Selasa, 24 April 2012

Puppet of Death -2-





**

‘PRAK!’

“Kenapa aku bisa begitu bodoh dihadapan wanita itu?!” umpat Kevin sehabis menggebrak meja porselen di WC umum kampusnya. Beberapa orang yang lalu lalang masih menertawainya, berita seperti ini akan cepat sekali menyebar ke seluruh penjuru kampus.

Kevin berjalan menuju ke gedung kampusnya dengan menutupi wajahnya dengan masker yang ia dapat dari seorang teman dari jurusan Kimia. Ia benar-benar malu karena sekarang semua orang dikampus itu menjulukinya ‘Baka Kevin’ dengan kata lain ‘Kevin yang Bodoh’.

“Hei Kevin!” teriak teman wanitanya yang kemarin menitip boneka padanya, Chia. “Sedang apa kamu? Kenapa menutupi wajah seperti itu?” Chia menarik maskernya namun Kevin memakainya kembali.

“Hhhhh~” Kevin menghela napas, “Tadi aku melakukan hal yang bodoh di depan wanita itu...”

Merasa bingung dengan pernyataan Kevin, Chia berusaha meminta penjelasan lebih. “Wanita? Wanita siapa?”

**

Chia akhirnya mengajak Kevin berkunjung kerumahnya, begitu takjub saat Kevin memasukin rumah yang lebih mirip apartemen itu. Semuanya, di dekorasi seperti rumah boneka. Iya, Chia memang suka mengoleksi boneka jenis Pullip.

“Ini semua kamu yang beli?”

“Ah? Oh, boneka Pullip ini yang kamu maksud? Beberapa temanku memberikan, hadiah ulang tahun, juga hadiah kejutan. Sebagian lagi aku membelinya sendiri. Kenapa? Apa kamu juga suka?”


Kevin mendengus, “Tidak, aku kan cowok. Aku lebih suka robot dan mainan-mainan action figure. Tapi aku akui boneka jenis ini memang bagus sekali, lalu Barbie? Apa kamu mengkoleksinya juga?”

Chia menggeleng, “Aku tidak begitu suka, ekspresinya kurang greget. Kalau Pullip memang di desain sebagai boneka fashion, ya Barbie juga sih, tapi Pullip keren sih...ah kenapa kita jadi bahas boneka? Kamu ku ajak ke sini kan buat membicarakan tentang wanita berambut tosca yang kamu lihat hari ini..”

Sungguh, dinding itu di penuhi oleh rak-rak putih membentuk kotak-kotak untuk meletakkan boneka Pullip yang lengkap dengan dress unik dan rambut yang berwarna warni. Kevin melihatnya satu persatu, membandingkan dengan boneka action figure miliknya. Dan ia menangkap satu Pullip yang tidak asing.

“Ah ini-ini!! Yang ini!” Kevin menunjuk heboh Pullip itu sambil meloncat-loncat seperti anak kecil.

Chia berbalik dan melihat apa yang ditunjuk oleh Kevin, “Kenapa? Apa kamu mau yang seperti itu?”

“Eh? Bukan-bukan! Wanita yang kulihat itu seperti ini, persis! Bisakah aku melihatnya lebih detil lagi?”

Chia mengambil kursi tinggi dan mengambil boneka Pullip Prunella itu. “Ada lagi?”

“Tidak, tidak!!”

Kevin meraih Pullip Prunella yang tersimpan rapi di dalam kotaknya. Ia melihat dengan detil. “Iya, mirip sekali! Masa’ iya boneka ini meniru gaya dandanan orang itu?” gumamnya namun Chia mendengarnya.

“Duduk Kev, bawa saja bonekanya tidak apa-apa. Jadi, dikampus kemarin dan hari ini kamu melihat wanita seperti boneka itu?”

“Iya, tapi pakaiannya tidak seperti ini...tapi rambutnya panjang seperti ini...aku juga baru pertama kali ini melihat wanita seunik itu dikampus. Tapi tadi siang aku melihat dia di kantin Utara kampus, di gedung Teknik Sipil, dia ngobrol dengan seorang laki-laki. Aku juga tidak pernah melihat kedua orang itu dikampus...aku kira mahasiswa pindahan..”

Chia membawakan teh dan juga beberapa biskuit. “Sungguh? Aku jadi ingin bertemu dengannya..lalu, buat apa kamu mencari wanita yang belum jelas identitasnya itu?”

‘GLEK.’

Kevin menyeka keringat di dahinya, “Ah itu...aku hanya penasaran! Makanya aku mengikutinya! Hanya untuk memastikan dia mahasiswa baru atau bukan!”

“Jadi....kamu mau aku bagaimana?”

“Heh?” Kevin melongo kebingungan. “Apa maksudnya?”

Chia menyalakan AC agar mendinginkan suasana, “Kamu mau aku bantu tidak mencari tahu identitas wanita itu? Aku bisa saja sih....mengingat aku punya teman disemua fakultas...”

“OH! Oh, iya,..em boleh juga..” Kevin salting, “Dan, boneka ini boleh aku pinjam kan?”

“Lho, tadi kamu bilangnya lebih suka action figure? Kenapa sekarang jadi ingin meminjam Pullipku? Apa karena boneka ini mirip dengan wanita itu?”

“Ah!” Kevin meneguk sekaligus teh dan menepuk pundak Chia, “sudah, pinjamkan saja ya! Aku berjanji akan merawatnya dengan baik! Jika sudah bosan, aku akan mengembalikannya! Baiklah aku pulang dulu!”

“Eh Kev.....,” belum selesai Chia berbicara, Kevin sudah menutup pintu kayu coklat itu. “Hm, padahal aku ingin bilang sebuah mitos padanya....ah sudahlah! Itu kan hanya sebuah mitos!”

**

“Seraaa~~~.......”

‘HOSH, HOSH, HOSH.’

Lagi dan lagi. Kevin terbangun pada pukul setengah empat dini hari dan badannya berkeringat. Setiap malam ia harus merasakan hal aneh terjadi pada tubuhnya.

“Hh, aku ini kenapa sih?”

Kevin melirik boneka Pullip Prunella yang terkena bias lampu neon dari arah luar, cantik dan elegan. Rambutnya yang panjang berwarna tosca dan gaun bergaya lolita Jepang menambah nilai plus. Boneka itu memandang lurus ke depan, sebenarnya Kevin ingin mengeluarkan boneka itu dari kotaknya, namun mengingat ia hanya meminjamnya jadi ia hanya memajang boneka itu beserta kotaknya.

Kevin bergerak menuju lemari yang ada di sampingnya untuk mengambil tisu. Namun sejenak ia merasa aneh. Kevin melihat ulang isi kamarnya, karena ia tidak menemukan hal yang mengganjal, ia meneruskan kegiatannya.

‘KRASAKK.’

~`Eh suara apaan sih itu?~`

Kali ini Kevin benar-benar menghidupkan lampu kamarnya dan memeriksa detil sudut-sudutnya. Ia tidak menemukan apa-apa, ia juga memeriksa di luar kamarnya yang langsung berbatasan dengan halaman tetangga.

“Mungkin kucing...”

‘KRASAKK, KRASAAK!’

Suara itu muncul lagi, Kevin kebingungan mencari sumber bunyi itu sampai....

“KYAAAAAAAAAA.........~~!!!”



to be continue . . . 
[part 3]



        Pullip Doll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar