#Flashback
“Tuan Felis! Ku mohon jangan jadikan kekasihku sebagai
bonekamu selanjutnya! Aku bersedia jika aku harus mati demi menggantikannya!”
Tuan Felis memandang pemuda itu dengan sinis, ia
merencanakan sesuatu dari lama dan kini saatnya ia merasa bisa memanfaatkan
pemuda polos ini. “Benarkah kamu akan mengorbankan apa pun demi Putri
Hammington itu?”
“Bahkan di tukar dengan nyawaku pun aku sanggup!”
“Nyawamu tidak berharga! Aku mengincar gadis yang datang
bersama Rosemary...aku yakin Mary tidak memiliki saudara kembar! Jadikan dia
pengganti Mary, aku akan menjadikan ia bonekaku...”
Peter menyanggupi persyaratan itu dan tentu saja itu
bukan satu-satunya persyaratan tunggal, “Namun aku memiliki dua syarat...”
“Apakah dengan menyanggupi dua syarat itu aku dan Mary
bisa keluar dari sini?”
“Aku hanya menginginkan tubuh gadis itu dan sebuah mantra
keabadian.”
“Mantra? Aku tidak pernah mengetahui soal mantra apapun,
harus darimana aku memulainya?” Peter tidaklah mengetahui jika yang sedang ia
hadapi saat ini bukanlah Tuan Felis yang sebenarnya.
Mary mendengar semuanya dari ruangan memasak, ia
menggelengkan dan tidak percaya begitu hebat tingkat kesetiaan Peter, namun
yang ia sesalkan adalah mengapa harus mengorbankan orang lain untuk
kebahagiaannya? Benar, tubuh Mary masih ada di dunia Sera. Dan ia merasa harus
membalas perbuatan Sera yang sudah menolongnya bertemu Peter, namun tak
disangka ini yang harus di jalani Mary.
~`Aku akan di jadikan boneka? Siapa sebenarnya orang tua
itu? Aku harus bagaimana? Aku tidak bisa membiarkan Sera menjadi penggantiku,
namun aku juga tidak ingin berakhir disini! Aku harus minta penjelasan Peter!~`
*
Sebelum malam terlalu gelap, Mary yang meninggalkan Sera
sejenak menghampiri Peter dan meminta penjelasan. Mereka cukup lama berdebat
sampai larut tiba. Pada awalnya Mary sama sekali tidak setuju dengan usul Peter
yang akan menukarnya dengan Sera dan sebuah rapal mantra.
“Mantra? Aku tidak akan memberitahukannya pada orang tua
picik itu! Selamanya aku tidak akan memberikannya!”
“Dengarkan aku Mary!” Peter sedikit membentak, “Ini demi
kehidupanmu! Aku berjanji akan menemuimu di dunia Sera! Demi kita, relakan
gadis itu! Dia bukan siapa-siapa, dia bukan orang yang penting buat kita!”
“Peter! Jika tidak ada dia, kita tidak akan bertemu
sekarang! Aku tidak bisa mengorbankan dia....bagaimanapun, dia adalah dewi
penolongku!”
“Tolong, katakan mantra itu padaku...maka kita akan
keluar dari sini, kamu kembalilah ke dunia Sera, tunggu aku, aku pasti akan
menyusulmu!”
Rosemary ragu, ia bimbang. Sedangkan Peter mendesaknya
agar segera memberikan kalimat mantra itu.
“Baiklah, aku akan memberitahukannya padamu. Bawa aku
pergi dari sini.”
#Flashback End
*
“Aku bukan Tom! Aku hanya meminjam tubuhnya untuk
mencarimu dan mendekatimu Sera....mohon maafkan aku Sera....”
~`Ameno stelus
viarka.`~
“Aku tidak mengenalmu....” tiba-tiba Sera bisa bersuara,
ia merasa kekuatannya pulih kembali, tentunya tidak begitu saja ia mendapatkan
kembali kekuatannya.
Setelah Mary membocorkan mantra itu pada Peter, ia
memberikannya pada Sera, dia tidak tahu jika mantra itu bisa membuat sang
perapal menjadi memiliki tenaga yang lebih, tergantung pada siapa mantra itu di
ucapkan. Mantra ini bersifat fleksibel, tergantung harapan si perapal. Pada
Rosemary, mantra ini bekerja seperti oksigen yang memberikan kehidupan panjang,
dan akan berlaku lain kepada Sera.
“Biarkan aku pulang.”
Makhluk yang mirip iblis itu kemudian kembali merantai
tubuh Sera dan memulai mengaduk sebuah cairan kental yang kemudian ia letakkan
di kaki pemuda yang ada di sebelah Sera.
“Siapa dia? Mana Tom, kembalikan dia...”
Makhluk mengerikan itu menatap nanar Sera, “Sedalam
apa pun kamu meminta, ia tidak akan pernah ada lagi untukmu!”
“Apa maumu? Apakah kamu orang tua itu? Mengapa kamu
menculik Tom, kenapa kamu membawaku kesini!?”
Ia melempar adonan itu menjadi berserakan di lantai, ia
melepas rantai Sera lagi, dan ia pun memandangnya dalam-dalam.
“Tidakkah kamu mengingatku? Sungguh aku minta tolong
kepadamu, ingat aku!” makhluk yang tubuhnya berkombinasi itu mengambil sebilah
pisau dan mengiris dadanya di hadapan Sera. Bukan darah atau semacamnya yang
keluar ketika itu, hanya busa-busa putih yang sama seperti Sera lihat pada
lengan Tom. Makhluk itu merogohnya dengan tangannya sendiri, ia mengambil
sesuatu yang rupanya tertanam di dalamnya. “Sekarang apa kamu
mengingatku?” wajah makhluk itu begitu menyedihkan, penuh ego disana.
Sera menerima sesuatu dari tangan makhluk itu, sebuah
liontin berbentuk telapak tangan dengan tengah yang berlubang dan berbentuk
hati.
Makhluk itu menangis keras sampai terjatuh ke lantai,
perlahan berubah; ekor menyerupai kuda itu lenyap, begitu juga dengan badan
bantengnya yang berangsur menjadi tubuh manekin laki-laki, total berubah
menjadi seperti bentuk manusia normal, namun tetap ia adalah manekin.
Sera masih memandangi liontin itu, ia seperti kembali ke
10 tahun yang lalu...
---
“Sera Agatha
Moresia!!” panggil suara besar yang tidak lain adalah Papanya. “Sudah siap
sayang?”
“Sudah Papa!”
Gadis cilik
berusia lebih kurang 6 tahun itu adalah Sera. Anak perempuan bermata biru itu
hari ini akan pergi ke sebuah taman hiburan di pinggiran kota. Mama dan Papanya
begitu senang mengantarkan Sera karena hari ini bertepatan dengan hari ulang
tahun gadis tersebut.
Sera sungguh
aktif, ia mengajak bermain ini-itu sampai orang tuanya kelelahan dan karena
kelalaian kedua orang tuanya melepaskan Sera di keramaiannya seperti ini.
Sera yang
bingung itu hanya bisa melihat satu persatu wajah orang yang melewatinya sampai
ia berjalan ngawur dan ditemukan oleh seseorang.
“Ouh? Adik
kecil, apa kamu tersesat?”
Sera hanya
mengangguk dan tidak ada kepanikan sama sekali di wajahnya.
“Ayo aku bantu
mencari orang tuamu.”
Sera tidak
melepaskan pandangannya dari kakak cantik yang menuntunnya, sampai akhirnya
Sera merengek ingin naik permainan Carrousel.
“Itu, itu!!!”
rengek Sera ketus.
“Ah baiklah,
sekali saja ya?”
Kakak cantik
itu mengajaknya naik Carrousel dan juga memberikan sebuah hadiah untuk Sera,
sepasang kalung pasangan. Ini memang tidak seharusnya digunakan oleh anak
perempuan seusia Sera pada waktu itu, namun ternyata Sera menyukainya.
“Ah kamu suka
kalung yang aku berikan? Lihat, kalungnya bisa dipisahkan...taraaa~”
“Akakaaakkk~!”
Sera kegirangan melihat aksi si kakak cantik itu saat memisahkan kalungnya.
Kemudian Sera lebih memilih liontin berbentuk telapak tangan itu dan menyimpan
liontin berbentuk hati kecil itu di saku roknya.
“Jadi, kamu
menyukai yang ini?”
Sera mengangguk
kencang. Kemudian setelah Carrousel berhenti berputar kakak cantik itu kembali
mengantarkan Sera kepada orang tuanya. Namun lagi-lagi ada sesuatu hal yang
menariknya keluar jalur. Sera menarik tangan kakak cantik itu begitu kuat dan
menghampiri sesuatu yang membuat kakak cantik itu tertawa lumayan keras dan
menggeleng pelan.
Kakak cantik
itu mengerti apa yang di inginkan Sera, ia menggendongnya dan membantu
membukakan sebuah pintu rahasia tepat di dada si manekin tampan itu. Adalah
sebuah manekin laki-laki dewasa dengan wajah yang tampan dan itu adalah manekin
yang akan dipakai untuk pertunjukkan malam nanti, “The Heart of Doll” begitu tulisan yang tertempel di atas kepala
manekin itu. Sebuah pertunjukkan Opera dengan menggunakan manekin menyerupai
manusia.
“Apa kamu
menyukai boneka ini gadis manis?” tanya kakak cantik itu sambil menutup kembali
apa yang telah ia buka tadi.
“Aku suka dia!
Bawa pulang!” Sera mengguncangkan tubuhnya kencang namun kakak cantik itu malah
membawanya pergi sejauh mungkin dari manekin itu.
Sera tidak
memindahkan pandangannya dari manekin tampan itu, ia berlalu dengan segenap
perasaannya kepada manekin Opera itu.
---
Sera mengingat semuanya, ia mengingat benar dua liontin
itu. Namun apa yang bisa ia perbuat? Apa yang ada di hadapannya sekarang adalah
manekin, bukan manusia.
“Apa kamu yang selama ini memanggilku? Kenapa...kenapa
kamu lakukan hal ini kepada Tom?”
“Maafkan aku Sera...” manekin itu hidup, hanya saja ia
tetaplah sebuah manekin.
Sera bergidik, ia merinding karena tidak mempercayai apa
yang selama ini ia harapkan menjadi sebuah kenyataan. “Kenapa...jelaskan
padaku...”
“Aku memang sebuah boneka, aku sangat berterima kasih
kamu telah memberikan aku jantung, itu yang membuat aku hidup...ketulusanmu
akan harapan ingin membawaku pulang kerumahmu telah tertanam di hati
itu...namun adalah sebuah kesalahan ketika aku mempercayai iblis untuk
membukakan jalan agar bisa menemuimu...iblis banteng itu telah merubahku
menjadi manekin yang menakutkan...Tuan Felis lalu menemukanku di tumpukan
manekin sampah, ia membawaku dan merawatku...tapi baru saja iblis dalam diriku
membantainya...”
“Lalu, bagaimana cara mengusir iblis itu?”
Belum sempat manekin itu menjawab, ia sudah berubah lagi
menjadi sosok menakutkan itu.
“Berusaha untuk menghancurkanku Sera? HAHAHAHAHA~ aku
yang akan menjadikanmu sebuah manekin untuk koleksiku!” iblis itu
mengaduk adonan lagi dan menuangkannya di kaki Sera yang terantai itu.
~`Aku harus bagaimana? Bagaimana jika manekin itu ikut
hancur bersama iblis ini?~`
Sera sepertinya pasrah, ia duduk dengan lemas sambil
menggenggam erat kedua liontin itu. Iblis itu terus menuangkan adonan mirip
bahan porselen ke kaki Sera sampai mencapai paha.
~`Akankah hidupku berakhir disini?~`
Sera menunduk, ia kembali mengingat semua kebaikan kakak
cantik yang telah memberinya kesempatan untuk menjalani takdir yang seperti
ini. Ia merasa tidak bisa berakhir disini, ia merasa tidak bisa mati sia-sia
untuk semua usahanya.
Dengan penuh keyakinan ia menjalankan apa yang sedang
berjalan di dalam kepalanya; mengucapkan mantra sembali menyatukan kembali kalung
itu.
“"Ameno stelus viarka."
, ‘KLIK.’
Sera dikejutkan oleh Tom yang tiba-tiba
terbangun dari tidurnya kemudian segera loncat dan menghancurkan seketika
porselen yang sudah mengkakukan kakinya.
Iblis itu nampak kebingungan, ia menekan
erat dadanya, tepat di irisan tadi. Kemudian ia berbalik dan setengah wajahnya
adalah manekin yang di harapkan muncul oleh Sera.
“Sera?!” Tom memecah konsentrasi Sera,
“Cepat keluar dari sini!!” Sera yang bingung itu memilih mendekati iblis itu
walaupun sangat susah untuk melangkah dengan rantai seperti itu.
“Jangan pergi!” teriak Sera namun Tom yang
berhasrat untuk keluar itu keburu menariknya. “Ku mohon cari aku!!! Aku yakin
kamu pasti bisa!!!!!” Sera melemparkan kalung itu dan mendarat di tanduk iblis
itu. Tersamar, wajah tampan itu tersenyum walau terkesan kaku.
“Kamu harus menjelaskan semua ini!” Tom
terus menarik Sera sampai akhirnya mereka berlari menelusuri gorong-gorong yang
dipenuhi tikus dan air yang baunya amat menyengat.
“Dimana Mary dan Peter? Mary!!! Rosemary!!”
“Cepatlah Sera! Ini akan segera lenyap!”
---
Mereka
sudah keluar dari gorong-gorong tanah itu, kemudian plasshhh~ tiba-tiba
semuanya terasa ringan dan Sera merasa rantai yang membelit kakinya hilang.
“Tu...tunggu,....aku
tidak kuat berdiri lagi! Apa kita sudah aman?”
Tom
menoleh ke belakang, “Kita sudah kembali. Syukurlah!”
Terdengar
suara klakson mobil, ya mereka sedang berada di gorong-gorong tengah kota dan
mereka akan kembali dengan badan super bau.
---
Kejadian
satu minggu yang lalu itu benar-benar di luar akal sehat. Sera kembali kerumah
itu dengan selamat dan yang ia dapatkan hanya omelan dari Mamanya karena
kembali kerumah dengan keadaan yang 1000% kotor.
Namun
yang selama ini ia fikirkan ialah manekin berwajah tampan itu. Bahkan ia sudah
tidak peduli lagi dengan keberadaan Mary dan Peter. Tom yang masih tidak
percaya dengan hal itu, ingin menggali lebih dalam lagi namun sesuatu
menghentikannya.
*
“Sudah
Sera, jangan memikirkan hal yang tidak ada gunanya! Toh itu hanya sebuah
manekin! Aku bisa membelikanmu banyak manekin!”
“Kamu
tidak mengerti...tidak sesederhana itu Tom..”
Tom
melihat sekeliling, mereka sedang mengobrol di ruang baca dirumah Sera. Ruangan
dimana Sera dan Mary terjatuh kedalam tumpukan boneka mirip manusia.
“Pintu
rahasia itu sudah tidak ada lagi. Pasti tidak ada, jika ada aku sudah
menemukannya...”
Tom
yang sudah mendengar kisahnya memang sudah berkali-kali mencari pintu rahasia
itu, namun nihil. “Ayolah kita pergi, cari udara segar...” Tom mengajak Sera
keluar, ia ingin temannya itu menjadi ceria kembali.
Sera
mengikuti Tom yang ternyata mengajaknya ke sebuah taman hiburan. Ini menjadi
sebuah peringatan tersendiri bagi Sera yang menemukan manekin tampan itu
pertama kali di tempat seperti ini. Carrousel, komedi putar, gulali, dan
hal-hal semacamnya benar-benar seperti waktu itu, hanya saja tidak ada kakak
cantik lagi yang menuntunnya kini.
“Apa
kamu mau naik Carrousel?”
Sera
menggeleng, matanya sibuk mencari sesuatu.
“Atau
kita beli gulali kapas saja? Biar aku yang bayar!”
Sera
terusik, “Sudahlah Tom, sekeras apa pun kamu menghiburku aku tidak bisa bahagia
secepat itu...”
Tom
yang kehabisan akal itu akhirnya mengajak Sera duduk dan berbincang, “Hmm,
baiklah aku tidak membantun sama sekali, tapi kuharap satu ini bisa mengobati
kerinduanmu!”
Tom
menarik kasar Sera menuju sebuah lokasi bermain. Lebih cocok dikatakan sebagai
museum boneka. Entahlah mengapa taman hiburan itu membuka koleksi boneka
disana.
Mulai
dari boneka terkecil di dunia sampai boneka raksasa ada disana, berbagai macam
jenis boneka ada disana, porselen maupun kain. Plastik atau semen juga ada,
dengan serius Sera mengelilingi tempat yang cukup luas itu, besar sekali
harapannya untuk menemukan manekin tampan itu.
Semakin
malam, tempat itu semakin ramai dan penuh. Tom meninggalkan Sera seorang diri
di sana. Entahlah, Sera sudah beberapa kali mengelilingi tempat itu sampai
akhirnya pihak panitia pengurus museum itu mendatangkan lagi beberapa patung
yang ukurannya lumayan besar. Betapa terkejutnya Sera melihat beberapa boneka
porselen itu, Mary dan Peter, masih dengan pakaian yang sama saat terakhir kali
mereka bertemu.
“Rosemary...dan
Peter?”
Boneka
itu menyatu di dalam kotak kaca, sungguh manis ketika Mary mengunci lengan
Peter, Sera tidak akan pernah menyangkan akan bisa bertemu dengan mereka lagi
walaupun dalam keadaan seperti itu.
‘SLASH..’
Tanpa
sengaja Sera melihat seseorang yang berlari dari arah berlawanan dan ia
memakainya, memakai liontin hati kecil. Sera mengejarnya, namun lagi-lagi Tom
menariknya, mengingat hari sudah larut.
“Sudah
cukup mainnya, ayo kita pulang sekarang!”
Sera
yang keburu jengkel itu menepis Tom dan mengejar orang tersebut, ia
mencari-mencari di antara beribu manusia yang berbaur disana. Sayangnya, yang
Sera lihat hanyalah liontin itu, tanpa melihat wajah pemiliknya.
“Bagaimana
jika aku salah orang? Seharusnya ia yang menemuiku...”
Dengan
segala asa yang ia bawa saat ini, bagaimana pun Sera harus menemukannya.
“Sera,
ayo pulang!!” Tom kembali menariknya.
“Bisa
sabar sedikit tidak sih? Jika kamu mau pulang, duluan saja! Aku akan menyusul!”
Sera kembali mencari orang itu, tapi masih ada ketidakyakinan di dalam hatinya.
Sera takut jika itu hanya halusinasinya saja.
“Ke
mana aku harus mencarimu, bahkan aku tidak tahu siapa namamu....” gumam Sera
sambil terus mencari.
‘EXIT.’
Sampai
akhirnya Sera menemui tulisan ini di salah satu arah. Dan ini memang
satu-satunya arah yang harus ia tuju.
“Exit?
Haruskah aku melangkah keluar?” kemudian Sera berbalik sejenak melihat kembali
kerumunan yang bergerak padat seperti koloni semut.
Tanpa
sadar ia menangis dalam kebimbangan, memilih antara meninggalkan atau
ditinggalkan. Hanya sebuah manekin dari masa kecilnya, dapat mengubah seluruh
hidupnya dimasa depan...
“Sera,...”
Tom tetap menunggunya santai, ia mengerti benar bagaimana perasaan Sera saat
ini. “Pulanglah,..” Tom menatap serius kali ini, berbicara pelan tanpa
memaksanya.
---
“Seeee.....raaaaaaah ~”
T A M A T