencengkram erat lengan gadis itu.
“Kenapa...kenapa Nara?”
Nara memberontak dari cengkraman
orang itu, ia kemudian pergi dengan diam.
“Yoo Nara!” teriakan orang itu
menggaung jelas memenuhi lorong kampus yang mulai sepi. “Kau harus beritahu
aku, aku harus tahu apa yang sedang terjadi dengan kalian.”
“Kau peduli atau hanya bersimpati
saja? Setelah kau tahu duduk masalahnya kau akan apa? Kau mau memihaknya kan?
Katakan saja jika itu maumu, ingat, jika itu terjadi aku tidak segan-segan akan
menbawa adikku pergi dari sisimu.” Ancam Nara begitu serius.
Daehyun tampak terdiam, belakangan
ini ia hanya sedikit terganggu dengan kelakuan Nara dan juga Eunji yang selalu
terlihat semakin memburuk.
“Apa semua ini ia lakukan untuk
mendapatkan Young Jae?”
Nara melirik Daehyun sinis, ia kesal
kepada pemuda itu setelah insiden siang tadi.
#Flashback
1#
Eunji
terlihat menunggu dan mengamati Nara dari kejauhan. Ia menggenggam sebuah
belati kecil.
“Nara!”
teriak Eunji dengan senyum yang sumringah dan lalu melambaikan tangan kepada
gadis berambut hitam pendek itu. “Kemarilah! Aku punya sesuatu untukmu!”
Ingin
Nara menjauhi gadis dengan sepatu lusuh tersebut, namun ia lebih merasa
penasaran karena tidak biasanya Eunji terlihat begitu senang seperti siang ini.
“Kenapa kau memanggilku? Cepat, aku tidak banyak punya waktu!”
Eunji
tampak tersenyum dengan kedua tangan di lipat kebelakang. Dia hanya
tersenyum-senyum kemudian menarik tangan Nara dan menyelipkan sesuatu di antara
jemari itu dan kemudian pergi. Pergi dengan langkah yang riang.
“EH!
Dasar Aneh!” teriak Nara.
*
Beberapa
jam kemudian, Nara melangkah begitu tergesa menuju Eunji yang sedang melamun di
ujung lorong, melihat langit dengan tatapan yang kosong.
Nara menarik
keras bahu Eunji dan melemparkan sesuatu kepadanya. “Apa maksudnya ini?!”
Sebuah
belati kecil mendarat tepat di depan sepatu lusuh itu. “Kau tidak suka?
Bukankah, kau pernah mengatakan akan menusuk mataku dengan itu? Apa kau lupa? Atau
aku yang salah ingat?”
Nara
mundur karena sampai saat ini, ia merasa semua ini berjalan tidak semestinya.
“Iya aku jelas akan melakukannya suatu saat nanti kepadamu!” ucapnya kesal
kemudian mengambil belati itu kembali tanpa mengeluarkan pisaunya dan
menyodorkannya ke hadapan Eunji.
Dan
kemudian Daehyun datang menarik Nara menjauh dari Eunji. “Apa yang sedang kau
lakukan?!”
#Flashback
1 end#
*
“Untuk apa kau menanyakan hal itu?
Aku tidak akan menjawabnya...setelah kau menarik paksa aku tadi. Aku
hanya...hanya merasa ini sudah kelewat batas...”
Daehyun selama ini hanya mendengar
selentingan kabar mengenai Eunji, namun ia tidak mau menganggap serius sampai
ia merasakan langsung apa yang selama ini Nara rasakan. “Kenapa...kenapa kau
lakukan hal itu tadi? Kau berusaha membunuhnya atau apa? Permainan apa yang
kalian mainkan?”
Nara yang sudah kesal dan letih
hanya bisa menjawab, “Tanyakan sendiri padanya, aku sudah tidak mau tahu lagi
tentang dia mulai saat ini. Aku letih!”
Jawaban Nara semakin menguatkan
dugaan yang orang-orang katakan tentang Eunji belakangan ini.
*****
“Uppie! Kau sudah pulang? Moon Jong
Up?......Tidak ada orang dirumah?”
Eunji melempar tasnya, ia membanting
dirinya di sofa dan merogoh saku jaketnya. Ia mengamati belati silver itu
seperti kagum, ia mainkan belati itu di pergelangan tangannya, berakting
seolah-olah nadinya terpotong, mengeluarkan banyak darah, sampai sebuah suara
bising terdengar di sebuah sudut kamar.
“Oh, Noona.” Sapa adiknya yang
terlihat berantakan dengan baju yang ia sampirkan di bahunya. “Kau sudah pulang
rupanya..”
Eunji menatap adiknya dengan tatapan
yang biasa, kemudian ia mengambil tasnya dan masuk ke dalam kamarnya.
....sudah
berapa tahun selalu seperti ini..?
Tak lama kemudian suara bising dan
berisik itu terdengar lagi dari dalam kamar Jong Up, sudah lebih dari 20 jam
bocah itu menghabiskan waktu liburan dengan bermain game online.
Aku
lapar, aku ingin makan sesuatu...
Tanpa mengganti bajunya, Eunji
kembali pergi dengan membawa sejumlah uang untuk membeli makanan, sekedar untuk
mengisi perutnya yang keroncongan. Belakangan ini jam makannya benar-benar
berantakan.
***
“Noona! Ayo kita berfoto bersama!
Sebelah sini,...sini, ke kiri sedikit!”
Nara selalu merasa aman dan nyaman
ketika ia sedang bersama dengan adik semata wayangnya, Young Jae. Bagi Nara,
kententraman adiknya lebih penting dari segalanya, ia begitu over-protective
terhadap Young Jae.
Mereka kemudian duduk sambil
menyantap makanan ringan, “Noona-ya~ ... emh, aku ingin tanya sesuatu..”
Nara mengangguk dan berdeham pelan.
“..Ke mana teman Noona yang biasanya
datang menjemput ke rumah?....aku sudah lama tidak melihatnya..”
Nara sedikit tergelitik dengan
pertanyaan tersebut, tapi ia berusaha menjawabnya dengan senormal mungkin,
“Oh....sepertinya belakangan ini dia sedang sakit.... Kau...mengenalnya?”
“Tidak...maka dari itu aku ingin
memastikannya, karena, mulai besok aku yang akan mengantarkanmu ke kampus!”
ucapnya bersemangat dan tersenyum.
***
‘PLUK’
Ice cream itu terjatuh sebelum sempat
termakan. Ia melihatnya, melihat semuanya. Melihat mimpi lamanya yang terjadi
pada Nara.
Bahkan tak ada tangisan, tak ada
isakan, tak ada raut wajah yang sedih. Lama kelamaan tampak senyum penuh makna
yang mengembang di raut wajahnya, “Tunggu aku, Yoo Nara.”
*****
Banyak orang yang salah sangka
terhadap hubungan antara Young Jae dan Nara, banyak orang yang belum tahu
dengan status saudara mereka.
“Young Jae!!!” teriak Daehyun ketika
melihat sosok Young Jae turun dari mobil selepas mengantarkan Nara. “Kemana
saja kau!?”
Begitu juga dengan Young Jae yang
terlihat senang bisa melihat Daehyun kembali, “Maafkan aku! Kemarin aku
benar-benar ada sedikit urusan yang tidak bisa di tinggalkan, aku menerima
semua pesanmu! Tapi aku tidak bisa membalasnya! Pulsaku habis! Hahahhaha!”
terangnya dengan merangkul Daehyun. Ada ‘sesuatu’ di antara mereka.
***
Nara harus menyelesaikan tugasnya di
perpustakaan kampus dan ia tidak sengaja berpapasan dengan Eunji.
“Eh mau kemana Eonni-ya?” tanya
Eunji dengan ekspresi yang sama seperti kemarin. “Kau membawa begitu banyak
buku....pasti berat kan? Sini aku bantu!” dengan paksa Eunji merebut buku itu
sampai mereka saling merebut sebuah buku besar.
“Apa maumu Eunji?! Jangan ganggu aku
lagi, ku mohon! Dan lepaskan buku ini, aku bisa membawanya sendirian!”
Entahlah, mereka berebut buku itu
sampai hampir 10 menit di sebuah lorong gelap dan sepi.
“Noona! Noona!” panggil Young Jae
kemudian dari kejauhan, ia bersama Daehyun dan kini mereka menghampiri Nara.
Buku besar itu terlepas dari tangan
Eunji dan secara tidak sengaja Nara terdorong ke depan dan begitu cepat, ujung
lancip buku tersebut menggores keras pipi kanan Eunji. Tak ada erangan, tak ada
rintihan, namun gadis yang wajahnya sudah tertutup sebagian rambut itu tampak payah.
“Aku tidak apa-apa, Young Jae-a...”
Young Jae terlihat kesal karena buku
itu menjadi sedikit rusak, buku itu adalah sebuah album foto yang berisi
kenangan indah bersama sang kakak. Dan kini dirusak oleh seseorang yang berdiri
di hadapannya.
‘BUGGH!’
“Young Jae!!!” teriak Daehyun
menghentaknya.
Eunji tumbang, Young Jae memukulnya
tepat di pipinya yang terluka sampai gadis itu menabrak keras permukaan lantai.
Tanpa kata-kata Nara membereskan
buku yang terjatuh dan mengajak Young Jae pergi meninggalkan Eunji yang masih
belum bangkit.
“Eunji-a...” bisik Daehyun hendak
menolong, namun Young Jae menariknya dan mengajaknya pergi dari tempat itu.
***
Cukup lama Eunji terdiam disana, ia
pingsan. Kepalanya sempat membentur lantai lumayan keras. Saat ia sadar, ia
merasa begitu pening. Ia mencoba bangkit dan sempoyongan, dan tak ada satu
orang pun yang menolongnya.
Langit sudah hampir gelap dan ia
melangkah pulang dengan kondisi yang benar-benar parah. Wajahnya berdarah
memar, juga keningnya terlihat memerah cenderung membiru, dia juga tidak tahu sudah berapa lama pingsan disana.
Samar-samar ia mendengar suara lelah seseorang, semakin
mendekat sampai sebuah suara menyapanya. “Noona...?”
Menyadari Jong Up mencarinya, ia
berusaha menyembunyikan lukanya dengan menutupi wajahnya dengan rambut dan juga
kerudung jaketnya. “Sedang apa kau disini?”
“Aku sendirian dirumah, biasanya kau
pulang jam 5, tapi aku menunggumu, perasaanku tidak enak, kemudian aku mencoba
mencarimu. Noona baik kan?”
Eunji seperti membeku. Setelah
sekian lama ia merasa tidak di anggap oleh adiknya sendiri, sore ini, ia merasa
dirinya sedikit penting di hadapan Jong Up.
Untuk pertama kalinya setelah 4
bulan lamanya, Eunji tersenyum senang. “Ayo kita pulang...” ia melangkah
kemudian merangkul lembut lengan adiknya.
*****
“Young Jae-a...aku khawatir jika kau
mengantarku ke kampus kemudian kau bertemu dengan orang psycho macam tadi..”
sekarang, Nara benar-benar merasa di teror oleh sikap aneh Eunji.
Young Jae terlihat kesal, ia
meremas-remas tangannya, ia lebih khawatir jika orang itu menyakiti kakaknya
lebih dari selama ini yang ia ketahui. Daehyun menceritakan semuanya, namun ia
di minta seolah-olah tidak tahu apa-apa. “Tidak...aku akan tetap mengantarkan Noona
esok. Jangan khawatir, aku pastikan orang itu tidak akan mengganggumu lagi.”
Nara menggeleng, ia menunjukkan
sesuatu kepada adiknya. Sebuah history chat dan sebuah foto yang mengejutkan
Young Jae. Foto dimana keduanya tampak akrab dan baik-baik saja.
**
#Flashback
2#
“Ini
siapa...? Wajah kalian mirip...”
Nara
menengok dan menemukan dompetnya terbuka dan Eunji melihat sebuah foto dirinya
dengan seorang pemuda, begitu mesra dan sepertinya mereka dekat sekali.
“Ah....itu....adikku. Kau pernah melihatnya?”
Eunji
menggeleng, “Kalau begitu, boleh mulai sekarang aku memanggimu kakak ipar?
Hahahha! Adikmu tampan sekali, aku menyukainya...aku boleh mengenalnya lebih
jauh?”
“TIDAK!”
teriak Nara kemudian sampai sebuah gelas plastik yang ia genggam jatuh.
Melihat
Nara yang seperti itu, tentu saja Eunji bertanya-tanya, “Kenapa? Apa dia sudah
menikah? Atau dia sudah memiliki kekasih?”
“Sudahlah,
kau tidak perlu mengenalnya....dunianya berbeda dengan kita..”
“Maksudmu,
dia sudah meninggal?”
Nara
menjitak kepala Eunji, “Babo! Bukan itu...dia sedang studi di luar negeri, dia
sibuk sekali..sudahlah, kau cukup mengenalku saja!”
“Tidak
mau..aku akan mencari tahu tentangnya! Lihat saja, aku akan menghantuimu!” ucap
Eunji sambil meringkukkan tubuhnya seperti ingin menakuti Nara.
*****
Suatu
saat ketika Nara berkunjung ke kediaman Eunji, ia bertemu dengan Jong Up.
“Mau cari
siapa?”
“Eung....ah,
Eunji!” panggil Nara yang tidak sengaja melihat kawannya sedang sibuk di dapur.
“Bisa aku bertemu dengan Eunji?”
“Noona,
ada yang mencarimu!”
Eunji,
dengan senyumnya kemudian menghampiri Nara, namun sebelumnya Jong Up menarik
lengannya, “Itu, di pipimu ada sisa bahan pewarna kue.”
“Oh...hihihihi.
Iya aku akan membersihkannya nanti.”
Sepenglihatan
Nara, Eunji begitu terlihat cerah dan gembira saat ia berada di sekitar
dirinya...atau itu hanya perasaannya?
*
“Moon Jong
Up? Adikmu seorang atlit? Badannya terlihat begitu kekar.”
Eunji
menggeleng, terkadang ia terlihat begitu expression-less, terkadang ia terlihat
begitu berkarakter. “Tidak..Uppie hanya seorang dancer. Ia penari hip hop, dia
jarang sekali dirumah. Maaf ya, aku jadi bersemangat kalau membicarakannya.”
“Adikmu
jadi menggemaskan sekali, hahaha! Aku jadi ingin mencubit pipinya!”
Eunji
melihat Nara dengan kegemasan yang ia tujukan pada adiknya, dia belum pernah
melihat Nara menjadi se-atraktif itu. “Cubit saja, kalau kau bisa.”
Kebersamaan
kedua orang itu begitu terkesan dingin namun sebenarnya mereka mengekspresikan
perasaan mereka dengan menggoda satu sama lain.
#Flashback
2 end#
**
“Noona, kau harus berhenti berteman
dengannya....dia orang aneh...dia bisa saja membunuhmu....”
Nara menggigit bibirnya, ia juga
terlihat bingung. Ia tidak mengerti mengapa hal ini terjadi kepada Eunji.
“Selama ini...selama aku mengenalnya, aku tidak pernah melihatnya bertindak
seaneh ini...sebenarnya, aku ingin menanyakan hal ini kepada Daehyun, hanya
saja....”
“Daehyun? Apa hubungan semua ini
dengannya?” Young Jae mulai mendesak Nara untuk mengatakan apapun yang ia
ketahui tentang hal ini.
“Dae.....Eunji dulu sekali pernah
memiliki hubungan spesial dengan Daehyun...tapi aku tidak pernah menanyakan hal
ini kepada mereka...”
“Mantan kekasih? Kenapa Daehyun
tidak pernah menceritakan hal ini kepadaku? Apa Daehyun masih menjalin hubungan
dengan Eunji? Atau ada hal lain yang kalian sembunyikan dariku?”
*****
Tetesan air dari tanaman yang ia
letakkan di atas tempat tidur, membangunkannya. Separuh wajahnya terasa begitu
sakit, ia merabanya. Sedikit noda merah menghiasi wajahnya, begitu juga lebam
kebiruan yang membekas begitu jelas dari insiden kemarin siang.
“Hhhhh~”
Terdengar knop pintu kamarnya
berbunyi dan ia segera memindah posisi tidurnya agar orang tua atau adiknya
tidak melihat luka itu.
“Noona,.....aku hanya ingin
memberitahu....sore nanti...aku tidak akan pulang. Aku berencana menginap di
rumah teman. Kau...”
“Bersenang-senanglah dengan mereka,
jangan khawatirkan aku. Semoga harimu menyenangkan.”
Tak ada kata-kata lagi, Jong Up
pergi dengan tas punggungnya yang terisi penuh. Kedua mata itu hanya bisa
melihat sosok yang begitu disayanginya pergi. Pergi tanpa tahu apa yang terjadi
pada dirinya saat ini.
***
Eunji mengamati sepasang kakak
beradik yang sedang sibuk membetulkan barang yang rusak olehnya kemarin. Eunji
mengamatinya dari atas gedung kampus, ia memandang dengan begitu benci dan
penuh dendam. Tangannya mengepal keras memegang beton kampus, sampai sebuah
tangan melepaskannya.
“Aku sudah pernah katakan, jangan
pernah lukai dirimu sendiri.....”
‘SLLAAPH!’ Eunji menarik tangannya
begitu cepat, “Pergi, aku tidak ingin melihatmu lagi! Kau pengecut!”
“Aku benar-benar tidak mengenalmu
lagi..siapa kau?? Ku mohon, jangan ganggu mereka lagi...itu hanya akan
menyakiti dirimu sendiri!”
“Untuk apa sekarang kau peduli
kepadaku? Untuk apa? Untuk melindungi Young Jae? Atau kau sekarang menyukai
Nara? Tidak ada yang bisa menghentikan aku, pergilah, aku membencimu.”
Eunji mengalihkan pandangannya ke
arah Nara dan juga Young Jae dibawah sana, tentu saja, selama ini, ia begitu
iri. Sungguh iri melihat hubungan harmonis antara Nara dan juga adiknya. Karena
itu, dia berniat merampas Young Jae dari sisi Nara, namun hal itu selalu gagal
karena Nara. Kini, ia benar-benar membenci keduanya.
“Aku rindu Eunji yang dulu..” ucap
Daehyun mencoba merayu Eunji untuk tidak melangkah ke tindakan sadis yang
berikutnya.
“Eunji yang dulu sudah mati. Aku
bukan Eunji. Aku malaikat kematian Nara.”
Eunji berlalu dengan geram, Daehyun
mengikutinya namun Eunji berbalik dan mengacungkan sebuah pisau ke arah
Daehyun, “Berhenti atau kau akan mati.”
Daehyun yang terkejut sampai
terjatuh dan ia melihat Eunji meninggalkan dirinya.
***
Sore itu, beberapa hari setelah
Eunji mengancam Daehyun, Nara yang terlepas sejenak dari Young Jae mencoba
menemui Eunji.
Seperti biasanya, gadis psycho itu
melamun di lantai 3 kampus dan membiarkan angin menerpa rambutnya. “Moon Eunji,
aku ingin berbicara sebentar.”
“Kau rindu padaku rupanya.” Seketika
itu ekspresi Eunji berubah, dia terlihat ‘mematikan’. “Kapan kau akan menusuk
mataku dengan belati? OH? Atau kan akan menghancurkan tubuhku dengan
melemparkan bom ke arahku saat ini?”
“Apa yang kau mau dariku. Apa yang
membuatmu berhenti menerorku? Kau tidak mengenal kata ‘lelah’ ya?”
Eunji berjalan mengelilingi Nara,
“Tentu saja adikmu....aku pernah sampaikan, aku tertarik pada adikmu. Aku tidak
peduli sekarang dia milik Daehyun atau milikmu, yang jelas aku ingin
bersenang-senang dengannya.”
“Baiklah, tapi dengan satu
syarat....setelah kau mendapatkan apa yang kau mau, jangan pernah muncul di
hadapanku lagi.”
Eunji tertawa senang, “Benarkah
kakak ipar? Aku bisa memiliki Young Jae-mu itu? Pangeran tampanku!”
“Besok jam 7 sore. Di belakang
laboratorium, adikku akan menemuimu. Ku harap kau menunggu disana, terlambat
satu detik saja, kau tidak akan pernah bisa memilikinya lagi.” Nara tampak
begitu bulat dengan keputusannya. Apa yang membuat ia merubah pikirannya begitu
cepat? Apa yang membuatnya menyerahkan adik semata wayangnya kepada orang
psycho ini?
Nara membalikkan badan dan pergi,
namun Eunji menariknya dan menyayatkan belatinya di lengan Nara. “Ini
kenang-kenangan dariku....semoga selalu membekas dan semoga selalu
mengingatkanmu padaku.”
Tidak main-main, goresan itu panjang
dan cukup dalam. Nara yang merintih kesakitan pergi dengan membalut lukanya
dengan kain seadanya.
Dia bukan
Moon Eunji yang aku kenal....
***
“Aku sudah katakan, kau tidak harus
menemuinya!! Aku benci! Aku tidak suka melihatmu terluka! Itu sama saja dia
melukai aku! Aku tidak mau Noona celaka...tidak mau!”
“Tenanglah! Aku tidak apa-apa!
Beberapa jahitan saja sudah bisa menutup luka ini! Aku sudah katakan, sudah
katakan apa yang kau suruh kepadaku tadi...ku harap, ia benar-benar bisa
menghilang dari hidupku! Aku sudah tidak tahan...setiap malam, dia selalu
mengetuk jendela kamarku dengan melemparkan kerikil, tapi aku tidak pernah bisa
menangkapnya sampai akhirnya kau datang dan ia tidak melakukan hal itu lagi.”
Young Jae meremas benda-benda di
sekitarnya, memukul tembok, dan bersumpah serapah kepada Eunji.
“Tapi ingat, aku tidak mau Eunji
celaka. Dia seorang penderita penyakit mental, dia sakit! Aku tidak mau kau
menyakitinya lagi seperti waktu itu...aku masih punya rasa belas kasihan...kau
mengerti?!”
“Baiklah, baik! Aku hanya akan
berbicara baik-baik kepadanya, aku .... tidak akan menyakitinya.”
*****
Luka itu, akhirnya terlihat oleh
Jong Up saat Eunji pulang dan tidak menutupi wajahnya.
Mereka cekcok, Eunji meyakinkan
adiknya jika itu hanya luka kecelakaan beberapa hari yang lalu.
“Noona membohongiku, kan? Itu bukan
luka karena terjatuh, itu luka pukulan. Siapa Noona? Siapa yang berani
menyentuhmu?”
“Aku baik-baik saja! Lihat kan, aku
masih bernapas saat ini! Aku sehat! Aku baik-baik saja!” ucapnya setengah
berteriak sambil menekan luka-luka memarnya. Sampai disuatu ketika, luka yang
baru menutup itu terbuka lagi dan mengeluarkan cairan merah.
Jong Up membersihkan darah itu
dengan jarinya, “Noona....kau kenapa..? Katakan padaku, siapa yang
melukaimu...”
Mata mereka bertemu, “Jika aku sudah
mengatakannya, kau mau apa? Memukulnya? Menghajarnya? Membunuhnya?”
Jong Up tidak menjawabnya, ia
berbalik dan meletakkan kedua tangannya di atas meja, ia membungkuk, menunduk.
“Aku ingin mengatakan sesuatu kepada orang itu. Aku ingin bertemu dengannya.”
“Kau yakin? Kau ingin menemuinya?
Kau bersungguh-sungguh? Supaya apa? Supaya kau terlihat berani menggertaknya
tanpa berbuat sesuatu yang berarti??”
Eunji membanting tasnya dan kemudian
membuka pintu kamar dengan begitu kasar. Ia berdiri di depan jendela kamarnya,
menyilangkan kedua tangannya. “Sudahlah, aku tidak mau kau terlibat dalam
masalahku....”
“Noona,.....” panggilnya dari
belakang sembari mengusap lembut kepala Eunji. “Noona...,” panggilnya lagi.
Mungkin
aku robot. Aku tidak merasakan sakit, tidak merasakan sedih...mungkin seperti
ini rasa sebuah kematian.
“Noona-ku yang dulu kemana..?”
Sebuah
pertanyaan yang membawaku kembali ke masa itu, aku seperti ditelan kembali oleh
mesin waktu...
*
#Flashback
3#
“Uppie!
Kemari sebentar!”
Sore itu,
Eunji Noona kembali dari kampus dan ia terlihat begitu marah saat memanggilku.
“Iya Noona ada apa?”
“Sudah ku
katakan berkali-kali, jangan meninggalkan pintu dalam keadaan terbuka seperti
ini! Jika sesuatu yang berbahaya masuk ke dalam rumah, bagaimana?”
“Ah....Noona,
aku sudah menutupnya tadi...mungkin angin yang membukanya. Apa itu Noona?” aku
melihat sebuah bungkusan besar yang ia bawa, aku sungguh ingin melihat isinya.
“Tutup
dulu pintunya, kemudian buatkan aku segelas teh hangat.”
**
Aku
benar-benar ingin tahu isi dari kotak yang lumayan besar itu. Namun aku tidak
berani membukanya, Eunji Noona bahkan hanya meletakkannya di atas meja makan.
“Kenapa
Uppie? Kenapa kau mengamati kotak yang ku bawa tadi?”
“Ah...tidak
Noona...apakah ini titipan temanmu? Apa isinya?”
“Buka saja
jika kau ingin tahu...” Eunji Noona mengatakan itu dengan cueknya dan kembali
sibuk membuat makan malam. “Appa sudah menelponmu belum? Bagaimana keadaan
Eomma disana? Masih demam?”
“Eung
yah....seperti itu,...” saking asyiknya membuka bingkisan itu, aku tidak konsen
menjawab pertanyaan Eunji Noona.
Aku tidak
menyangka, sebuah boneka favoritku tersenyum saat aku membuka kotak bingkisan
ini. “Noona, ini untukku? Ini....ada namaku di bordir di boneka ini...Pokemon
ini sungguh untukku?”
Aku
melihat Eunji Noona hanya tersenyum, dia sukses mengerjaiku. “Tapi...ini bukan
hari ulang tahunku, Noona.” Aku tidak mengerti, dia selalu saja suka
mengejutkanku, bahkan dia sering memberiku benda-benda yang sedang aku
butuhkan.
“Tidak,
aku hanya ingin memberikannya saja...kau menyukainya?”
“.....Tentu
saja...ini bagus sekali, harganya....pasti mahal...”
“Ini
gratis, aku di belikan oleh temanku yang baru pulang liburan dari Jepang....aku
fikir, kau lebih menyukainya dari pada aku. CK!” Noona memberikan kedipan
matanya kepadaku, hal favorit keduaku setelah Pokemon ini.
#Flashback
3 end#
**
Jong Up memberikan sebuah pelukan
untuk kakak perempuannya, “Ku mohon jangan berubah, aku ingin Eunji Noona
kembali seperti dulu. Selalu memberiku kejutan.”
“Aku hanya....tidak...aku memang
berubah....aku tidak bisa...beri aku waktu!”
Eunji mendorong Jong Up dan ia
mengunci diri di kamar sampai pagi tiba.
*****
“Ingat, kau jangan sampai menyakiti
Eunji. Jika dia melakukan hal buruk padamu, semprotkan saja gas air mata ini.”
Nara membekali Young Jae sebuah
tabung kecil berisi gas air mata. Dan juga sebuah kacamata hitam.
“Noona,...tanganmu bagaimana? Kau
harus segera memeriksakannya.”
“Jangan khawatirkan aku! Cepatlah,
sebentar lagi pukul 7 jangan sampai kau yang terlambat menemuinya.”
Nara melihat adiknya pergi menuju
tempat yang dimaksud, tentu saja dirinya mengamati dari jauh. Ia tidak mau
terjadi apa-apa kepada Eunji, karena ia masih menganggap Eunji adalah temannya
walaupun ia pernah tersakiti oleh Eunji.
*
“Yoo Young Jae......” ucap Eunji. Ia
tampak normal, ia tidak terlihat seperti orang yang sedang mengalami sakit
mental. “Aku sudah siap apaun yang akan kau lakukan kepadaku saat ini.”
“Aku hanya ingin kau menjauhi kami. Jangan
ganggu aku dan Noona-ku lagi. Pergilah, pergi yang jauh, jangan terlihat oleh
kami lagi.”
Eunji mencibir, “Aku tahu, dia hanya
mengatakan kebohongan untuk memancingku kesini. Aku tahu, aku tidak akan bisa
memilikimu. Aku tahu, Daehyun pasti akan menjagamu. Aku pernah merasakannya.”
Young Jae terdiam, dia menunggu
sebuah cerita dari Eunji jika memang ia ingin berkata sesuatu.
“Aku hanya iri dengan hubungan
kalian. Aku ingin mendapatkan perlakuan itu darimu juga, aku tidak
mendapatkannya dari keluargaku, aku tidak mendapatkan perhatian yang berlebih
dari teman-teman dan juga adikku. Aku sakit, setiap kali aku melihat perlakuan
manismu kepada Nara. Aku rasa aku juga pantas mendapatkannya..”
Nara mendengar semuanya, ia merasa
iba. Ternyata selama ini dugaanku
benar...ia melakukan semua ini padaku karena alasan ini....seharusnya aku lebih
peka....seandainya aku lebih peka sedikit saja....
“Kemarilah, ...” dengan tiba-tiba
Young Jae memeluk Eunji, ia mengelus kepala gadis yang sepantaran dengan
kakaknya. Ia memberikan rasa nyaman kepada Eunji.
Suasana sempat menghening di tengah
senja yang sebentar lagi akan menghilang.
“...Aku akan memberikanmu sesuatu,
...Eunji Noona, ....”
“.....................”
“Ini untuk semua pesakitan yang
telah kau berikan kepada Noona-ku,.....”
“......................”
“Yang ini untuk semua teror yang kau
berikan kepada Noona-ku,.....”
“......................”
“Dan terakhir, kau harus membayar
karena sudah merusak barang kesayangan Noona-ku....”
“......................”
Ngggggghhhh....
Young Jae pergi, ia menjemput Nara
yang sudah menunggunya di suatu ruangan di dekat sana.
Eunji terlentang di lantai,
tangannya sibuk menutupi 3 luka tusukan di perutnya yang Young Jae hadiahkan
padanya beberapa saat yang lalu. Tanpa sepengetahuan Nara, Young Jae melukai
bahkan berniat membunuh Eunji yang sesungguhnya sudah mengatakan semua
permasalahannya secara gamblang.
Aku
melukai Nara, aku seorang psycho, namun aku tidak pernah berniat untuk
menghabisinya...aku hanya kesal, ia tidak pernah membuatku nyaman saat aku
bersamanya...aku membenci kebahagiaannya karena aku juga menginginkan itu
terjadi padaku ....
*****
Jong Up duduk manis di meja makan. Matanya
sibuk mengamati jam dinding. Ia berusaha membuatkan makan malam untuk Eunji. Ia
juga menunggu kedua orang tuanya kembali dari kantor.
Setengah jam berlalu, mereka tinggal
menunggu kedatangan Eunji untuk melengkapi makan malam bersama.
“Kemana Eunji? Kenapa ia begitu
larut di kampus?” tanya orang tua angkat mereka.
“Aku tidak tahu Eomma, mu.....”
‘TOK TOK’ “Uppie, aku pulang!”
teriak Eunji terdengar begitu bersemangat, Jong Up segera menghampiri pintu dan
membukanya.
“Noona! Aku sudah membuat makan
malam untuk kita! Aku membuat Nachos kesukaanmu! Noona, sedang apa kau? Noona?”
Eunji membelakangi Jong Up, ia
berdiri dan sedikit tertunduk.
“Noona...? Nnnn....” Jong Up tidak
lagi memanggilnya, ia melihat ke bawah; banyak sekali cairan kental berwarna
merah yang jatuh dari tubuh Eunji.
Jong Up gemetar, ia memberanikan
diri memegang kedua bahu Eunji. Tubuh itu rubuh menimpa tubuhnya dengan wajah
yang benar-benar pucat, dan darah-darah itu berasal dari perutnya.
“Eunji.....Eunji....Eun.....Noona....”
ucapnya pelan dan lirih juga gemetar ketika mengetahui tubuh gadis itu tak lagi
hangat.
Semuanya terkejut, petualangan hidup
Eunji berakhir disini.
******
Hidup Nara mendadak menjadi tenang,
tidak ada orang ‘sakit’ yang melukainya lagi, tidak ada teror yang terus
menghantuinya.
“Young Jae-a, aku penasaran,....apa
yang kau katakan kepada Eunji sore itu? Aku tidak bisa mendengar jelas
percakapan kalian...”
Young Jae merangkul kakaknya dan
mengatakan hal yang benar-benar membuat Nara tenang, “Tidak banyak, aku hanya memeluknya
dan menyuruhnya untuk pergi dari kehidupan kita........pergi jauh.”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar