Jumat, 13 Mei 2011

A for Angel -part 3-


Ke atas, ke langit-langit menara itu Oya melihat sebuah bel yang amat besar dan berbunyi amat nyaring.
“Kamu bisa hentikan bunyi bel yang mengganggu itu?” tanya Angel yang sudah tidak bisa menahan suara bising itu.
Angel dan Oya bingung. Kemudian Oya membawa Angel mendekat  kearah pintu, Angel merasakan ada sebuah benda yang sedang ia genggam. Angel mencoba merasakan apa yang sedang ia pegang. Keras, dingin, dan ada beberapa bagian yang menonjol. Ternyata itu adalah kunci berwarna emas. Tanpa berpikir panjang, Angel langsung membuka pintu yang terkunci tersebut. Tapi sama sekali tidak cocok.
“Oya, dobrak pintunya cepat!”
“Ini dari tadi gue udah coba, tapi ga bisa!”
“Coba lagi, pasti bisa! Aku yakin pasti bisa!”
Oya terus mencoba mendobrak pintu yang terkunci dengan keras itu. Meskipun sudah dikoyak 100 kali pun pintu itu tidak akan bisa terbuka. Tidak lama kemudian bunyi nyaring itu semakin mereda ditandai dengan jatuhnya lonceng itu. Braang…bunyi itu menggelegar di menara itu. Sekarang mereka benar benar terjebak di menara tinggi itu.
Suasana menghening sejenak.
“Lalu, bagaimana cara kita keluar dari sini?” tanya Oya yang sudah lemas karena memaksakan diri mendobrak pintu yang terbuat dari besi itu.
Angel juga sama pesimisnya dengan Oya. Tetapi dia melihat salah satu corak yang tidak biasa pada lonceng berwarna silver itu. Angel mendekatinya dengan perlahan dan mencoba merabanya. Sebuah kunci. Lagi-lagi kunci yang bentuknya unik, dan susah dideskripsikan dengan kata-kata.
“Oya, minggir!”
“Ngapain? Mau ngedobrak pintu?”
“Gila aja, aku nggak sekuat itu.”
Oya mengikuti perintah Angel, kemudian Angel menyimpan kunci berwarna emas itu di dalam saku kiri celananya, dan membuka pintu menara itu dengan kunci berwarna silver tersebut. Klik…dengan gampangnya pintu itu terbuka dengan sendirinya. Kemudian kunci itu menjadi butiran pasir putih dan melebur dengan lantai menara itu.
“Kita sudah tidak ada waktu, cepat selamatkan Laika!”
Mereka berlari menuruni menara yang mempunyai banyak anak tangga itu. Setelah sampai dibawah, mereka memasuki banyak kamar, dan mencari Laika. Tetapi tempat ini rupanya sudah  kosong.
“Damn! Pasti Laika sudah dibawa kabur!” sentak Oya yang sudah sangat jengkel itu.
“Kalo gitu mendingan sekarang kejar aja.” Lalu mereka turun dan mencoba mengejar Laika walaupun mereka tidak tahu ke mana Laika dibawa kabur.
¤¤¤
Di A café, Nada dan Gaia menunggu dengan cemas mengapa Angel sangat lama pergi kali ini. Mereka seolah-olah ikut merasakan apa yang di alami Angel, Gaia dan Nada menutup A café lebih awal dan segera menuju gereja untuk memanjatkan doa.
¤¤¤
“Kayaknya kita salah arah Ngel.” Oya sudah jauh mengemudikan mobilnya menuju arah yang tidak jelas.
“Trus sekarang ini dimana?”
Oya sibuk mencari papan petunjuk, tapi sialnya disana benar-benar sepi tidak ada petunjuk apa pun.
“Dengan sangat menyesal aku katakan bahwa kita tersesat. Disini tidak ada petunjuk apa pun.” Oya sama putus asanya dengan Angel.
“Lalu? Kita akan gagal selamatkan Laika?” Angel sudah berkaca-kaca.
“Sabar, pasti kita akan menemukan jalan keluar.”
Disaat keputusasaan melanda mereka, tiba-tiba Oya melihat sebuah kendaraan lain yang melintas di jalan itu juga.
Mobil itu membunyikan klakson. Dinnn ~ !
“Maaf, Anda menghalangi jalan saya!” ucap perempuan itu.
Oya langsung turun dan menghampiri orang itu, kemudian bertanya, “Maaf..maaf..Anda tau jalan ini kemana?”
“Oh, tersesat ya?” tanya perempuan itu sambil melirik Angel yang masih di dalam mobil.
“Ya, kami berdua tersesat. Sekiranya Anda bisa memberitahu kami kemana jalan ini?”
“Jika Anda lurus akan menemukan sebuah kota bernama U Liang. Disana Anda bisa menyewa penginapan. Anda darimana?”
“Kami datang dari kota pusat. Kami kebetulan sedang mencari saudara kami. Kami berpisah dengannya.”
“Oh, berarti tujuan kita sama?”
“O ya? Masih jauh tidak kotanya?”
“Lumayan, masih sekitar 7 kilometer. Setengah jam mungkin waktu yang Anda butuhkan.”
“Kalau begitu, terima kasih. Sebentar, saya akan pinggirkan mobil saya dulu.”
Oya kembali masuk ke dalam mobil dan membiarkan wanita itu lewat.
“Angel, wanita itu bilang 7 kilo didepan ada kota bernama U Liang. Disana ada penginapan. Sekarang keputusan ada di tangan kamu, mau lanjut atau kita balik ke rumah.”
Angel tampak bimbang dan bingung.  Pikirannya masih kacau dengan Laika.
Oya menunggu Angel.
“Aku bingung harus apa…aku takut pilihan yang ku buat itu salah.” Ucap Angel kemudian.
“Jika aku jadi kamu…aku akan coba ke U Liang dan mencari tau info tentang Laika. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi 1 detik lagi. Tapi aku menyerahkan semuanya kepadamu. Tapi kamu belum bilang kenapa Laika mau dijadikan seperti itu, dan kenapa kamu tidak membawa Laika pulang padahal kamu sudah tau keberadaan Laika?”
“Dia menolakku. Dia tidak mempercayai aku, Laika tidak pernah mempercayaiku jika aku ini adik kandungnya! Dia hanya mengijinkan aku menjenguknya, itupun jika dia meminta. Ketika aku terkahir kali menjenguknya, dia bercerita tentang dirimu. Dan menyuruhku membawa kamu kepadanya. Tapi entah mengapa, dia kabur.”
“Atau mungkin dia tidak menghindar? Mungkin orang yang menyelamatkannya itu membawanya kabur dengan suatu tujuan tertentu. Misalnya menginginkan aku mengikuti ajaran sesatnya?”
“Bisa. Semuanya bisa terjadi.”
“Jadi keputusanmu?”
Angel menyeka airmatanya yang menetes dan mulai mengangkat kepala menentukan pilihan.
“Kita lanjut, jika langkah yang aku ambil salah…..maka kita selamanya tidak akan bisa bertemu dan menyelamatkan Laika.”
“Baik Nona!” mereka pun nekat melaju ke langkah yang lebih jauh.
¤¤¤
Kota ini sangat ramai. Tetapi hampir semua masyrakatnya berpakaian seperti orang jaman dahulu, dan tidak ada supermarket disana.
“Kamu yakin ini kota U Liang? Kok masih feodal gini?” tanya Angel yang masih kurang yakin dengan apa yang ia lihat.
“Aku juga jadi tidak yakin, tidak ada satu pun mobil disini.”
Ada seseorang yang mengetuk jendela mobil Angel.
“Maaf, kalian cari apa ke sini?” tanya seorang anak ABG itu.
“Ini kota U Liang kan?”
Anak ABG itu tertawa, “Kalian salah, ini kota U Yiang. U Liang masih 2 km di depan sana. Pasti dari kota pusat ya?”
“Iya, kok tau?”
“Tadi juga ada seorang perempuan yang lewat sini menggunakan mobil. Dia juga sempat bingung setelah sampai disini.”
“Kalau begitu terima kasih sudah memberitahu kami.” Ucap Angel ramah.
“Ini aku punya cinderamata buat kalian berdua. Jangan sampai hilang ya!” ucapnya sambil tersenyum kemudian pergi.
Anak ABG itu memberikan sebuah kantung mungil yang berisi pasir hitam. Angel menggantungnya di kaca spion dalam mobil.
“Kok di taro disitu?”
“Ya sudah, ayo kita ke U Liang?!”
Maka Oya pun melanjutkan perjalanan menuju kota U Liang.
Sepanjang perjalanan, mereka sama sekali tidak melihat ada bangunan selain di kota U Yiang tadi. Jalanan panjang itu tampak gersang, kering, dan panas. Angel menoleh kebelakang, dan melihat kota U Yiang yang sudah jauh di belakang sana. Hatinya sempat bergeming bahwa pilihannya ini salah, tapi dia berbalik kepada hati nuraninya yang mengatakan bahwa ia dan Oya harus menuju kota U Liang.
“Kamu kenapa? Kok kayaknya gak yakin gitu?” tanya Oya yang sebenarnya risau dengan kondisi Angel.
“Tidak. Aku baik-baik saja.”
“Jika kamu merasa kita salah langkah, sebaiknya mundur saja.”
“Jangan! Ini sudah terlalu jauh. Aku ingin mencari petunjuk di U Liang.”
“Yakin?”
“Yakin.”
“Ya sudah, tapi jika tidak yakin bilang padaku.”
Angel tidak menjawabnya, pandangannya masih saja melihat keluar kearah padang rumput yang gersang itu. Matahari sore hamper tenggelam, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan esok hari.
Ketika mereka sampai di kota U Liang, ternyata kota itu tidak begitu ramai. Orang-orangnya terkesan tertutup dan misterius. Tetapi ada satu hal yang membuat Angel tertarik dan mendekatinya.
“Oya, lihat disana. Ada yang jual gulali..kayaknya kita bisa tanya sama dia deh.”
Kemudian Oya mendekatkan mobilnya kepada si dagang gulali itu.
“Sore Pak, numpang tanya boleh?”
“Oh boleh, ada apa ya?”
“Ini beneran kota U Liang kan?”
“Oh iya, kalian dari jauh ya? Kalau begitu selamat datang di U Liang.”
“Kira-kira penginapan yang dekat dari sini dimana ya Pak?”
“Oh, disini kompleks gedung. Kalau mau cari komplek penginapan kalian dari sini lurus, kemudian menemukan perempatan, kemudian belok kiri, nah itu kompleks penginapan. Kalau boleh saya tau, kalian dari mana ya?”
“Kami dari kota pusat Pak.”
“Oh, jauh sekali? Ada kepentingan apa datang kemari?”
Angel melirik Oya, kemudian Oya angkat bicara, “Bapak, saya mau tanya…kenal tidak dengan wanita seumuran saya yang bernama Laika?”
Bapak itu sepertinya amat sangat kaget mendengar nama “LAIKA”.
“Kenapa kalian mencarinya?” kata Bapak itu setengah berbisik.
“Dia kakak saya Pak.” Kemudian Angel menyahutnya.
“Kamu adiknya? Mustahil!”
“Memangnya kenapa Pak?” tanya Oya kemudian.
Bapak itu mendekatkan dirinya ke jendela mobil.
“Kalian tidak tau jika wanita itu seorang penjahat penyihir?”
“Penjahat penyihir? Maksud Bapak apa?” tanya Angel yang semakin tidak mengerti.
“Di kota ini dulunya indah. Banyak penyihir baik, tetapi kemudian wanita itu datang dengan seseorang yang aneh—wanita itu mengambil kekuatan semua penyihir yang ada di kota ini. Kemudian membuat kota U Liang ini menjadi gelap dan senyap.”
“Apakah seseorang yang bersamanya itu pendek dan gemuk? Menggunakan jubah hitam?” tanya Oya.
“Ya! Persis apa yang kamu katakan. Orang itu selalu ada di belakang wanita itu. Orang itu seperti kendali atas wanita itu.”
“Lalu dimana mereka sekarang Pak??” tanya Angel berhasrat.
“Sudah lama mereka menghilang, tetapi menurut issue yang beredar..mereka masih ada di salah satu sudut kota ini. Menunggu penyihir-penyihir lain yang mempunyai kekuatan lebih besar.”
“Bapak, tidak apa-apa memberitahukan ini kepada kami?” tanya Oya.
“Tidak, ini sudah menjadi rahasia umum. Bapak mempunyai sisa gulali. Ini untuk kalian saja. Bapak mau pulang dahulu.”
Penjual gulali itu memberikan 2 gulali masing-masing untuk Oya dan Angel.
“Ini satu lagi saya mempunyai sebuah kunci berwarna merah. Mungkin saja akan berfungsi kelak kemudian hari.”
“Terima kasih Pak.” Ucap Oya kemudian menuju kompleks penginapan.
Saat mobil mereka menjauhi pedagang gulali tersebut, Angel sempat menoleh ke belakang. Tetapi pedagang gulali itu sepertinya tidak pernah ada disana.
“Kenapa?”
“Haaah? Tidak, gulalinya manis sekali.” Angel kembali melanjutkan mengemut gulalinya.
Mereka tiba di kompleks penginapan. Tidak ada penginapan yang masih buka. Hari sudah mulai gelap. Tetapi Oya melihat ada seseorang yang sedang duduk di pinggir jalan seperti menunggu sesuatu. Maka Oya menghampirinya.
“Maaf, masih ada penginapan yang buka?”
Kemudian orang itu langsung menari-menari, “Akhirnya yang ku tunggu datang juga! Masih! Penginapan ini masih buka. Saya yakin masih ada pengunjung di kota ini!”
Angel dan Oya tersenyum.
“Kalau begitu, dimana saya bisa memarkir mobil?”
“Kalian bisa masuk, didalam halamannya sangat luas.” Orang itu membukakan sebuah gerbang yang usang, dan ternyata didalamnya benar apa yang seperti orang itu katakan.
Oya dan Angel keluar dari mobil dan langsung ke lobby penginapan.
“Maaf, kalian dari mana?”
“Kami datang dari kota pusat.”
“Nama saya Ali. Pemilik sekaligus pendiri penginapan ini.”
“Saya Haru Koyama dan dia Angel.”
“Kalian pasangan?”
Oya hendak menjawab ‘bukan’, tetapi Angel keburu menyamber pertanyaan tersebut.
“Iya, pasangan.”
“Pasti lagi bulan madu ya?” tanya Ali senyam-senyum.
“Iya.”
“Kalau begitu, akan saya sediakan kamar dengan 1 ranjang.”
“Jangan!” jawab Oya.
“Kenapa?”
“Kebetulan saya sedang flu, jadi takut dia tertular. Sebaiknya yang 2 ranjang saja.”
“Oh…baiklah jika itu permintaan kalian. Mari saya antarkan?”
Tetapi Ali masih diam ditempat.
“Kenapa?”
“Maaf, apakah kalian tidak membawa koper?”
“Oh tidak, dadakan kami ke sini.” Jawab Angel.
“Oh, kalau begitu akan saya panggilkan pedagang baju nanti malam.”
“Benarkah? Terima kasih..” ucap Angel kegirangan saat mendengar pedagang baju akan singgah di penginapan itu.
Setelah Ali mengantarkan mereka ke kamar, kemudian Oya menanyakan sesuatu.
“Kenapa kamu bilang kita pasangan?”
“Lho? Memang benar kan?”
“Tapi kita kan sedang tidak honey moon?”
“Oh masalah itu? Dibawa fun aja kali.”
“Trus kamu nekat banget buat kita sekamar?”
“Oh, jadi kamu mau aku dikamar ya berbeda gitu? Ntar kalo aku kenapa-kenapa, kamu kan nggak tahu?”
“Ya tapi kan…tetep aja satu kamar. Dan itu ngga boleh!”
“Begitu menurutmu? Baiklah, aku akan minta Ali supaya memisahkan kamar kita.”
Tapi Oya menariknya.
“Kenapa? Nggak jadi?”
“Sebaiknya jangan, aku ingin kamu baik-baik saja.” Kemudian Oya memeluk Angel.
Dan lalu mereka beristirahat.

Malam menjelang, Angel yang sudah bangun dari tidurnya mencoba keluar dan melihat keadaan kota U Liang pada malam hari. Angel duduk di lobby bersama Ali dan sekedar berbincang.
“Ali, sejak kapan kamu disini?”
“Sejak saya lahir. Ini memang cita-cita saya membuat sebuah penginapan. Memberikan rumah sementara bagi  pengunjung setia U Liang, tetapi gara-gara penyihir jahat itu penginapan disini menjadi banyak yang bangkrut!” Ali menggebrak meja.
Pasti yang sedang ia singgung Laika…
“Memangnya ada apa dikota ini?”
“3 minggu yang lalu wanita itu datang ke sini dan menghisap kekuatan penyihir baik di kota ini. Asal kamu tau, ini adalah kota penyihir. Dulu semuanya aman dan tenteram disini. Tapi semenjak wanita itu datang, semuanya menjadi mati, sunyi! Hanya aku dan beberapa  orang yang masih bertahan disini.”
“Kamu juga punya kekuatan sihir?”
“Tidak, aku datang dari kalangan biasa. Jika kamu ingin menemui para penyihir itu, datanglah ke Yin Yang.”
“Dimana itu?”
“Letaknya sangat jauh dari sini. Tapi aku punya tour guide yang bisa mengantarkan kalian berkeliling di kota ini.”
“Tadi sebelum saya ke sini, saya bertemu dengan seorang penjual gulali..”
“Ah itu dia! Dia penyihir yang masih mempunyai kekuatan utuh! Beruntung sekali kamu bertemu dengan dia!”
“Apa? Dia seorang penyihir?”
“Iya! Pasti ada maksud tertentu dia menemui kamu! Dia sudah bercerita kan?”
“Sudah, sih..”
“Apa jangan-jangan kalian yang dimaksud para penyihir itu?”
“Maksud kamu?”
“Para penyihir itu pernah berkata pada seluruh masyarakat. Dikatakan bahwa akan ada utusan yang kan menaklukan wanita si penyihir jahat itu, dan membuat penyihir jahat itu kehilangan kekuatan. Apakah itu kamu? Pasti itu kamu kan?” Ali terlihat sangat takjub.
“Hah? Masa sih? Bukan aku pasti orangnya.”
“Saya yakin pasti kamu!”
“Apalagi yang dikatakan para penyihir baik itu?”
“Sebentar, aku ingat-ingat lagi…oh ya! Mereka bilang utusan itu datang dengan niat yang baik dan hati yang bersih. Itu saja yang disampaikan.”
“Kapan mereka menyabdakan hal itu?”
“2minggu yang lalu, saat mereka hendak pindah ke Yin Yang.”
“Lho, dulu mereka tinggal disini?”
“Yap, tapi gara-gara tidak punya kekuatan lagi, mereka pindah dengan tujuan mengembalikan kekuatan mereka lagi.”
Kemudian Oya datang dengan wajah yang basah.
“Sedang apa kalian?” tanya Oya yang baru saja membasuh wajahnya.
“Kami hanya mengobrol.” Jawab Angel, kemudian Ali pergi untuk membuatkan teh hangat.
“Sejak kapan kamu ngobrol dengan dia?”
“Sudah setengah jam yang lalu, aku nggak tega mau bangunin kamu. Kamu terlihat begitu lelah, kamu belum makan?”
“Belum,..”
“Sebentar ya, aku akan meminta Ali untuk membuatkan makanan untuk kita berdua.”
Oya terlihat sangat letih, dia sudah berjasa besar mengantarkan dan menemani Angel hingga sampai di U Liang. Tidak heran jika Angel menjadi sangat perhatian kepadanya.
“Kamu sudah mandi?” tanya Oya saat Angel kembali.
“Sudah. Kamu?”
“Blum, sudah terlalu malam. Airnya dingin.”
“Kalau begitu minta Ali saja sediakan air hangat?”
“Jangan, kasian dia. Kita ini merepotkan dia.”
“Kita kan bayar..”
Kemudian Ali datang membawakan nasi goreng, “Kalian tidak perlu membayarnya, bayar saja dengan membuat wanita jahat itu bertekuk lutut.”
“Maksudnya?” Oya bertanya kepada Ali, maka Ali menjelaskannya lagi.
Sambil makam malam mereka bercerita mengenai wanita jahat itu.
“Oh jadi begitu? Mungkin saja memang Angel yang mereka maksud.”
“Maka itu, saya sangat yakin kepada istrimu, pasti dia yang bisa membuat wanita jahat itu pergi dari sini.”
“Pasti kamu babe, yang dimaksud mereka itu pasti kamu.”
“Aku? Tapi aku tidak yakin. Bisa saja, kalian salah alamat.”
“Tidak, aku yakin pasti kamu!” ucap Ali.
“Ya sudah, jika memang orang itu bukan Angel, saya bayar jasa penginapan ini.” Ucap Oya menengahi.
Seusai sarapan, Angel bingung harus berbuat apa hari ini. Tetapi dia ingat dengan janji Ali kemarin yang akan mendatangkan pedagang baju ke penginapan.
“Ali? Katanya akan kau datangkan pedagang baju? Mana?”
“Oh, semalam dia sudah datang. Tetapi karena anda sudah tidur, makanya dia  balik lagi.”
“Kalau begitu bisa tidak panggilkan dia?”
“Wah, dia hanya datang malam hari. Maaf ya!”
“Oh tidak apa. Harusnya saya yang minta maaf sudah merepotkan kamu dan pedagang baju itu. Maklumlah, semalam saya sangat lelah.”
Kemudian Angel balik ke kamar untuk menemui Oya dan menyusun rencana selanjutnya.
Angel mengetuk pintu terlebih dahulu, siapa tahu saja Oya sedang ganti baju di dalam. Tidak lama kemudian Oya membuka pintu.
“Kenapa mengetuk pintu?”
“Aku fikir kamu sedang ganti baju di dalam. Makanya aku mengetuk pintu.”
“Tidak, aku sedang melamun saja didalam. Masuk, nggak enak ngomong diluar.”
Angel masuk dan mencoba menyusun rencana bersama Oya.
“Trus, hari ini kita mau ngapain? Berdiam diri aja gitu?”
“Aku sih pinginnya ke tempat Laika langsung, Cuma kita kan tidak tahu dimana Laika berada.” Ucap Oya sambil menggunakan sweater.
“Ali bilang dia punya teman seorang tour guide. Kenapa kita nggak minta tolong sama dia aja?”
“Kamu mau jika identitasmu diketahui oleh mereka. Cukup penjual gulali itu aja yang tau. Kamu gak takut kalo Ali cs. membuatmu susah? Hanya karena kamu adik Laika? Mereka pasti berpikir…”
“Iya, aku mengerti! Cuma aku rasa kita nggak perlu mengulur-ulur waktu. Aku merasa jika semua ini harus disudahi. Kita nggak tau siapa mereka, bisa saja mereka orang dari Laika, atau bahkan Laikanya sendiri menyamar. Dan penginapan ini tak pernah ada?”
“Laika tidak akan melakukan seperti itu kepada kita. Aku percaya Ali bukan orang yang seperti itu. Tapi itu juga tidak menutup kemungkinan. Sebaiknya sekarang aku ngecek mobil dulu, bensinnya perlu ditambah lagi.”
“Jadi? Kita pergi tanpa pemandu?”
“Yap.”
Oya keluar dan mengecek mobil, tapi Angel merasa hal ini tidak boleh ditunda-tunda lagi. Kemudian dia mendatangi Ali lagi.
“Ali!”
“Iya?”
“Kamu bisa carikan bensin tidak untuk mobil ku?”
“Bisa, habis ya?”
“Ya, hari ini kami tinggalkan penginapan. Tak apa kan?”
“Cepat sekali?”
“Iya, bisa kan tolong?”
“Baiklah, tunggu setengah mau?”
“Ya, akan kami tunggu. Tapi jangan lebih dari itu ya?”
Ali mengangguk dan langsung mencarikan bensin untuk mobil Oya. Sedangkan Oya sibuk memeriksa mobilnya. Angel menghampirinya untuk menemaninya.
“Ga ada masalah kan buat mobilnya?”
“Ga, Cuma bensinnya aja kok.” Oya kemudian memeriksa keempat ban mobil.
“Makasi ya kamu udah baik banget mau temenin aku sampai sejauh ini. Aku nggak tau harus balas dengan apa.”
“Jangan pernah tinggalin aku. Kamu Cuma perlu membalasnya dengan itu.”
“Hanya itu?”
“Ya. Aku nggak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya.”
“Memangnya beneran kamu suka aku?”
“Iyalah! Kalo enggak, ngapain kita jadian?”
“Jadian? Kapan?” tanya Angel yang heran dengan kalimat itu.
“Bukan, maksudku..”
“Bukannya kamu bilang harus menemukan Laika dulu baru aku nyatakan cintaku padamu di depan Laika?”
“Masa iya sih?”
“Kamu lupa ya? Dasar pikun.”
“Maaf, mungkin karena pengaruh perjalanan ini?”
“Aku heran, kamu banyak berubah semenjak kita terjebak dimenara itu?” ucap Angel sambil duduk di kursi kemudi.
“Berubah apanya? Prasaan kamu aja kali?”
“Nggak, kamu udah nggak kasar dan suka marah-marah lagi kayak dulu.”
“Hhahaha, nggak ah. Malas. Nggak baik juga marah-marah kayak dulu. Sekarang Cuma fokus ke Laika aja kali Neng.”
“Kamu dulu deket banget ya sama Laika?”
“Iya, aku sayang banget sama dia. Tapi sebelum sempat bilang hal itu, dia keburu hilang. Makanya aku nyesel banget kehilangan dia. Tapi sekarang ada kamu, aku bakal jaga kamu sebaik-baiknya, karena aku udah ngerasain kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidupku.”
“Aku berharga dalam hidupmu?” pertanyaan itu membuat kunci bagi Oya.
“Seharusnya tidak perlu kamu tanyakan kamu sudah tau!” Oya mengalihkan pembicaraan dengan mengelap kaca mobil. Tapi karena Angel masih rancu, dia kembali mendekati Oya.
“Jawab aku, apa aku penting bagimu?”
Oya malah semakin sibuk mengelap kaca mobil.
“Oya!” sampai akhirnya Angel menarik Oya dekat sekali dengan dirinya.
“Tatap mataku, apa aku begitu berarti di hidupmu?”
Oya tidak menjawabnya, malah mencium Angel.
“Aku rasa aku tidak perlu menjawabnya. Iya kan?” lalu Oya masuk kembali ke dalam kamar penginapan.
Aku berarti di dalam hidupnya. Tapi keadaan pasti berbalik ketika Laika sudah ada diantara kami.
“Angel! Ini bensinnya. Maaf ya agak lama.”
“Oh, enggak. Trims ya Ali. Kamu baik banget?”
“Sudah jadi kewajiban saya membantu kalian. Suami anda mana?”
“Ada dikamar. Maaf ya dari kemarin kami merepotkan Ali.” Angel membungkuk sebagai tanda terima kasih.
“Tak apa. Nanti jika mau pergi, panggil saya, biar gerbangnya saya bukakan.”
“Iya.”
Ali berlalu dan Angel menyusul Oya ke kamar.
“Hei, isi bensinnya.”
Tanpa berkata apa-apa  Oya langsung mengisi bensin itu ke badan mobil.

Ketika semua sudah siap, Angel dan Oya akhirnya meninggalkan penginapan itu dan menuju tempat yang diduga sebagai persembunyian Laika.
“Tapi kan kita nggak tau dimana tempatnya?!”
“Ikuti feeling kamu aja Ya. Aku yakin feeling kita sama.”
Mereka menyusuri kota yang sepi itu. Hembusan angin kengerian sangat terasa. Mereka sebenarnya tidak mengetahui jalan yang sebenarnya. Tetapi Angel sangat yakin dengan feelingnya. Satu persatu jalan mereka lewati, bermacam-macam yang terdapat di U Liang sana. Ada kompleks pekuburan yang seramnya melebihi kuburan di kota pusat, kemudian terdapat kompleks perumahan yang sudah tak terurus lagi semenjak Laika datang menyerang ke kota itu. Angel sangat yakin jika dulunya U Liang pasti kota yang sangat indah. Itu bisa diketahui dari taman yang mereka lewati saat ini. Begitu megahnya patung-patung para malaikat tetapi kini semuanya menjadi using dan berdebu, seperti keadaan dimana tak pernah terjamah oleh tangan manusia.
“Oya, aku rasa kamu hanya berputar-putar di kota ini?”
“Hahh? Masa sih? Perasaan kamu aja kali?”
“Nggak, kita udah ngelewatin patung itu 4 kali!?” Angel menunjuk patung malaikat bersayap itu.
Oya menolehnya sesaat, “Banyak kali patung yang kayak gitu disini?”
“Tapi masa ada gedung yang sama di satu kota?”
Pernyataan Angel membuat Oya menoleh lagi, “Gedung yang mana?”
“Yang itu…yang jendela kacanya pecah.” Angel menunjuk gedung rusak tersebut yang letaknya tepat dibelakang patung malaikat.
Oya menghentikan mobilnya tepat ditengah jalan dan menengok kearah gedung itu.
“Ah masa sih? Kok aku nggak tau ya?”
“Iya, iya..kita udah ke sini 4x…sekarang coba jangan belok deh. Lurus aja, siapa tau ketemu jalan yang lain?”
“Tunggu..” Oya tepat berada di tengah-tengah perempatan kota. Dia melihat jalan-jalan cabang dari masing-masing perempatan tersebut.
“Kenapa?”
“Tadi kita belok kemana?” tanya Oya yang masih melihat keempat arah jalan itu.
“Ke kanan. Dari tadi kalo belok kan ke kanan trus! Memangnya ada apa?”
“Coba deh kamu perhatiin…kalo kita balik ke belakang, kita bakal balik ke U Yiang. Kalo kita belok ke kanan lagi Cuma muterin kota ini aja. Kalo kita kekiri, kita balik lagi ke penginapan…”
“Kalau lurus?”
“Aku nggak tau.”
“Ya udah, lurus aja? Gampang kan? Memangnya kenapa?”
“Kamu yakin kita lurus? Ini jam 10, dan langit dari tadi pagi mendung.”
“So..??”
“Itu tandanya hari akan hujan.”
“Lalu…??”
“Kamu yakin mau ambil jalan yang didepan?”
“Iiiiya..?”
“Kok iya-nya nggak yakin gitu?”
“Trus kalo nggak lurus kemana lagi?”
“Baiklah….”
Oya menekan gas dan mengikuti apa feeling Angel. Mulanya Oya jalan dengan kecepatan yang biasa, tetapi lama kelamaan ‘sesuatu’ menyuruhnya agar lebih cepat dan lebih cepat lagi. Saat Oya menyuruh Angel menoleh ke belakang, tahu apa yang terjadi? Patung malaikat yang terletak di perempatan tadi menjadi hidup! Dan terbang mengejar mereka! Angel yang spontan terkejut itu langsung menyuruh Oya lebih cepat lagi, cepat dan cepat lagi. Tetapi mungkin kecepatan mobil yang maksimal hanya mencapai 350 km/jam dan performa yang sampai 200 km/jam, maka seperti berlomba dengan waktu, Oya harus cepat-cepat keluar dari kota U Liang.
Mobil mengerem mendadak hingga posisi mobil berputar 180 derajat, dan ketika waktu yang sama, mereka telah melewati perbatasan kota U Liang. Patung malaikat itu diam, seperti semula. Tetapi ada sebuah gulungan yang terjatuh dekat dengan mobil mereka. Angel turun dan mengambil gulungan itu, kemudian patung malaikat itu perlahan-lahan menjadi debu yang terbang tertiup angin.
“Apa itu tadi?” tanya Oya takjub.
Angel kembali masuk kedalam mobil lalu berkata, “Hal yang diluar nalar kita.”
Kemudian Oya membenarkan posisi mobil dan menepi.
“Apa itu?” tanya Oya kepada Angel yang masih gugup karena kejadian barusan.
Angel langsung membuka gulungan kertas itu—lebih tepatnya gulungan kulit harimau yang diatasnya berisi sebuah petunjuk alias peta.
“Peta?” Angel mencoba-coba memutar-mutar posisi peta itu sampai akhirnya menemukan posisi yang tepat.
“Apa ini? Peta apa ini?” Oya kemudian merebut peta itu dari tangan Angel dan mencoba melihat dengan seksama apa yang ada dipeta itu.
“Ah, aku tahu!!” teriak Angel mengagetkan Oya. “Kamu ingat gambar ini?” Angel menunjuk sebuah lokasi yang sangat luas.
“Emangnya apaan?”
“Ini kampus, ini kota pusat! Lalu ini menara itu, menara dimana kita terkurung! Kemudian kamu lihat tidak jalan ini? Ini jalan dimana kita tersesat untuk pertama kalinya, dan lalu bertemu dengan wanita yang naik mobil itu. Kemudian ini…”
Oya melanjutkan kalimat Angel, “Ini adalah kota U Yiang, dimana ada seorang anak ABG yang memberimu sebuah jimat keberuntungan ini. Lalu jalan yang panjang ini adalah sebuah jalan gersang menuju kota U Liang. Lalu … hei ! Kenapa petanya terputus disini?”
“Aku tau..peta ini adalah sebuah cerita kita. Jika kita sudah melewati jalan ini, maka peta itu akan tersambung dan begitu seterusnya. Itu pasti! Aku yakin sekali!”
“Jadi, kelanjutan gambar dipeta ini akan tersambung jika kita bergerak, begitu!”
“Yap, tepat sekali! Jadi, sekarang kita harus ikuti jalan ini…jika feelingku tidak salah..jalan ini akan membawa kita ketempat para malaikat-malaikat itu tinggal.?”
“Tapi Ngel, tapi Ali dan pedagang gulali itu bilang Laika ada di salah satu sudut kota U Liang kan?”
Angel menjadi berpikir. “Tapi feeling ku bilang jika Laika sudah tidak ada di kota ini. Kamu mau balik lagi dan dikejar oleh patung  malaikat itu?”
“Patungnya kan udah nggak ada?”
“Ya kalo patungnya satu, kalo patungnya banyak gimana?”
“Hehe..” Oya hanya bisa meringis.
“Sekarang kita Cuma perlu mengikuti jalan ini saja. Ok?”
“Well…”
Oya kembali tancap gas dan menyusuri jalan gersang itu. Sepanjang jalan sangat gersang seperti jalan dari kota U Yiang menuju kota U Liang. Perjalanan ini membutuhkan waktu 2 jam dan langit masih mendung, tetapi di depan sana terlihat sinar matahari dan sebuah gerbang emas.
“Oya, coba stop dulu disini.”
“Emang kenapa?”
“Tidak lihat gerbang emas di depan? Itu pasti Yin Yang. Sebentar aku lihat petanya dulu..” Angel membuka petanya, dan gerbang emas itu belum muncul dipeta.
“Tuh kan belum ada, soalnya kita belum masuk ke sana. Sekarang, gimana caranya supaya kita bisa masuk ke sana dengan mudah?”
Angel turun dari mobil dan mendekati gerbang emas itu.
“Angel, kamu ngapain?? Angel !” panggilan Oya tidak digubris oleh Angel dan dia tetap maju ke depan.
Angel kembali melihat peta itu, dan kemudian gerbang itu terbuka. Tapi hanya sejengkal, Angel kembali masuk ke dalam mobil. Dia tetap memegang peta itu, dan gambar gerbang emas itu bersinar di dalam peta.
“Gimana dong? Gerbangnya terbuka, tapi kayaknya Cuma satu jengkal deh.”
“Bagus dong, berarti kita diterima?”
Lalu ada sesosok yang keluar dari gerbang itu, melayang.
“Oh tidak, sepertinya ini sejenis dengan yang mengejar kita.”
Dia mendekat dan membuka jendela mobil.
“Kalian sudah ditunggu di dalam. Masuklah.” Kata sosok itu.
Gerbang terbuka seukuran mobil mereka. Oya masuk dengan ragu-ragu, tapi Angel menyuruhnya cepat.
Di dalam begitu kuat sinar matahari. Tidak seperti diluar, mendung tak karuan dan berangin pula. Benar adanya yang dikatakan Ali, ini adalah daerah Yin Yang. Tempat dimana para malaikat memulihkan kondisinya.
“Hai, kakak yang namanya Angel ya? Dan kamu Oya?” tanya malaikat cilik yang sedang belajar terbang itu.
“Iya..kamu siapa?”
“Hai! Namaku Lilya…aku baru saja belajar terbang. Nanti kamu mau lihat kan jika aku sudah mahir terbang?”
“Iya pasti aku akan lihat.”
“Hei Lilya! Jangan ganggu pahlawan kita!” teriak malaikat yang menjemput Oya dan Angel tadi.
“Maaf..! dag….” Lilya berlalu dan melanjutkan pelajaran terbangnya.
“Angel, kamu mengenalnya?” tanya Oya.
“Tidak, bahkan aku baru kali ini melihat malaikat sedekat itu. Tapi benarkah ini Yin Yang?”
“Aku juga masih blum bisa percaya jika kita berada di antara malaikat – malaikat ini.”
“Kamu masih mengikuti malaikat yang itu kan?” tanya Angel menunjuk malaikat yang menyuruh mereka masuk tadi.
“Iya, kenapa?”
“Sepertinya dia judes sekali ya?”
Lalu malaikat itu berhenti melayang dan menuju mobil sekali lagi. “Turun dari mobil, masuk ke dalam sana. Tinggalkan mobil disini.” Ucapnya datar.
Oya dan Angel melihat sebuah bangunan yang amat-amat besar dan berwarna emas. Mereka turun lalu melangkah ke bangunan besar tersebut. Tidak ada siapa pun di dalam sana, hanya mereka bertiga—Oya, Angel dan malaikat yang mendampingi mereka. Hening, dan wangi. Tercium aroma parfum yang wangi dan berkesan lembut. Lalu malaikat itu mengantarkan mereka berdua ke depan sebuah pintu berwarna hitam.
“Saya mengantar hanya sampai sini.” Ucap malaikat itu datar kemudian berlalu.
“Hei, maksudnya apa?” tanya Oya, tetapi malaikat itu keburu pergi.
Kemudian pintu tebuka, “Masuklah, jangan takut.” Ada suara yang membimbing mereka.
Seperti tersihir, mereka masuk ke dalam ruangan itu dan menemukan makhluk yang sama dengan yang ada di luar sana, hanya saja kali ini bentuknya wanita bersahaja dan sayapnya amat lebar.
“Angel?” tanya dia.
“Iya?”
“Haru Koyama?”
“Kok tahu nama gue?”
“Silakan duduk…selamat datang di Yin Yang. Ini adalah kota kami yang kedua setelah U Liang. Saudara perempuanmu yang bernama Laika dengan seorang nenek bernama Teresia telah mengambil kekuatan utama kami. Dan kami jadi tidak bisa melakukan apa saja yang kami inginkan. Maka dari itu yang dikatakan pemilik penginapan itu benar. Mereka adalah orang kami yang sengaja kami tinggalkan disana.”
“Lalu pedagang gulali itu siapa? Bukankah dia …”
“Kamu benar, dia satu-satunya malaikat yang kekuatannya luput dari kejahatan Laika dan Teresia, maka saya tempatkan dia untuk menjaga U Liang, saya sangat senang ketika dia memberitahukan jika kalian sudah tiba di U Liang.”
“Lalu, patung yang mengejar kami?” Oya benar-benar ingin mengetahui semuanya.
“Hoho, itu utusan kami juga. Tapi maaf ya,..! Kami wujudkan dalam bentuk seperti itu, habis kalian tersesat di kota sekecil itu, ya sudah..kami jadikan dia sebagai mediator untuk memberikan sebuah peta.”
“Jadi kamu yang mengendalikan itu semua?” tanya Oya lagi.
“Iya. Kalian berdua adalah orang pilihan kami. Kami melihat sesuatu yang berbeda didalam diri kalian.”
Oya masih menganggap malaikat ini terlalu berbasa-basi.
“Lantas?” tanya Angel yang masih belum mengerti.
“Saya mewakili atas bangsa malaikat, menyampaikan bahwa kami ingin kalian menghancurkan Teresia dan menyadarkan kembali Laika. Hanya kalian yang bisa melakukan hal itu untuk kami. Kami sangat memohon kepada kalian agar membuat Teresia hancur, sehingga kekuatan kami kembali. Ini semacam simbiosis mutualisme kan? Kita sama – sama diuntungkan dalam menjalani misi ini. Kalian mendapatkan Laika dan kami mendapatkan kekuatan kami kembali.”
Jika dipikirkan secara rasional, memang benar apa yang dikatakan dia. Tapi mereka tidak begitu saja Angel dan Oya menerima hal itu dengan tangan terbuka, mereka masing memikirkan hal ini merupakan keputusan yang tepat atau tidak.
“Bagaimana? Kalian mau kan membantu kami?” tanya malaikat  itu.
“Bisakah kamu memberikan kami sedikit waktu untuk mempertimbangkannya?” pinta Oya.
“O..baiklah jika kalian meminta seperti itu. 10 menit cukup?”
“Cukup.”
“10 menit lagi saya akan kembali kesini.” Lalu malaikat itu pergi dan meninggalkan Angel dan Oya diruangan itu.
“Aku rasa kita terima saja tawaran itu.” Ujar Angel kemudian.
“Yakin kamu mau menerima tawaran tersebut? Aku takut jika kita gagal, nanti mereka akan menggunakan kita sebagai persembahan.”
“Persembahan? Persembahan apa?”
“Kamu tidak lihat ini?” Oya menunjuk sebuah replica yang ada di dinding bangunan diseberang bangunan itu.
Angel mempertajam lagi pandangannya, dan memang tampak sebuah replica yang hadir dalam drama persembahan.
“Tapi kan kita tidak tahu apa itu. Bisa saja itu hanya sebuah karya seni?”
“Oke. Kita memang tidak tahu itu apa, ini masalah tawaran itu.”
“Oke..oke…kamu mau menerimanya atau tidak? Ingat, ini menyangkut Laika juga! Tujuan utamamu kan Laika!”
Oya kembali berpikir.
“Kelamaan mikir kamu. Sudahlah, kita terima aja tawaran mereka. Masalah berhasil atau tidaknya itu urusan belakangan. Toh yang buat berhasil atau enggak kan kita juga.”
“Baik, deal?”
“Deal.”
“Ehm, bagaimana? Apakah kalian sudah membicarakannya?” tanya malaikat itu membawa sebuah camilan.
“Sudah, dan kami memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Tetapi ini bukan sebuah jebakan, iya kan?”
“Jadi kalian fikir kami menjebak kalian? Tidak, kami bangsa malaikat tidak pernah berpikiran jahat terhadap manusia. Kami justru akan selalu membantu manusia disaat mereka senang atau susah. Dengan kata lain kami tangan-tangan Tuhan.”
“Maaf jika kami berdua terlalu berspekulasi yang tidak-tidak terhadap bangsa malaikat, ini kami lakukan karena kami sangat takut jika semua ini adalah jebakan atau tipuan.”
“Kami berani jamin keselamatan kalian. Kami adalah bangsa yang tidak mungkin mencelakakan manusia, karena manusia adalah sahabat kami. Jadi kita deal?”
“Yap.” Maka Oya dan malaikat itu bersalaman dengan stempel sayap di tangan mereka.
“Eh, apa ini?” tanya Angel khawatir.
“Stempel ini akan menghilang dengan sendirinya  jika kalian sudah menyelesaikan tugas dengan baik.”
“Lalu sekarang kami harus apa? Dimana kami bisa menemukan Laika?” tanya Oya yang memang benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.
“Oh, kalian sekarang kembali lagi ke U Liang. Mereka ada disana, disuatu tempat yang gelap. Gunakan peta itu, jika dipeta itu muncul sebuah symbol titik hitam, itulah mereka. Kalian akan menemui beberapa pintu yang harus kalian buka dengan kunci-kunci yang kalian punya.”
“Kami rasa kami tidak memiliki kunci.” Ucap Oya.
Kemudian Angel menjawab, “Ada, aku memegang beberapa kunci. Ada warna emas, silver, merah, hitam. Aku tidak tahu kunci emas berasal dari siapa, lalu kunci berwarna silver sudah aku gunakan untuk membuka pintu saat kita terjebak di menara itu, lalu kunci itu berubah menjadi pasir, kunci berwarna merah diberikan oleh pedagang gulali itu, kemudian kunci yang berwarna hitam pasti diberikan oleh anak ABG yang kita temui di U Yiang.”
“Tapi yang dia berikan kan hanya sebuah kantong berisi pasir hitam?” Oya masih belum percaya.
“Aku sangat yakin jika sekarang pasir itu sudah berubah menjadi sebuah kunci.”
“Apa yang dikatakan Angel benar, itu baru sebagian. Masih banyak kunci-kunci lainnya yang masih tersembunyi, nanti kunci-kunci itu akan datang sendiri kepada kalian.”
“Lantas, kapan saatnya aku harus menggunakan kunci itu?”
“Disaat kalian merasa perlu, seperti ketika kalian berada di dalam menara itu. Lonceng itu kemudian jatuh dan kamu melihat ada sebuah kunci disana.”
“Kenapa kamu bisa tahu?” Oya tambah bingung.
“Karena semua itu sudah tertuliskan di dinding itu.” Malaikat itu menunjuk sebuah replica dinding yang menjadi perdebatan itu.
Angel dan Oya berpandangan, mereka merasa ngeri.
“Bisa jelaskan tidak apa isi replika itu?” pinta Angel.
“Disana dikatakan bahwa kalian akan datang ke sini dan membantu kami menyelesaikan masalah kami dengan Teresia, dan kemudian kalian berhasil. Tetapi di sana di tuliskan jika kalian tidak berhasil, maka salah satu diantara kalian mau tidak mau dan dengan sangat terpaksa akan menjadi persembahan Teresia.”
Lalu Oya berkata dengan berbisik, “Yang gue bilang bener kan..”
Angel dan Oya sama-sama menelan ludah dengan harapan hal yang itu tidak akan pernah terjadi.
“Tapi saya yakin kalian bisa selesaikan ini dengan mudah. J
“Jika seperti itu lebih baik lebih cepat!”
Angel dan Oya kembali melakukan perjalanan ke U Liang dengan harapan kali ini terakhir kalinya mereka singgah di kota ‘mati’ itu.
¤¤¤
Peta itu sudah hampir lengkap hanya tinggal menunggu sebuah titik hitam. Jika titik itu muncul, berarti disanalah Laika dan Teresia berada. Tapi sudah berkeliling di kota ini selama 1 jam, titik hitam itu belum muncul juga.
“Angel, bagaimana jika titik hitam itu tidak muncul juga?”
“Pasti muncul, aku yakin itu. Kamu terlihat tidak yakin?”
“Iya, aku takut kita nggak bisa nyelesein ini semua. Dan aku nggak bisa lihat wajah kamu lagi.”
Angel mengelus pipi Oya, “Tenang, kita mati sama-sama. Tapi aku sangat yakin kalau tidak lama lagi kita akan selesaikan ini dan membawa Laika pulang.”
Peta itu….peta itu, Teresia ada di dekat mereka.
Bumi bergetar, mungkin sesuatu yang besar akan terjadi pada mereka.
Angel lalu langsung mengumpulkan kunci-kunci yang ia dapatkan tadi.
Sebuah bom meledak dekat mereka, tapi bom itu meledak dan memunculkan seseorang berjubah hitam.
Angel dan Oya turun ke jalan.
“Kalian harus jadi persembahan ku!”
“Teresia????? Awas Oya…minggir!”
Teresia melemparkan sebuah benda yang bisa mencelakai Oya. Teresia melemparkan batu yang menyerupai batu giok. Warnanya hijau menyala dan berasap. Angel mendorong Oya yang akan dijadikan sasaran oleh Teresia. Damn! Batu itu mengenai punggung Angel!
Maka berteriak keraslah Angel, mengaduh.
“Angel!” Oya langsung membantu Angel berdiri.
“Dengarkan aku, jika kamu bisa mengetahui dan memutus energy negative ini, maka mungkin Teresia tidak lagi sekuat ini!”
“Lalu kamu bagaimana? Kamu terluka Angel!”
“Jangan pedulikan aku! Aku akan baik-baik saja!”
Lagi, Teresia melemparkan batu. Praaakkk, batu itu menghantam jalanan dan meleleh menjadi seperti air liur monster—berlendir.
Teresia melayang di udara! Tangannya layak kuku burung elang, tajam dan kotor! Dia mencengkram leher Angel dan membawanya ke atas menara.
“Arwahmu harus menjadi bagian dari nyawaku..!!!” teriak Teresia yang bermata merah itu.
Di tangan Teresia sudah ada pedang yang siap menusuk jantung Angel. Ia sudah berlinang air mata, para malaikat, Oya dan Laika menjadi tanggung jawabnya. Sempat Angel melirik Laika yang berdiri mematung di bawah sana dan hanya memandang kosong kedepan. Sedangkan Oya, berusaha sekuat tenaga untuk menembus ke dalam kekkai yang di buat oleh Teresia untuk melindungi Laika dari gangguan luar.
Sejenak hening bagi Angel……dia membawa tangannya untuk meraba detak jantung ditubuhnya. Apa yang kemudian di temukan oleh Angel? Sebuah lubang yang menyerupai lubang kunci. Lubang kunci? Angel mengantongi kunci yang berwarna hitam, merah, dan emas. Lalu ia membuka matanya, dilihatnya lubang yang sama di dada Teresia dan berwarna hitam. Tanpa ia ragu lagi, ia raih kunci yang berwarna hitam dan langsung ditancapkan di dada Teresia. Entah apa maksudnya, Teresia menjadi patung seketika lalu melebur bersama angin menjadi butiran pasir yang amat banyak.
Angel kemudian melihat Oya sudah berdarah-darah di bawah sana. Kekkai itu sudah hilang dna Laika pun pingsan. Angel langsung menuruni gedung itu dengan terengah-engah. Ia sangat iba melihat kondisi Oya dan Laika. Dia bingung harus menolong yang mana. Tapi Oya masih punya sedikit kesadaran.
“Emas, emas buat Laika….” Ucapnya sangat terbata-bata lalu ia pingsan.
Tanpa berpikir lagi, Angel langsung mengambil kunci emas untuk Laika. Ada sebuah lubang kunci di tengkuk Laika. Dan saat itu di sinkronkan dengan lubangnya, Laika pun teringat akan semua kejadian selama ini.
Kemudian Angel beralih ke Oya, dan yang tersisa hanya kunci berwarna merah. Saat hendak menancapkan kunci itu, Laika mencegahnya.
“Lalu bagaimana dengan kamu?”
Angel melihat lubang kunci yang ada di dadanya, warnanya sama dengan milik Oya.
“Ngga bisa kak, aku harus selamatkan dia! Meskipun nyawa taruhannya!”
Laika tidak sempat mencegah lagi, kunci itu telah membuat Oya sadar dan menyembuhkan luka-luka ditubuhnya. Ketika Oya sadar, kini giliran Angel yang tersungkur.
“Angel!!” Laika langsung menangkap tubuh mungil Angel.
“Angel!!!!” begitu pun dengan Oya yang memeluknya erat-erat.
“Semua telah usai…..” mata Angel berkeliling melihat sekitar. Bunga-bunga pun mulai bertumbuhan di tepi jalan, dan tercium aroma wangi yang amat lembut dan awan gelap tiada lagi telah digantikan oleh sinar mentari yang indah.
“Angel, bertahan!!” pinta Oya.
Tangan Angel penuh dengan darah.
“Terimakasih, kita telah berjuang bersama sampai detik ini. Maafkan aku jika selama ini aku membuatmu khawatir.”
“Aku kan sudah bilang! Aku tidak rela jika harus kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya! Kini Laika sudah di sini, apakah kamu harus menggantikannya?! Aku tidak rela!!!”
“Angel….” Laika tidak kuat menahan semua ini.
Mereka semua memeluk Angel.
Malaikat kembali ke tanah mereka. Semuanya datang dan mengelilingi Angel.
“Angel…” panggil salah satu malaikat.
Tapi tidak ada jawaban.
“Angel, ini bukan waktunya bercanda!!” Oya berteriak keras di telinga Angel, tapi tidak ada respon dari Angel.
“Kalian malaikat, hidupkan adikku kembali!”
“Bahkan Tuhan tidak bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati.”
Oya angkat bicara, “Ketua kalian bilang pada kami jika kalian akan menjamin keselamatan kami! Mana? Buktikan?” Oya sangat emosi, dia bahkan tidak melepaskan Angel dari pelukannya.
Tidak ada seorang malaikat pun yang menjawabnya. Sedangkan kunci yang mereka miliki telah habis.
“Mana tanggung jawab kalian, wahai para malaikat yang dimuliakan Tuhan??”
Laika tidak henti-hentinya menangis dan memanggil-manggil Angel.
Tidak lama, datang malaikat kecil yang menghampiri Angel dulu, bernama Lilya. Dia membawakan sebuah kunci berwarna merah, serupa dengan kunci yang diberikan untuk Oya. Tetapi warnanya lebih berkilau dan bentuknya pun lebih mungil. Lilya langsung memasukkan kunci itu ke dada Angel. Kemudian kunci itu melebur menjadi permata-permata kecil yang disebut berlian. Tapi itu tidak membuat Angel sadar.
Mungkin kepergian Angel memberikan sebuah kehidupan baru untuk para malaikat dan Laika tentunya.
×××
Suara yang amat bising terdengar di telinga Angel. Prak, prak, prak, prak…..
Angel tersadar dengan peluh yang memandikan dirinya.
“Heh, kamu ini kenapa dek? Habis tidur ato olahraga?”
Angel masih duduk termangu.
“Kamu tadi katanya ngajakin kakak ke mall…tapi kamu sendiri ketiduran. Kemalaman kan jadinya kita berangkat?”
Angel masih termangu.
“Woii! Kamu dengerin aku ga sih? Halllo…”
Angel melihat sekeliling, dan matanya stak berhenti di sebuah gaun yang indah yang ia beli bersama Oya di butik kemarin.
“Kamu ini ngga apa-apa kan? Baru bangun kok kayak orang ling lung gitu?”
“Kak Gaia?”
“Iya saya sendiri…kenapa?”
“Ke mall ya?”
“Iya, mandi sana. Kakak tunggu.”
“Iya.” Masih dengan ling lungnya, Angel mandi.

Yang tadi itu Cuma mimpi? Aduh, kok bisa sih? Nyata banget…trus kenyataan yang aku alami bersama Oya itu juga mimpi? Aku benar-benar bingung….
Brraaakkkk! Angel menabrak pelanggan mall yang lain…
“Aduh maaf…” semua barang belanjaan mereka berserakan di lantai.
“Iya iya, sudah …. Tidak apa-apa.”
“Kakak ini gimana sih, dia itu yang jalan ga liat-liat!”
Suara itu, sepertinya aku mengenalnya…Angel langsung melihat cowok yang bebicara tadi.
Mereka berhenti di satu pandangan;pandangan pertama. Angel malah berdiri dan mendekati cowok itu. Dia menangis, begitu pun dengan cowok itu, dia begitu saja menjatuhkan barang belanjaan dan langsung memeluk Angel. Untungnya di daerah itu sepi. Gaia sungguh bingung melihatnya.
“Lho? Gaia?”
“Laika? Itu adikmu?”
“Iya, dia juga ya? Duh nggak nyangka bisa ketemu di tempat dan situasi seperti ini?”
“Gimana kabar kamu? Aduh udah lama ya kita ngga ketemu …………”

“Kamu baik-baik saja?” tanya Angel.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu, Angel…”
“Maaf….”
“Untuk apa?”
“Aku tidak bisa bertahan waktu itu, aku tidak bisa menepati janji ku ke kamu…”
“Lupakan, itu semua hanya mimpi. Aku juga tau, pertemuan kita di mall waktu itu juga sebuah ilusi belaka.”
“Tidak! Gaun itu ada di kamarku!”
Oya terkejut mendengarnya.
“Hei, kalian sudah saling kenal?” tanya Laika, kakak Oya.
“Kak Laika…” Angel langsung memeluk Laika. Laika dan Gaia hanya bisa berpandangan, mereka tidak mengerti.
“Kalian punya hubungan?” tanya Gaia kepada Angel dan Oya.
“Maaf kak, selama ini aku blum bilang.”
“Kamu pacaran sama dia?” tanya Laika kepada Oya.
“Iya kak.”
Kini giliran Laika dan Gaia yang saling berpandangan dan senyum-senyum tidak jelas.
“Kenapa kak?” tanya Angel.
“Tidak…tidak ada apa-apa. Ayo kita shopping bersama? Jarang-jarang kita bisa ketemu kayak gini, betul tidak?” tanya Laika kepada Gaia.
“Yuk mariii…”

Angel dan Oya tersenyum, mereka bergandengan tangan. Karena di lorong mall ini sepi, maka mereka agak lama disana.
“Janji kepadaku, jangan pernah tinggalkan aku dalam situasi apa pun.” Pinta Oya seraya mencium tangan Angel.
“Demi nama malaikat, aku berjanji akan pintamu.”
And then they’re kissing.
Dari suatu tempat yang misterius, Nada tersenyum melihat akhir indah dari mimpi panjang itu.

CINTA BISA DATANG DIMANA SAJA, KAPAN SAJA, DAN PADA SIAPA SAJA. TIDAK PEDULI AKAN RUANG DAN WAKTU


¤¤¤
Rio à “Hey, lalu aku bagaimana? Apakah kalian melupakan aku??”







T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar