Jumat, 24 Februari 2012

BUCKGER -4-


βϋϗϕέπ
  Perlahan tapi pasti, Buckger bangkit dengan perlahan selama 3 bulan semenjak pulangnya Laika ke istana. Kehidupan masyarakatnya mulai bagus dan tertata lagi. Makanan dan sumber mata air pun sudah berjalan sebagai mana mestinya. Bahkan Pangeran Lubin pun terheran-heran mengapa Buckger ditangan Laika bisa melesat seperti ini. Kehidupan didalam istana pun menjadi lebih baik dari sebelumnya. Miss Andrea resmi menjadi guru dari kerajaan Buckger. Laika memberinya amanat agar mendirikan sekolah di tengah-tengah masyarakat agar generasi selanjutnya tidak bodoh seperti generasi sebelumnya. Dan Valdro tetap menjadi penasehat kerajaan. Sedangkan Pangeran Lubin menjadi sosok kakak yang baik dalam membimbing adiknya, Laika jika masih terdapat kesalahan-kesalahan kecil. Tetapi itu semua belum membuat kerajaan Aserlatus jera, rencananya 3 hari mendatang mereka akan mengunjungi Aserlatus dan menyelamatkan rakyat Buckger yang menjadi budak disana, termasuk menyelamatkan Imelda.

“Kakak, aku takut untuk berperang.”

“Kita tidak akan berperang, kita akan berbicara baik-baik pada mereka.”

“Tapi Pangeran, bagaimana jika mereka mengajak kita berperang? Kita harus tetap menghadapinya kan?” Bigum menyusun strategi agar mereka tidak terjebak dalam situasi perang.

“Kita hindari itu sebisa mungkin, jika dia tidak mau melepaskan sanderanya..mungkin bisa diselesaikan dengan perjanjian.”

Melihat situasi yang membingungkan seperti ini, Laika minta waktu sebentar untuk menyendiri di museum. Dia keluar istana untuk menjernihkan pikiran, berpikir bagaimana cara agar Aserlatus mau melepaskan orang-orangnya dengan damai tanpa perang. Merasa khawatir dengan situasi mental adiknya, Pangeran Lubin meminta Yora untuk menyusul Laika.

Laika yang melamun melihat lukisan Natalie, dia merasa bersalah karena sudah melalaikan rakyatnya selama 4 tahun ini. Napas panjang dihembuskan sang ratu, sampai Yora datang dan menyapanya.

“Ratu?”

Laika menoleh, ekspresinya datar. Seperti ada yang ditahan olehnya.

“Adakah yang membebanimu?”

“Banyak, terutama Aserlatus. Bagaimana cara agar semua ini ditempuh dengan jalan damai? Aku sudah letih, memikirkan hal ini tetapi belum mendapat sebuah jalan keluar.”

“Mereka harus mendapatkan efek jera dari kita. Misalnya dengan menyita perhatian rakyatnya dengan Buckger ini? Sudah jelas disana tak semakmur di sini Ratuku. Bisa saja kita mengirim utusan kesana, dan membujuk rakyat disana untuk hijrah kesini.”

“Bukankah itu perbuatan yang tidak baik, Yora? Itu sama dengan kita bermain belakang, dan tidak bersih. Bagaimana hal seperti itu bisa transparan dan terbuka. Sehingga tidak ada sesuatu hal yang tidak jelas.”

“Ya, itu cara yang kasar. Tapi jika tidak, kita akan diserang habis-habisan oleh mereka. Atau dengan jalan kita meminta bantuan dengan kerajaan yang lain?”

“Kita berdiri sendiri. Hampir semua kerajaan condong ke arahnya. Kita sebenarnya tidak punya daya untuk melawannya. Kecuali menukar orang kita dengan hasil panen kita. Itu sama dengan membunuh rakyat Buckger dan Natalie pasti akan sedih.”

“Natalie pasti membantumu jika Ratu ada niat dan kemauan yang keras untuk menyelamatkan mereka. Bagaimana jika kita coba cara yang tadi? Kirim saja seorang rakyat yang bisa kita percaya ke sana, katakan tentang indahnya Buckger. Dengan begitu rakyat Aserlatus akan mengubah pikiran mereka. Lambat laun mereka akan mencoba mengunjungi Buckger, lalu berkenalan dengan rakyat disini. Awalnya mungkin Cuma menginap, lalu mereka akan berkeliling Buckger, lama kelamaan mereka akan ingin menetap disini.”

“Itukah yang kamu rasakan, Yora?”

“Benar Ratuku.”

“Apa tidak mudah bagi mata-mata Aserlatus untuk masuk di antara mereka? Lalu membuat kekacauan disini. Misalnya menjarah atau menutup sumber air?”

“Mereka tidak bisa apa-apa disini, Ratuku. Setiap sudut Buckger ada penjaga. Bahkan kita sebar mata-mata untuk menjaga wilayah Buckger. Dan aku rasa itu tidak jadi masalah. Memang sesekali, mau tidak mau kita harus melakukan ini demi kita, demi Buckger tercinta ini. Karena hanya itu satu-satunya akses yang mudah membebaskan mereka. Jika Aserlatus memang kejam, dia tidak akan mempunyai rakyat. Tapi jika dia mau mengubahnya, maka daerahnya tidak kalah hebat dengan Buckger ini. Sama seperti Ratu dikala dulu, kemudian Ratu mulai merubah sikap, dan sekarang hasil yang Ratu ciptakan pun manis.”

Mendengar Yora yang sama sekali tidak berubah, ingin rasanya Laika kembali ke 4 tahun yang lalu. Merasakan pahit manisnya kehidupan menjadi seorang Putri kerajaan. Yang manja dan egois. Tetapi kini ia telah menjadi seorang Ratu yang setiap tindak tanduknya menjadi teladan bagi semua orang.

Laika menatap Yora, tidak banyak perubahan yang Laika lihat. Dia masih bersahaja dan penuh kharisma seperti pertama kali bertemu di hutan ketika berburu. Tetapi kini adalah kesedihan bagi Laika dan mungkin juga Yora.

“Bolehkah aku menanggalkan tahta ini untuk beberapa menit, Yora?”

Laika melepas mahkotanya dan ia letakkan dijendela samping.

“Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu…”

Yora menunggunya, benar-benar menunggunya.

“Kemana aku yang dulu? Ketika aku tanpa mahkota ini, aku selalu berada disampingmu.”
Laika melangkah satu langkah mendekati Yora.

“Ketika aku tanpa mahkota ini, kamu selalu menggandeng tanganku.”

Laika menambah langkahnya.

“Ketika aku tanpa mahkota ini, aku selalu merangkulmu.”

Setiap habis bertanya, Laika menambah satu langkahnya.

“Ketika aku tanpa mahkota ini, kamu selalu ada untuk menopangku ketika aku terjatuh.”

Yora menatap indah Laika dalam diamnya.

“Aku tidak tahu, apa yang mengubah kita. Apakah kamu sadar, kita semakin menjauh?”

Yora ingin sekali mendekapnya.

“Apa karena mahkota ini, lalu merubah semuanya?”

Semakin tinggi keinginan keduanya untuk saling memeluk.

Sampai akhirnya Laika berdiri hanya 10 cm dihadapan Yora.

“Bahkan, sejak ada mahkota ini…kamu tidak pernah menyentuhku walau hanya sekedar menepuk bahuku.”

Yora sadar, status membuat perbedaan diantara mereka.

“Ini tentang KITA. Bukan hanya AKU atau bukan hanya KAMU. Tapi ini tentang…KITA.”

Laika diam, tidak tahu harus melanjutkan kalimatnya seperti apa lagi. Karena tepat disini jaminan itu ada dan dia pun tidak tahu apa masih berlaku sampai sekarang.

“Permainan ini belum terakhir. Semuanya tergantung pada cara damai kita terhadap Aserlatus nanti.” Disaat seperti ini Yora masih saja menyinggung tentang Aserlatus dan bagaimana cara agar Buckger tidak terlibat perang dengan Aserlatus.

Laika menghembuskan nafas panjang, dia tidak tahu kemana arah pembicaraan ini sebenarnya.

“Bisakah aku meminta tolong padamu, Jenderal Perang?” itulah Yora sekarang.

Belum sempat Yora menjawab, Laika sudah menyambar kesempatan bicara milik Yora.

“Panggil namaku, raih tanganku, peluk aku, cium aku seperti yang pernah kita lakukan dulu. Dan aku memohon kepadamu, Yora.”

Ya! Yora inginkan semua itu, tapi dia masih merasa akan status mereka.

Laika menunggu, tapi sejenak dia sadar. Mungkin hubungan yang dijalin selama 4 tahun ini akan sirna karena status. Laika kembali ke tempat awalnya berdiri, mengambil mahkotanya dan kembali ke dalam istana bertemu kakak dan Bigum.

“Kenapa lama sekali?” tanya Lubin yang sudah pusing memikirkan masalah ini.

“Aku punya suatu usulan, dengarkan…”

Laika menjelaskan apa hasil pembicaraan antara dirinya dan Yora di museum tadi. Usulan ini mengundang pro kontra. Tetapi akhirnya usulan ini disetujui dan besok Buckger akan mengirim utusannya ke Aserlatus.



Seusai makan malam, Laika langsung masuk kedalam kamarnya dan dia sudah letih memakai baju milik ibunya itu. Baju ini terlalu berat untuk dirinya yang berumur 19 tahun. Melihat baju-baju lamanya, dia rindu ingin memakai itu. Mendengarkan panggilan hati, Laika mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju lamanya. Mahkota itu pun diganti dengan yang lebih mungil. Saat dia bercermin, baju itu sudah kekecilan. Ya dia ingat itu adalah bajunya saat dia berumur 15 tahun, dan kini sudak tidak muat. Apa boleh buat, dia mencari pakaiannya yang lain yang pas dengan tubuhnya.

“Saudaraku, jujurlah padaku. Apa yang sedang terjadi antara kamu dengan Laika?”

“Panggil dia Ratu sekarang.”

“Baiklah, kalian sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Apa karena status kalian? Dengarkan aku, cinta itu tidak memandang apa pun. Bahkan tidak memandang dimensi. lakukanlah sebelum semuanya terlambat Yora. Ingat kan bagaimana dulu kamu terus memandanginya dari kejauhan? Sekarang sudah ada didepan mata, kenapa kamu siakan? Kesempatan jarang datang dua kali. Selagi dia masih ada, jangan pernah lepaskan dia.”

Adiknya semakin pintar. Yora pun jadi terus memikirkan Laika semenjak kejadian dimuseum itu. Yora telah membuang kesempatan itu. Baru kali ini dia bisa sebodoh itu. Kini untuk bertemu Laika saja susah, karena dia sedang memantau rakyat ditemani Pangeran Lubin.

“Tunggu apa lagi? Temani dia, biarkan Pangeran Lubin beristirahat.” Bujuk Bigum.

Langsung saja Yora menghampiri mereka berdua, ternyata benar. Pangeran Lubin meninggalkan mereka berdua.

“Perlu aku bantu?” Yora menawarkan bantuan. Dia melihat Laika sedang banyak membawa barang atau pun makanan yang diberikan oleh rakyat. Lengannya penuh dengan banyak keranjang.

Laika hanya sepintas menolehnya dengan keringat yang di dahi dan lehernya. Dia sedang tidak memakai mahkotanya.

“Kalian berdua sangat serasi. Sepertinya kalian berjodoh?” ucap salah satu anak remaja berusia 13 tahun yang ditemui mereka di salah satu gerobak buah.

Wajah Laika langsung memerah, sedangkan Yora hanya tersenyum berterima kasih. Kemudian Laika memberi semua keranjang yang ada ditangannya kepada Yora. Dengan tersipu malu, Yora sedikit tersenyum senang. Laika melanjutkan meninjau pasar, melihat Yora yang kesusahan membawa keranjang banyak, Laika hanya mengumpat tawa. Sampai akhirnya mereka berada di ujung pasar yang terdapat bangunan kosong.
“Aku rasa semakin banyak penggemarmu.”

“Terima kasih.”

Lalu mereka diam lagi masih menjaga jarak. Masih malu-malu untuk memulai topik pembicaraan, datanglah segerombolan anak kecil berumur 6 tahun yang berlomba-lomba mendekati sang ratu Buckger.

“Ratu, apakah aku sudah terlihat seperti Ratu Buckger?” tanya salah satu diantara mereka.

“Aku yang lebih mirip Ratu!”

Semua membuka mulutnya membuat suara gaduh nan berkumandang di gedung kosong itu. Lalu Laika jongkok dan mendekati anak-anak itu, “Kalian sangat mirip dengan Ratu Buckger. Bahkan pakaian kalian lebih indah dan lebih bagus dari pakaian Ratu. Siapa yang menjahitkan pakaian ini untuk kalian?”

“Tentu saja Ibu kami…apakah Ratu ingin bertemu dengannya?” mulanya anak kecil itu memegangi tangan Ratu, tapi lama kelamaan mereka menarik Ratu untuk menemui ibunya.
Laika baru tahu, jika di salah satu gang sempit ini ada sebuah toko yang menjual baju jadi. Dan Laika suka, suka dengan hasil jahitan ibu mereka. Karena di istana belum ada tukang jahit maka Yora berinisiatif menjadikan ibu itu penjahit istana.

“Ah! Ratu!” ibu setengah baya itu membungkukkan badan memberi hormat.

“Benar Ibu semua yang merajut dan menjahit pakaian-pakaian mereka?”

“Iya Ratu. Apakah anak-anakku mengganggumu?”

“Oh, tidak sama sekali Ibu. Sejak kapan Ibu menjahit? Tampaknya pakaian yang Ibu hasilkan bagus. Saya tertarik.”

Ibunya langsung merasa bangga karena langsung disanjung oleh Ratu.

“Sudah lama, tapi sayangnya Ratu dulu tidak pernah masuk ke gang ini, jadi wajar jika Ratu tidak tahu.”

“Kalau  begitu, Ibu mau tidak menjadi tukang jahit kerajaan? Kebetulan tidak ada orang untuk posisi itu. Dan lagi pula saya mungkin akan sangat memerlukan jasa Ibu. Bagaimana?”

Ibu itu spechless, hanya senyum-senyum dan senang karena masa depan anaknya bisa terjamin.

“Ibu juga bisa membawa semua anak-anak Ibu untuk tinggal diistana. Bagaimana? Itu juga jika Ibu tidak merasa keberatan?”

“Tidak Ratu, saya tidak merasa keberatan sama sekali. Ini suatu kehormatan bagi keluarga saya karena bisa melayani Ratu secara langsung.

Yora senang dengan anak-anak itu. Dia menggendongnya satu persatu, bermain dengan mereka, menggoda mereka, seperti layaknya anak dengan ayah. Melihat keakraban itu, Laika tidak mau mengganggunya. Dia berkeliling toko itu untuk melihat baju-baju yang indah dihiasi manik-manik itu. Kemudian ada salah satu baju sederhana berwarna coklat yang menarik perhatiannya.

“Ibu, bolehkah saya mencoba baju ini? Rasanya pas..”

“Silakan, dengan senang hati Ratu.”

Laika masuk kedalam ruang ganti sempit yang ada di toko. Perlahan dia mengganti pakaiannya. Dia ingin sekali menggunakan pakaian ini, memiliki pakaian ini. Karena ini sangat bagus. Saat dia keluar dari ruang ganti, yang pertama takjub melihatnya adalah anak-anak itu. Ketika perhatian mereka teralih dari Yora ke Sang Ratu, Yora menjadi ikutan menoleh. Dia langsung berdiri, menatap makhluk indah ciptaan Tuhan yang ada didepannya ini. Laika hanya tersenyum, baru kali ini dia bisa merasakan dirinya seperti 4 tahun yang lalu. Dan seharusnya memang begitu, dia hanyalah gadis yang berumur 19 tahun. Dia masih muda dan terlalu muda untuk menjadi seorang Ratu dari Buckger yang jaya ini. Tapi apa yang dia kerjakan sudah bisa membuat rakyatnya damai, sejahtera dan tentram. Tapi secara mental, Laika hanya seorang gadis belia dengan sejuta impian dan harapan. Bahkan dia belum bisa memimpin sebuah kerajaan, ini pengecualian. Ini dekrit bagi dirinya sendiri, dia berjanji setelah permainan ini berakhir, tahta akan dia serahkan kembali kepada kakaknya. Karena kakaknya jauh lebih pantas dibandingkan dirinya memimpin Buckger ini.

“Sungguh cantiknya Anda, Ratuku…” puji Ibu penjahit.

“Terima kasih. Kalau begitu, bolehkah saya membeli baju ini? Saya sangat menyukainya.”

“Ambil saja, Ratu. Anggap saja ini hadiah dari kami karena Ratu sudah memberikan kesempatan untuk menjadi penjahit kerajaan.” Kata ibu itu.

“Terima kasih. Berkemaslah, banyak yang menunggu Anda di istana.”

Ibu itu segera berkemas dan Laika mengajak Yora kembali ke museum istana.

Semua orang yang melihat Laika dan Yora benar-benar tersihir. Mereka jalan berdampingan, walau tidak saling memautkan tangan, mereka menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Laika yang cantik dan mempesona berdampingan dengan Jenderal Perang, Yora yang tampan serta tegap itu. Keduanya benar-benar tidak tampak seperti orang kerajaan. Tetapi lebih merakyat, sama seperti yang melihat mereka. Bigum dan Lubin pun bangga, karena memiliki Laika dan Yora yang seperti itu.

“Hei, kenapa bengong?” Yora melintas di depan Bigum yang dari tadi menganga melihat mereka. Pangeran Lubin ikutan menyikut Bigum yang semakin bengong melihat Laika benar-benar cantik! Baru kali ini Bigum melihat Laika yang seperti itu.

“Bahkan aku dulu sering memandikannya sewaktu dia kecil.” Dengan bangganya Pangeran Lubin mengatakan hal itu kepada Bigum.

“Semoga saja rencana yang sudah kita buat berjalan sesuai harapan. Bagaimana, sudah ada kabar yang terdengar mengenai Imelda?”

“Belum, bahkan aku tidak tahu dia masih bisa bertahan atau tidak disana. Aku berharap, dia baik-baik saja disana.”

“Ada yang ingin diperbincangkan?” tanya Laika malu-malu tidak memandang ke wajah Yora.

Yora tidak langsung menjawab, dia mencuri pandang ke Laika. Bertanya-tanya pada hatinya, apakah ini kesempatan yang kedua itu?

Mereka cukup lama diam, merasa Yora hanya bermain-main Laika pamit untuk pergi.

“Jika tidak ada yang dibicarakan, aku masih ada banyak pekerjaan.”

Belum sempat Laika memalingkan badan, Yora meraih salah satu tangannya. Mengajaknya ke suatu tempat di dalam museum yang jauh dari pintu masuk atau jendela. Yora tidak banyak bicara hanya terus menggandeng Laika.

“Jadi, benar ada yang mau dibicarakan? Aku kira ini sudah cukup dalam, tidak ada yang tahu kita berada disini.”

“Tentang malam kemarin, aku minta maaf.”

Laika diam, memberi waktu kepada Yora untuk menyampaikan semuanya.

“Ya memang selama ini aku menjaga jarak. Aku tahu ada yang membuat kita seperti itu dan aku yakin kamu juga pasti tahu. Dan aku memang mungkin banyak berubah, itu semua karena kondisi kita yang…”

Laika meletakkan jari telunjuknya dibibir Yora, “Apa? Kamu mau menyalahkan kondisi ini? Siapa yang mau kondisi seperti ini? Aku juga tidak siap ketika itu diangkat menjadi seorang ratu. Aku masih 19 tahun, aku masih ingin bersenang-senang. Aku masih ingin berburu ini itu, aku masih kecil untuk menjadi seorang ratu. Pangeran Lubin saja yang usianya lebih tua dari aku, tak siap untuk menjadi raja. Apalagi aku hanya seorang gadis berusia 19 tahun yang kabur selama 4 tahun?”

“Ya kita sama-sama mengerti kan?” Yora menjauh dan menyenderkan tubuhnya di dinding museum.

“Kenapa? Bicaralah, tentang kita.”

“Apa yang harus aku bicarakan lagi? Kurasa semuanya sudah jelas.”

“Dengan kata lain,…kamu ingin menyudahi permainan kita?”

“Aku tersiksa tidak bisa menyentuhmu, memelukmu, menciummu…dan aku tidak bilang aku menyudahi semua ini. Aku bukan seseorang yang tidak bertanggung jawab, aku yang memulai permainan ini, aku pula yang harus menyelesaikan semuanya.”

“Lalu, hubungan kita? Aku perlu kejelasan tentang hubungan kita.”

“Hubungan kita,…aku tidak bisa melepasmu Laika.” Yora menunduk lemas.

Laika langsung menyergap tubuh Yora yang sudah lama tak dipeluknya. Tidak dilepaskannya. Mereka tenggelam, tenggelam dalam kenangan yang sempat kandas karena status. Laika gemetar, karena tangisnya pecah. Semuanya keluar dengan perlahan, tetapi tugas berat masih menanti mereka didepan.

“Aku tidak mau kehilanganmu, kita harus terus bersama. Selamanya. Suatu hari kita akan menikah, dan mempunyai banyak anak. Kamu menyukai itu kan?”

Yora mengusap lembut kepala Laika, menandakan dia setuju dengan hal itu.

“Aku berjanji, aku tidak akan pernah mengulangi itu lagi.” Yora tidak melewatkan kesempatan kedua ini begitu saja. “Aku akan selalu ada untukmu, selalu berada di sisimu.”
“Sentuhlah aku setiap hari. Peluk aku serta cium keningku setiap hari.

“Aku akan melakukannya untukmu. Hanya untukmu.”

βϋϗϕέπ
Utusan dari Buckger sudah kembali dan berhasil. Dia membawa beberapa keluarga dari Aserlatus kemudian menghadap Ratu. Mereka katakan bahwa semua budak disana memang orang dari Buckger. Tapi kini Aserlatus tak sejaya dahulu, Rajanya telah mati dan digantikan oleh putra mahkota yang menginginkan Laika dulu. “Kerajaan itu hampir mati, dia sudah berada diujung tanduk.” Kata utusan Bukcger. Ini adalah kesempatan bagus untuk menyerang Aserlatus pikir Lubin. Maka keeseokan hari setelah utusan ini datang, Laika, Yora dan Bigum saja yang berangkat. Laika meminta kakaknya untuk menjaga Buckger dari kemungkinan serangan-seranagn yang diluar perkiraan.

Perlu waktu yang lumayan lama saat menuju Aserlatus, tapi saat mereka semakin dekat dengan Aserlatus, hawa kemiskinan dan kelaparan serta kekeringan semakin terasa. Keadaannya tak jauh beda saat Buckger seperti ini beberapa bulan yang lalu. Sepanjang jalan banyak sekali pengemis, sampai uang Bigum habis untuk diberikan kepada pengemis-pengemis itu. Dan kemudian dari itu semua, tampaklah istana yang sangat besar dengan benteng yang tinggi, jendela yang sedikit dan hamparan semak belukar di depan kastil itu.

“Mengerikan!” protes Bigum saat melihat bentuk kastil itu.

“Waspadalah, bisa saja kita diintai dan dikepung.” Yora menyuruh semua prajurit dan Laika untuk waspada.

Salah satu dari mereka, seorang prajurit ditugaskan untuk mendekat ke gerbang utama. Menggertak, dan akhirnya ada jawaban dari dalam kastil. Bersiaga, gerbang dibuka dan betapa terkejutnya ketika semua orang melihat apa yang ada didalam sana. Bau busuk, Laika tak sanggup, Yora berpindah dari kudanya kepada Laika. Banyak mayat bergelimpangan disana. Dengan tenaga yang ia punya, Laika berusaha bersembunyi dibalik punggung Yora.

“Apa-apaan ini? Pembunuhan massal?”

“Pengawal, tolong cari Imelda diantara mayat-mayat ini. Wajahnya mirip dengan Ratu Laika, matanya sipit!”

Pengawal langsung memeriksa mayat satu persatu, tapi setelah ditunggu hasilnya nihil. “Semua mayat adalah laki-laki!”

Laika membawa setengah dari pengawalnya untuk masuk ke dalam istana. Di dalam sama keadaannya dengan diluar. Bau anyir dan mungkin ini sudah berbulan-bulan seperti ini. Di singgasana, duduklah seorang laki-laki kurus kering yang membelalak denga pandangan kosong.

“Hei kamu yang disana! Sebutkanlah namamu!” teriak Yora kepada lelaki itu.

Laika mengamatinya, “Aku rasa dia sudah tidak bernyawa..” merasa lelaki itu sudah tewas, Laika mendekatinya. Yora sempat mencegahnya, tetapi rasa ingin tahu Laika lebih besar. Pelahan ia mendekati lelaki itu, tidak ada tanda kehidupan darinya sampai akhirnya Laika menyentuhnya dan grebbb!!! Lelaki kurus itu mencekik Laika dengan gila.
“Kamu telah menipuku!!” kata lelaki kurus itu parau.

Yora dan Bigum langsung maju menolong Laika. Karena lelaki itu kurus dan ringan, mudah saja untuk Bigum menghantam orang itu dengan pedang beratnya. Dakk! Lelaki kurus itu menghantam tembok dan sekarat.

“Apa yang kamu lakukan? Hanya dia orang yang hidup disini!” Yora memarahi Bigum.

“Masih banyak yang hidup disini.” Dari balik sebuah pintu yang ada di dekatnya, banyak ada suara-suara yang memanggil-manggil Laika. Ketika Bigum membuka pintu itu, disanalah selama ini rakyat Buckger disekap dan dijadikan budak. Mereka lemas, bahkan menjadi sampai kurus. Segeralah pengawal menolong mereka. Sedangkan Laika sibuk mencari gadis yang mirip dengannya, Imelda.

“Adakah diantara kalian yang bernama Imelda?”

Salah seorang menunjuk-nunjuk kedalam ruangan tersebut. Laika langsung masuk ke dalam ruangan tersebut ditemani Yora. Karena ruangan ini berbau tak sedap, dengan dihuni dengan begitu banyak manusia, jelas saja siapa yang akan tahan. Laika terus masuk ke dalam dan itulah Imelda pingsan. Yora yang memeriksanya langsung membawa Imelda keluar dari ruangan tersebut.

“Pengawal, kembalilah ke Buckger dan perintahkan penduduk untuk merawat orang-orang ini. Bigum, ikutlah bersama mereka, bawa Imelda kepada Pangeran..kami akan menyusul.” Ratu Laika memberikan mandat seperti itu.

“Kalian mau apa lagi?”

“Kami hanya ingin memeriksa tempat ini sekali lagi. Pulanglah bersama yang lain. Aku dan Laika hanya ingin memastikan wilayah ini bersih.”

Jelas Bigum merasa keberatan jika disuruh meninggalkan mereka berdua saja. Firasat Bigum sudah tidak enak. Setelah diluar, Bigum memberi kekuasaan penuh kepada kepala pengawal untuk membawa rakyat pulang dengan selamat. Bigum kembali lagi mencari Yora dan Laika.

“Aku tidak bisa meninggalkan kalian disini.”

“Kenapa kembali lagi? Kami sudah mau menyusul kalian.” Tanya Laika yang sudah bersiap naik kuda bersama Yora.

Seperti kilat, lelaki yang kurus itu menggores lengan Yora dengan sebuah pedang. Laika yang terkejut spontan mengambil pedang milik Yora lalu menusuk lelaki kurus itu tepat di jantungnya. Menyadari hal itu, Bigum langsung mengamankan keduanya dan pergi dari tempat iitu secepatnya.



Beberapa minggu setelah kepergian mereka ke Aserlatus, Yora pulang dengan bekas luka sabetan pedang di lengan kanannya. Setelah luka itu sembuh, tenyata goresan luka itu membuat Laika semakin lengket dengan Yora. Karena luka itu, Yora tampak lebih Yora.
Imelda perlahan sembuh dan mulai gemuk. Pangeran Lubin merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dan mereka akan berencana segera menikah, dengan Lubin menjadi Raja kembali di Buckger. Laika sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan dia sudah menyerahkan kembali kekuasaan kepada Lubin. Laika memang Putri, hanya seorang gadis dengan segala keindahan yang mempesona semua orang. Semua orang yang tersisa di Aserlatus pindah dan hijrah ke Buckger. Kini Buckger  memperluas wilayahnya dan Laika akan dimasukkan dalam sejarah. Pendongeng kerajaan meringkas semua kidah hidup Laika dan akan mengukirnya di dinding museum, karena Laika sangat menyukai museum kerajaan. Di tempat inilah jaminan itu ada, dan ternyata jaminan itu berlaku seumur hidupnya. Antara dia dan Yora.

Musim dingin tiba, semua orang sudah siap dengan mantel hangatnya kecuali Yora yang memang tidak pernah melewati musim dingin, begitu juga Bigum. Laika sengaja belajar menyulam kepada penjahit istana agar bisa membuat mantel untuk mereka. Ketika mantel sudah jadi, Bigum dan Yora menunggunya di tengah taman istana, sembari melihat salju yang sebentar lagi akan turun.

“Kalian pasti sudah lama ya menungguku?”

“Hey, ini dia Putri kecil kita…” Bigum langsung mendorong Laika mendekat kepada Yora. “Apa yang kamu bawa itu, Ratu Putri?”

“Ratu Putri? Hahaha…” Yora tertawa mendengar Bigum memanggil semua status itu.

“Ini aku membuat sebuah mantel, karena musim ini akan panjang dan dingin. Kalian belum pernah melewati musim salju kan?”

“Tidak, kami berasal dari gurun. Apakah kamu membuat mantel untuk kami?”

“Yap, tapi ini khusus untukmu Yora. Dan ini juga khusus untuk Bigum.”

Bigum meraih mantel dari bahan dasar wol itu, merah menandakan berani dan pantang menyerah. “Wow! Terima kasih Laika, kamu baik.” Satu kecupan di kening Laika dari Bigum sebagai tanda terima kasih.

“Hijau?” tanya Yora kepada Laika.

“Bukankah kamu suka dengan warna hijau? Atau aku salah?”

Yora langsung saja mencium pipi Laika, dia senang ada seseorang yang benar-benar memahaminya. Dia langsung memakainya, walau agak sedikit kepanjangan Yora tetap senang mendapat sebuah benda yang tidak pernah ia miliki selama ini.
“Dan permainan ini sudah berakhir.” Yora menutup permainan yang selama ini mereka mainkan.

Salju mulai turun menutupi Buckger dari semua permasalahan. Salju membersihkan Buckger yang pernah kotor. Semua orang menyambut salju yang putih dan bersih, anak-anak sudah melengkapi diri mereka dengan topi, wortel dan batu. Mereka akan menunggu sampai lapisan salju yang tebal lalu membuat boneka salju. Betapa gembiranya hati Laika melihat akhir yang indah ini. Dia tersenyum kepada Laika, Natalie Jovana. Laika melihat sosoknya dibalik pohon cemara yang besar itu. Berterima kasih kepada Laika karena telah membuat Bukcger seperti ini. Makmur, aman, damai, sejahtera, dan indah. Semenjak itu, Laika tak pernah melihat sosok Natalie Jovana lagi.

“Terima kasih Laika, atas semua yang kamu lakukan untuk Buckger.”

Tulisan itu panjang dan besar meluncur dari atas menara istana. Ternyata selama ini rakyat membuatnya untuk menghormati jasa Laika kepada Bukcger. Ya, Buckger adalah Laika dan Laika adalah Buckger.

Terima kasih Ayah dan Ibu, seandainya kalian masih ada disini melihat Buckger seperti ini. Semoga kalian tenang disana, disurga yang terindah, indah seperti Buckger. Aku, kami semua mencintai Buckger seperti aku mencintai kalian semua yang berharga didalam hidupku.

Laika merangkul Bigum dan Yora. Pangeran Lubin memeluk semuanya, sebuah pelukan besar untuk Laika, Putri Buckger.




T A M A T

3 komentar:

  1. maav jika cerita ini membosankan , ini emang ud lama ada di blog gw .
    gw repost karena letaknya bener" sulit dicari ...
    yah semoga terhibur saja ...

    BalasHapus
  2. Hhh critanya panjaaaaaaaang bener. Ampir 1 jam boook gue bacanya -__- hahaha ada beberapa kata yang kedengerannya rada baku sih yaa, tp lo buatnya udah lama kan ? Jd yah gue maklumin aja. Ga tau knapa waktu baca ini crita, gue mikir "kalo dijadiin film kayanya seru jg nih" *otak manajer* hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini kan cerita memang terinspirasi dari film" klasik jer , tapi kayaknya membosankan yah ?

      Hapus