Rabu, 29 Februari 2012
Jumat, 24 Februari 2012
BUCKGER -4-
βϋϗϕέπ
Perlahan tapi pasti, Buckger bangkit dengan perlahan selama 3 bulan semenjak pulangnya Laika ke istana. Kehidupan masyarakatnya mulai bagus dan tertata lagi. Makanan dan sumber mata air pun sudah berjalan sebagai mana mestinya. Bahkan Pangeran Lubin pun terheran-heran mengapa Buckger ditangan Laika bisa melesat seperti ini. Kehidupan didalam istana pun menjadi lebih baik dari sebelumnya. Miss Andrea resmi menjadi guru dari kerajaan Buckger. Laika memberinya amanat agar mendirikan sekolah di tengah-tengah masyarakat agar generasi selanjutnya tidak bodoh seperti generasi sebelumnya. Dan Valdro tetap menjadi penasehat kerajaan. Sedangkan Pangeran Lubin menjadi sosok kakak yang baik dalam membimbing adiknya, Laika jika masih terdapat kesalahan-kesalahan kecil. Tetapi itu semua belum membuat kerajaan Aserlatus jera, rencananya 3 hari mendatang mereka akan mengunjungi Aserlatus dan menyelamatkan rakyat Buckger yang menjadi budak disana, termasuk menyelamatkan Imelda.
“Kakak, aku takut untuk berperang.”
“Kita tidak akan berperang, kita akan berbicara baik-baik pada mereka.”
“Tapi Pangeran, bagaimana jika mereka mengajak kita berperang? Kita harus tetap menghadapinya kan?” Bigum menyusun strategi agar mereka tidak terjebak dalam situasi perang.
“Kita hindari itu sebisa mungkin, jika dia tidak mau melepaskan sanderanya..mungkin bisa diselesaikan dengan perjanjian.”
Melihat situasi yang membingungkan seperti ini, Laika minta waktu sebentar untuk menyendiri di museum. Dia keluar istana untuk menjernihkan pikiran, berpikir bagaimana cara agar Aserlatus mau melepaskan orang-orangnya dengan damai tanpa perang. Merasa khawatir dengan situasi mental adiknya, Pangeran Lubin meminta Yora untuk menyusul Laika.
Laika yang melamun melihat lukisan Natalie, dia merasa bersalah karena sudah melalaikan rakyatnya selama 4 tahun ini. Napas panjang dihembuskan sang ratu, sampai Yora datang dan menyapanya.
“Ratu?”
Laika menoleh, ekspresinya datar. Seperti ada yang ditahan olehnya.
“Adakah yang membebanimu?”
“Banyak, terutama Aserlatus. Bagaimana cara agar semua ini ditempuh dengan jalan damai? Aku sudah letih, memikirkan hal ini tetapi belum mendapat sebuah jalan keluar.”
“Mereka harus mendapatkan efek jera dari kita. Misalnya dengan menyita perhatian rakyatnya dengan Buckger ini? Sudah jelas disana tak semakmur di sini Ratuku. Bisa saja kita mengirim utusan kesana, dan membujuk rakyat disana untuk hijrah kesini.”
“Bukankah itu perbuatan yang tidak baik, Yora? Itu sama dengan kita bermain belakang, dan tidak bersih. Bagaimana hal seperti itu bisa transparan dan terbuka. Sehingga tidak ada sesuatu hal yang tidak jelas.”
“Ya, itu cara yang kasar. Tapi jika tidak, kita akan diserang habis-habisan oleh mereka. Atau dengan jalan kita meminta bantuan dengan kerajaan yang lain?”
“Kita berdiri sendiri. Hampir semua kerajaan condong ke arahnya. Kita sebenarnya tidak punya daya untuk melawannya. Kecuali menukar orang kita dengan hasil panen kita. Itu sama dengan membunuh rakyat Buckger dan Natalie pasti akan sedih.”
“Natalie pasti membantumu jika Ratu ada niat dan kemauan yang keras untuk menyelamatkan mereka. Bagaimana jika kita coba cara yang tadi? Kirim saja seorang rakyat yang bisa kita percaya ke sana, katakan tentang indahnya Buckger. Dengan begitu rakyat Aserlatus akan mengubah pikiran mereka. Lambat laun mereka akan mencoba mengunjungi Buckger, lalu berkenalan dengan rakyat disini. Awalnya mungkin Cuma menginap, lalu mereka akan berkeliling Buckger, lama kelamaan mereka akan ingin menetap disini.”
“Itukah yang kamu rasakan, Yora?”
“Benar Ratuku.”
“Apa tidak mudah bagi mata-mata Aserlatus untuk masuk di antara mereka? Lalu membuat kekacauan disini. Misalnya menjarah atau menutup sumber air?”
“Mereka tidak bisa apa-apa disini, Ratuku. Setiap sudut Buckger ada penjaga. Bahkan kita sebar mata-mata untuk menjaga wilayah Buckger. Dan aku rasa itu tidak jadi masalah. Memang sesekali, mau tidak mau kita harus melakukan ini demi kita, demi Buckger tercinta ini. Karena hanya itu satu-satunya akses yang mudah membebaskan mereka. Jika Aserlatus memang kejam, dia tidak akan mempunyai rakyat. Tapi jika dia mau mengubahnya, maka daerahnya tidak kalah hebat dengan Buckger ini. Sama seperti Ratu dikala dulu, kemudian Ratu mulai merubah sikap, dan sekarang hasil yang Ratu ciptakan pun manis.”
Mendengar Yora yang sama sekali tidak berubah, ingin rasanya Laika kembali ke 4 tahun yang lalu. Merasakan pahit manisnya kehidupan menjadi seorang Putri kerajaan. Yang manja dan egois. Tetapi kini ia telah menjadi seorang Ratu yang setiap tindak tanduknya menjadi teladan bagi semua orang.
Laika menatap Yora, tidak banyak perubahan yang Laika lihat. Dia masih bersahaja dan penuh kharisma seperti pertama kali bertemu di hutan ketika berburu. Tetapi kini adalah kesedihan bagi Laika dan mungkin juga Yora.
“Bolehkah aku menanggalkan tahta ini untuk beberapa menit, Yora?”
Laika melepas mahkotanya dan ia letakkan dijendela samping.
“Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu…”
Yora menunggunya, benar-benar menunggunya.
“Kemana aku yang dulu? Ketika aku tanpa mahkota ini, aku selalu berada disampingmu.”
Laika melangkah satu langkah mendekati Yora.
“Ketika aku tanpa mahkota ini, kamu selalu menggandeng tanganku.”
Laika menambah langkahnya.
“Ketika aku tanpa mahkota ini, aku selalu merangkulmu.”
Setiap habis bertanya, Laika menambah satu langkahnya.
“Ketika aku tanpa mahkota ini, kamu selalu ada untuk menopangku ketika aku terjatuh.”
Yora menatap indah Laika dalam diamnya.
“Aku tidak tahu, apa yang mengubah kita. Apakah kamu sadar, kita semakin menjauh?”
Yora ingin sekali mendekapnya.
“Apa karena mahkota ini, lalu merubah semuanya?”
Semakin tinggi keinginan keduanya untuk saling memeluk.
Sampai akhirnya Laika berdiri hanya 10 cm dihadapan Yora.
“Bahkan, sejak ada mahkota ini…kamu tidak pernah menyentuhku walau hanya sekedar menepuk bahuku.”
Yora sadar, status membuat perbedaan diantara mereka.
“Ini tentang KITA. Bukan hanya AKU atau bukan hanya KAMU. Tapi ini tentang…KITA.”
Laika diam, tidak tahu harus melanjutkan kalimatnya seperti apa lagi. Karena tepat disini jaminan itu ada dan dia pun tidak tahu apa masih berlaku sampai sekarang.
“Permainan ini belum terakhir. Semuanya tergantung pada cara damai kita terhadap Aserlatus nanti.” Disaat seperti ini Yora masih saja menyinggung tentang Aserlatus dan bagaimana cara agar Buckger tidak terlibat perang dengan Aserlatus.
Laika menghembuskan nafas panjang, dia tidak tahu kemana arah pembicaraan ini sebenarnya.
“Bisakah aku meminta tolong padamu, Jenderal Perang?” itulah Yora sekarang.
Belum sempat Yora menjawab, Laika sudah menyambar kesempatan bicara milik Yora.
“Panggil namaku, raih tanganku, peluk aku, cium aku seperti yang pernah kita lakukan dulu. Dan aku memohon kepadamu, Yora.”
Ya! Yora inginkan semua itu, tapi dia masih merasa akan status mereka.
Laika menunggu, tapi sejenak dia sadar. Mungkin hubungan yang dijalin selama 4 tahun ini akan sirna karena status. Laika kembali ke tempat awalnya berdiri, mengambil mahkotanya dan kembali ke dalam istana bertemu kakak dan Bigum.
“Kenapa lama sekali?” tanya Lubin yang sudah pusing memikirkan masalah ini.
“Aku punya suatu usulan, dengarkan…”
Laika menjelaskan apa hasil pembicaraan antara dirinya dan Yora di museum tadi. Usulan ini mengundang pro kontra. Tetapi akhirnya usulan ini disetujui dan besok Buckger akan mengirim utusannya ke Aserlatus.
Seusai makan malam, Laika langsung masuk kedalam kamarnya dan dia sudah letih memakai baju milik ibunya itu. Baju ini terlalu berat untuk dirinya yang berumur 19 tahun. Melihat baju-baju lamanya, dia rindu ingin memakai itu. Mendengarkan panggilan hati, Laika mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju lamanya. Mahkota itu pun diganti dengan yang lebih mungil. Saat dia bercermin, baju itu sudah kekecilan. Ya dia ingat itu adalah bajunya saat dia berumur 15 tahun, dan kini sudak tidak muat. Apa boleh buat, dia mencari pakaiannya yang lain yang pas dengan tubuhnya.
“Saudaraku, jujurlah padaku. Apa yang sedang terjadi antara kamu dengan Laika?”
“Panggil dia Ratu sekarang.”
“Baiklah, kalian sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Apa karena status kalian? Dengarkan aku, cinta itu tidak memandang apa pun. Bahkan tidak memandang dimensi. lakukanlah sebelum semuanya terlambat Yora. Ingat kan bagaimana dulu kamu terus memandanginya dari kejauhan? Sekarang sudah ada didepan mata, kenapa kamu siakan? Kesempatan jarang datang dua kali. Selagi dia masih ada, jangan pernah lepaskan dia.”
Adiknya semakin pintar. Yora pun jadi terus memikirkan Laika semenjak kejadian dimuseum itu. Yora telah membuang kesempatan itu. Baru kali ini dia bisa sebodoh itu. Kini untuk bertemu Laika saja susah, karena dia sedang memantau rakyat ditemani Pangeran Lubin.
“Tunggu apa lagi? Temani dia, biarkan Pangeran Lubin beristirahat.” Bujuk Bigum.
Langsung saja Yora menghampiri mereka berdua, ternyata benar. Pangeran Lubin meninggalkan mereka berdua.
“Perlu aku bantu?” Yora menawarkan bantuan. Dia melihat Laika sedang banyak membawa barang atau pun makanan yang diberikan oleh rakyat. Lengannya penuh dengan banyak keranjang.
Laika hanya sepintas menolehnya dengan keringat yang di dahi dan lehernya. Dia sedang tidak memakai mahkotanya.
“Kalian berdua sangat serasi. Sepertinya kalian berjodoh?” ucap salah satu anak remaja berusia 13 tahun yang ditemui mereka di salah satu gerobak buah.
Wajah Laika langsung memerah, sedangkan Yora hanya tersenyum berterima kasih. Kemudian Laika memberi semua keranjang yang ada ditangannya kepada Yora. Dengan tersipu malu, Yora sedikit tersenyum senang. Laika melanjutkan meninjau pasar, melihat Yora yang kesusahan membawa keranjang banyak, Laika hanya mengumpat tawa. Sampai akhirnya mereka berada di ujung pasar yang terdapat bangunan kosong.
“Aku rasa semakin banyak penggemarmu.”
“Terima kasih.”
Lalu mereka diam lagi masih menjaga jarak. Masih malu-malu untuk memulai topik pembicaraan, datanglah segerombolan anak kecil berumur 6 tahun yang berlomba-lomba mendekati sang ratu Buckger.
“Ratu, apakah aku sudah terlihat seperti Ratu Buckger?” tanya salah satu diantara mereka.
“Aku yang lebih mirip Ratu!”
Semua membuka mulutnya membuat suara gaduh nan berkumandang di gedung kosong itu. Lalu Laika jongkok dan mendekati anak-anak itu, “Kalian sangat mirip dengan Ratu Buckger. Bahkan pakaian kalian lebih indah dan lebih bagus dari pakaian Ratu. Siapa yang menjahitkan pakaian ini untuk kalian?”
“Tentu saja Ibu kami…apakah Ratu ingin bertemu dengannya?” mulanya anak kecil itu memegangi tangan Ratu, tapi lama kelamaan mereka menarik Ratu untuk menemui ibunya.
Laika baru tahu, jika di salah satu gang sempit ini ada sebuah toko yang menjual baju jadi. Dan Laika suka, suka dengan hasil jahitan ibu mereka. Karena di istana belum ada tukang jahit maka Yora berinisiatif menjadikan ibu itu penjahit istana.
“Ah! Ratu!” ibu setengah baya itu membungkukkan badan memberi hormat.
“Benar Ibu semua yang merajut dan menjahit pakaian-pakaian mereka?”
“Iya Ratu. Apakah anak-anakku mengganggumu?”
“Oh, tidak sama sekali Ibu. Sejak kapan Ibu menjahit? Tampaknya pakaian yang Ibu hasilkan bagus. Saya tertarik.”
Ibunya langsung merasa bangga karena langsung disanjung oleh Ratu.
“Sudah lama, tapi sayangnya Ratu dulu tidak pernah masuk ke gang ini, jadi wajar jika Ratu tidak tahu.”
“Kalau begitu, Ibu mau tidak menjadi tukang jahit kerajaan? Kebetulan tidak ada orang untuk posisi itu. Dan lagi pula saya mungkin akan sangat memerlukan jasa Ibu. Bagaimana?”
Ibu itu spechless, hanya senyum-senyum dan senang karena masa depan anaknya bisa terjamin.
“Ibu juga bisa membawa semua anak-anak Ibu untuk tinggal diistana. Bagaimana? Itu juga jika Ibu tidak merasa keberatan?”
“Tidak Ratu, saya tidak merasa keberatan sama sekali. Ini suatu kehormatan bagi keluarga saya karena bisa melayani Ratu secara langsung.
Yora senang dengan anak-anak itu. Dia menggendongnya satu persatu, bermain dengan mereka, menggoda mereka, seperti layaknya anak dengan ayah. Melihat keakraban itu, Laika tidak mau mengganggunya. Dia berkeliling toko itu untuk melihat baju-baju yang indah dihiasi manik-manik itu. Kemudian ada salah satu baju sederhana berwarna coklat yang menarik perhatiannya.
“Ibu, bolehkah saya mencoba baju ini? Rasanya pas..”
“Silakan, dengan senang hati Ratu.”
Laika masuk kedalam ruang ganti sempit yang ada di toko. Perlahan dia mengganti pakaiannya. Dia ingin sekali menggunakan pakaian ini, memiliki pakaian ini. Karena ini sangat bagus. Saat dia keluar dari ruang ganti, yang pertama takjub melihatnya adalah anak-anak itu. Ketika perhatian mereka teralih dari Yora ke Sang Ratu, Yora menjadi ikutan menoleh. Dia langsung berdiri, menatap makhluk indah ciptaan Tuhan yang ada didepannya ini. Laika hanya tersenyum, baru kali ini dia bisa merasakan dirinya seperti 4 tahun yang lalu. Dan seharusnya memang begitu, dia hanyalah gadis yang berumur 19 tahun. Dia masih muda dan terlalu muda untuk menjadi seorang Ratu dari Buckger yang jaya ini. Tapi apa yang dia kerjakan sudah bisa membuat rakyatnya damai, sejahtera dan tentram. Tapi secara mental, Laika hanya seorang gadis belia dengan sejuta impian dan harapan. Bahkan dia belum bisa memimpin sebuah kerajaan, ini pengecualian. Ini dekrit bagi dirinya sendiri, dia berjanji setelah permainan ini berakhir, tahta akan dia serahkan kembali kepada kakaknya. Karena kakaknya jauh lebih pantas dibandingkan dirinya memimpin Buckger ini.
“Sungguh cantiknya Anda, Ratuku…” puji Ibu penjahit.
“Terima kasih. Kalau begitu, bolehkah saya membeli baju ini? Saya sangat menyukainya.”
“Ambil saja, Ratu. Anggap saja ini hadiah dari kami karena Ratu sudah memberikan kesempatan untuk menjadi penjahit kerajaan.” Kata ibu itu.
“Terima kasih. Berkemaslah, banyak yang menunggu Anda di istana.”
Ibu itu segera berkemas dan Laika mengajak Yora kembali ke museum istana.
Semua orang yang melihat Laika dan Yora benar-benar tersihir. Mereka jalan berdampingan, walau tidak saling memautkan tangan, mereka menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Laika yang cantik dan mempesona berdampingan dengan Jenderal Perang, Yora yang tampan serta tegap itu. Keduanya benar-benar tidak tampak seperti orang kerajaan. Tetapi lebih merakyat, sama seperti yang melihat mereka. Bigum dan Lubin pun bangga, karena memiliki Laika dan Yora yang seperti itu.
“Hei, kenapa bengong?” Yora melintas di depan Bigum yang dari tadi menganga melihat mereka. Pangeran Lubin ikutan menyikut Bigum yang semakin bengong melihat Laika benar-benar cantik! Baru kali ini Bigum melihat Laika yang seperti itu.
“Bahkan aku dulu sering memandikannya sewaktu dia kecil.” Dengan bangganya Pangeran Lubin mengatakan hal itu kepada Bigum.
“Semoga saja rencana yang sudah kita buat berjalan sesuai harapan. Bagaimana, sudah ada kabar yang terdengar mengenai Imelda?”
“Belum, bahkan aku tidak tahu dia masih bisa bertahan atau tidak disana. Aku berharap, dia baik-baik saja disana.”
“Ada yang ingin diperbincangkan?” tanya Laika malu-malu tidak memandang ke wajah Yora.
Yora tidak langsung menjawab, dia mencuri pandang ke Laika. Bertanya-tanya pada hatinya, apakah ini kesempatan yang kedua itu?
Mereka cukup lama diam, merasa Yora hanya bermain-main Laika pamit untuk pergi.
“Jika tidak ada yang dibicarakan, aku masih ada banyak pekerjaan.”
Belum sempat Laika memalingkan badan, Yora meraih salah satu tangannya. Mengajaknya ke suatu tempat di dalam museum yang jauh dari pintu masuk atau jendela. Yora tidak banyak bicara hanya terus menggandeng Laika.
“Jadi, benar ada yang mau dibicarakan? Aku kira ini sudah cukup dalam, tidak ada yang tahu kita berada disini.”
“Tentang malam kemarin, aku minta maaf.”
Laika diam, memberi waktu kepada Yora untuk menyampaikan semuanya.
“Ya memang selama ini aku menjaga jarak. Aku tahu ada yang membuat kita seperti itu dan aku yakin kamu juga pasti tahu. Dan aku memang mungkin banyak berubah, itu semua karena kondisi kita yang…”
Laika meletakkan jari telunjuknya dibibir Yora, “Apa? Kamu mau menyalahkan kondisi ini? Siapa yang mau kondisi seperti ini? Aku juga tidak siap ketika itu diangkat menjadi seorang ratu. Aku masih 19 tahun, aku masih ingin bersenang-senang. Aku masih ingin berburu ini itu, aku masih kecil untuk menjadi seorang ratu. Pangeran Lubin saja yang usianya lebih tua dari aku, tak siap untuk menjadi raja. Apalagi aku hanya seorang gadis berusia 19 tahun yang kabur selama 4 tahun?”
“Ya kita sama-sama mengerti kan?” Yora menjauh dan menyenderkan tubuhnya di dinding museum.
“Kenapa? Bicaralah, tentang kita.”
“Apa yang harus aku bicarakan lagi? Kurasa semuanya sudah jelas.”
“Dengan kata lain,…kamu ingin menyudahi permainan kita?”
“Aku tersiksa tidak bisa menyentuhmu, memelukmu, menciummu…dan aku tidak bilang aku menyudahi semua ini. Aku bukan seseorang yang tidak bertanggung jawab, aku yang memulai permainan ini, aku pula yang harus menyelesaikan semuanya.”
“Lalu, hubungan kita? Aku perlu kejelasan tentang hubungan kita.”
“Hubungan kita,…aku tidak bisa melepasmu Laika.” Yora menunduk lemas.
Laika langsung menyergap tubuh Yora yang sudah lama tak dipeluknya. Tidak dilepaskannya. Mereka tenggelam, tenggelam dalam kenangan yang sempat kandas karena status. Laika gemetar, karena tangisnya pecah. Semuanya keluar dengan perlahan, tetapi tugas berat masih menanti mereka didepan.
“Aku tidak mau kehilanganmu, kita harus terus bersama. Selamanya. Suatu hari kita akan menikah, dan mempunyai banyak anak. Kamu menyukai itu kan?”
Yora mengusap lembut kepala Laika, menandakan dia setuju dengan hal itu.
“Aku berjanji, aku tidak akan pernah mengulangi itu lagi.” Yora tidak melewatkan kesempatan kedua ini begitu saja. “Aku akan selalu ada untukmu, selalu berada di sisimu.”
“Sentuhlah aku setiap hari. Peluk aku serta cium keningku setiap hari.
“Aku akan melakukannya untukmu. Hanya untukmu.”
βϋϗϕέπ
Utusan dari Buckger sudah kembali dan berhasil. Dia membawa beberapa keluarga dari Aserlatus kemudian menghadap Ratu. Mereka katakan bahwa semua budak disana memang orang dari Buckger. Tapi kini Aserlatus tak sejaya dahulu, Rajanya telah mati dan digantikan oleh putra mahkota yang menginginkan Laika dulu. “Kerajaan itu hampir mati, dia sudah berada diujung tanduk.” Kata utusan Bukcger. Ini adalah kesempatan bagus untuk menyerang Aserlatus pikir Lubin. Maka keeseokan hari setelah utusan ini datang, Laika, Yora dan Bigum saja yang berangkat. Laika meminta kakaknya untuk menjaga Buckger dari kemungkinan serangan-seranagn yang diluar perkiraan.
Perlu waktu yang lumayan lama saat menuju Aserlatus, tapi saat mereka semakin dekat dengan Aserlatus, hawa kemiskinan dan kelaparan serta kekeringan semakin terasa. Keadaannya tak jauh beda saat Buckger seperti ini beberapa bulan yang lalu. Sepanjang jalan banyak sekali pengemis, sampai uang Bigum habis untuk diberikan kepada pengemis-pengemis itu. Dan kemudian dari itu semua, tampaklah istana yang sangat besar dengan benteng yang tinggi, jendela yang sedikit dan hamparan semak belukar di depan kastil itu.
“Mengerikan!” protes Bigum saat melihat bentuk kastil itu.
“Waspadalah, bisa saja kita diintai dan dikepung.” Yora menyuruh semua prajurit dan Laika untuk waspada.
Salah satu dari mereka, seorang prajurit ditugaskan untuk mendekat ke gerbang utama. Menggertak, dan akhirnya ada jawaban dari dalam kastil. Bersiaga, gerbang dibuka dan betapa terkejutnya ketika semua orang melihat apa yang ada didalam sana. Bau busuk, Laika tak sanggup, Yora berpindah dari kudanya kepada Laika. Banyak mayat bergelimpangan disana. Dengan tenaga yang ia punya, Laika berusaha bersembunyi dibalik punggung Yora.
“Apa-apaan ini? Pembunuhan massal?”
“Pengawal, tolong cari Imelda diantara mayat-mayat ini. Wajahnya mirip dengan Ratu Laika, matanya sipit!”
Pengawal langsung memeriksa mayat satu persatu, tapi setelah ditunggu hasilnya nihil. “Semua mayat adalah laki-laki!”
Laika membawa setengah dari pengawalnya untuk masuk ke dalam istana. Di dalam sama keadaannya dengan diluar. Bau anyir dan mungkin ini sudah berbulan-bulan seperti ini. Di singgasana, duduklah seorang laki-laki kurus kering yang membelalak denga pandangan kosong.
“Hei kamu yang disana! Sebutkanlah namamu!” teriak Yora kepada lelaki itu.
Laika mengamatinya, “Aku rasa dia sudah tidak bernyawa..” merasa lelaki itu sudah tewas, Laika mendekatinya. Yora sempat mencegahnya, tetapi rasa ingin tahu Laika lebih besar. Pelahan ia mendekati lelaki itu, tidak ada tanda kehidupan darinya sampai akhirnya Laika menyentuhnya dan grebbb!!! Lelaki kurus itu mencekik Laika dengan gila.
“Kamu telah menipuku!!” kata lelaki kurus itu parau.
Yora dan Bigum langsung maju menolong Laika. Karena lelaki itu kurus dan ringan, mudah saja untuk Bigum menghantam orang itu dengan pedang beratnya. Dakk! Lelaki kurus itu menghantam tembok dan sekarat.
“Apa yang kamu lakukan? Hanya dia orang yang hidup disini!” Yora memarahi Bigum.
“Masih banyak yang hidup disini.” Dari balik sebuah pintu yang ada di dekatnya, banyak ada suara-suara yang memanggil-manggil Laika. Ketika Bigum membuka pintu itu, disanalah selama ini rakyat Buckger disekap dan dijadikan budak. Mereka lemas, bahkan menjadi sampai kurus. Segeralah pengawal menolong mereka. Sedangkan Laika sibuk mencari gadis yang mirip dengannya, Imelda.
“Adakah diantara kalian yang bernama Imelda?”
Salah seorang menunjuk-nunjuk kedalam ruangan tersebut. Laika langsung masuk ke dalam ruangan tersebut ditemani Yora. Karena ruangan ini berbau tak sedap, dengan dihuni dengan begitu banyak manusia, jelas saja siapa yang akan tahan. Laika terus masuk ke dalam dan itulah Imelda pingsan. Yora yang memeriksanya langsung membawa Imelda keluar dari ruangan tersebut.
“Pengawal, kembalilah ke Buckger dan perintahkan penduduk untuk merawat orang-orang ini. Bigum, ikutlah bersama mereka, bawa Imelda kepada Pangeran..kami akan menyusul.” Ratu Laika memberikan mandat seperti itu.
“Kalian mau apa lagi?”
“Kami hanya ingin memeriksa tempat ini sekali lagi. Pulanglah bersama yang lain. Aku dan Laika hanya ingin memastikan wilayah ini bersih.”
Jelas Bigum merasa keberatan jika disuruh meninggalkan mereka berdua saja. Firasat Bigum sudah tidak enak. Setelah diluar, Bigum memberi kekuasaan penuh kepada kepala pengawal untuk membawa rakyat pulang dengan selamat. Bigum kembali lagi mencari Yora dan Laika.
“Aku tidak bisa meninggalkan kalian disini.”
“Kenapa kembali lagi? Kami sudah mau menyusul kalian.” Tanya Laika yang sudah bersiap naik kuda bersama Yora.
Seperti kilat, lelaki yang kurus itu menggores lengan Yora dengan sebuah pedang. Laika yang terkejut spontan mengambil pedang milik Yora lalu menusuk lelaki kurus itu tepat di jantungnya. Menyadari hal itu, Bigum langsung mengamankan keduanya dan pergi dari tempat iitu secepatnya.
Beberapa minggu setelah kepergian mereka ke Aserlatus, Yora pulang dengan bekas luka sabetan pedang di lengan kanannya. Setelah luka itu sembuh, tenyata goresan luka itu membuat Laika semakin lengket dengan Yora. Karena luka itu, Yora tampak lebih Yora.
Imelda perlahan sembuh dan mulai gemuk. Pangeran Lubin merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dan mereka akan berencana segera menikah, dengan Lubin menjadi Raja kembali di Buckger. Laika sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan dia sudah menyerahkan kembali kekuasaan kepada Lubin. Laika memang Putri, hanya seorang gadis dengan segala keindahan yang mempesona semua orang. Semua orang yang tersisa di Aserlatus pindah dan hijrah ke Buckger. Kini Buckger memperluas wilayahnya dan Laika akan dimasukkan dalam sejarah. Pendongeng kerajaan meringkas semua kidah hidup Laika dan akan mengukirnya di dinding museum, karena Laika sangat menyukai museum kerajaan. Di tempat inilah jaminan itu ada, dan ternyata jaminan itu berlaku seumur hidupnya. Antara dia dan Yora.
Musim dingin tiba, semua orang sudah siap dengan mantel hangatnya kecuali Yora yang memang tidak pernah melewati musim dingin, begitu juga Bigum. Laika sengaja belajar menyulam kepada penjahit istana agar bisa membuat mantel untuk mereka. Ketika mantel sudah jadi, Bigum dan Yora menunggunya di tengah taman istana, sembari melihat salju yang sebentar lagi akan turun.
“Kalian pasti sudah lama ya menungguku?”
“Hey, ini dia Putri kecil kita…” Bigum langsung mendorong Laika mendekat kepada Yora. “Apa yang kamu bawa itu, Ratu Putri?”
“Ratu Putri? Hahaha…” Yora tertawa mendengar Bigum memanggil semua status itu.
“Ini aku membuat sebuah mantel, karena musim ini akan panjang dan dingin. Kalian belum pernah melewati musim salju kan?”
“Tidak, kami berasal dari gurun. Apakah kamu membuat mantel untuk kami?”
“Yap, tapi ini khusus untukmu Yora. Dan ini juga khusus untuk Bigum.”
Bigum meraih mantel dari bahan dasar wol itu, merah menandakan berani dan pantang menyerah. “Wow! Terima kasih Laika, kamu baik.” Satu kecupan di kening Laika dari Bigum sebagai tanda terima kasih.
“Hijau?” tanya Yora kepada Laika.
“Bukankah kamu suka dengan warna hijau? Atau aku salah?”
Yora langsung saja mencium pipi Laika, dia senang ada seseorang yang benar-benar memahaminya. Dia langsung memakainya, walau agak sedikit kepanjangan Yora tetap senang mendapat sebuah benda yang tidak pernah ia miliki selama ini.
“Dan permainan ini sudah berakhir.” Yora menutup permainan yang selama ini mereka mainkan.
Salju mulai turun menutupi Buckger dari semua permasalahan. Salju membersihkan Buckger yang pernah kotor. Semua orang menyambut salju yang putih dan bersih, anak-anak sudah melengkapi diri mereka dengan topi, wortel dan batu. Mereka akan menunggu sampai lapisan salju yang tebal lalu membuat boneka salju. Betapa gembiranya hati Laika melihat akhir yang indah ini. Dia tersenyum kepada Laika, Natalie Jovana. Laika melihat sosoknya dibalik pohon cemara yang besar itu. Berterima kasih kepada Laika karena telah membuat Bukcger seperti ini. Makmur, aman, damai, sejahtera, dan indah. Semenjak itu, Laika tak pernah melihat sosok Natalie Jovana lagi.
“Terima kasih Laika, atas semua yang kamu lakukan untuk Buckger.”
Tulisan itu panjang dan besar meluncur dari atas menara istana. Ternyata selama ini rakyat membuatnya untuk menghormati jasa Laika kepada Bukcger. Ya, Buckger adalah Laika dan Laika adalah Buckger.
Terima kasih Ayah dan Ibu, seandainya kalian masih ada disini melihat Buckger seperti ini. Semoga kalian tenang disana, disurga yang terindah, indah seperti Buckger. Aku, kami semua mencintai Buckger seperti aku mencintai kalian semua yang berharga didalam hidupku.
Laika merangkul Bigum dan Yora. Pangeran Lubin memeluk semuanya, sebuah pelukan besar untuk Laika, Putri Buckger.
T A M A T
BUCKGER -3-
βϋϗϕέπ
7 hari sudah Laika melarikan diri dari Buckger. Dan prajurit dari Buckger serta Pangeran Lubin sudah mencari Laika tapi tak menemukannya atau tidak bisa menemukannya. Pangeran Lubin tidak berani kembali ke kerajaan, karena Raja pasti akan sangat marah kepadanya karena tidak bisa membawa adik semata wayangnya pulang. Padahal saat ini Lubin sudah tidak berada diwilayah Buckger lagi. Dia sudah berada di kawasan kerajaan antah berantah. Sepertinya Pangeran tahu mengapa adiknya yang cantik itu kabur. Pasti karena misi yang dibawa oleh pengembara itu sudah terdengar sampai ke telinganya.
“Pangeran! Kami sudah mencari ke segala penjuru mata angin, tapi tidak ada tanda-tanda dari mereka.”
“Mereka?”
“Tuan Putri kabur bersama 2 orang pengembara kembar.”
“Pengembara yang waktu itu sempat bertengkar dengan Tuan Putri maksudmu?”
“Iya Pangeran! Ada dugaan bahwa mereka menculiknya.”
“Diculik?!” mendengar hal itu, Pangeran semakin panas hatinya. “Jangan kembali ke istana sampai kita bisa membawa mereka pulang!! Kita lanjutkan pencarian ini!” dengan kudanya, Pangeran Lubin mencari dan terus mencari adiknya.
Dari pagi berkabut hingga malam Pangeran Lubin tidak henti-hentinya mencari Laika. Sebenarnya, ketika Pangeran Lubin tahu Kerajaan Aserlatus akan mengambil adiknya sebagai permaisuri, dia orang pertama yang tidak setuju dengan usulan itu. Karena merasa tidak punya kuasa apa-apa dan menganggap Laika tidak mengetahui apa-apa, dia tidak mengungkap hal itu. Dan dalam pencariannya ini Pangeran Lubin mau menolong Laika untuk tidak diambil kerajaan Aserlatus dengan mencarikan seseorang yang mirip dengan adiknya itu. Pemikiran yang sama ketika si kembar dan Laika berdebat. Lubin memiliki teman yang sangat mirip dengan Laika, dan terpaksa dia akan meminta tolong pada temannya itu jika dia tidak dapat menemukan Laika.
Karena merasa letih, mereka istirahat disebuah kedai minuman di tengah-tengah padang rumput yang hijau. Malam ini mereka akan istirahat disekitar kedai itu dan pagi-pagi sekali akan melanjutkan perjalanan mencari Laika dan si kembar. Tetapi mungkin semua ini sudah diatur, Laika dan si kembar juga ada di kedai itu, tapi dalam penyamaran mereka.
“Hei, itu bukannya…” Bigum memberi isyarat kepada yang lainnya.
Mengetahui itu, Laika semakin menunduk takut sekali jika Kakaknya melihat dia menyamar sebagai anak laki-laki berusia 15 tahun.
“Tenang saja, tidak akan ketahuan. Kamu benar-benar seperti kami.” Ucap Yora sekalin mengejek Laika.
Pangeran Lubin menghampiri mereka untuk bertanya jikalau mereka melihat Putri Laika ada disekitar sini.
“Hey kalian bertiga!” tapi pemilik kedai keburu mencegah Pangeran bertanya lebih lanjut.
“Percuma saja Pangeran, mereka bisu dan tuli.”
“Tapi aku tadi melihat mereka berbicara!”
“Iya, mereka berbicara dengan bahasa isyarat, dan aku pun tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Salah satu diantara mereka buta. Mereka datang dari negeri yang jauh rupanya, lihat saja gaya berpakaian mereka. Aneh.”
“Apa satu diantara mereka seorang gadis?”
“Tidak, mereka hanya 3 anak laki-laki remaja. Mungkin mereka terpisah dari anggota keluarga mereka. Apa Pangeran butuh penginapan malam ini?”
“Tidak jadi! Aku harus jauh-jauh dari mereka. Mereka pasti bawa penyakit.”
“Sebenarnya ada apa Pangeran membawa pasukan banyak seperti itu?”
“Aku mencari Putri Laika, dia sudah menghilang dari istana semenjak 7 hari yang lalu. Aku sebagai Kakaknya harus menyelamatkan dia. Mungkin kamu sudah mendengar tentang kemauan kerajaan Aserlatus?” tanya Pangeran Lubin kepada orang tua pemilik kedai ini.
“Beritanya sudah kemana-mana Pangeran. Benarkah adikmu Putri Laika itu cantik dan mempesona?”
“Ya, itu benar sekali. Tetapi dia masih 15 tahun dan aku tidak mengijinkan dia menjadi permaisuri dari putra mahkota kerajaan Aserlatus. Aku menentang hal itu.”
“Baiklah, semoga kalian segera menemukan Putri Laika.”
Pangeran Lubin meninggalkan kedai minuman itu dan mencari tempat bermalam yang lebih layak.
Laika, Yora, dan Bigum saling melempar pandangan. Mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar tagihan di kedai itu dan langsung mengejar Pangeran Lubin dengan kuda mereka. Mereka bertiga langsung mencegat rombongan Pangeran Lubin. Yang pertama kali maju adalah para pengawal dan juga prajurit melindungi Pangeran. Laika menunjuk Lubin dan memintanya naik ke kudanya. Masih dalam pakaian yang tidak jelas dan juga menutupi wajah, Lubin menuruti apa mau Laika.
“Jangan lakukan apa pun sebelum ada perintah dariku!” teriak Pangeran kepada anak buahnya.
Hari yang gelap membuat semuanya berjaga, Yora dan Bigum tetap menjaga semua
pengawal itu. Menghadang mereka dengan masing-masing pedang yang mereka bawa.
“Katakan maumu apa, jangan lukai mereka. Aku akan berikan apa yang kamu inginkan.”
Laika menyandera Kakaknya dan mengajaknya agak masuk ke semak-semak meninggalkan kudanya.
“Aku tidak inginkan apa-apa.” Laika berbicara menggunakan suara mirip laki-laki.
“Jauhkan belatimu dari leherku, aku tidak mau terluka.”
Laika menyimpan belatinya, lalu membuka tudung kepalanya. Terkejutlah Pangeran melihat Laika yang menyanderanya.
“Ssssttttt, jangan berteriak!”
“Kamu tidak apa-apa kan?” Lubin langsung memeriksa tubuh adik semata wayangnya itu.
“Apa yang Kakak katakan di kedai tadi benar?”
“Benar! Aku tidak setuju dengan perjanjian macam ini! Malahan aku ingin menggantimu dengan seseorang yang mirip denganmu!”
“Ada? Kami juga sempat terpikir dengan usul itu.”
“Kenapa kamu kabur dengan mereka?”
“Aku sudah lama berteman dengan mereka. Dan aku menjalin hubungan spesial dengan salah satu dari mereka. Karena Cuma mereka yang bisa aku percaya. Ingat malam kamu temukan aku di museum? Aku baru saja setuju ikut permainan mereka. Yora, mencium pipiku malam itu sebagai jaminan. Dan aku tidak bisa berhenti, maka aku melanjutkan permainan ini bersama mereka. Dengan Kakak mengetahui ini, Kakak juga masuk dalam permainan kami, dan jangan sekali-kali Kakak memberitahu hal ini kepada siapapun. Kakak pihak keempat yang mengetahui hal ini.”
“Apa?”
“Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Yang jelas sekarang Kakak harus membantu kami bertiga dalam menghadap Aserlatus. Kakak mengerti kan?”
“Jadi kamu tidak diculik?”
“Tidak, itu sama sekali tidak benar Kak.”
“Sekarang, kamu akan pulang?”
“Tidak mungkin Kak. Kakak harus menemukan gadis yang serupa denganku lalu memberikannnya kepada Aserlatus. Baru aku akan kembali dalam penyamaran ini.”
Mereka kembali dan Laika menjadi anak laki-laki lagi.
“Turunkan senjata kalian! Mereka tidak berbahaya. Sekarang kita lanjutkan pencarian, tinggalkan mereka!”
Yora dan Bigum memberi isyarat kepada Lubin, Lubin pergi dan meninggalkan Laika sementara bersama mereka.
“Apakah dia bisa dipercaya?” tanya Bigum ragu.
“Kalian percaya saja kepada kakakku. Dia bukan pribadi seperti ayahku, dia lebih mirip mendiang ibuku.”
“Kalau begitu, ini sudah malam. Kita mau tidur dimana?”
Mereka kembali ke kedai itu lagi dan bermalam disana.
Putri Laika gadungan sudah berada di istana beberapa hari kemudian. Semua orang percaya jika yang dibawa pulang oleh Lubin itu adalah Laika yang asli. Karena mereka benar-benar mirip. Tetapi ada yang berbeda, mata Laika gadungan ini nampak lebih sipit dibanding yang aslinya. Lubin sudah memberikan pengarahan kepada Laika gadungan ini dan dia dibayar mahal untuk ini. Jelas saja putra mahkota dari kerajaan Aserlatus tidak mengetahui hal ini, tahu apa mereka tentang Laika? Bertemu saja tidak pernah. Tetapi Korsa mencurigai Laika gadungan ini, Lubin berusaha menutupi kekurangan Laika gadungan ini dengan tetap berada disampingnya ke mana pun dia pergi. Karena ini mempunyai resiko yang besar jika sampai terbongkar.
“Haruskah aku belajar tata krama lagi bersama Miss Andrea?”
“Ya, harus! Karena Laika yang sekarang sangat sopan. Dan berusahalah agar matamu tidak terlihat sipit. Karena Laika itu mempunyai mata yang lebar.”
“Tuhan…tidak bisa aku mengubahnya seperti itu. Lagi pula selama aku berada disini, orang itu selalu saja memperhatikan aku dari jauh.”
“Itu Bibi Korsa namanya, jangan dekat-dekat dengannya. Dia orang yang jahat, musuh dibalik selimut. Laika sangat membencinya dan selalu menghindari konflik dengannya. Jadi jika dia mencemooh atau berbicara hal-hal yang kurang berkenan, abaikan saja. Jika kamu melawannya maka kedokmu akan terbongkar dan tamatlah riwayat kita.”
“Iya, kamu tenang saja. Asal aku bisa menikah dengan putra mahkota itu, aku sudah sangat berterima kasih.”
“Sekarang kita jangan membuang waktu disini. Aku tidak mau Bibi Korsa menghampiri kita. Lebih baik sekarang kita temui Miss Andrea di dalam kelas.”
Di tempat lain, Laika yang asli dan si kembar menunggu saatnya kembali ke istana. Mereka kini berada di wilayah antah berantah dan membangun sebuah gubuk kecil. Disanalah mereka tinggal untuk sementara waktu. Sederhana. Itulah yang tergambarkan dari situasi ini. Hanya makan hewan buruan yang tidak bergizi dan ditemani baju compang camping. Sebenarnya Yora sendiri iba dan kasihan melihat seorang putri kerajaan hidup seperti ini. Tapi Laika, menerimanya dengan ikhlas dan tabah. Seminggu, sebulan, setahun, akhirnya sampai empat tahun mereka bertiga tinggal digubuk itu. Bukan waktu yang singkat memang, tetapi ini adalah pengalaman yang membuat Laika senang mengenal kehidupan di luar istana. Sekarang dia maupun si kembar menjadi personal yang jauh lebih baik dibanding ketika mereka baru tiba disini. Laika tumbuh dengan baik meskipun jauh dar pengawasan sang kakak, Bigum dan Yora menjadi laki-laki yang baik dan selalu melindungi Laika. Begitu juga dengan hubungan Laika dan Yora, mereka bisa membina hubungan itu menjadi jauh lebih serius.
Karena Laika hidup di antara 2 lelaki, maka tak ayak dia pun menjadi tak sefeminim dulu lagi. Berburu adalah keahliannya sekarang, dan dia tidak takut kegelapan. Yang ia takuti hanya satu, kehilangan Yora dan juga Bigum. Maka tahun inilah, tepat disaat usia mereka menginjak 19 tahun mereka memutuskan kembali lagi ke Buckger. Tapi mereka sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan Buckger saat ini, Laika tidak tahu apakah ayahnya masih hidup atau tidak. Seiring perjalanan menuju Buckger, Bigum iseng bertanya kepada pemilik kedai yang sempat mereka singgahi dulu. Si tua dulu sudah meninggal, kini digantikan dengan anaknya.
“Pernah mendengar nama kerajaan Buckger?”
“Kalian ini siapa?”
“Kami hanya pengembara, kami ingin ke Buckger.”
“Kerajaan Buckger? Tidak ada yang spesial disana.”
“Maksud kamu apa?”
“Semenjak Putri Laika dibawa oleh Kerajaan Aserlatus, Buckger menjadi tidak spesial lagi. Rajanya tewas karena sakit-sakitan anaknya dibawa paksa oleh Aserlatus, kini Pangeran Lubin yang menjadi raja disana.”
“Raja tewas? Kapan?” Bigum yang mendengar informasi itu terkejut.
“2 tahun yang lalu. Dan yang aku dengar, adik iparnya menghilang bersamaan dengan tewasnya raja. Ada wacana jika Raja tewas bukan karena sakit, tapi karena diracun oleh adik iparnya sendiri. Itu berita yang beredar. Memangnya kalian ada keperluan apa mau datang ke Buckger yang sudah mati itu? Hey, dengarkan. Disana sudah tidak semakmur dulu, rakyat kecil susah mendapatkan makanan dan air. Bahkan beberapa waktu yang lalu ada wabah mematikan disana. Tidak ada seorang pun yang mau berkunjung ke sana lagi. Raja yang baru pun rupanya belum siap untuk menjadi Raja. Buktinya rakyatnya tidak makmur.”
“Terima kasih untuk infonya. Ini imbalan karena kamu sudah memberikan informasi kepada kami.”
Garis wajah Laika terlihat tegang, fisiknya sekarang memang seperti laki-laki. Tetapi hatinya masih Laika yang dulu. Dan itu semua Yora yang mengajarkannya padanya. Laika segera melakukan perjalanan ke Buckger untuk membuka permainan yang selama ini dimainkan oleh 5 orang; dirinya, Yora, Bigum, Lubin, dan si Laika gadungan, Imelda. Laika berharap rakyatnya akan percaya bahwa inilah Laika yang asli. Dan dia akan benar-benar menindak tegas Bibi Korsa yang sudah membunuh ayahnya.
βϋϗϕέπ
10 hari perjalanan, akhirnya mereka bertiga tiba kembali di Buckger tercinta. Mengenaskan, kekeringan, kelaparan, dan kemiskinan. Laika yang melihat itu langsung berusaha menemui kakaknya. Tetapi selama ini sudah ada pergantian prajurit, jadi Laika tidak bisa masuk kedalam istana.
“Kalau begitu panggilkan Lubin. Bilang ada yang ingin bertemu dengannya!” perintah Laika kepada kedua prajurit baru itu.
“Siapa yang akan menemuinya?”
“Katakan saja Yora dan Bigum. Aku akan menunggunya disini.” Laika turun dari kuda dan menunggu kakaknya.
Tak lama kemudian keluarlah seorang Raja yang tinggi dan kurus. Itulah Raja Lubin. Tidak banyak basa-basi, Laika, Yora, dan Bigum digiring masuk kedalam istana.
“Ini lebih mirip bangunan tua dibandingkan sebuah istana.” Ucap Laika ketika masuk kembali kedalam istana.
Banyak sarang laba-laa dimana-mana, kecoak, tikus, dan serangga lainnya. Miris kelihatannya memasuki istana yang dulunya megah sekarang tak lebih menjadi sarang binatang pengerat.
“Kakak, apa yang terjadi?”
“Ayah sudah tidak ada, dan beginilah istana ini sekarang. Banyak rakyat yang mati karena wabah, kemiskinan dimana-mana.”
“Ceritakan padaku, Kak Lubin. Apa yang sebenarnya terjadi setelah aku pergi?”
“Aku menemukan gadis itu yang bernama Imelda. Dia benar-benar duplikat darimu Laika. Ketika Kerajaan Aserlatus kemari tidak lama setelah itu, Imelda menjadi permaisuri disana. Tetapi Aserlatus berkhianat pada kita Laika! Dia ambil Imelda, bukan untuk dijadikan sebagai permaisuri! Tetapi dijadikan budak disana! Kakak tidak terima hal itu! Kakak mencintai Imelda! Kakak tidak terima hal itu!” Lubin membanting cangkir usang ke lantai.
“Budak? Apa maksud dari semua ini?”
“Selama ini Aserlatus iri kepada kita karena kita bisa membuat rakyat sejahtera dan makmur. Dan ini semua hanya akal-akalan Aserlatus saja. Setelah itu banyak rakyat kita khususnya perempuan yang dijadikan budak disana. Kakak tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ayah sudah tiada, kakak tidak mengusaia taktik perang dengan baik. Dan Korsa…dia yang telah membunuh ayah kita! Dia yang telah membunuh Raja Buckger! Tuhan….!!!! Aku memotong lengan dan kakinya, aku biarkan dia hidup. Dengan kondisi seperti itu, dia bisa apa lagi?”
Mendengar penjelasan itu si kembar memasang wajah masam, mereka tidak menyangka Pangeran Lubin bisa sekejam itu terhadap Bibinya sendiri.
“Astaga, Korsa itu adik Ibu…Ibu pasti…”
“Tidak ingatkah kamu dia hanya parasit ditubuh Ibu? Dia hanya seorang saudara angkat, Ibu mengangkat dia sebagai adik hanya karena kasihan melihat Korsa menjadi budak di Aserlatus!”
“Bibi Korsa dari Aserlatus? Aku tidak pernah tahu hal itu.”
“Mungkin ada satu hal yang tidak kamu ketahui Laika…Ibu berasal dari tanah Aserlatus. Dia kabur dari sana demi ayah, sehingga pihak Aserlatus tidak mau mengakui Ibu sebagai warganya.”
“Ibu apa? Hanya rakyat biasa kan?”
“Ibu berbohong padamu! Ibu adalah seorang putri Aserlatus! Maka dari itu, sebenarnya selama ini Aserlatus dendam kepada kita. Musuh dibalik selimut!”
Semuanya jadi terkejut, tidak menyangka jika mereka akan disambut hal seperti ini ketika pulang. Mendengar semua itu, Laika sudah tidak bisa dendam lagi kepada Aserlatus. Misi yang ada dihatinya Cuma menginginkan kedamaian di Buckger juga di Aserlatus.
“Apa mereka tahu, Imelda adalah Laika gadungan?” tanya Bigum.
“Jelas mereka tidak tahu, dan setiap ada laporan yang masuk ke sini, mereka masih memanggilnya Putri Laika.”
“Berarti kita masihada kesempatan untuk membuat Aserlatus jera. Tapi aku tidak bisa memberikan perintah, karena Kakak adalah Raja disini.”
Lubin mencopot mahkotanya dan memakaikan di kepada Laika. Lubin, Bigum, Yora bersujud memberi hormat kepada Ratu Laika. Siap tidak siap Laika harus menjadi seorang Ratu baru di Buckger.
“Kakak serahkan tahta kepadamu, Kakak yakin Laika lebih bisa menggunakan tahta ini dengan baik dan benar. Sekarang ayo kita membuat deklarasi dihadapan semua rakyat kita yang tersisa.”
Mereka berempat keluar menuju balai pengangkatan.
“Wahai rakyatku, berkumpullah…aku tahu kalian pasti inginkan Buckger berjaya seperti dulu lagi. Maafkan aku tidak bisa menjadi raja yang baik bagi kalian. Tapi rusa yang asli sudah datang, Putri Laika yang asli sudah pulang dari pengembaraannya selama 4 tahun. Sambutlah dia, Putri Laika Buckger yang akan membawa kita kepada kejayaan lagi.”
Semua rakyat tidak percaya jika yang berdiri dihadapannya ini adalah Putri Laika yang dulu. Karena setahu mereka Putri Laika sudah berada di Aserlatus.
“Dia pasti penipu!” ada seseorang yang berteriak seperti itu.
Laika ingat, dia yang berteriak itu adalah orang yang dulu memberinya roti enak itu.
“Berikan bukti jika kamu memang Putri Buckger yang asli!”
“Kamu yang berteriak disana, pernah memberiku sebuah roti isi yang lezat pagi itu. Dan kalian memanggilku Putri Buckger, bukan Putri Laika. Siapa yang tidak mengenal toko baju yang paling mahal disini? Milik Tuan Rodger, dan lalu kedai makanan lezat milik Nyonya Hannah di pojok sana. Siapa yang tidak mengetahui jika para prajurit amat menyukai hari libur. Terutama keluarga Nyonya Barbara yang selalu memberikan aku sebuah porsi besar masakan bebek ketika suaminya bertugas kembali ke istana? Apakah bukti itu belum cukup untuk membuktikan jika aku adalah Putri Buckger yang asli?”
Semua rakyat terdiam, kini mereka percaya jika yang ada dihadapan mereka ini adalah Putri Buckger yang asli.
“Dengan ini aku menyerahkan kekuasaan dan segala isi Buckger kepada Putri Buckger, Laika.” Lubin mengeluarkan pedangnya dan menaruhnya dia atas pundak Laika. Laika yang bersujud itu sudah bertekad akan mengembalikan Buckger menjadi seperti sedia kala.
Inilah Ratu Buckger, LAIKA.
bersambung . . .
Langganan:
Postingan (Atom)