Jumat, 27 April 2012

Puppet of Death -3-




Kevin sedikit menggigil saat ia mulai duduk tenang di dalam kelas, ia harus benar-benar rileks untuk mengikuti kelas pukul 7 pagi ini. Hari ini tidak biasa, dosen utama absen karena ada kesibukan, asisten dosen yang menggantikan. 10, 20, 30 menit mahasiswa jurusan Biologi ini menunggu kedatangan pengajar mereka.

“Kev,...” sapa Chia yang mengagetkan Kevin yang menatap kosong buku agendanya.

‘ZIING.’

Kevin menggelengkan kepala, “Kamu mengagetkanku..hey?! Kenapa kamu di sini? Kamu beda jurusan dengan aku!”

“Dosenku tidak datang, lagi. Aku tidak ingin dirumah sendirian.”

Kevin merasa heran, “Bukankah biasanya kamu memang sendirian, dan...kamu memang tinggal sendirian kan selama ini?”

Chia menggeleng pelan, belum sempat Kevin mendengar klarifikasi dari Chia, assisten dosen sudah datang.

Aneh sekali, orang itu langsung mengajar tanpa mengabsen terlebih dahulu. Ia langsung membuka sebuah buku dan menuliskan sesuatu di papan hijau itu.

D.’

Kevin dan Chia yang melihatnya menjadi bingung, orang itu hanya menuliskan huruf D tebal dan besar di papan tulis. Namun seakan hanya mereka berdua yang merasakan pagi ini begitu aneh.

Chia berbisik, “Tidakkah kamu merasa aneh?”

Kevin masih penasaran dengan asisten dosen yang tampak aneh itu, “Kenapa dia hanya menulis satu huruf saja dan tidak memulai kelas dengan mengabsen?”

Chia menggeleng karena dia tidak tahu, tapi Kevin merasakan suasana yang mulai mencekam. Perlahan ia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, ia bersiaga, perasaannya mulai tidak enak.

“Sepertinya aku salah tempat pagi ini.” Chia mengatakan hal itu kemudian memandang Kevin.

Kini semua orang yang ada di dalam ruangan itu memandang Kevin tak terkecuali Chia, dan....mereka semua tidak memiliki bola mata!!!!

**


‘KRRRIIIIIINGGGGGG!!!!’

“HAH!!!” Kevin terkejut dan teriakannya membuat seluruh penghuni kantin kampus bagian Utara melirik ke arahnya.

Kevin terbelalak, ia terkejut dengan apa yang ia lihat barusan. Namun, kini ia ada di kantin kampus.

“Hah? Kenapa aku disini?”

Kevin yakin ia baru saja mengalami astral projection, namun buktinya ia meyakini pula ia baru saja mendapatkan mimpi buruk. Ia merogoh tasnya, mengambil sebuah jam tangan, “Jam 12 siang?” lalu ia melihat sekeliling, iya, pukul 12 siang. Namun tidak seharusnya ia berada di sini, kantin ini terlalu jauh dari kampusnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi padaku?”

Ringtone milik Epik High berdering dari balik saku celana jeansnya.

“Halo?”

“Kevin..?” suara seorang perempuan dari jauh sana.

“Iya, siapa ini? Chia?”

“Bukan, aku, Lyn. Apakah kamu tidak mengenali suaraku?”

Kevin bingung dengan telepon tersebut, ia mengira jika perempuan itu salah sambung. “Lyn? Lyn siapa? Salah sambung?”

“Kevin! Aku pacarmu!!”

“HAAAH??!” sekali lagi Kevin terkejut dan berhasil mengumpulkan perhatian seisi kantin. “PACAR??!”

“Come on Kevin, jangan bercanda ah! Kamu dimana, kenapa pergi dari rumah tanpa memberi kabar padaku?”

~`Apa....kenapa...apa yang sebenarnya terjadi???~`

**

Kevin mengajak Lyn, wanita dengan rambut tosca itu janjian disebuah mini cafe. Ia ingin mendapat kejelasan tentang apa yang terjadi dengannya selama ini. Kevin menyadari ia kehilangan ingatannya akhir-akhir ini. Ia benar-benar merasa aneh dengan dirinya sendiri.

“Apakah kamu tidak sehat Kev?” ternyata Lyn datang bersama Chia.

Kevin agak menjaga jarak, namun tak dapat disangkal ia juga bangga dengan dirinya sendiri karena bisa jadian dengan wanita yang ia kagumi itu. Namun ingatannya juga melayang ke waktu di saat ia terkejut melihat boneka Pullip milik Chia hidup dan tersenyum padanya.

“Aku...aku rasa begitu...jika aku mengatakan sesuatu, apa kalian percaya padaku?” tanya Kevin ragu.

Chia dan Lyn saling menatap, “Tentu saja, aku sudah lama mengenalmu...aku tahu kamu tidak akan mungkin berbohong.” Jelas Chia.

“Aku tidak tahu harus mulai dari mana..aku bingung.”

Lyn mencoba meyakinkan Kevin, “Katakan...dari mana saja...kami akan berusaha mengerti.

Namun sebelum Kevin mengutarakannya, seorang pelayan menyenggolnya dan berkata maaf pada Kevin tanpa menoleh. Kevin yang merasa curiga ia menarik pelayan itu dan....BANG! Lagi-lagi bola mata orang itu tidak ada!!!!!

@.@

“Tidak mungkin!!”

Kevin terbangun di tempat semula, boneka Pullip milik Chia terjatuh. Kevin baru saja mengalami mimpi ganda yang begitu menakutkan, sebelumnya ia tidak pernah mengalami hal ini.

“Apa sekarang aku bisa bernapas lega? Sepertinya boneka ini harus segera ku kembalikan pada Chia.”

Kevin meraih boneka itu dan memasukkannya ke dalam tas, ia segera menuju rumah Chia.

**

“Hm? Ada ya mimpi seperti itu? Aku baru mendengarnya...”

“Jadi ku mohon....jangan pernah tunjukkan boneka ini di hadapanku lagi...” Kevin menyeka keringat di lehernya.

Chia mengembalikan boneka Pullip Prunella itu ke tempatnya, “Baiklah, dan kamu sudah menganggu tidurku Kev! Ini pukul 5 pagi!”

“Maaf Chia...aku benar-benar harus mengetahui aku ini sedang mengalami apa...tidak kah kamu mempunyai teman yang bisa melihatku menggunakan mata batinnya?”

“Kamu mau cari paranormal? Lebih baik kamu pergi ke psikiater saja....tapi jika kamu memaksa,....aku punya seorang teman. Tapi, kita harus keluar kota. Rumahnya di desa terpencil.”

“Benarkah? Kapan kita bisa kesana?”

“Astaga Kevin....,” Chia menyuruhnya pulang, karena hari masih sangat pagi dan ia berniat untuk kembali beristirahat.

@.@

Dua hari kemudian, Chia tidak mendapatkan kabar mengenai gadis bernama Lyn itu. Beberapa orang memang menyadari gadis ramping itu di kampus, mahasiswa berfikir jika dia adalah mahasiswi pertukaran pelajar, namun kampus tidak memiliki agenda itu. Setelah dipastikan tidak menemukan Lyn dikampus, Chia menghubungi Kevin untuk bersiap karena keesokan harinya teman Chia yang ada diluar kota menyuruh mereka datang berkunjung.

“Sungguh? Apakah kita tidak merepotkannya? Aku jadi merasa tidak enak.”

Chia menepuk pundak Kevin, “Tenang saja, aku juga sudah lama tidak mengunjunginya. Jadi, pukul 10 besok kamu datang ke rumahku ya, kita akan berangkat menggunakan kereta.”

“Apa sangat jauh?”

Chia menjawab sambil membereskan makalahnya, “Ya...mungkin sekitar 7 jam perjalanan. Nikmati saja Kev.” Tapi Chia benar-benar tidak yakin dengan cerita Kevin tentang boneka yang bergerak malam itu, “Kamu tidak mengada-ada kan tentang bonekaku yang bergerak itu?”

“Sumpah Chia, aku ingat benar! Dia tersenyum padaku, sepertinya ia tidak suka kamu mengurungnya di dalam box.”

“Bagaimana kamu tahu? Apa dia berbicara juga denganmu?” ejek Chia.

Kevin mendengus kesal, “Dia memukul-mukul plastik boxnya. Sampai terjatuh, kemudian gelap. Sepertinya aku pingsan.”

Bukan Chia tidak percaya dengan hal itu, namun ada hal yang belum Kevin ketahui...tentang mitos boneka-boneka itu....



to be continue . . . 
[part 4]

2 komentar:

  1. lanjut deh.. tp kok lama2 jadi horor gitu~ ><
    lanjoot!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang sngaja mau ngetest kemampuan diri sdiri ,, bisa apa engga buat cerita misteri ,, itung" gw blum puas ama kisahnya Sera . jadi gw bener" ga mau buru" buat cerbung kali ini .

      thanks ya sudah mau komen n baca .

      Hapus