Tidak pernah terbayangkan trip ke Hawaii akan seperti ini. Yang selama ini aku bayangkan adalah trip yang indah dan tentram. Mungkin trip kali ini memang menyebalkan, tetapi aku menemukan sebuah keindahan yang tersembunyi di balik semua kejadian yang menyebalkan ini.
“Tara, kamu yakin akan pergi ke Hawaii lusa?” tanya Yuri, seorang temanku yang katanya memiliki firasat yang kuat.
“Ya dong! Kamu ga liat apa aku sudah siap mental kayak gini? Emang kenapa? Tampangmu itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu, katakan saja aku siap mendengarkan.”
“Aduh…ketahuan deh….tapi beneran kamu jangan negatif thinking ya? Aku Cuma….” Aku memotong kalimatnya, “Sudahlah katakan saja!”
Yuri mengambil nafas dalam-dalam sebelum mengatakannya kepadaku.
“Yang aku lihat, kamu bakal sial trus selama liburanmu. Bahkan baru langkah pertamamu menginjakkan tanah Hawaii, dari situ kamu udah bakal sial.”
“Sial? Sialnya kayak gimana? Bisa dijelasin ga biar aku bisa siap-siap.” Sebenarnya aku sama sekali tidak percaya dengan hal-hal yang seperti ini dan aku membencinya!
“Kamu jengkel ya sama aku?”
“Ah engga kok! Aku Cuma pengen tau aja Ri, siapa tau aku bisa menghindarinya…”
“Maaf Ra, aku ga tau kayak apa…tapi yang jelas kamu sial disana. Dan kesialanmu itu disebabkan bukan oleh ulahmu..”
“Bukan karena aku? Lalu?”
“Tidak lama setelah kamu turun di bandara Hawaii, aku lihat ada seorang yang buat kamu kesal dan buat kamu jengkel setengah mati. Yang aku lihat orangnya putih, rambutnya coklat berantakan, matanya sipit, tapi dia itu seorang artis yang sedang melarikan diri dari para wartawan. Dan dia sepertinya orang yang terpilih.”
“Tunggu, tunggu, tunggu………kamu ini ngga lagi mabok kan? Ngomongnya nglantur banget…kamu sakit ya? Maaf, bukannya aku engga percaya sama omonganmu, tapi kamu kan tau aku selalu berfikir rasional….jadi sebaiknya jika kamu merasa tidak enak badan segera periksakan dirimu ke dokter terdekat. Apa perlu aku antar?”
Yuri langsung menggenggam tanganku dan menatapku dengan serius.
“Tara, percayalah kepadaku! Aku tidak sedang sakit atau mabuk, tapi inilah…..inilah yang akan terjadi. Orang itu akan melindungimu! Kamu harus percayai aku Tara! Dan setelah bertemu dengan orang itu kamu juga harus mempercayainya!”
Aku mulai merasa aneh, aku merasa seakan-akan itu benar-benar terjadi nantinya. Tapi aku harus tetap positif thinking, tapi hasratku menyuruhku untuk mempercayai omongan Yuri.
“Oke, oke Yuri…kamu jangan panik gitu dong….aku jadinya mikir macem-macem nih…kamu tenang aja, misalkan kamu udah bisa liat orang yang akan menemui aku itu orang baik, kamu kan tidak perlu cemas seperti ini!”
“Iya, maaf aku berlebihan…aku takut kamu kecewa dengannya kelak….”
“Kecewa?”
“Iya, tapi akan bantu sebisaku dari sini nanti agar semuanya berjalan sesuai dengan jalannya.”
“Kamu ini serius ya Yuri? Aku jadi menghayal yang engga-engga nih…”
Yuri lalu duduk disampingku dan mendadak tersenyum seolah-olah tahu semua akhir dari semua ini, “Tenang Tara, everything gonna be okay…”
Aku juga jadi heran sekaligus bingung, tapi aku kali ini berusaha mempercayai seseorang.
Akhirnya lusa itu pun datang, sesuai dengan kata Yuri, aku membawa baju lebih banyak dari pada biasanya. Aku memang seorang petualang, tapi bukan seorang backpacker. Aku lebih senang menyebut diriku traveller, aku memang mengeluarkan biaya yang lumayan banyak ketika berpergian seperti ini. Mungkin karena ayahku seorang pilot, makanya aku selalu mendapat tiket gratis J.
“Tara, ingat ya kata-kataku yang kemarin…hati-hati disana…jangan suka ngambek..”
“Iya Yuri…kamu juga jangan sering tidur di kantor, bisa-bisa bos ngamuk lagi?”
“Iya…hmm sebentar…sepertinya aku mendapat satu nama,……” Yuri melihat ke arah pesawat.
“Nama? Namanya siapa Yuri?”
“Orang yang akan menemui kamu secara tidak sengaja di bandara nanti.”
Oh My God, masih saja dia membahasnya…
“Huruf depannya K…..huruf belakangnya E…”
“Iya iya, nanti jika semuanya benar akan ku kabari, sudah ya aku sudah harus berangkat…bye…”
Aku melihat Yuri hanya melambaikan tangan kepadaku dengan wajah yang cemas. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala dan berkata dalam hati, oh haruskah aku mengingatnya? Ayolah itu kan belum tentu benar semuanya… bagaimana jika orang itu bukan orang baik? Bagaimana jika orang itu adalah seorang pembunuh bayaran? Hahaha!
Di dalam pesawat memang sangat nyaman…AC nya yang semilir membuatku tidak kuat untuk membuka mata lagi. Maka aku pun terlelap. Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur, ketika aku terbangun pesawat ini sudah mendarat, aku hendak turun dari pesawat, dan aku melihat Hawaii yang panas tetapi sejuk, uh benar-benar impian yang tercapai. Berat bawaanku, dengan semangatku yang besar aku menyeret koperku ke dalam bandara. Aku duduk sejenak dan merasa haus tiba-tiba. Aku pergi ke suatu pedagang yang menjual minuman segar. Baru saja aku ingin mengeluarkan uang, tiba-tiba aku baru menyadari jika koperku yang besar itu hilang!! Aku tidak jadi mengeluarkan uang, aku tidak langsung teriak, aku melihat sekeliling…..aku mendapatkan koperku! Koperku terletak disebelah tong sampah. Ii waow! Jijik banget sih yang ngambil, masa’ koperku diletakkan disebelah tong sampah? Awas aja nih kalau yang ngambil ketemu, aku kasi dia bogem mentahku!
Aku kembali ke tempat yang tadi, tetapi pedagang itu sudah tidak ada…oh sial sial tenggorokanku benar-benar kering! Dan tadi itu adalah pedagang terakhir di bandara ini!! Uhh benar apa yang dikatakan Yuri, aku akan sial begitu sampai disini. Tapi sebenarnya dari tadi aku menunggu orang yang akan menemuiku itu, orang yang kelak akan membuatku dongkol setengah mati. Aku ke depan, mencari taksi, tapi yang ada hanya angkutan tradisional yang setia menunggu penumpang dikejauhan sana. Haruskah aku naik kendaraan yang membuat wajahku kotor itu?! Uh aku tidak akan mau, yang jelas sekarang aku harus mendapatkan taksi walau bagaimana pun caranya!
Akhirnya taksiku datang juga, aku membuka pintunya dan sudah duduk didalam. Tetapi taksi itu tak juga jalan, aku bertanya mengapa taksi tak kunjung jalan. Ternyata aku tidak sadar, disampingku sudah ada seorang laki-laki yang ngos-ngosan sedang duduk agak melorot dan menyandar di kursi.
”Heh! Kamu siapa?”
“Move on.” Katanya, duh ga liat apa ada orang disampingnya? Enak aja main jalan!
“Sorry, who are you?”
Dia menatapku lalu berbicara, “Sok inggris aja sih kamu? Ngomong pake bahasa indonesia aja kenapa?”
Wah ini orang memang ngajak berantem….
“Ya udah, sekarang turun dong! Gak liat apa ada orang disini? Aku duluan yang naik ini taksi ya!”
“Tahu kok. Santailah…” ucapnya sambil masih gusar melihat kebelakang.
“Move on please, Hytra Hotel.”
“Eh eh! Siapa yang suruh ke hotel?” protesnya.
“Kamu nyadar dong, yang punya hak sama taksi ini kan aku bukan kamu! Jangan seenaknya gitu dong!”
“Ga bisa gitu, aku punya urusan yang lebih penting daripada kamu!”
“Hey you two! Get out now!!” duh pake acara supir taksi marah lagi….jadinya aku maupun dia ga jadi naik taksi itu. Kami seperti kambing ga dikasi makan, berdiri mematung sambil memasang tampang super duper jengkel!!
“Ini semua gara-gara kamu! Aku jadi diusir sama supir taksinya!”
“Aku yang diusir, bukan kamu! Yang naik taksi duluan kan aku bukan kamu!!”
“Tapi tadi maunya aku yang bayarin! Taksi disini kan tarifnya mahal banget!”
“Ih, sorry ya aku bisa bayar sendiri! Kamu kira aku kere apa?”
“Ih, sapa juga yang bilang mau bayarin kamu? Ya aku bayar buat diri aku sendirilah! Ih males banget deh bayarin gadis kayak kamu! Cerewet, kayak nenek lampir!”
Ih nih orang bener-bener songong dah, ampuunnn! Pengen aku jotos nih orang! Tidak lama setelah itu dia langsung pergi, sepertinya menghindari sesuatu yang aku sendiri belum mengetahuinya. Bodo amat ah, mau dia dikejar polisi juga ga ada hubungannya sama aku. Aku jadi ingat lagi sama kata-kata Yuri, apa ini yang dimaksud Yuri, kalau di inget dari ciri-cirinya sih kena banget…matanya sipit, orangnya putih, rambutnya berantakan dan ga keruan. Tapi whatever, aku harus benar-benar menjauh dari orang ini. Kalau tidak aku akan sial selama aku disini, dan aku tidak mau 2 bulan di Hawaii! Aku terpaksa memilih alternatif kendaraan yang tradisional itu, benar apa kata orang tadi tarif taksi disini mahal banget! Bisa-bisa aku tekor kalau naik taksi, mana lokasi hotelnya jauh lagi. Tapi aku masih beruntung, pemilik hotel itu adalah pamanku sendiri J. Oh aku tidak akan sesial itu….
Hotelnya besar, gede! Wah aku udah ditunggu ternyata sama pamanku…dia memang pamanku yang paling kaya. Senang deh disekelilingku banyak orang kaya…..hmmm
“Tara, gimana perjalanan ke sini? Kok engga naik taksi?”
“Om..hhehh…uangnya takut habis makanya naik yang itu aja, murah.”
“Haduh, kan bisa Om bayarin sampai disini…gimana sih?”
“Iya ya…habis ga kepikiran sih Om..tadi ada gangguan sedikit sih..jadi kacau semua.”
“Gangguan apa Tara?”
“Ah, bukan apa-apa kok Om…nungguin Tara lama ya?”
“Lumayan, habis Tara naik begituan sih…yuk kamu pasti capek, yuk Om tunjukkin kamarnya Tara. Ini kamar spesial lho buat Tara.”
“Waduh, jadi ngga enak nih Om…(hihi padahal seneng banget aku dapet kamar ekslusif kayak gitu..)makasi ya Om…”
Memang ajib dah ini kamar….lengkap semuanya. Mulai dari TV, AC, kulkas, home theatre, ada bath-tupnya pula….wah santai serasa dipantai nih kalau kayak gini..hhi emang udah dipantai kali. Tapi aku benar-benar lapar. Aku memutuskan untuk mandi dulu kemudian mengelilingi hotel dan bermuara di restoran. Hmm aromanya benar-benar memeras perutku, cacing-cacingnya sudah menari semua. Aku mengambil piring dan mulai berkeliling di sekitar meja panjang yang penuh dengan makanan lezat itu, mulai memilih satu-satu dari semuanya. Sampai aku berhenti di depan satu piring makanan yang membuatku mendadak kehilangan nafsu makan. Aku berdiri mematung melihat orang yang sekarang ada di hadapanku ini.
“Halo, ternyata kita bertemu lagi.” Ucapnya begitu santai tanpa rasa salah sedikitpun.
“Ngapain kamu disini?”
“Lho seharusnya aku yang tanya gitu sama kamu. Emang kamu punya uang nginep di hotel beginian? Kamu kan ga tau berapa harga satu piring yang kamu pegang itu?!”
“Ih, apa urusannya sama kamu kalau aku ada disini? Mau dimana pun kek, sorry ya ga ada urusan dan ga ada hubungannya sama kamu. Semenjak aku ketemu sama kamu, aku jadi sial!”
“Ga kebalik tuh? Yang ada aku yang sial sampai-sampai…..” tiba-tiba Paman datang menghampiriku.
“Tara, kok belum makan juga malah ngobrol disini? Kalian sudah kenal ya?”
“Engga Om! Tara ga kenal sama dia. Lagian dia ini siapa sih Om? Cuma pelayan kan disini?”
“Iya, baru hari ini dia kerja. Tapi dia sudah tahu seluk beluk hotel ini makanya Om terima dia kerja disini. Jem, tolong antarkan Tara keliling hotel ini ya?”
Aku dan dia sama-sama langsung menolak.
“Engga mau Om! Tara bisa jalan-jalan sendiri! Ga akan mungkin nyasar!”
“Iya Pak…lagian ini kan hari pertama saya kerja, nanti di marahin sama Bu Nery, saya kan harus mengantar pesanannya tamu Pak..” huu! Ini orang ada aja alasannya, paling juga dia itu tukang ngibul, ngapain juga Om nerima orang yang ga sopan kayak gini sebagai pelayan disini? Untung dia Cuma seorang pelayan hina! Kalau sampe dia jadi seorang GM atau sejenisnya, aku ga bakal mau nginep disini!
“Tara, kamu kok malah bengong sih ngeliatin Jem?” tanya Om padaku. Aku juga tidak sadar kenapa aku harus ngeliat dia pas aku ngedumel dalam hati tadi.
“Aneh dia Om! Ilfill deh sama dia Om. Udah makan Om? Kita makan bareng yuk disana?”
“Boleh-boleh, sekalian Om mau ngobrol nih…”
Akhirnya kami mengobrol sambil makan siang. Entah benar atau tidak yang dikatakan oleh Yuri, aku benar-benar sial di Hawaii ini. Sewaktu makan bareng Om, aku memang sengaja tidak bilang sih sama Om…..dimakananku ada nyamuk mati…uhh, padahal aku udah mau muntah tuh! Tapi aku tetep senyum aja, seolah ga ada apa-apa dimakananku. Dan lagian, waktu asyik-asyiknya ngobrol sama Om, si Jem itu dari jauh trus ngeliatin aku kayak orang aneh aja, uh bener-bener risih deh aku! Seusai makan aku langsung turun ke pantai. TIDAAAAKKKKKK!!!!!!!! Kakiku kena kerang tajam, uh berdarah…banyak banget darahnya…sakit lagi….terpaksa deh aku ga bisa jalan-jalan. Ketika Om menyuruh pelayan membawakan P3K ke kamarku, kenapa yang datang orang itu lagi sih!!?? Ya namanya Jem, itu yang aku tau. Mungkin awal perkenalan yang cukup dengan mengetahui nama masing-masing.
“Jem, tolong obati lukanya Tara ya. Ini pekerjaan khusus buat kamu sebagai karyawan baru di hotel saya. Saya akan naikkan gaji kamu. Obati yang benar ya, ini ponakan saya satu-satunya dari Indonesia.”
“Iya Pak.”
Lalu kami ditinggalkan berdua saja dikamar. Jem begitu saja memegang kakiku tanpa seijinku.
“Hei!! Kamu itu memang ga sopan yak?! Ini kakiku, kalau mau ngobatin seenggakanya kamu permisi dulu kek!”
“Aduh, kamu itu dari awal bawel banget yah? Mimpi apa sih aku semalem sampe-sampe hari ini ketemu gadis amit-amit kayak kamu!” Jem ngomel-ngomel sambil nunjuk-nunjuk aku.
“Ngapain pake nunjuk-nunjuk? Kalau kamu ngga mau ketemu aku lagi ya udah keluar sana! Aku juga ga suka ngeliat kamu dari awal! Kamu itu udah buat aku di usir dari taksi, jadi aku harus naik kendaraan tradisional yang ngga jelas itu ke sini. Kamu juga udah muncul tiba-tiba dihotel ini dan membuat selera makanku hilang! Sekarang aku harus diobati sama kamu? Maaf, lebih baik aku mengobati diriku sendiri!”
“Fine! Kamu yang minta, ini obatnya! Silahkan obati lukamu sendiri, dan jangan pernah panggil aku untuk melayani kebutuhanmu selama di hotel ini!” begitu selesai ngomel, Jem langsung pergi keluar dari kamarku.
Aku langsung meraih kotak P3K itu dan mencari obat yang tepat untuk lukaku ini. Tapi sungguh, aku tidak mengerti dengan obat-obatan ini, kenapa? Karena semuanya memakai bahasa Korea! Meskipun ini Hawaii, tetapi obat-obatan di hotel ini semuanya di import dari Korea. Haduh, trus gimana ini….ntar kalau salah ambil bisa diamputasi ini kakiku! Tapi tidak lama kemudian, Jem kembali lagi ke kamarku. Aku sudah bingung karena darahku mengalir terus. Aku melihat ekspresi Jem, seperti wajah orang yang sedang mengkhawatirkan sesuatu.
“Ngapain kamu ke sini lagi?”
Dia tidak segera menjawabnya, tapi malah langsung mengobati kakiku dengan teliti. Aku sudah letih berdebat terus dengannya sejak tadi, aku diam saja diobati olehnya. Sampai dia membuka mulutnya.
“Jangan berfikir yang macam-macam, aku kembali ke sini hanya demi uang yang pamanmu janjikan kepadaku. Selebihnya jangan fikir yang macam-macam.” Dia langsung membereskan kotak obatnya.
“Tunggu,” aku mencegahnya sebelum dia pergi, “Kamu bukan orang Indonesia kan?”
“Kenapa sih tanya-tanya?”
“Sudahlah jawab saja.”
“Aku ga mau jawab.”
“Meskipun kamu ga mau jawab, aku tahu kamu bukan orang Indonesia. Kenapa aku tahu? Karena semua obat itu berbahasa Korea. Kamu pasti dari sana kan?”
“Hm.” Dia hanya menjawabnya dengan ‘Hm’.
“Tapi kenapa kamu sangat fasih bahasaku?”
“Aku rasa ga penting buat kamu tau tentang aku. Kamu bilang kan semenjak kamu ketemu ama aku, kamu itu kena sial melulu. Jadi lebih baik kita saling menjauh saja. Lagi pula tidak ada hubungan apa-apa diantara kita, kita semata-mata hanya tidak sengaja bertemu di dalam taksi.”
Ih, kok tiba-tiba Jem ngomong kayak gitu sih? Seolah-olah seperti sudah merencanakan ini semua…
Jem pergi begitu saja, aku jadi bingung sekaligus heran. Kenapa Jem seperti itu, aku juga merasa sudah kenal dia lama, tapi kan aku baru saja bertemu beberapa jam yang lalu? Daripada pusing aku memikirkan Jem—orang yang sangat sangat tidak jelas itu, lebih baik aku mengecek email. Siapa tahu Yuri memberikan petunjuk lagi tentang rangkaian kesialanku ini.
Tara, bagaimana Hawaii? Perasaanku gelisah disini, kamu oke kan disana? Aku takut kamu ketemu orang yang salah, karena bayangan tentang orang itu di dalam fikiranku tidak terlalu jelas. Sudahkan kamu menemukan orang dengan ciri-ciri yang aku sebutkan kemarin? Jika sudah, tolong ceritakan padaku. Mungkin ceritamu akan menjadi jalan utama untuk langkah selanjutnya.
“Astaga, sebenarnya ini rangkaian liburanku atau apa sih? Masa’ aku harus menceritakan secara mendetail tentang apa-apa saja yang aku lakukan disini? Aku ingin semuanya berjalan seperti air, bukan harus mengetahui semuanya. Apa yang telah kamu berikan itu sudah sangat cukup bagiku.”
Tidak lama setelah aku berbicara sendiri, cuaca diluar tampak ekstrim. Rupanya akan ada badai di Hawaii ini, aku harap kami semua yang ada di hotel ini termasuk Om dan Jem tidak apa-apa. Karena aku merasa bosan berada seorang diri di kamar, aku mencoba berjalan-jalan keluar walaupun aku berjalan dengan pincang. Di luar sepi, aku tidak tahu tamu sedang pergi ke mana. Mungkin mereka sedang ada di gedung festival keramik di lantai dasar. Aku juga tidak tahu pastinya, yang jelas aku sangat bosan dikamar. Aku kemudian keliling hotel, aku baru sadar jika hotel ini sangat besar, dan aku sudah berjanji untuk tidak nyasar di hotel sebesar ini. Malu dong kalau nyasar eh tahu-tahu ketemu sama Jem? Padahal kan tadi aku udah bilang ga akan mungkin nyasar di hotel ini. Ternyata hotel ini sudah sangat berubah, terakhir aku kesini sekitar 3 tahun yang lalu saat usiaku 17 tahun. Aku melangkah dan terus melangkah, sampai aku tidak sadar aku ini sekarang berada dimana. Aku baru merasakan kakiku pegal dan mulai terasa kesemutan. Aku berusaha duduk sebentar untuk meregangkan otot-otot di kakiku, ternyata di kakiku yang luka tadi disanalah titik letak kesemutan. Kemudian aku berdiri dan ingin kembali ke kamar. Tapi aku bingung harus berjalan kearah mana, kali ini aku benar-benar nyasar. Karena aku malas mencari jalan, aku duduk di emperan balkon suatu ruangan. Aku yakin ini ruangan kosong, dan belum digunakan. Ketika aku duduk di emperan sana, Jem ternyata sudah ada disana terlebih dahulu. Karena aku sedang tidak ingin bertemu dengannya terpaksa aku mengalah dan berbalik, mengurungkan niatku.
“Don’t leave me alone…please..” ucapnya. Entah aku sedang melamun atau apa, rasanya aku sangat familiar dengan suaranya yang ini. Terdengar begitu lembut dan tenang. Aku berusaha mengingatnya, tetapi aku tidak bisa menjangkau ingatanku. Karena dia memintaku dengan seperti itu, aku diam ditempat aku berdiri sekarang.
“Mendekatlah, aku ingin bicara sesuatu.”
Ha? Ga salah nih? Kita aja belum kenalan secara resmi…?
Karena suasananya sedang mendukung, aku mendekat kepadanya dan menyender di pagar balkon menatap dirinya yang sedang melamun melihat lautan luas di depan.
“Kenapa?” tanyaku.
“Kamu bisa jaga rahasia?”
“Bisa. Kamu mau cerita sesuatu? Kita kan baru kenal? Ups, maksudku kita kan belum kenalan?”
Dia tertawa, “Jadi, dari awal kamu belum tahu siapa aku? Ternyata benar-benar berhasil.”
“Sebentar…aku kan belum lihat wajah kamu dari dekat..”
Aku mulai mengenalinya…aku perlahan mengingat…aku terus mengingat…!!
“Sudah sadar kan? Sekarang apa bisa aku mulai?”
“Oke.”
“Aku lari dari Korea, aku menghindari wartawan.”
“Kenapa? Skandal?”
“Bukan, sebenarnya tidak ada masalah apa-apa. Begitu juga antar kami, semuanya baik-baik saja. Cuma saja aku sedang mencari seseorang yang kutuggu-tunggu selama ini. Seharusnya aku sekarang berada di Eropa, mencari disana.”
“Model itu kan? Aku rasa kamu tahu kan berita tentang dia?”
“Aku tahu, dan aku memang bodoh. Aku sudah mengetahuinya, bahkan undangannya masih aku bawa saat ini. Tapi aku tidak tahu, belum lega jika tidak melihat dia untuk yang terakhir kalinya.”
“Terus kenapa kamu bisa berada di Hawaii?”
“Sewaktu di bandara Korea, aku tidak sengaja menaruh tiketku di kursi sebelahku. Aku tidak tahu jika ada seseorang yang menukar tiketku. Pesawatku memang tiba terlebih dahulu daripada pesawatmu. Dan aku memang sengaja mengambil kopermu siang tadi. Aku fikir dengan begitu aku bisa ikut denganmu, jujur aku kebingungan disini, karena baru pertama kalinya aku kesini dan dompetku hilang diambil oleh wartawan-wartawan itu.”
“Oya? Lalu kenapa kamu begitu menjengkelkan pada saat ditaksi?”
“Itu sih hanya taktikku, biar aku bisa mengikutimu. Sebenarnya aku disini dengan tanda pengenalku, dan pamanmu itu…produserku. Aku hanya ingin mengikuti kamu, agar aku tidak tersesat di Hawaii.”
“Lucu, lalu mau sampai kapan kamu disini? Wartawan itu pasti akan mencium kehadiranmu dihotel sebesar ini. Apa kamu ga mau kabur lagi? Aku kan bukan siapa-siapa, oke…aku mengaku jika aku memang fansmu, aku akui aku tergila-gila pada suaramu. Tapi tidak bisa seperti ini, kamu harus datang ke undangan itu. Ikutlah berbahagia dengan menghadirinya, dia pasti senang jika kamu datang dan ikut mendoakannya. Iya kan?”
“Aku takut tidak kuat jika melihat da bersanding dengan orang lain.”
“K-Lite yang aku kenal dan yang aku tahu bukan pengecut seperti ini. Kamu hanya dibayangi oleh masa lalumu yang kelam bersama dia. Jangan menyiksa dirilah, aku tahu, K-Lite…kamu bisa. Jangan jago dipanggung aja, jago dihati juga dong.”
“Oya? Kamu fansku? Tahu apa kamu tentang aku? Aku rasa Indonesia tidak mengenalku, ya mungkin Cuma kamu.”
“Ah jangan berkecil hati gitu…yang penting kamu yakin dan be your self.” Aku menepuk bahunya, aku memberinya support lalu aku berusaha mencari jalan menuju ke kamarku.
Entah semalam aku terlelap jam berapa, saat aku bangun matahari telah jauh berada di atas dan aku menuju jendela untuk melihat Hawaii hari ini. Aku melihat kerumunan manusia dibawah, otakku masih loading karena aku baru bangun…dengan lemasnya aku langsung mandi dan menuju ke restoran untuk sarapan. Tetapi entah kaki ini melangkah ke lobi, dan melihat begitu banyak wartawan. Aku langsung teringat Jem atau yang lebih dikenal dengan K-Lite.
Apakah gara-gara aku dia benar-benar ingin menyusul Song Kyou ke Eropa? Bagus deh kalo dia emang udah ga pengecut lagi…
Saat ingin kembali ke restoran, seorang wartawan mengejarku. Saat aku menoleh ke belakang, bukan hanya seorang, tapi banyak!! Waduh, firasatku mulai ngga enak nih! Wartawan itu bertanya kepadaku dengan bahasa Korea, dan aku pusing melihat lampu-lampu kamera yang menyinariku. Aku tidak bisa menjawab, karena aku tidak mengerti dengan semua itu. Saat aku terus didesak oleh wartawan, aku merasa ada yang menarik tanganku masuk ke dalam lift. Untuk beberapa saat aku masih menyeimbangkan cahaya mataku.
“I’m sorry.” Ucapnya.
“K-Lite? Aku kira kamu berada disana?”
“Mereka mencariku, sekarang aku bingung harus kabur ke mana lagi.”
“Tunggu, untuk apa mereka mendatangiku? Aku jadi curiga?”
“Kemarin kita di liput ternyata. Foto-foto kita mengobrol di balkon belakang sudah tersebar ke mana-mana. Aku harus segera mengabari teman-temanku. Aku pinjam laptopmu.”
“What??! Jadi aku terlibat begitu maksudmu?”
“Maka dari itu aku minta maaf. Aku rasa kamu sanggupkan membantuku?”
“Kamu memanfaatkan aku?”
“Apakah terlihat seperti itu?”
“I’m yours fans, and I like you of course. And now, you want I ‘help’ you?”
“Is it wrong? Now, you’re my friend. More than a ‘fans’.”
“Friend? I never introduce my self to you before!”
“It easy right? Tell your name and your birthday to me now.”
Aku dan dia masih berada di dalam lift. Kami menuju lantai hotel yang paling atas. Aku belum memperkenalkan diriku padanya, aku langsung menuju atas dan mencari udara segar. Aku memandang laut sesuka hatiku.
“Tell me your plan, if I agree with your plan, I will introduce my self.” Kataku sambil duduk di emperan loteng.
“Okay….I want you.”
“Want me? I don’t understand.”
“Yes! I want you to be my girl friend.”
“WHAT?!”
“Ya. Please, tapi semua ini hanya rekayasa.”
“Tujuannya apa? Mau balas dia?”
“No, ya karena aku ingin saja.”
“Kamu ini sedang sadar kan? Dibawah itu banyak wartawan, ngga mungkin dong sekarang kita turun trus dengan gampangnya kamu bilang, hello pers, this is my new girl friend. Lalu, ni mungkin hanya menguntungkanmu saja, sedangkan aku hanya sebagai bonekamu.”
“Please, Cuma kamu yang bisa bantu aku sekarang. Kamu minta apa pun aku berikan! Itu jaminannya! Jika aku tidak memenuhinya, kamu boleh buka semua rahasia ini kepada pers.”
“Halooo???!!! Aku tidak akan berbuat hal bodoh seperti itu! Aku tidak akan mau merugikan siapa pun disini, termasuk diriku sendiri. Karena aku tidak menginginkan apa pun dari kamu. Aku tidak mau pers menyebutku ‘GADIS PENCARI KESEMPATAN DIDALAM KESEMPITAN’ ! Kamu ngerti mkasudku kan?”
“Lalu aku harus bagaimana agar kamu mau membantuku?”
“Aku Cuma ingin kamu menemui model itu secara gentleman, aku ngga mau lihat idolaku pengecut seperti ini. Karena K-Lite yang aku kenal bukan seperti ini. K-Lite yang aku kenal adalah seorang laki-laki yang berani berbuat berani bertanggung jawab. Jika kamu dulu memutuskan hubungan dengannya, dan sekarang dia harus bersama yang lain dan disaat yang bersamaan kamu ingin dia kembali ke sisimu, maka kamu harus mengalah demi kebahagiaan dia.”
K-Lite tampak takjub rupanya dengan statement ku yang sebenarnya ku hanya mengarangnya saja disaat mendesak seperti ini. Hanya itu yang terlintas di fikiranku, karena sejujurnya K-Lite adalah panutanku dan sekarang dia sedang memohon sebuah pertolongan dariku. Aku bingung, haruskah aku membantunya? Atau aku harus mendorongnya saja dari belakang? Aku memang tidak ingin terlibat ini semua. Tapi aku rasa aku mau tidak mau harus terlibat karena aku sudah kepalang basah saat ini dengan pers itu.
“Aku akan melalukannya untukmu.”
“Untukku? Salah, yang benar untuk dirimu sendiri. Ini kan semua demi kebaikan dirimu, bukan untuk aku.”
“Tapi tetap saja kamu harus membantuku!”
“Oke oke!! Aku akan membantumu, tapi dengan 1 syarat. Jika kamu setuju, aku akan membantumu sampai semua masalah ini selesai. Tapi jika kamu tidak setuju, aku tidak bersedia membantumu.”
“Aku turuti semua syarat itu.”
“Kamu harus mengikuti semua rencana yang aku buat dan kamu tidak boleh protes dengan semua rencanaku. Jika kamu setuju, aku akan memperkenalkan diriku.”
“Okay! Aku setuju!”
“My name Tara Orchidya, age 20.”
“Hobby?”
“Penting?”
“Aku harus tahu semua tentang kamu Tara.”
“Why?”
“Bukankah rencana pertama kamu jadi pacar bohonganku?”
“Siapa bilang gitu? Kan semua rencana ditanganku?”
“Ya…pokoknya aku harus tahu semua tentangmu.”
“Aku suka renang, menyanyi, dan menari.”
“Kamu bisa bernyanyi?”
“Kalau bisa apakah kamu mau mengorbitkan aku menjadi penyanyi? Sudahlah jangan banyak tanya..”
“Kamu suka menari? Menari apa?”
“Hip hop, seperti tarian-tarian yang ada di lagumu.”
“Kamu ini K-Liters sejati ya?”
“Menurutmu? Aku rasa kamu tahu itu kan? Bahkan sampai saat ini aku seperti bermimpi bertemu denganmu.”
“Kamu berlebihan. Aku ini juga manusia biasa, hanya saja status kita yang berbeda. Seandainya kita bertemu lebih awal..”
“Memangnya jika kita bertemu lebih awal, bagaimana? Tidak mengubah apapun kan?”
“Kan aku jadi punya teman yang benar-benar mengenal aku?”
“Lalu Richo, Vikcy, Trabel, Dalto?”
“Mereka sudah ku anggap saudara, benar kan? Sedangkan teman yang benar-benar seorang teman aku tidak punya. Tapi setelah aku bertemu kamu, aku rasa kamu bisa jadi teman yang baik buatku.”
“Tapi tetap saja, ketemu kamu itu buat aku sial! Coba lihat sekarang, niatku ke Hawaii kan buat liburan, bukan buat nolongin orang?! Yah…tapi berhubung kamu K-Lite, aku mau deh bantuin. Eits, tawaran kamu ke aku masih berlaku kan?”
“Tawaran yang mana?”
“Kamu akan berikan apapun yang aku mau?”
“Itu berlaku jika nanti semua rencana ini berjalan mulus.”
“Okay, mulai saat ini kita partner, ya kan?” aku mengulurkan tangan.
“Okay, kamu jangan ngecewain aku ya?” K-Lite menyambut tanganku dengan hangat.
“Seharusnya aku yang minta seperti itu.”
“Ok, aku tidak akan mengewakanmu. Ingatkan aku jika kelak aku mengecewakanmu.”
“Btw, aku punya rencana awal yang mungkin cukup bagus untukmu.”
“Bagimana? Dengan begini, tidak akan ada pers yang mengenalimu kan? Kamu juga tidak tampak jelek dengan kacamata itu kan?”
K-Lite berdiri di depan cermin di kamarku, dia masih menatap dirinya dengan aneh.
“Kamu ini benar-benar Mrs. Disguise ya Tara?”
“Kamu suka tidak? Aku rasa sih dengan berpenampilan seperti ini pers tidak akan mengetahuinya. Coba deh.”
“Ia mereka pasti tidak akan mengenaliku! Tapi…bagaimana denganmu Tara? Pers sudah mengetahuimu.”
“Ah, kamu jangan mikirin aku! Yang penting kamu ngga dikenali sama mereka aja udah syukur kan? Tapi aku ada satu pertanyaan yang masih buat aku penasaran.”
“Apa itu?”
“Kenapa kamu fasih banget berbahasa Indonesia? Kamu kan…”
“Hahaha, jadi kamu masih penasaran dengan hal itu ya?”
“Ya dong! Emang mau ke Indonesia ya?”
“Kamu beneran mau tau alasannya?”
“Buruan bilang deh, jangan buat aku bete.”
“Hm, mungkin aku sedikit gila…tapi aku mempercayainya.”
“Apa? Percaya apa?”
“2 bulan yang lalu tidak sengaja aku masuk ke dalam tenda seorang cenayang. Aku sebenarnya tidak suka ramalan atau segala macamnya, tapi entah kenapa cenayang itu benar-benar meyakinkan aku.”
“Apa yang dia bilang padamu sehingga kamu benar-benar percaya padanya?”
“Dia menatap mataku tajam, lalu berkata takdirmu pada gadis Indonesia…jadi jika kau benar-benar ingin bertemu dengan dia, pelajarilah bahasa sampai kau benar-benar fasih.”
“Waow, trus kamu udah ketemu ama gadis itu?”
“Sayangnya belum, mungkin kalau aku ke Indonesia…bisa bertemu dengannya?”
“Semoga saja. Ok, sekarang kamu kembali kerja aja deh. Rencana selanjutnya aku pikirin dulu, nanti malam kita bertemu di loteng lagi ya?”
“Nanti malam? Kok lama banget sih?”
“Lho, memangnya kenapa? Aku juga kan perlu tidur….sabarlah jika kamu ingin semua ini berjalan dengan mulus.”
“Ok friend, aku percaya kamu.” Ucapnya dan aku sama sekali tidak menyangka jika dia akan memelukku.
“See ya.” Ucapku datar.
Dia berlalu dan aku sendirian kali ini dikamar. Aku langsung memutar lagunya yang berjudul Stay dan mulai memejamkan mata sambil mengingat wajahnya yang sebenarnya lucu itu. Tanpa kusadari, mungkin aku benar-benar menyukai dia. Tapi aku benar-benar sadar jika aku ini bukanlah siapa-siapa baginya. Dan posisiku disini hanya sebagai teman yang membantu di dalam kesulitan. Aku tahu, jika semua ini selesai, aku dan dia tidak akan mungkin lagi bisa seperti sekarang ini. Aku yakin teman-temannya di Korea sana pasti sedang cemas menunggunya. Maka dari itu aku harus cepat bergerak.
Tidak menunggu lagi, aku segera mengubah diriku. Tapi inilah aku yang sebenarnya, inilah aku Tara yang sesungguhnya. Aku memang travellers, tapi aku bukan gadis yang suka dengan dandanan gadis pada umumnya. Aku gadis tomboi yang suka dengan Boombers—K-Lite’s boy band. Aku suka semua dari Boombers, semuanya tidak terkecuali. Dan sekarang aku sedang terjebak dipusaran angin K-Lite, the leader of Boombers. Aku benar-benar tampil seperti K-Lite, dengan topi miringku, dengan bling-bling milik Key, semuanya tentang Key. Aku ingin mengecoh para wartawan tentunya. Tapi aku sebelum bertemu dengan semua wartawan itu, aku berniat untuk memangkas rambutku seperti Key. Aku ingin seperti Key, tapi selama ini Mama selalu melarangku, dan sekarang inilah waktu yang paling tepat untuk menjadi diriku. Mungkin aku akan membuat tatanan rambutku lebih keren dari K-Lite.
_K, good luck_
Aku mengirimi pesan singkat kepada Key. Aku langsung menemui Om di kantornya.
“Siapa ya? Tara ya?”
“Hai Om, lagi sibuk ga?”
“Tara? Kok pakaianmu…”
“Gimana Om? Keren kan? Anterin aku potong rambut yuk Om, mau ga? Aku ngga tau salon yang bagus disini.”
“Ok, bisa-bisa..”
“Tara tunggu di bawah ya Om?”
“Iya! Eh Tara!” panggil Om.
“Knapa Om?”
“Om suka gayamu, pertahankan ya?”
“Iyak Om!”
Kemudian aku menunggu Om diparkiran. Aku melihat wartawan dari kejauhan, mereka mungkin menyangka aku adalah K-Lite. Hihih, dalam hati aku tertawa, mudah sekali mereka tertipu olehku. Tak lama kemudian mobil Om datang dan kami pergi. Di dalam mobi aku berbicara serius dengan Om.
“Sebenarnya Om tau kan Jem itu artis?”
“Tahu, kamu juga dikasi tahu sama dia?”
“Iya, Cuma Tara aja yang dari awal belum sadar. Lagian disekitar hotel banyak wartawan. Sekarang Tara lagi ada perjanjian sama dia, Om tolong bantu Tara ya jangan sampe wartawan tahu kalo Key ada di hotelnya Om sebagai pelayan.”
“Sebisanya Om akan bantu, hmm sekarang Om tahu, kamu bantuin dia ya?”
“Iya Om, masing-masing saling menguntungkan sih.”
“Nih salon yang Tara mau, Om tunggu di mobil saja ya? Tidak akan lama kan?”
“Sebentar kok Om…jangan ditinggal..hahahha…”
Wah, ini baru namanya salon….keren banget dah displaynya…apalagi di dalamnya…ruangannya luas banget..tanpa basa basi aku langsung minta dipotong rambutnya. Dengan lincah si hair stylist memangkas rambutku, aku berdoa agar aku lebih keren daripada Key. Saat sudah selesai, ternyata benar!!! Aku lebih keren dari Key! Betapa hatiku senang, ternyata impianku kesampaian juga, dan aku ingin membuat kejutan untuknya malam ini di loteng.
“Lho, kok cepet?” tanya Om yang sedang asyik makan burger itu.
Aku hanya cengengesan saja didepannya, karena Om ku ini bukanlah seperti Om yang kalian bayangkan! Umurnya baru 33 tahun! Tidak beda jauh denganku kan? Iya memang, Mamaku punya banyak adik, dan Om ku yang satu ini anak paling bongsor. Jadi kalau aku ngobrol dengannya jelas nyambung banget.
“Beli burger dimana Om?”
“Mau?”
Aku mengangguk.
“Tuh disana, nih Om kasi uang..sekalian beliin minuman soda disana.”
“Ok.”
Maka siang itu kuhabiskan waktuku bersama Om.
Ini sudah pukul 8 malam, saat dimana hotel sedang ramai-ramainya. Aku duduk santai ditemani 1 piring kentang goreng dan segelas teh manis dingin. Aku memperhatikan Key yang benar-benar kelimpungan mengantarkan makanan. Aku tertawa kecil karena Key benar-benar tidak bisa melakukannya dengan baik. Disaat aku sedang asyik minum the, hapeku bergetar. Aku melihatnya dan ternyata Yuri yang menghubungiku.
“Tara, kamu kok belum balas e-mailku sih?”
“Aduh Yuri, maaf aku blum sempat..aku sibuk disini..”
“Tapi apa yang aku bilang itu benar kan?”
“Hah masa’ sih? Ciri-ciri yang kamu sebutin waktu itu emang cocok sih…”
“Namanya dimulai dengan huruf K kan?”
“Iya.”
“Akhirnya E kan?”
“I….iya sih…”
“Dia artis kan?”
“Eh, iya lho….selama ini aku ga sadar kalo namanya itu dimulai dengan huruf K dan diakhiri huruf E!”
“Baguslah, setelah ini kamu dan dia….”
“Yuri, bisa ga kamu berhenti memberitahu semuanya? Aku ingin semuanya berjalan seperti air.”
“Kamu yakin Tara? Karena ini baru permulaan, ini akan sangat berat.”
“Aku tetap positif thinking dengan semua ini. Dan aku minta sama kamu agar menyimpan sendiri apa yang kamu tahu tentang aku dan dia. Bisa kan?”
“Baiklah jika memang itu maumu. Kamu harus tetap kuat disana apapun yang terjadi.”
“Siap bos!” aku langsung memutus hubungan telepon dari Yuri. Terkadang aku kesal dengannya yang terlalu mengkhawatirkan aku. Yuri memang terlalu over protectif denganku, aku mengerti kenapa dia memperlakukan aku seperti itu. Dulu kakaknya meninggal karena kecelakaan, padahal Yuri tahu jika kakaknya akan meninggal pada saat itu. Tapi Yuri telat memberitahu kakaknya, akhirnya dia menyesal seumur hidup dan menganggap aku sebagai kakaknya sekarang. Cukup miris memang kedengarannya, tapi aku memaklumi keadaan Yuri.
Aku sesaat melupakan K-Lite tadi, aku masih tetap memantaunya. Mungkin dia tidak tahu jika aku sedang berada disini. Ya karena aku berpenampilan seperti dirinya J. Aku tidak sadar jika aku sudah memantaunya selama 3 jam berturut-turut. Aku baru sadar jika semua orang sudah tidur malam ini. Maka aku langsung pergi ke atas hotel menunggu Key untuk memberitahu rencana selanjutnya. Oya sebelum pergi ke atas, aku sempat membeli 2 kaleng minuman isotonic dan 2 roti sandwich.
“Maaf Tara, kamu sudah menunggu lama ya? Aku baru benar-benar merasakan kerja hari ini. Ternyata melelahkan banget ya?”
“Tidak, aku baru saja datang kok! Nih tangkap!” aku melemparkan minuman kaleng itu kepadanya, “Aku tahu kamu pasti haus. Ini minuman yang paling tepat buat kamu Jem.”
“Hei! Hanya anak-anak yang memanggilku dengan nama itu!”
“Mau protes nih ceritanya?”
“Udahlah aku lagi ga mood buat berdebat nih. Aku Cuma mau kasi tahu rencana selanjutnya. Kamu mau langsung dengar atau makan sandwich dulu?”
“Sandwich? Wow! Kamu tahu dari mana aku suka roti isi?”
“Tahulah! Aku kan penggemar kamu…jadi kamu jangan heran jika aku tahu semuanya.” Aku mengedipkan mata padanya, sok genit gitu deh , hheheee.
“Bagus deh, sekarang tinggal aku aja yang ga tahu apa-apa tentang kamu.”
“Ah, belakangan aja kamu cari tahu tentang aku. Palingan kalo masalah ini sudah selesai, kamu ngga peduli lagi sama aku?”
“Ah, kamu jangan bilang gitu dong! Mau gimana pun kamu kan tetep temen aku!” K-Lite merangkulku, jujur aku sempat kaget dalam hati. “Jadi apa nih rencananya? Aku jadi penasaran! Ayo cepat katakan!”
“Baiklah…” aku menarik napas panjang, “Jadi besok kamu harus pergi dari hotel ini. Kamu harus cari tempat tinggal di luar sana, dengan begitu pers jadi bingung mencarimu.”
“Bukannya dengan begitu malah lebih gampang mengakses keberadaan diriku?”
“Tidak, aku akan mencarikanmu tempat yang bagus…atau kita gunakan rencana cadangan?”
“Hm? Rencana cadangan?”
“Kamu harus keluar dari Hawaii. Disini bisa dibilang keberadaanmu tidak aman.”
“Tapi dengan apa aku keluar dari Hawaii? Sedangkan uangku sudah tidak cukup untuk membeli tiket pesawat. Apa tidak ada rencana yang lebih bagus dari pada semua itu?”
Aku terdiam sejenak menikmati angin semilir dan rembulan di atas laut, yang pasti sedang berpikir.
“Tidak ada pilihan lain Key, kamu harus menemui Song Kyou. Kamu harus menemui dia, jika kamu rasa tidak bisa pergi ke Eropa, minta dia yang datang menemuimu di Korea.”
“Tapi kamu harus ikut denganku. Aku bisa saja melakukan hal itu, asal kamu ikut denganku. Ingat kan perjanjian kita?”
“Aku pasti ikut!” kenapa aku jadi girang begini ya? “Ya iyalah aku ikut, jika tidak kamu jadi apa disana?”
“Tapi kapan kita berangkat ke Korea? Dan bagaimana kita menghadapi pers? Sampai sana pasti aku disuruh menyelenggarakan konferensi pers!”
“Bagaimana pun kamu harus mengikuti aturan permainan. Kamu sudah memberi kabar kepada yang lain?”
“Belum sih, tapi aku sudah kirim email kepada managerku. Entah sudah dibalas atau belum?”
“Jadi kita deal nih pake rencana yang paling terkahir?”
“Yap, dan aku sudah sangat yakin kok.”
“Cuaca bagus ya malam ini? Kalau seandainya saja kamu tidak letih aku maunya ngajak jalan malam ini…tapi kelihatannya kamu capek banget..ya sudah deh aku jalan-jalan sendirian saja ya?”
“Eh eh! Aku tidak capek kok! Please ajak aku jalan-jalan ya? Kamu pasti tahu kan aku suka banget jalan malam-malam?”
“Aku ga mau tanggung kalau kamu nanti sakit lho Key!”
“Engga kok! Aku jamin aku pasti sehat-sehat saja! Ya ya ya?”
“Ya sudah, aku tunggu di depan hotel ya? Kamu mandi sana, bau!” aku lalu sengaja membuka topiku, dan Key kaget melihat rambutku sudah pendek seperti itu.
“Tara! Kamu ….. astaga, OMG…OMG….Tara!”
“Kenapa sih?” aku pura-pura bego.
“Sebentar-sebentar ya…” Key mengelilingiku sambil menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambut.
“Kamu kenapa sih Key? Aneh banget?”
“Aku jadi seperti bercermin melihatmu seperti ini! Ternyata kamu memang K-Liters sejati yak?”
“Hei!” aku memukul ringan bahunya, “Jangan bilang aku imitasi dari dirimu ya! Aku hanya menunjukkan diriku yang sebenarnya!”
“Hmmm…ya deh ya deh..aku mandi dulu ya! Jangan tinggalkan aku ya!”
Aku tinggal sejenak di atas memikirkan apakah ending dari semua ini. Tapi dari pada bengong aku langsung menunggu K-Lite di depan hotel.
_Key, jangan pake baju seperti aku. Kamu pake tshirt biasa aja ya sama celana jeans, aku takut pers masih kluyuran di sekitar sini_
Aku duduk di pinggir kolam menunggu dia. Lama sih, sampai aku mengantuk menunggunya.
“Tara!” panggilnya sambil berbisik.
“Kamu lama banget sih? Aku jadi ngantuk nih…”
“Duh, jangan ngantuk dulu dong! Aku sudah siap nih…kita mau kemana?”
“Aku juga bru pertama kali ke sini!”
“Ya sudah, ikut aku aja yuk!?” Key langsung menarik tanganku. Mataku sudah tidak bisa ditolerir nih!
Selama perjalanan menuju tempat yang dimaksud Key, aku benar-benar ngantuk banget. Key sampai berapa kali menarik aku karena aku terdiam di tengah jalan.
“Tara, kamu jangan ngantuk dulu dong! Kita udah hampir sampai nih!!”
“Kita ini mau kemana sih…? Aku udah ngantuk banget nih..ntar kalo kita nyasar gimana?”
“Engga kok, tenang aja…ini dia tempatnya!!”
Aku membuka mataku dan melihatnya, ternyata ada café kecil didalam sini. Aku sudah mengikuti Key saja, aku tidak banyak cincong lagi. Aku sudah tidak berdaya.
“Tara, kamu tunggu disini dulu ya? Jangan tidur..aku mau pesan minuman dan makanan dulu. Kamu mau pesan apa?”
“Hm? Apa aja deh yang enak..asal jangan bir ya?”
“Kamu tunggu disini ya, jangan kemana-mana!”
Key meninggalkanku dan di café ini ada seorang penyanyi jazz yang suaranya amat merdu. Aku sudah tidak kuat lalu aku tertidur di kursi yang mirip sofa itu.
“Tara, Tara…kamu tidur ya?”
Aku kaget ketika Key membangunkan aku. Ternyata aku tertidur di sofa ini.
“Kamu ini payah deh…baru jam segini…kamu udah ngantuk parah!”
“Maaf deh, aku ga biasa begadang soalnya…ga kayak kamu yang sering tour jam segini. Kalau aku kan pekerja kantor, jadi jam segini aku udah tidur…”
“Oh, kalo gitu sekarang aku pengen tahu tentang kamu. Tapi sebelum kamu cerita, lebih baik kamu cuci muka dulu gimana? Tuh kamar mandinya ada disebelah sana.”
Aku langsung ke kamar mandi buat cuci muka dan kembali begitu selesai.
“Udah lebih segar kan? Eh eh bentar deh…” Key menyetuh wajahku yang dingin itu. “Ada tisu nih nempel di pipi kamu.”
“Oh…hahahhahah! Habis ngantuk nih aku. Kamu mau tahu apa aja dari aku? Kamu yang tanya dong biar aku jawab.”
“Kamu…suka nyanyi lagu apa?”
“Lagunya kamu.”
“Selain lagu Boombers?”
“Apa ya? Ga ada, aku sukanya lagu-lagu kamu semua..eh tapi jangan geer ya?”
“Hahaha, habis ini kita karaokean yuk? Ada lho disini?”
“Duh ngantuk gini mana bisa aku nyanyi?”
“Kamu pengen denger ga aku nyanyi live di depanmu? Aku bisa melakukannya sekarang.”
“Hah? Jangan-jangan ntar ketahuan…”
“Sebentar ya…” Key nekad mau menyanyi di café ini.
Aku sudah resah takut ada pers yang tahu keberadaan Key disini. Tapi sudahlah, hitung-hitung dia membayar aku. Siapa sih yang tidak senang idolanya menyanyi khusus buat fansnya? Aku tahu Key tidak akan menyanyikan lagu-lagunya. Tetapi dia membawakan lagu milik Rei Fu yang berjudul Life Like is A Boat. Suaranya lebih indah dan lebih lembut dari yang ku dengar di semua lagu-lagunya. Aku benar-benar takjub mendengarnya sekaligus melihatnya. Wajahnya yang putih itu terkena bias cahaya lampu dan itu semakin membuatku terlena melihatnya. Tapi bagaimana pun aku harus tetap menyimpan perasaanku ini, aku harus membuangnya jauh-jauh.
“This song for my girl, Tara.” Diujung lagu dia mengucapkan hal itu yang membuat semua orang menoleh kearahku. Kemudian Key kembali ke sampingku.
“Key, sepertinya ada yang perlu di ralat deh!”
“Apa? Kurasa tidak ada yang salah!”
“Aku kan bukan gadismu.”
“Lho, itu kan pura-pura. Kamu melupakan perjanjian kita ya?”
“Ya itu kan Cuma di depan pers aja, bukan di tempat seperti ini?”
“Kamu kan tidak pernah tahu paparazzi ada dimana-mana? Jadi dimana pun kita berada, aku harus mengatakan jika kamu adalah gadisku.”
“Iya juga sih, tapi jangan terlalu sering ya? Aku jadi engga enak nih sama kamu.”
“Kenapa mesti engga enak? Kita kan teman?”
“Ya tapi kita kan baru kenal…ntar aku geer lagi?”
“Ya bagus dong kalo kamu geer, berarti kamu masih normal.”
“Hah? Kamu ini aneh deh! Tuh kan ngantukku jadi ilang!” aku memukul bahunya lagi.
“Hahaha! Berarti aku berhasil kan buat ngantukmu hilang!”
“Kamu ini gimana sih? Kalau aku ga bisa bangun besok gimana? Kamu yang bangunin ya?”
“Ih, emangnya aku boleh masuk ke kamarmu? Ntar kalo kenapa-kenapa gimana?”
“Haahah! Aman kok 100%, santailah Key!”
Malam itu aku habiskan waktuku bersama K-Lite. Kami lakukan semua hal yang selama ini Key tidak sempat lakukan. Anggaplah kami kembali menjadi anak kecil, kami pergi ke tempat areal bermain. Kami mencoba semua permainan yang ada disana, kami pergi ke tempat karaoke, kami bernyanyi bersama sampai kami lelah. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, dan kami sudah sama-sama letih dan terduduk di pinggir pantai ditemani oleh rembulan yang amat besar dan terang.
“Wah, ini udah pagi ternyata! Ga terasa ya kita udah main selama itu? Baru kali ini liburanku terasa menyenangkan..yah meskipun awalnya terasa amat menyebalkan!”
“Maaf ya sudah buat kamu dongkol setengah mati? Aku juga tidak sengaja kan, aku sudah bilang kan? Nah aku hanya bisa tebus dengan cara-cara seperti ini.”
“Bagus deh kalau kamu itu sadar dengan kesalahanmu..kamu masih niat kan dengan rencana kita?”
“Tapi terkadang aku ragu, aku ragu jika aku bertemu dengan dia lagi aku takut tidak bisa melepasnya lagi, walau aku tahu aku ini salah. Aku ingin melepas hidupku dari dia, aku sangat ingin melupakan dia.”
“Kamu salah Key, justru kamu tidak boleh melupakan dia. Kamu harus menyimpan dia dalam kenangan terindahmu dan kamu tidak boleh membencinya atau menganggapnya sumber masalah yang ada di dalam dirimu. Kamu harus membuat Song Kyou kisah didalam ceritamu, tentunya kisah yang indah. Bukan kisah yang menyedihkan.”
“Kamu bener juga sih, tapi aku nervous kalo ngeliat dia. Maunya ngungkapin perasaan yang sudah numpuk ini, tapi setelah bertemu dengan dia…aku diam tanpa kata.”
“Wah kalau begitu, kamu bener-bener suka sama dia ya? Kamu cinta banget sama dia kan?”
“Itu sih dulu, sekarang aku juga ga tahu sekarang aku masih suka ama dia atau engga. Karena aku rasa itu sudah hampa. Mungkin terlalu sakit hatiku, jadinya aku merasa seperti ini.”
“Wah, maaf nih ya…aku boleh tanya sesuatu ga nih?”
“Boleh. Apa?”
“Song Kyou, dia kenapa meninggalkanmu? Aku tidak suka mengikuti perjalanan cintamu, tidak menarik soalnya.”
“Huu…dia selingkuh. Biasa, alasannya karena aku tidak bisa mengerti apa maunya. Padahal aku sudah meluangkan banyak waktuku untuk dia. Tapi dia bilang padaku jika aku tidak pernah ada untuknya. Ketika aku ingin memperbaiki diriku dan ingin melanjutkan hubunganku dengannya ke jenjang yang lebih serius, aku menemukan dirinya bersama yang lain di depan mataku. Bahkan dia tidak merasa bersalah, dan dengan entengnya dia mengenalkan kekasih barunya itu kepadaku.”
“Uh sadis! Kamu mengambil sikap apa?”
“Aku langsung pergi tour ke 4 negara bersama Boombers. Di saat itulah aku memanfaatkan waktu untuk melupakan dia. Tapi setelah aku kembali lagi ke Korea, dia malah ingin kembali bersamaku. Aku tidak bisa, aku katakan padanya hal itu. Tetapi dia merasa tidak terima dan memaksa aku. Teman-temanku bilang agar aku segera meninggalkan dia. Karena dia, hampir saja aku tidak lagi menjadi leader Boombers. Aku benar-benar telah sadar kini, jika aku hanya di manfaatkan olehnya. Tetapi aku tidak tahu mengapa tidak ingin kehilangan dia kini.”
“Aku mengerti apa yang kamu rasakan Key. Itu namanya kamu ingin kembali dekat dengannya, tapi bukan sebagai kekasihnya. Tapi mungkin sebagai teman biasa layaknya aku dan kamu sekarang ini. Kamu hanya kesepian dan ingin ada seseorang yang memperhatikan kamu, iya kan? Tenang saja, kan sekarang ada aku yang bantu kamu..yah meskipun kita baru kenal kemarin.”
“Thanks. You’re my friend.”
“Kamu harus bisa Key, aku tulus kok bantuin kamu. Aku jujur ga mau nuntut apa-apa sama kamu. Yang penting kamu bisa kembali menjadi K-Lite yang dulu.”
“Wah….terima kasih kamu memang temanku!! Aku ga akan pernah ninggalin kamu!” ups, aku dipeluk erat sama K-Lite.
“Ya ya ya…tapi jangan kenceng-kenceng dong! Aku ga bisa bernapas nih!”
“Eh sorry sorry, habis bawaan aku happy kalo deket sama kamu…habis kamu nyambung banget sih orangnya!”
“Oya? Hheh…”
“Kita kembali ke hotel yuk? Kita istirahat biar nanti pagi kita bisa bangun dan membuat rencana-rencana yang bagus?”
“Oke J.”
Kami berdua kembali ke hotel dan beristirahat.
Oh, tidak…ternyata aku bangun pukul 2 siang! Hahah, liburan macam apa ini? Seharusnya aku sudah berenang di pantai sana..haaa, aku baru ingat jika pagi tadi aku gila-gilaan dengan K-Lite. Rasanya benar-benar seperti mimpi, eits…apa ini memang mimpi ya?
Tok tok tok, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar hotel.
“Sebentar…” aku langsung bangkit dan membuka pintu.
“Siang?!”
Oh ternyata K-Lite yang datang, pasti ingin membangunkan aku.
“Aku sudah bangun duluan….kamu telat!”
“Kamu ini ternyata malas ya? Baru tidur jam segitu bangunnya jam segini.”
“Emangnya kamu bangun jam berapa Key?”
“Jam 7 dong, kan aku harus kerja disini. Kamu kan enak Cuma numpang tidur disini.”
“Masuk deh masuk, engga enak ngobol diluar.”
Aku tidak tahu hapeku ternyata berbunyi.
“Tara, aku rasa hape kamu bunyi tuh.”
“Hah?” aku langsung mencari dimana aku letakkan hapeku tadi. Kamarku seperti kapal pecah!
“Ini hapemu kan?”
“Oh iya, makasi…bentar ya….halo?”
“Halo, Tara?”
“Iya, ini siapa?”
“Aku Cuma mau bilang jauhi Jem. Aku tidak suka kamu dekat dengannya. Karena dia milikku.”
“Hei…..” belum sempat aku bertanya lebih lanjut, telepon itu sudah dimatikan.
“Siapa?”
“Aku tidak tahu siapa disana, tapi yang berbicara wanita….”
“Wanita? Apa yang dia katakan?”
“Bukan apa-apa.” Ekspresiku pasti membuat Key bertanya lagi.
“Katakan, aku tahu ada yang sedang terjadi.”
“Dia bilang aku harus jauhi kamu, dia bilang kamu itu milik dia. Dia berbicara menggunakan bahasa. Dia tahu namaku.”
“Aduh, orang jahil jangan di pedulikan. Okey? Sekarang mendingan kamu mandi deh…kamu bau banget nih?”
“Eh iya ya….kamu keluar sana…ntar lagi aku turun. Kalau ketemu sama pamanku bilang aku baik-baik saja ya?”
“Iya deh, see ya.”
Aku masih kepikiran sama wanita yang menelponku tadi. Kira-kira siapa ya wanita itu? Yang jelas dia pasti tahu keadaan aku dan Key. Tapi dia menyebut nama Jem, berarti dia adalah teman atau seseorang yang dekat dengan Key…tidak mungkin jika itu Song Kyou. Atau kecuali dia tahu berita itu dan tahu tentang identitasku, maka dia akan menyuruh orang Indonesia untuk menghubungiku. Tapi tunggu dulu, dari mana dia tahu nomor hapeku..? Bahkan Om pun tidak tahu nomorku yang ini. Dia menelpon dengan nomor pribadi, damn! Aku jadi tidak bisa melacaknya..tapi yang jelas pasti dia ada di sekitar aku dan Key.
Setelah aku mandi, aku langsung turun untuk makan. Hari ini aneh, aku tidak melihat para wartawan. Apa mungkin mereka sudah pergi? Ini pasti ada apa-apa. Saat aku sedang ngedumel sendiri dalam hati, tiba-tiba Key menarik aku masuk ke dalam lift.
“Key, ada apa sih? Ngagetin orang aja?”
“Gawat Ra! Gawat!”
“Gawat knapa? Kita ketahuan?”
“Lebih dari itu, kita ga bisa lama-lama disini!”
“Emangnya segawat apa sih?” aku langsung menyamber majalah yang dipegang oleh Key.
K-LITE TAMPAK MENGGANDENG SEORANG GADIS KE CAFÉ LANITE TADI MALAM, ADA HUBUNGAN APAKAH MEREKA? K-LITE JUGA SEMPAT MENYANYIKAN SEBUAH LAGU UNTUK SANG GADIS, DAN DIUJUNG LAGUNYA K-LITE SEMPAT MENGUCAPKAN “THIS SONG FOR MY GIRL” APAKAH INI ARTINYA GADIS INI ADALAH KEKASIH BARUNYA ATAU HANYA PELARIAN DIA KARENA MODEL SONG KYOU AKAN MENIKAH DENGAN ORANG LAIN?
“Damn!!! Kenapa foto-foto kita dipantai bisa sejelas ini? Kemarin kita yakin tidak ada orang lain selain kita kan?”
“Aku benar-benar yakin! Tapi jika sewaktu kita di café….aku tidak yakin.”
“Kan aku sudah bilang jangan menyanyi…aduuhhh, trus gimana ini??”
“Ya mau tidak mau kita kembali ke Korea dan bilang semua ini benar. Bagaimana?”
“Oh….my holiday is kacau balaoouuuwwww!!!”
Gubrak, saat itu juga aku berkemas dan langsung pergi ke Korea. Paman yang mengantar kami ke bandara, dan tiket pesawatnya juga Paman yang dapatkan.
“Tara, Jem…semoga kalian beruntung. Jika ada kesulitan apa pun hubungi Paman saja.”
“Thanks, Paman sudah sangat banyak membantu kami, terutama Jem.”
“Iya, Jem tolong jaga Tara. Jangan pernah sakiti dia ya?”
“Iya, saya akan menjaganya dengan baik.”
“Kalau begitu kami harus cepat ke Korea… sampai jumpa Paman. Aku tidak kan jera berlibur ke Hawaii.”
“Paman akan selalu menunggu kalian.”
Maka sore itu pun kami langsung take off ke Seoul, kampung halaman K-Lite. Aku sudah sangat tegang di dalam pesawat, untung saja isi penumpang pada pesawat tidak banyak.
“Key, bagaimana jika semua ini tidak berjalan dengan baik?” tanyaku benar-benar khawatir.
“Everything is gonna be okay..Tara.”
“Hmm, aku takut karena ini menyangkut tentang kamu.”
“Ini memang masalahku kan? Dan kamu hanya membantuku.”
“Key, I wanna ask something to you…”
“Yes?”
“Bagaimana jika suatu saat nanti aku benar-benar suka padamu?”
“Hmm…bagaimana jika suatu saat aku yang benar-benar suka padamu?”
Lha? Aku harus jawab apa yah?
“Kok diem sih? Jawab dong?” Key menyenggol tanganku.
“Ha? Oh hm…hm…aku…memangnya aku harus jawab apa?”
“Nah, kamu ga bisa jawab kan? Apa lagi aku?”
“Apa yang kita lakukan pertama kali begitu tiba di Seoul?”
“Aku sudah menghubungi teman-temanku. Mereka akan menjemput kita.”
“Apa kamu udah katakan pada mereka ada aku disini?”
“Sudah, mereka ingin bertemu denganmu katanya. Mereka ingin mengenalmu.”
“Oya? Tidakkah aku mengganggu kegiatan kalian nanti?”
“Tidak, mereka pasti mengerti posisimu, ya kan?”
“Semoga saja aku tidak merepotkan nantinya. Aku tidak mau gara-gara aku kalian jadi tidak bisa beraktifitas. Aku tahu kalian mau launching album baru kan? Aku tidak mau sampai mengganggu acaramu yang itu.”
“Kamu tenang saja, kehadiranmu mungkin akan sangat membantuku dan juga mungkin membantu yang lain.”
“Janji ya jangan membuat aku susah? Karena aku bukan artis seperti kamu yang sudah menjadi publik figur.” Aku menaikkan jari kelingkingku sebagai tanda perjanjian.
“Iya, kalo suatu saat aku ingkari janji kita ini kamu boleh meninggalkan aku.”
“Apa tidak kejam namanya itu?”
“Tidak. Nanti suautu saat jika kamu menghilang dari aku, itu tandanya berarti aku sudah mengecewakanmu. Ok? Dan aku berharap itu tidak akan terjadi.”
Aku hanya bisa berikan senyum simpulku, karena perasaan ini bilang akan terjadi sesuatu yang sangat besar menghadang aku di depan sana.
Sudah 1 bulan berlalu semenjak liburanku ke Hawaii. Dan sementara ini aku tinggal di rumah manager K-Lite, aku baru tahu jika manager Key sangat aktif orangnya. Bahkan dia pernah bilang padaku jika aku sangat cocok jika menjadi kekasih Key. Aku hanya bisa tersenyum dan tentunya bangga ternyata orang-orang disekitar Key, keluarganya bahkan sangat menyukai aku. Kakak Key, Uhm Da sangat suka dekat denganku. Mungkin karena hobi kami sama, yaitu menyanyi. Aku juga sangat senang berada di antara mereka yang suka dengan kehadiranku. Tapi tentu keluarganya tidak tahu tentang statusku dengan Key yang sebenarnya. Jika mereka tahu mungkin mereka akan sangat membenci aku karena aku sudah membohongi mereka. Dan belakangan ini sering perasaanku tidak enak, walaupun media sudah tahu jika aku adalah ‘kekasih’ K-Lite, itu tidak membuatku khawatir lagi. Beberapa hari yang lalu aku mendapat surat kaleng lagi dari seseorang yang pernah menelponku sewaktu di Hawaii. Dalam suratnya dia mengatakan jika Key itu hanya memanfaatkan aku saja demi menjaga nama baiknya. Oke, tanpa dia memberitahuku, aku juga sudah tahu hal itu. Aku hanya tulus membantunya karena dia temanku sekarang, bahkan sekarang kami lebih dekat dibanding pada saat aku bertemu dengannya di Hawaii. Tapi ada satu kalimat yang membuat hatiku tidak tenang dan ingin membuat aku menjaga jarak dengan Key, tapi setiap kali aku berusaha menjauh, Key selalu saja mendekat padaku. Bahkan aku sekarang tidak merasa sebagai teman didekatnya, bahkan di depan teman-temannya Key sudah sering menggandeng tanganku atau merangkulku. Aku jadi salah tingkah sendiri, padahal semua teman-temannya sudah tahu statusku dengan Key. Aku pernah membicarakan hal ini dengan Key, dia malah menjawab dengan enteng. Katanya, “Biar terbiasa kan? Nanti kalau tidak begitu malah aneh kelihatannya saat kita sedang berada di bawah pengawasan pers.” Huh…aku menuruti saja. Tapi tetap diantara kami ada perjanjian, aku tidak akan pernah melupakan itu. Tapi suatu kali aku pernah mendengarkan dan lebih tepatnya menguping secara tidak sengaja pembicaraan antara Richo dan Vicky di ruang rekaman mereka, mereka mengatakan jika K-Lite benar-benar menyukai aku ketika kami pertama kali bertemu. Aku mengharapkan aku salah mendengarkan percakapan itu, tapi lalu K-Lite datang dan benar mengiyakan statement Richo dan Vicky. Aku langsung pergi dan membasuh muka waktu itu. Lalu aku bercermin dan berkata pada diriku sendiri, “Ini semua tidak mungkin, aku dan Key sangat berbeda. Aku hanyalah satu dari ribuan fans Key. Aku Cuma fans, fans, fans yang mungkin dipandang sebelah mata oleh Key! Aku ini bukan siapa-siapa buat Key, aku hanya bonekanya, bonekanya!” sampai aku berteriak sendirian di kamar mandi. Aku benar-benar sudah terperangkap di permainan cinta antara Key, perasaannya, dan Song Kyou tentunya. Minggu depan aku dan yang lain akan menghadiri pesta pernikahan Song Kyou di Eropa, aku sebenarnya agak stress memikirkan rencana-rencana gila selanjutnya buat K-Lite. Oya, masih tentang surat kaleng itu, di akhir ada kalimat yang membuat aku terbelalak, surat itu ditulis dengan bahasa Indonesia, dan kalimat itu berbunyi, “Kau akan lihat kenyataan yang amat pahit, Song Kyou tidak akan menikah dengan tunangannya. Sesampainya Key di Eropa, Song Kyou akan kembali ke pelukannya. Jadi, jangan sekali-sekali berfikir jika kau adalah ‘seorang’ buat Key. Kau tidak lebih hanya fans yang mungkin beruntung bisa masuk di pusaran Key dan kehidupannya.”
Saat aku membaca kalimat terkahir itu, entah mengapa aku tidak bisa menahan air mataku. Aku langsung berlari ke kamar dan mencoba menenangkan diri. Aku berusaha cuci muka agar wajahku tidak terlihat kusut. Tetapi rupanya Key tidak bisa ditipu. Saat aku keluar kamar, ternyata Key sudah menunggu di depan pintu sambil membawakan minuman soda kesukaanku. Awalnya memang aku kaget, tapi aku mencoba perlahan berbicara dengannya, tapi dia langsung bertanya kenapa mataku terlihat habis seperti menangis. Aku bilang jika aku sedang mengalami iritasi mata, tapi dia tetap tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Dia malah memarahiku dan dia menyuruhku mengatakan siapa orang yang sudah membuatku sedih. Semakin ke sini aku semakin berfikir jika apa yang aku dengar diruangan rekaman itu benar. Tapi aku tetap menganggap itu suatu hal yang sangat tidak mungkin terjadi. Pasalnya aku masih teringat dengan surat kaleng itu, dan aku tidak memberitahukan hal ini kepada siapa pun. Dugaanku itu adalah orang suruhan Song Kyou, tapi aku tidak mau berprasangka buruk pada siapa pun. Dan aku masih sanggup menyimpan ini semuanya sendiri. Tapi jika semua ini akan meledak, mungkin aku bisa menghilang dari semuanya. Tapi aku berusaha ingin menghilangkan ini semua, dan mengembalikan keadaan seperti semula.
Dan hari ini aku dan Key ada pemotretan di sebuah majalah remaja, bulan ini memang kami sedang menjadi pembicaraan hangat di segala lapisan media massa. Kami memang tampil sangat mesra jika di depan pers. Ini semata-mata untuk menjaga nama baik K-Lite saja. Tapi setelah itu ya kami biasa saja, Cuma belakangan ini sepertinya ada yang berubah dari diri Key. Dia tampak lebih riang dan tampak lebih siap mental menemui Song Kyou minggu depan.
“Sudah siap Tara?” tanya Key kepadaku saat kami akan berangkat.
“Hm, sudah. Lama tidak ya kira-kira?”
“Memangnya kamu ada acara ya setelah ini?”
“Oh tidak..hanya aku kurang enak badan…”
“Atau kamu istirahat dirumah saja, tidak usah pemotretan?”
“Ah, jangan seperti itu..kita kan sudah janji! Nanti mereka kecewa..aku hanya merasa tidak enak badan…ayolah, tidak apa-apa kok.”
“Baiklah, tapi aku ngga mau kamu sampai sakit ya!”
“Iya ah…kalau aku sakit pasti pers pada gempar..hahah..!” ternyata pada saat seperti ini aku masih bisa bercanda.
“Kencangkan sabuk pengamannya ya, aku akan ngebut hari ini.”
“Hei, wah kayaknya kamu lagi senang ya hari ini?” aku langsung menyetel lagu Boombers di iPodku.
“Iya, sepertinya aku sedang menyukai seseorang.” Jawabnya dengan terus mengembangkan senyum.
“Wah…mulai berkembang nih K-Lite..ntar jangan lupa kenalkan pada aku ya siapa calon kekasihmu! Harus!”
Key malah menatapku aneh, “Hah?”
“Lho, iya kan? Bagaimana pun juga aku harus tahu kan? Aku kan temanmu, ingat?”
“Kamu ini….” Key mencubit pipiku dengan gemas, “Iya nanti jika waktunya sudah tepat akan aku kenalkan.”
Oh! Ternyata benar apa dugaanku. Dia sudah memilih gadis untuk dijadikan kekasihnya. Hm, kenapa mataku basah ya? Hahah, aku lucu!
“Kamu jangan nangis dong…ntar cantiknya hilang…” kata Key padaku.
Aku tidak sadar jika aku berlinang air mata dan Key menyekanya dengan jarinya. Lalu aku menghapusnya sendiri.
“Tidak, aku hanya ikut senang kamu sudah menemukan gadis yang kamu sukai dan kamu inginkan selama ini untuk melupakan bayang-bayang Song Kyou.” Aku memberikan senyum palsu kepadanya.
Mungkin karena dia sedang senang, dia tidak menghiraukan senyum palsuku. Tapi dia sempat mengacak rambutku. Aku tidak tahu harus mengambil langkah apa selanjutnya, karena dadaku rasanya sangat sesak.
Pada sesi pemotretan membuatku benar-benar salting dan grogi. Bagaimana tidak?! Aku disuruh mencium pipi K-Lite. Aku dan dia hanya saling melihat, dan kami mungkin sama-sama salah tingkah. Tapi mau bagaimapun kami adalah sepasang kekasih disini sekarang, mau tidak mau, ya aku harus melakukannya. Setelah aku berhasil melakukannya, kini giliran K-Lite yang harus menciumku. Dia sepertinya melakukannya enteng sekali. Ya mungkin dahulu dia sering melakukan pemotretan dengan Song Kyou? Aku juga tidak tahu. Maka dari itu dia sudah biasa melakukan adegan ini.
“Hm…sudah selesai Tara. Kamu mau langsung pulang atau kita makan dulu? Aku lapar nih..”
“Oh, hm aku juga lapar bagaimana jika kita makan dulu?”
Aku merasa orang-orang majalah memperhatikan kami.
“Hm, mau makan apa? Di restoran Indonesiakah? Disini ada lho.”
“Sebelumnya aku merasa kita sedang diperhatikan sama mereka…” aku sedikit melirik ke mereka, aku takut kami ketahuan jika sedang menjalani status palsu, oh!
“O iya aku kelupaan, kita jadi makan kan sayang?” kata Key sambil mencium keningku lalu memelukku.
“Hihihi, kamu aneh deh. Mereka mana ngerti bahasa?”
“Oh iya aku lupa lagi!” K-Lite memelukku lagi lalu kemudian kami pamit pergi.
Kami pergi ke restoran Indonesia, suasananya benar-benar dibuat seperti di Indonesia. Dan semua karyawan serta pemilik restoran itu adalah orang Indonesia. Senang sekali rasanya bertemu orang satu bangsa di negeri orang lain.
Sewaktu aku hendak makan, tiba-tiba hapeku berbunyi dan itu dari nomor pribadi.
“Sebentar Key, aku angkat telepon dulu. Kamu makan duluan saja.” Aku langsung pergi keluar restoran dan menerima telepon itu.
“Sudah ku bilang jauhi Jem! Kau tidak mau kan jika dia kenapa-kenapa?” ucap suara diseberang sana, lalu aku langsung curiga pada makanan itu.
“Tenang saja aku tidak akan meracuninya, aku bisa melihatmu tapi kau tidak akan bisa melihatku. Jadi ini adalah peringatan yang terakhir buat kau Tara! Jika kau ingin orang yang kamu sayangi itu baik-baik saja, maka segera tinggalkan dia! Mengerti?!!” suara wanita itu membentakku. Aku benar-benar didalam ancaman sekarang, dan tidak mungkin jika aku membeberkan ini semua kepada K-Lite, yang ada suasananya bertambah menjadi runyam. Dan aku sempat melihat sekeliling, karena wanita itu bilang dia bisa melihatku. Berarti selama ini aku sedang diikuti olehnya, aku saja yang bodoh tidak menyadarinya. Lalu aku kembai masuk ke restoran dan makan malam bersama Key.
“Siapa sih yang telefon? Kekasih kamu ya?”
“Haha, aku belum punya kekasih Key. Biasa temenku tanya kabar..”
Tidak lama setelah itu, Yuri mengabari sesuatu kepadaku melaui sms.
_Tara, ada seseorang yang tidak suka kepadamu. Dia kenal dengan laki-laki yang sekarang sedang bersama kamu. Kamu harus waspada kepada orang itu karena orang itu punya niat buruk sama kamu juga laki-laki yang sedang bersama kamu itu. Kamu tidak boleh meninggalkan laki-laki itu sendirian, kamu harus tetap bersamanya dimanapun. Karena jika kamu tidak ada dia akan celaka!_
Sms yang diberikan Yuri memang scary kedengarannya, tapi itu sangat sinkron dengan ancaman wanita itu. Aku tidak boleh jauh dari Key sekarang, aku harus melindunginya, karena aku adalah temannya yang peduli dengannya.
“Terima kasih ya hari ini mau makan bersama diluar?” Key akan segera pulang sehabis mengantarku.
“Key, bisa tidak beberapa malam kamu menginap disini? Manager kamu kan lagi pergi tuh keluar kota, jadi aku sendirian dirumah semenjak kemarin. Memang sih kedengarannya tidak elok….”
“Benarkah aku boleh menginap disini untuk sementara? Dengan senang hati nona.”
“Sungguh kamu mau temani aku disini untuk beberapa hari ke depan?”
“Yup, kalau begitu sekarang aku ambil beberapa pakaian dulu ya? Kamu tunggu saja dirumah.”
“Tidak, aku ikut saja bagaimana? Siapa tahu aku bisa membantumu?”
“Baiklah, ayo?” aku dan Key mengambil beberapa baju dirumah Key dan setelah mengambil baju kami kembali.
“Benar nih tak apa jika aku menginap disini?”
“Tidak, kan aku yang minta? Kamu tidur di kamar tamu aja?”
“Hm…ok. Eh iya jangan lupa besok kita ada wawancara ya Tara?”
“Iya, aku ingat kok.”
Aku langsung merebahkan diri di kamar, dan menganggap aku sedang melayang di udara tanpa beban dan tanpa masalah. Aku benar-benar sedang tertekan dengan semua ancaman itu. Aku ingin Key tahu, tapi disisi lain aku takut jika Key kenapa-kenapa. Maka aku hanya harus menunggu apa yang terjadi berikutnya.
Dan lusa adalah hari pernikahan Song Kyou dengan kekasihnya. Aku dan yang lain sedang menunggu pesawat di bandara. Aku melihat sekeliling, siapa tahu ada yang mengawasi aku dengan Key. Tapi mungkin orang itu ahli menyamar jadi aku tidak bisa menemukannya. Kami cukup lama menunggu datangnya pesawat, disaat aku sedang menunggu pesawat ada pesan dari Yuri untukku.
_Tara, jangan mengharap lebih padanya. Aku tahu kamu memiliki rasa yang lebih padanya dan jangan jadikan itu sebagai penyebab masalah hatimu. Karena dibelakangmu sudah ada yang menunggu untuk menghancurkanmu sampai berkeping-keping. Tolong jaga dirimu, aku tidak bisa melindungi dari sini_
“Tara, akhir-akhir ini kamu kenapa sering melamun? Ada yang kamu fikirkan ya? Apa kamu grogi ketemu sama Song Kyou?” tanya Key sambil menenangkan aku.
“Bukan, bukan itu.” Aku bingung mencari alasan.
“Kamu jangan bohong. Wajahmu menyembunyikan sesuatu.” Bahkan aku tidak berani menatap Key dan teman-temannya memperhatikan kami. Mungkin sedang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada kami.
“Tidak, aku baik-baik saja Key.” Aku langsung pergi ke toilet untuk menyegarkan wajahku.
“Where you go?” tanya Key.
“Aku mau cuci muka ke toilet.” Aku tidak lagi mempedulikan dia, aku langsung ngloyor ke toilet.
Aku cukup lama di toilet, sampai akhirnya aku jenuh kemudian aku keluar. Tapi Key sudah menungguku diluar toilet wanita.
“Kamu ngikutin aku?”
“Aku khawatir sama kamu, habis kamu terlihat kurang sehat.”
“Aku tidak apa-apa Key…aku baik-baik saja.” Aku menatapnya lama. Meyakinkan dia jika aku memang baik-baik saja.
Key juga balas menatapku lama, sampai ujungnya kami tertawa bersama.
“Ah udah ah, kamu lucu kalo ngeliat aku kayak gitu!” aku mengajak kembali ke ruang tunggu, tapi dia menarikku kembali ke dalam toilet wanita. “Eh, ngapain kamu masuk toilet wanita?” kemudian Key mengunci pintu utama toilet wanita.
“Aku mau bilang sebuah rahasia kepadamu.”
Aku di pepet ke dinding toilet. “Mau bilang apa sih kayaknya privat banget? Di luar bisa kan? Disini panas banget tahu!” aku hendak membuka pintu utama toilet tapi Key menarikku lagi.
Suasana hening saat ini, yang terdengar hanya suara tetesan kran air.
“Bisa sebentar aja ngga, aku mau bicara penting. Aku mau beritahu kamu tentang gadis yang aku sukai saat ini, bukankah sekarang waktu yang tepat?”
“Oh..” jawabku datar. “Siapa?”
“Kamu benar ingin tahu, Tara?”
Aku merasakan K-Lite semakin merapat kepadaku. Aku tahu ada yang lain disini.
“Aku sedang menyukai seorang gadis….” Katanya sambil menatap aku serius.
“Aha….kamu sudah bilang hal itu…lalu sekarang katakan padaku siapa gadis yang sudah mencuri hatimu itu?”
“Hm…bilang tidak ya….” Dia agak sedikit mempermainkan hal ini.
“Cepat katakan atau aku mau keluar dari tempat ini sekarang..?” tanganku sudah meraih gagang pintu. Tapi Key malah meraih tanganku dan tidak melepasnya.
“Bagaimana jika Tara Orchidya nama gadis itu?”
Bagai tersambar petir di siang bolong, aku tidak tahu harus berkata apa-apa saat ini.
“Dan bagaimana jika aku minta kamu menjadi kekasih sungguhanku?”
Aku diam, tidak tahu harus menjawab apa malah mengkerutkan kening.
“Seharusnya dari awal aku tahu aku tidak memiliki kesempatan untuk bersanding denganmu.” Ungkapnya kecewa.
Aku mencegahnya pergi, aku sudah tidak bisa menahan semuanya lagi!
“Tidak, kamu salah.” Aku memegang erat tangannya. “Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan, iya kan? Aku memang bukan siapa-siapa, aku tidak lebih adalah satu dari ribuan fansmu. Dan aku mencoba menghilangkan rasa ini tapi rasa ini semakin kuat, sampai aku tidak berdaya lagi melawannya. Tersiksa memang selama ini aku memendam rasa ini seorang diri. Aku kira selama ini kamu hanya menggunakan aku sebagai bonekamu, tapi belakangan aku sadar….kamu tulus kepadaku. Tapi aku tidak tahu yang aku rasakan ini hanya pelampiasan atau yang sebenarnya. Bukan ku ingin lari dari semua ini, tapi selama ini ada seseorang yang mengancamku agar aku meninggalkan kamu Key. Aku tidak bisa meninggalkanmu, aku punya kewajiban untuk menyelesaikan semua ini sampai habis. Karena aku sudah memulainya, maka aku harus menyelesaikannya. Dan aku tidak ingin semua ini hanya semu semata.”
“Tara…” Key memelukku lebih erat dari biasanya. “Maaf jika aku sudah membuatmu susah karena aku. Sekarang aku tidak akan lagi memaksamu dalam permainan ini. Aku kan sudah katakan, jika aku mengecewakanmu, kamu boleh pergi dariku.” Key tampak sangat lemah kali ini dihadapanku.
“Aku tidak akan meninggalkanmu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Aku harus melindungimu sampai tugasku selesai.”
“Tapi Tara….aku benar-benar mencintaimu. Aku tahu, pasti kamu gadis yang dikatakan oleh cenayang yang aku temui waktu itu. Aku ingin memiliki kamu.”
“Kamu sudah memiliki aku ketika kita pertama kali bertemu.”
Aku bingung harus mengatakan apa lagi kepadanya. Lalu aku menahan bibirnya dengan jariku sembari aku mengatakan, “Don’t kiss me, before your problems get finish.” K-Lite hanya mencium keningku sebagai tanda kasih sayang.
“Aku rasa kita harus kembali bersama yang lain.”
Kami tiba malam hari di Eropa. Dan lusa adalah hari perayaan Song Kyou, aku dan Key sedang tidak ingin membayangkan apa yang nanti terjadi. Kami ingin melupakan sejenak masalah yang ada dan malam ini juga Key mengajakku mencari gaun yang indah biar bisa aku pakai ke acara itu.
“Apa tidak besok saja? Ini kan sudah malam, lagi pula apa kamu tidak letih?”
“Tidak, aku ingin kamu lihat Eropa malam hari. Aku sudah sering ke sini, jadi aku tahu tempat-tempat bagus disini. Dan sekarang aku ingin berbagi itu dengan gadisku.” Ucapnya sambil tersenyum tulus.
“Baiklah jika seperti itu? Aku ganti baju dulu ya?”
“Tidak usah, kamu sudah terlihat cantik dengan pakaian seperti itu.”
Haha! Padahal aku hanya memakai hot pants dan tshirt saja..
Jadilah malam ini aku dan dia—kami, melihat-lihat gaun yang bias dibilang hanya ada di Eropa saja. Alamak…harganya ga bisa ditolerir! Sampai kami tiba disatu butik yang bernuansa ungu.
“Yakin mau masuk ke butik yang ini?”
“Kenapa engga? Disini aku bisa belanja gratis.”
“Hm, gratis?”
“This is my sister’s boutique~!”
“Oh…kenapa engga bilang dari tadi sih? Bikin penasaran aja….oh ini yang dibilang sama kakakmu itu ya?”
“Tapi sayangnya dia sekarang lagi engga ada disini..dia sekarang lagi ngurus butiknya yang di Korea kan?”
“Iyah…kita lihat-lihat yuk? Siapa tahu ada yang cocok untukku?”
Wahahaha! Sejak kapan aku suka dengan gaun? Pasti ini gara-gara sering pemotretan, jadi aku keranjingan pakai gaun..
Aku melihat satu per satu mulai dari ujung kanan. Key juga membantuku mencarikan gaun yang pas untukku. Dan akhirnya aku menemukan satu gaun berwarna biru muda dengan bahu terbuka. Sedangkan Key menemukan gaun berwarna abu-abu dengan punggung terbuka.
“Wah, keduanya bagus…kamu pilih yang mana?”
Aku juga bingung harus pilih yang mana, “Aku sih pengen yang aku pegang ini…lebih easy, iya ngga?”
“Iya kamu banget sih….simple…kamu mau yang itu? Ambil saja? Aku bungkuskan ya?”
“Kamu serius ini kan gaun mahal? Ntar kalo kakak kamu marah gimana?”
“Kalau begitu sebentar ya aku telefon kakak dulu?”
Aku menunggu Key berbicara dengan kakaknya.
“Tara…aku kan sudah bilang kamu boleh ambil yang mana aja…nah sebelumnya kamu cobain dulu ya?”
“Eh tapi kan aku belum mandi?”
“Ah coba pokoknya!”
Ya sudah karena Key terus memaksa, aku mencoba gaun itu. Mungkin aku sudah berjodoh dengan gaun ini, sewaktu aku mencobanya benar-benar nyaman. Aku perlahan keluar dari ruang ganti dan menghampiri Key yang tersenyum melihatku.
“Bagaimana? Aneh ya aku memakai gaun ini?”
“Tidak! Kamu sempurna pakai gaun ini.”
Dan pujiannya itu semakin membuatku tidak ingin meninggalkan dia.
Lusa pun tiba, dan aku harap hari ini bukan BAD DAY ku dan Key. Karena ini adalah misi utamanya, bertemu dengan Song Kyou. Dan aku juga menunggu apa yang dikatakan surat kaleng itu, tepat atau meleset. Jika semua itu benar, berarti dia adalah suruhan Song Kyou.
Aku masih berada di salon untuk membuatku beda dari biasanya dan tentunya membuat diriku lebih menarik dari pada Song Kyou. Ini permintaan dari K-Lite dan aku menyanggupinya. Sebentar lagi Key akan menjemputku.
“Thanks.” Aku ucapkan kepada hair sylistku di Eropa. Aku masih menunggu K-Lite menjemputku, dan tidak lama dia datang bersama teman-temannya. Aku jadi merasa aneh ketika aku keluar dari salon. Dengan high heelsku dan gaunku, aku berjalan seperti putri.
“Wow….amazing…”
“Perfect…”
“Delicious!”
“Spectaculer!
“Beautiful, always.” Ucap K-Lite terakhir.
“Thank you guys..” ucapku sambil tersipu malu, wajahku pasti memerah.
“Are you ready Key?” tanyaku.
“Ya, why not? Let’s go?”
Kami menuju sebuah gedung yang sangat besar, dan aku deg-degan takut semuanya itu benar adanya. Aku trus menggeleng-gelengkan kepalaku karena aku tidak ingin semua yang ada disurat kaleng itu benar.
“Rilexs Tara…” ucap Vicky kepadaku. Semuanya mendukungku ternyata, aku sangat senang.
Seharusnya disini yang tegang adalah K-Lite bukan aku. Tapi kenapa sekarang aku yang bingung sendiri? Haha, seperti film saja aku ini…pokoknya aku akin aku bisa membuat Key berpaling kepadaku selamanya. Aku sudah bertekad seperti itu! Dan aku pasti bisa!
“Sudah sampai Tara, kamu sudah siap kan?” Tanya Key menggenggam tanganku.
“Siap. Ayo?”
Saat aku masuk ke dalam gedung, astaga disinilah sekarang semua artis Korea berkumpul! Pada saat aku datang, semua mata memandang ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum menyambut semuanya. Lalu aku menatap sasarannya, Song Kyou yang juga tidak bisa tersenyum melihat aku bersama K-Lite. Key sedang berbincang dengan Song Kyou, dan aku terus menatapnya dengan penuh senyum. Aku sudah katakan pada Key agar dia tidak grogi saat berbicara dengan Song Kyou, dan dia melakukannya dengan baik. Sekarang aku tinggal menunggu apa yang dkatakan surat kaleng itu.
“Kamu lihat kan Tara, everything gonna be okay…”
Itu kalimat yang paling kusuka dari K-Lite.
Tapi saat aku sedang mengambil minuman untuk Key, aku lihat Key dibawa menjauh oleh Song Kyou menuju suatu tempat. Aku tidak bisa tinggal diam, aku tidak jadi mengambil minuman. Tapi aku mengikuti mereka.
Aku terkejut, ternyata Song Kyou bisa berbahasa. Aku rasa semua ini sudah diatur oleh seseorang yang menerorku semenjak aku di Hawaii. Apa Song Kyou orangnya?
“Jem, please back to me!”
“Song Kyou, why….? I can’t!”
“Apa karena gadis itu? She just a fans!”
“She more than a fans. I loved her.”
“Aku masih mencintaimu.”
“If you loved me, why you leave me? I got pain, and all because of you! Sorry Song Kyou, I can’t.”
“Jika aku bersedia menikah denganmu? Apa kamu masih terima aku?”
Aku lihat Song Kyou mulai merapatkan diri ke Key, dan aku harus melakukan sesuatu untuk memisahkan mereka. Aku tidak rela jika kekasihku harus kembali ke masa lalunya yang kelam!
“Ada yang melupakan aku?”
“Tara!? Kamu…” Key bingung melihatku disana.
“Song Kyou, bagaimana pun kamu tidak bisa membuat Key berpaling padamu lagi. Tidakkah kamu tahu, jika kamu sudah membuat luka perih di hati Key? Jadi aku rasa kamu harus kembali ke tempatmu berada sekarang ini. Karena calon suamimu sedang menuju ke sini.” Aku terpaksa berbohong untuk menakuti dia. “Dan aku minta kamu dengan hormat agar tidak menerorku lagi.”
“Jadi selama ini yang menakuti Tara itu kamu? Tidak aku sangka ternyata kamu melakukan hal kotor seperti itu.”
“Sudahlah, apa peduliku jika memang aku pelaku semua itu? Yang jelas aku tidak suka kamu mendekati apa lagi menjalin hubungan special dengan K-Lite. Karna dia milikku!”
Song Kyou mengambil belati yang sudah ia siapkan di dalam stockingnya. Aku segera melindungi Key, tetapi mungin Key yang akan khawatir dan menuntut balas dan membawa skandal ini ke hukum. Karena….bahu kanan belakangku tertancap oleh belati itu dan menjadi merah gaun biru mudaku itu.
“Lari Key. Lari! Aku bisa menyelesaikan ini sendiri!” aku mengatakan hal itu sambil menahan rasa sakit di punggungku.
“Aku tidak akan memaafkan siapa pun yang menyakitimu!”
Aku sudah mulai kehilangan kesadaranku, tapi aku harus tetap menyelesaikan apa yang aku mulai. Aku lihat Key membawa Song Kyou keluar, mungkinkah semuanya akan dibongkar disini? Jujur aku sudah tidak bisa bergerak lagi. Tapi aku berusaha untuk keluar dan menemui yang lain. Aku meraih tasku dan mengambil hapeku. Aku hanya mengirimkan pesan singkat berisi tulisan ‘SOS’ kepada Vicky dan Richo. Setelah itu semuanya gelap.
Aku merasa dingin di telapak kakiku, aku mendengar alunan musik yang lembut dan aku merasa ada yang memegang tanganku. Aku berusaha membuka kedua mataku secara perlahan, silau memang tapi aku kini tahu jika aku sedang berada dirumah sakit dan tentunya sedang berbaring.
“Tara?” panggil suara yang lembut tadi. Itu pasti K-Lite….
Semuanya berkumpul mengelilingi aku, tapi tidak merasakan apa-apa pada badanku terutama pundakku. Ya sekarang aku ingat semuanya, aku sudah ditusuk oleh Song Kyou.
“Key…aku ingin bersandar bisa tidak?”
Key langsung menaikkan tempat tidur rumah sakit. Dan sekarang aku benar-benar bisa melihat yang lain. Ternyata keluarga Key sedang berkumpul juga disini. Semuanya ada disini lengkap dan aku senang karena mereka peduli denganku, padahal aku hanya orang yang nyasar ke komunitas mereka.
“How are you?” Tanya Uhm Da, kakak Key.
“Not bad…” aku tertawa karena senang, ya aku sedang merasa senang padahal aku sedang sakit.
“Tara, kamu pasti cepat sembuh, iya kan? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat yang indah.” Key ternyata ingin menghiburku dengan cara yang aku sukai.
“I wish you get better! Amieen!” ucap yang lainnya.
“Thanks all.”
Ketika semuanya sudah selesai menjengukku, kini hanya aku dan Key di dalam kamar rumah sakit.
“Key, berapa lama aku pingsan?”
“Just 2 days..”
“2 hari ? Kok lama banget? Kenapa katanya dokter? Lukaku parah ya?”
“Tidak, untung saja luka tusukan itu tidak dalam. Mungkin pemulihan lukanya sekitar 1 bulan..aku khawatir kamu tidak sadarkan diri.”
“Bagaimana malam itu setelah aku pingsan?”
“Iya, aku membongkar semuanya di depan semua orang. Aku juga tidak menyangka akan melakukan hal itu. Itu hanya spontanitas saja. Sedangkan pesan singkatmu sudah diterima Richo dan juga Vicky, mereka langsung mencarimu dan membawamu kerumah sakit ini. Kata dokter kamu juga terlalu lelah, jadi mungkin 2 hari kemarin itu adalah waktunya kamu untuk beristirahat dari semua ini.”
“Berarti, aku sudah menyelesaikan semuanya?”
“Kalau aku bilang belum bagaimana?”
“Apa lagi? Ada yang ketinggalan ya?”
“Ingat tidak dengan perjanjian kita? Aku bilang kan kamu boleh minta apa pun yang kamu mau..”
“Eh, beneran nih?”
“Iya, dan sekarang, kamu mau minta apa?”
“Simple saja, kalau aku minta kamu sebagai kekasihku, boleh tidak?”
“Hm….tanpa kamu meminta pun aku sudah bersedia. Eh tapi bukannya aku udah dari dulu jadi kekasihmu ya?”
“Hahah…iya, iya…”
“Kalau begitu, aku boleh meminta sesuatu padamu Tara?”
“Apa?”
“I wanna kiss your lips. Can I?”
“Yah, you can.”
Maka kecupan manis yang sempat tertunda itu akhirnya terlaksana juga.
T A M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar